Chapter 13. Awal.
Saran: Agar kembali membaca cerita dari awal, atau dari chapter sebelumnya agar mendapatkan kejelasan akan cerita yang bangkit dari kubur ini.
Disclaimer: Really? must i do this again?
Suara langkah kaki terdengar diiringi percikan yang tercipta dari langkah pada genangan air tersebut. Suara hujan deras dan petir yang terdengar di kejauhan tidak membawa keraguan pada pemilik langkah tersebut. Pepohonan dan rumput tinggi yang seharusnya menghalangi pemandangan tidak berlaku bagi dirinya. Berjalan tetap bagaikan tahu tujuan yang akan ia datangi. Jaket parka hitam yang ia pakai melindungi tubuhnya sedikit dari hujan yang deras.
Sosok itu berhenti ketika ia mencapai tempat yang ia tuju. Menarik nafas yang dalam dan mengeluarkan, ia kemudian menatap sekitarnya untuk sesaat dan mengangguk. Sosok itu menyatukan telapak tangannya.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, namun dari lengan bajunya, atau lebih tepatnya tangan yang tertutupi mengalir tulisan kaligrafi hitam yang sedikit berpijar, hingga menjalar ke tanah yang berada di sekitarnya, tidak hanya berhenti di sekitarnya saja, namun hingga sampai ke penjuru mata dapat melihat, mengelilingi semua objektif yang diinginkan oleh penggunanya. Melihat pekerjaannya sudah selesai, sosok itu menatap kosong sesaat sebelum menghilang dengan ledakan asap kecil.
Seorang wanita berlutut dengan ekspresi yang jelas mengatakan ia tidak bahagia. Ini adalah kesekian kalinya putrinya membuat masalah, dan ia sudah tidak menghitung lagi berapa kali kejadian itu terjadi. Meskipun perasaannya saat ini, ia selalu berat hati untuk mendidik putrinya tersebut. Ia bukan tipe Ibu seperti itu. Ia tidak percaya kekerasan pada anak akan menyelesaikan segala masalah, ataupun membuat anak menurut pada orangtua. Benar hal itu mungkin bisa menjadi jalan tercepat membuat anak menjadi penurut. Tapi semua itu hanya akan membuat masalah akan menjadi lebih besar.
Karena itu dia menjadi tipe Ibu yang hanya bisa menasehati. Yang hanya bisa memberikan kasih saying yang dan mengajarkan yang benar dan berharap suatu saat itu masuk ke dalam otak anaknya. Ya, berharap. Harapan dan kenyataan sering berbeda, dan inilah hasilnya, Kunou kembali membuat masalah. Merepotkan pengawalnya dan juga penjaga kediaman.
"Kunou-hime, kau tahu apa yang kau lakukan hari ini?"
Kunou, seorang putri kecil dengan rambut pirang yang ia dapat dari dirinya. Wajah imut yang terkadang membuatnya selalu meleleh memanjakan putri tunggