Ada ngak yang merasa aneh dengan keadaan SM sekarang?

Apa cuman aku yang ngerasa SM lagi gila? Jessica dikeluarin karena alasan yang menurutku ngak masuk akal.

Kalo emang Jessica pengen keluar karena alasan nikah SM bisa apa? Kalo orang udah jodoh mau digimain juga tetep jodoh

Ngelihat kasus Jessica keingetan kasus JYJ n Kris. Menurutku gugatan Kris emang bener. SM terlalu ngekang mereka.

Ada yang lihat jadwal EXO tahun ini. Sumpah padat banget.

Opiniku JYJ dan semua artis yang hengkang itu bikin agency kecil-kecilan tapi bener-bener ngayomi mereka.

Aku baca di salah satu artikel CEO agency mana gitu mundur. Yang ada dipikiranku kapan CEO SM mundur?

Kasus Kris belum selesai entah ngapa aku ngerasa ada yang aneh sama LuHan.

Buat LuHan aku berharap yang terbaik buat dia, karena menurutku belakangan ini dia bener-bener aneh dan itu membuatku cukup keingetan sama hari-hari sebelum Kris keluar T.T

Pokoknya Aku berharap yang terbaik buat grup-grup SM terutama yang lagi banyak masalah.

.

.

.

.

.

Five Years later

Suara dentingan sendok dan garpu mewarnai acara makan malam kluarga vampire dan werewolf itu "SeHun" panggil Luhan. Diletakanya sendok dan garpunya.

SeHun ikut meletakan peralatan makannya "ada apa?" tanya Sehun heran.

LuHan menatap MinSeok meminta persetujuan. MinSeok mengangguk yakin. "SeHun sekarang kau adalah raja. Apa kau tidak ingin-"

"apa ayah menyuruhku mencari pendamping?" sela SeHun. "ayah tau kan aku tak bisa berpaling dari Kai-"

"kebiasaan" dengus LuHan kesal. "hentikan kebiasaan menyelamu itu Sehun, dengarkan dulu ucapanku" sungut LuHan membuat para werewolf itu terkikik.

SeHun memutar bola matanya. "ya ya ya teruskan saja ayah" SeHun mengibas-ibaskan tanganya.

"aku masih ingat sumpah SuHo sebelum aku membunuhnya-"

"memang apa sumpahnya?" sela SeHun lagi membuatnya mendapat death glare geratis dari LuHan. "ok lanjutkan"

"ia bersumpah keturunanya akan memikat keturunanku, membuat klan kita hancur. Dan itu terbukti padamu walau klan kita tidak sampai hancur" terang LuHan. "kupikir sumpahnya akan menjadi sempurna jika kau tidak mencari-"

"Pendamping?"

"Oh SeHun" geram LuHan. SeHun langsung membuat gerakan menresleting mulutnya. "kau bilang kau tidak ingin mencari yang lain selain Kai tapi dari tadi kau mengatakan pendamping terus. Setia dari mana itu?" dengus LuHan yang hanya dibalas cengiran SeHun "kupikir kau harus mencari keturunan" lanjut LuHan. "ayah tidak peduli bagaimana caramu, itu terserah padamu" ujar LuHan begitu melihat SeHun buka mulut lagi.

"kau boleh menenangkan diri di padang" ujar MinSeok tersenyum. SeHun buru-buru menghilang. "anak itu benar-benar" dengus LuHan. MinSeok mengusap bahu LuHan menenangkan sang suami yang kesal karena ulah anak semata wayangnya.

"sudahlah, yang mulia aku dan seluruh rakyatku berterima kasih atas bantuanmu kemarin" ujar ChanYeol hormat.

"tidak apa-apa. Sekarang kau raja klan werewolf, pimpin mereka dengan baik" ujar LuHan bangga. Beberapa tahun lalu SeHun memberikan seperempat wilayah kekuasaannya pada ChanYeol untuk di jadikan kerajaan baru. Dan ChanYeol berhasil membujuk werewolf yang tersisa untuk membuat sebuah desa kecil yang sekarang sudah berkembang menjadi sebuah kerajaan.

*SeHun side*

SeHun berputar-putar di sekitar medan pertempuran BaekKai. Medan yang dulunya tandus itu sekarang telah berubah menjadi padang dandelion, walau pada bagian kuburan BaekHyun ditumbuhi mawar berwarna kream sedangkan pada kuburan Kai mawar putih.

SeHun menjatuhkan tubuhnya diantara kuburan BaekHyun dan Kai. "hei tak bisakah kalian membantuku? Aku butuh otak gila kalian" seru SeHun pada angin. Sehun memetik kedua mawar beda warna itu. "hei tak bisakah kalian menjawabku?" tanya SeHun pada kedua mawar itu.

Angin tiba-tiba berhembus kencang membuat kelopak mawar dan dandelion itu terbang. SeHun memandangi gerakan bunga-bunga itu. "haruskah aku mengikutinya?" gumam SeHun. Tiba-tiba angin kencang mendorong SeHun dari belakang. "ok ok aku akan mengikutinya" seru SeHun seketika itu pula angin itu berhenti mendorongnya.

SeHun mendengus kesal. Diikutinya angin yang membawa bunga-bunga itu hingga sampai di pasar. SeHun tercengang melihat beberapa orang sedang bergerombol memukuli seorang bocah. Cepat-cepat SeHun menghampiri gerombolan itu.

"kenapa kalian memukulinya?" tanya SeHun.

"dia mencuri dari toko saya yang mulia" jawab seorang namja.

"mencuri apa?" tanya SeHun.

"barang itu ada di balik bajunya yang mulia" jawab namja itu.

Dengan bujukan halus Sehun berhasil membuat bocah itu memperlihakan barang curiannya. SeHun tercengang melihat barang itu, ia pikir bocah itu mencuri emas atau semacamnya, namun itu hanya sebuah botol obat penurun panas. "kenapa kau mencuri ini nak?" tany SeHun mengambil botol itu dari tangan si bocah.

"s-sahabatku sakit yang mulia" jawab Bocah itu gemetaran. SeHun terdiam ditatapnya lekat manik coklat bocah itu. SeHun tersentak melihat kilatan ruby dalam manik itu. "hei, berapa harga obat ini?" tanya SeHun.

Namja itu menyebutkan nominal yang tidak terlalu besar bagi rakyat biasa. SeHun memberikan sekeping emas pada namja itu. "gunakan dengan baik" ujarnya langsung diangguki namja itu.

"nak dimana rumahmu?" tanya SeHun. Bocah itu tertatih mencoba berjalan. SeHun tak tega, digendongnya tubuh ringkih itu. "cukup beri tahu arahnya" bisik SeHun. Bocah itu mengangguk patuh.

Setelah sampai di rumah bocah itu SeHun langsung membawanya masuk. "SeIn, darimana saja kau ini?" suara parau itu langsung menyambut pendengaran mereka. Bocah bernama SeIn itu langsung meronta minta diturunkan.

SeIn langsung menghampiri bocah yang terbaring lemas di ranjang. "HunJong kau makin panas" SeIn hendak mengambil kompres namun lengannya ditahan HunJong. "kau mencuri lagi?" tanya HunJong parau.

SeIn menunduk. "sudahlah, jangan berdebat. Cepatlah minum obatmu agar kau segera sembuh" sela SeHun. Melihat keduanya ia teringat akan masa kecilnya.

HunJong terbelalak melihat SeHun. "Y-Yang mulia raja?" gumam HunJong.

SeHun tersenyum melihat interaksi kedua bocah itu. SeHun tersentak menyadari HunJong adalah werewolf. Dipandanginya manik kelam yang asik berbicara pada SeIn. "Kai" desis SeHun pelan. Kilasan sharpie itu terlihat jelas di mata HunJong.

"dimana orang tua kalian?" tanya SeHun.

Keduanya menunduk. "orang tua kami meninggal saat perang" jawab SeIn.

"maaf" gumam SeHun pelan. SeHun menatap kedua bocah itu dalam 'apa mereka yang ingin kau selamatkan?' batin SeHun teringat "begini saja, apa kalian mau ikut denganku ke istana? Istana terasa sepi tanpa anak kecil" ujar SeHun.

Kedua bocah itu saling bertatapan "tapi, kami…"

"ayolah, aku sudah memutuskan untuk tidak menikah. Tapi aku ingin punya anak, kalian mau kan jadi anakku?" tanya SeHun tersenyum.

SeIn terlihat senang sementara HunJong murung. "hei, ada apa?" tanya SeHun heran.

"aku werewolf" jawab HunJong singkat.

SeHun tersenyum. "kau tau panglima Tao dari kerajaan werewolf?" tanya SeHun. HunJong mengangguk. "ia suka anak kecil, kau bisa menjadi anaknya" ujar SeHun.

Manik HunJong berbinar. "benarkah?" tanyanya.

"tentu saja" jawab SeHun. "lekaslah sembuh, beberapa hari lagi aku akan menjemput kalian" ujar SeHun sebelum meninggalkan mereka.

Sesampainya di istana SeHun menceritakan semuanya pada LuMin. Keduanya amat senang mendengar berita itu. Apalagi MinSeok, ia sibuk mengurus segala keperluan cucu barunya. SeHun langsung menghubungi ChanChen. Mereka ikut senang, terlebih Tao yang akan mendapatkan teman baru.

Beberapa hari kemudian SeHun menepati janjinya. Ia menjemput kedua bocah itu bersama Tao. Begitu melihat HunJong Tao langsung mencubiti pipi bocah itu sampai merah. Keduanya langsung membawa bocah-bocah manis itu ke istana.

"Kyaa yang mana yang akan jadi keponakanku/cucuku!?" pekik ChenMin histeris.

"umma jangan cubiti anakku terus, nanti pipinya seperti umma!" seru SeHun tak terima saat MinSeok terus saja mencubiti pipi SeIn.

"bukanya nanti malah manis, pasti akan banyak seme yang tertarik" ujar Luhan merangkul pinggang sang istri yang tengah cemberut.

"dan aku akan pusing jika semua seme yang melamar jadi menantuku mempunyai kadar kemesuman selevel appa" dengus SeHun.

"Yak Oh SeHun!" pekik LuHan membuat mereka semua tertawa.

"eum appa. Umm apa nanti kami juga harus belajar etika?" tanya SeIn diangguki HunJong.

Kedua uke yang ada di sana saling berpandangan. "yap dan etika pertama adalah etika berdandan" dan kedua uke itu langsung membawa kabur SeIn membuat 2Hun itu memekik tak terima.

"umma mengerikan" gumam ChanDae anak ChanChen.

HunJong menatap kaget ChanDae. "kau werewolf juga kan, kenapa membawa pedang?"

"aku baru saja belajar" jawab ChanDae.

"Ooh, aku lebih suka panah" gumam HunJong.

Tao menepuk pundak HunJong "appa akan mengajarimu nanti" bisiknya membuat HunJong tersenyum senang.

" Ohh ya appa nanti aku mau mengajak pacarku makan malam beritahu umma untuk menyiapkan makanan yang enak ya" ChanDae ngancir begitu saja meninggalkan ChanYeol bengong.

"CHANDAE KAU BAHKAN BELUM DUA BELAS TAHUN!" pekik ChanYeol.

SeHun tertawa meremehkan ChanYeol. "sudah tua" kekehnya.

ChanYeol melirik SeHun kesal. "lebih baik urusi anakmu sebelum ibumu melakukan yang aneh-aneh denganya" ujar ChanYeol meninggalkan SeHun.

"anak? Umma apa yang kau lakukan pada anakku!" teriak SeHun menggedor-gedor pintu.

'di balik wajah dinginya ternyata ia raja yang agak….' Batin HunJong malas.

*skip*

"appa, aku juga harus seperti itu?" tanya HunJong pada Tao.

Tao menatap prihatin SeIn. "tidak usah, nanti appa yang syok sendiri kalau kau berdandan seperti itu" jawab Tao miris melihat betapa absurdnya wajah SeHun sekarang.

"Umma dia namja, kenapa kalian pakaikan dia gaun!?" seru SeHun.

"kan dia uke" jawaban ChenMin sukses membuat SeHun membuka mulutnya maksimal.

*skip*

SeHun berhasil membawa negrinya makmur. Tak ada rakyat yang mengeluhkan kekurangan. SeHun amat mensyukurinya, beberapa bulan lalu ia mengangkat SeIn menjadi ratu karena SeIn telah menikah dengan HunJong. SeHun bersyukur sekarang klan werewolf dan vampire bisa hidup berdampingan tanpa adanya perpecahan. Ia juga bersyukur sekarang anaknya tengah mengandung cucu pertamanya.

SeHun menikmati semilir angin malam, dipandanginya bintang-bintang yang bertebaran di langit. "SeHun" panggil ChanYeol.

SeHun menoleh. "ada apa hyung?" tanyanya.

"huft, kita tidak lagi muda ternyata" ChanYeol menggerakan pinganggnya membuat bunyi gemretak tulang.

"kau benar hyung. Kita tidak lagi muda" jawab SeHun sendu membuat ChanYeol heran. "hyung, bisakah kutitipkan keluargaku padamu?" tanya SeHun.

"SeHun apa maksudmu?" tanya ChanYeol bingung.

SeHun menghela nafas. "belakangan ini aku selalu bermimpi tentang Kai" gumam SeHun memandang bintang. "kupikir Kai akan menjemputku" ujar SeHun membuat ChanYeol syok.

"hei, bertahanlah dulu. Setidaknya sampai cucumu lahir" saran ChanYeol.

SeHun tersenyum tipis. "yah, kau benar juga" jawab SeHun tertawa pelan.

ChanYeol tersenyum miris. 'Kai, jangan bawa SeHun dulu. Kami masih berduka atas kematian raja LuHan dan ratu XiuMin tahun lalu' batin ChanYeol.

"hyung, menurutmu seperti apa Kai sekarang?" tanya SeHun tiba-tiba.

ChanYeol menyenderkan tubuhnya di pagar balkon. "pasti manis sekali" jawab ChanYeol berandai-andai bagaimana Kai sekarang.

"kau benar, manis sekali" gumam SeHun. Angin sepoi-sepoi tiba-tiba berhembus menerbangkan kelopak mawar putih. Kelopak itu jatuh tepat di tangan SeHun. SeHun tersenyum "tunggulah sebentar lagi" gumam SeHun menatap sendu kelopak itu.

ChanYeol diam melihatnya. Ia merenungi semua kejadian yang menimpa SeHun selama hidupnya. Ia kagum dengan SeHun, ia masih bisa bertahan setelah apa yang ia laluli selama ini. Bahkan ChanYeol tak yakin ia mampu bertahan seperti SeHun jika ia kehilangan Chennya.

"Hun, boleh aku bertanya?" tanya ChanYeol.

SeHun membalikan tubuhnya, ditatapnya ChanYeol heran. "tanyakan saja hyung" jawab SeHun.

ChanYeol menatap bulan yang bersinar terang. Ia melirik ragu SeHun "apa yang membuatmu tetap bertahan?" SeHun menyerit tak mengerti. "maksudku, jika aku yang kehilangan Chen maka bisa kupastikan aku tidak berada di sini sekarang"

SeHun tersenyum tipis. Dipejamkanya matanya menikmati semilir angin yang menarikan rambutnya. Dibukanya maniknya perlahan memperlihatnkan iris ruby yang mulai meredup. "aku bertahan karena permintaan Kai" SeHun menggenggam kalung kelelawar dan srigala bersamaan. "ia memintaku tetap menjalankan pemerintahan, ia memintaku menyelamatkan werewolf yang masih tersisa, ia memintaku melindungi kalian, dan ia memintaku mencari penerus."

Chanyeol membulatkan matanya tak percaya ia tak percaya Kai memikirkan sejauh itu, mungkin benar setelah bertemu SeHun Kai menjadi lebih dewasa. "Jika Kai pergi ia tidak punya kesedihan untuk ditanggung, lagipula jika ia berkeras hidup ia tidak akan bertahan lebih dari setahun dengan semua luka yang dideritanya. Ia memberikan nyawanya padaku untuk meneruskan semua yang ingin dilindunginya. Dan kurasa sekarang ia bahagia" SeHun tersenyum getir sambil memandang bulan.

ChanYeol menatap SeHun sendu 'kau benar-benar hebat Hun' batin ChanYeol.

"beberapa bulan lagi bulan merah" ujar SeHun tiba-tiba.

ChanYeol termenung. "hari dimana para werewolf mencapai puncak kekuatannya. Apa aku salah?" tanya SeHun tanpa menatap ChanYeol.

ChanYeol menatap SeHun heran. "kau benar" jawab ChanYeol.

"pertama kali aku bertemu Kai saat bulan biru. Saat para vampire mencapai puncaknya. Keduanya hanya terjadi dua puluh lima tahun sekali" ujar SeHun memandang jauh ke depan.

ChanYeol memandang SeHun lekat. "apa maksudmu?" tanya ChanYeol serius.

"saat manik sang dewi berembun ia datang, maka saat sang dewi meneteskan air mata darah…. dia akan datang" jawab SeHun membuat ChanYeol menatapnya tak percaya.

*skip*

Hari yang ditunggupun tiba. SeIn meliharikan putra pertama sekaligus cucu pertama bagi SeHun. Seluruh kerajaan amat berbahagia dengan kelahiran calon penerus takhta kerajaan.

SeHun tersenyum. Ditimangnya cucunya. "ayah" panggil SeIn.

SeHun menoleh, ditatapnya SeIn lembut. "ada apa?" tanya SeHun.

SeIn duduk di samping SeHun. "ayah terlihat pucat, apa ayah sakit?" tanya SeIn.

SeHun tersenyum. "aku baik-baik saja" jawab SeHun. Diserahkanya JooKwon sang cucu pada SeIn. SeHun melepas sepasang kalung yang melingkari di lehernya.

SeHun memakaikan kalung berbandul kepala srigala pada JooKwon. SeHun memandang sendu kedua kalung itu. "kelak berikan ini pada pasanganya" SeHun menyerahkan kalung kelelawarnya pada SeIn. "berikan kalung itu terus secara turun temurun"

SeIn mengangguk pelan. "berjanjilah memberikan yang terbaik bagi negri ini" SeHun menepuk bahu SeIn.

SeIn diam, manik coklatnya mulai berkaca. "apa ayah akan pergi sekarang? Apa ibu sudah menjemput ayah?" tanya SeIn menahan dirinya untuk tidak menangis.

SeHun diam. "ayah jawab! Belakangan ini aku melihat seorang namja manis terus mengikuti ayah. Saat aku bertanya pada Chen ajjushi ia malah menangis. Apa dia benar-benar Wu Kai, istri ayah?" tanya SeIn menangis membuat JooKwon di gendonganya ikut menggeliat tak nyaman.

SeHun menghela nafas pelan. Dicobanya dirinya untuk tersenyum "SeIn, kita memang tidak bisa selamanya selalu bersama, ada kalanya kita mengalami perpisahan. Tapi percayalah, itu tidak selamanya" jawab SeHun.

SeIn mengusap pipi tembam JooKwon. "haruskah sekarang ayah? Bahkan JooKwon baru lahir kemarin malam, dan ayah sudah mau meninggalkan kami. Apa ayah tak ingin melihatnya tumbuh dewasa?" tanya SeIn.

SeHun tersenyum lembut. "jika kita ditakdirkan bertemu lagi, kelak ayah harap kau bukan lagi anak angkat ayah. Ayah harap kau adalah anak kandung ayah yang akan melahirkan JooKwon lagi untuk ayah. Kau adalah kebanggaan ayah nak" jawab SeHun.

SeIn menunduk. "aku mengerti" jawab SeIn menyeka air matanya.

SeHun mengecup dahi SeIn lembut. Kemudian SeHun mengecup dahi JooKwon yang telah tertidur lelap "semuanya akan baik-baik saja. Sekarang keluarlah dari kamar ayah" ujar SeHun lembut.

SeIn mengangguk. Dilangkahkannya kakinya membawa tubuhnya keluar dari kamar SeHun. SeHun mengela nafas, direbahkanya tubuhnya pada ranjangnya diliriknya jendelanya. "Bulan merah" gumam SeHun pelan ia dapat mendengar lolongan srigala dimanapun termasuk lolongan HunJong "Kai apa kau benar-benar di sana?" tanya SeHun entah pada siapa.

SeHun memejamkan matanya "selesai" gumamnya mencoba menggapai mimpinya. SeHun tersenyum dalam mimpinya.

*SeHun dream*

SeHun tersenyum kecil melihat dirinya dan Kai kecil tengah menikmati senja bersama. SeHun mendengus saat Kai mengucapkan perpisahan mereka bak dandelion.

"kau mengingatnya?" SeHun menoleh, ia tersenyum melihat Kai dewasa berada di sampingnya.

"ya aku mengingatnya" jawab SeHun pelan.

"yang kuucapkan benar kan?" ujarnya terkekeh.

SeHun menyerit tak mengerti. "maksudmu?" tanyanya.

"heish, dari dulu sampai sekarang kau tidak berubah" dengus Kai. "satu pengorbanan membawa dampak yang besar" jawab Kai.

SeHun terdiam. Dipandangi refleksi dirinya di masa lalu yang tengah menikmati senja bersama. "yah, pengorbanan cinta kita" jawab SeHun pelan.

Kai diam begitu pula SeHun. "aku mencintaimu Kai" ujar SeHun.

"aku juga" jawab Kai. "bisakah kita pergi bersama kali ini?" tanya kai ragu.

SeHun tersenyum digandengnya tangan Kai. Kai heran melihat SeHun berdiri dihadapanya. "tidak ada alasan membuatmu menunggu lebih lama lagi" jawabnya.

Kai tersenyum tipis. SeHun mengecup bibir Kai lembut. "ayo kita pergi" bisik SeHun.

Kai mengangguk tipis. Perlahan tubuh mereka mulai pudar dan seluruh dunia itu berubah menjadi putih bersamaan dengan perginya roh SeHun dari tubuhnya.

.

.

.

.

*epilog*

A thousand years later

Seorang namja berkulit pucat melangkahkan kakinya menuju sebuah kampus. Bahkan hanya dengan wajah super dinginya ribuan mahasiswi sudah berbisik-bisik heboh. Seorang dosen tergopoh-gopoh menghampirinya.

"ada apa gerangan presdir Oh datang kemari?" Tanya dosen itu sopan.

Namja itu tersenyum tipis "dimana Kim JongIn?" tanyanya.

"eh, maksud anda Kim Kai?" Tanya dosen itu balik.

SeHun mengangguk pelan. 'Kim Kai, Kai? sepertinya mana itu tidak asing' batin SeHun. "ah, tadi sepertinya mereka dihukum guru lee" jawab dosen itu.

"mereka?" ulang SeHun.

"Park Chan Yeol, Kim Jong Dae, Huang Zi Tao. sahabatnya" jawab dosen Kim cepat.

SeHun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti "jadi mereka ada di mana?" Tanya SeHun.

"mungkin perpustakan" jawab dosen Kim.

"trimakasih" ucap SeHun sebelum menuju perpustakan.

SeHun tersenyum tipis melihat Jong In tengah tertidur di sudut perpustakan dengan buku sebagai bantalnya. SeHun menulusuri setiap lekuk wajah JongIn tanpa terlewat seinci pun. "hei bangun" bisik SeHun sambil menggoyangkan tubuh Jong In.

"eungh lima menit lagi~" igau Jong In.

SeHun terkekeh "bangun atau kucium" ancam SeHun membuat JongIn langsung mendudukan tubuhnya. Jong In mengucek matanya memastikan siapa namja yang ada dihadapanya.

"Odult?" Tanya JongIn tak percaya. "kenapa kau ada disini? Mengganggu saja" sungut Jong In.

seHun terkekeh pelan. Diacaknya surai hitam Jong In "ayo pulang. Aku punya hadiah untukmu" ujar SeHun.

Jong In mengerjabkan matanya "benarkah? Ayo pulang!" Jong In langsung menarik lengan SeHun. namun baru lima langkah berjalan Jong In tiba-tiba berhenti . "SeHun, tadi aku bermimpi aneh. Aku bermimpi kita dulu tidak bersatu" ucap JongIn tiba-tiba.

SeHun menatap Jong In heran "hey itu hanya mimpi, nyatanya sekarang kita bersatu, bahkan sudah menikah" sanggah SeHun. SeHun dapat melihat keraguan di mata JongIn, segera direngkuhnya namja manis itu dalam pelukannya. "aku selalu berada di sampingmu sayang" bisik SeHun lembut.

JongIn meninju dada SeHun pelan "jangan bicarakan hal itu disini. Bagaimana kalau ada yang dengar" ujar Jong In kesal. JongIn menarik tubuhnya tanpa sadar kalung mereka tersangkut malah membuat keduanya tercekik.

SeHun buru-buru melepas kedua kalung itu. "aku heran kenapa nenek memaksaku memakai kalung ini" heran SeHun.

JongIn tertawa. "kalung ini warisan nenek moyang kita. Katanya kalung ini lambang persahabatan juga cinta" jawab JongIn.

"bagaimana kau tau?" tanya SeHun heran.

"aku baru saja membaca dari buku itu" jawab JongIn menunjuk buku di mejanya. "saat kedua kalung ini bertemu maka cinta abadi akan tercipta" lanjut JongIn.

"buku legenda? Apa kau baru saja membaca buku dongeng, istriku?" tanya SeHun mencubit pipi JongIn gemas.

Kai menggerutu kesal. Dibukanya sebuah halaman yang berisi sebuah lukisan. "bukankah ini mirip dengan kita? kalungnya pun sama" ujar JongIn tanpa sadar menunjuk lukisan dirinya di masa lalu.

SeHun diam. Dipandanginya seluruh lukisan itu. Memang wajah kedua model lukisan itu sangat mirip dengan mereka. "Oh SeHun, Wu Kai" gumam SeHun membaca nama yang tertera di bawah lukisan itu. "Oh SeHun? Kenapa namanya sama denganku, lalu Wu Kai—" SeHun tersentak saat nama Wu Kai terngiang di kepalanya.

"apa mungkin itu kita di masa lalu? Dari cerita buku ini memang keduanya tidak bersatu… dan itu sangat mirip dengan mimpiku" ujar JongIn kalut. "persahabatan, cinta, pengorbanan itu judul buku ini. Apa menurutmu ini….?"

SeHun masih saja diam. 'kenapa aku merasa seolah aku yang melukisnya?' batin SeHun. SeHun terus memandangi lukisan dirinya di masa lalu yang tengah merengkuh Kai dalam rengkuha sayapnya. "sudahlah, kau pinjam saja dulu bukunya istriku" ujar SeHun.

JongIn mencebik tak suka. "berhentilah memanggilku istri. Bagaimana kalau ada yang dengar, bisa mampus aku" gerutu JongIn.

"ada yang dengar pun tidak masalah. Biar saja semua tau kalau Kim Jong In sudah berubah menjadi Oh Jong In" SeHun merangkul Jong In mesra.

"ungh. SeHun….. jangan tinggalkan aku" gumam Jong In pelan.

SeHun mengeratkan pelukanya "tidak akan. Cukup dengan Byun Bacon itu aku selingkuh. Tidak akan ada lagi cerita Oh SeHun selingkuh darimu sayang" SeHun mengecup kening JongIn lembut.

"hei bagaimanapun Byun Bacon itu sudah menjadi temanku, sekarang dia pacaran dengan Zi Tao" ujar JongIn kesal. JongIn tipikal orang yang tidak bisa membenci seseorang seberapa banyakpun orang itu melukainya. "jadi apa hadiahku?" Tanya JongIn antusias.

"hadiahmu" SeHun menyusupkan kepalanya di leher Jong In lalu meniupnya pelan. Jong In menggelinjang kegelian, didorongnya pelan dada SeHun. SeHun melumat telinga Jong In lembut. "menjadi tahanan kamar Oh SeHun seminggu full" bisik SeHun langsung menggendong Jong In ala bridal style.

Jong In berteriak heboh membuat seisi koridor menoleh padanya. " Hyaa turunkan aku Oh-pervert- Se-stupid-Hun!" pekik JongIn heboh.

"tidak akan sayang!" balas SeHun lalu melumat kasar bibir tebal JongIn. Seisi kampus langsung bengong melihat kingka sekolah mereka tak berdaya melawan CEO Oh crop.

"Kim JongIn Uke? Daebak!" pekik salah satu mahasiswa membuat bisik-bisik heboh di seluruh koridor yang mereka lewati.

"kubunuh kau kalau besok ada gossip aneh" desis JongIn di sela ciuman mereka.

SeHun menyeringai "coba saja" balas SeHun makin kasar melumat bibir JongIn.

JongIn mengeratkan rengkuhanya pada leher SeHun "aku mencintaimu" bisik SeHun.

SeHun mengeratkan gendonganya "aku juga, selamanya" jawab JongIn tersenyum tipis.

Keduanya terus melangkah tanpa menyadari buku yang hendak mereka pinjam malah tertinggal di meja perpustakaan. Angin kencang dari jendela membuat halaman-halaman di buku itu membuka sendiri hingga berhenti pada sebuah halaman bertuliskan tinta perak.

Mungkin kita berbeda. Medan merah telah kita lalui.

Namun kau lebih dulu menyebrangi jembatan pelangi, meninggalkanku sendiri dalam kesepian.

Dewa siang mengelilingi dunia sebelum menuju peraduan. Membiarkan tugasnya digantikan sang dewi malam. Terus berulang hingga ku tak mampu menghitungnya

Tapi aku tau kau menungguku. Mengawasiku dalam indahnya gelap malam dan megahnya kemilau siang.

Saat kuas-kuas memberikan warna pada kanfas dunia aku melihatmu, Tunggulah aku.

Saat kita tak lagi berbeda, saat kita memandang langit yang sama dan menginjak tanah yang sama.

Kan kurengkuh dirimu dalam hangatnya cahaya akan kubiarkan mutiaramu membuat sungai lagi, kan kubuat kau melihat seluruh warna dunia.

Kita kan bersama hingga lautan bunga menjadi kasur kita

-Oh SeHun-

-END-

Akhirnya end yehaa udah selesai!

End beneran ya yang ini.

Chap terakhir sengaja aku panjangin. Semoga bisa memuaskan readers-nim.

Thanks buat yang nge review selama ini. Aku ga nyangka ff yang menurutku ngak ada apa-apanya dibanding author lain ini malah banyak yang review.

Aku bener-bener kaget liat angka reviewnya sejak cp 1 sampe sekarang.

Aku ga bisa sebutin satu-satu siapa aja yang ngereview karena banyak banget.

Dan aku juga minta maaf buat yang nungguin I Want You. Entah kenapa aku ngerasa ngga bisa nerusin ntu FF.

Sebenarnya mau aku hiatusin itu ff (selama ini aku anggurin) tapi karena aku ngerasa ga yakin aku discontinue aja.

Sekali lagi maaf T.T

^Thanks and last review plis^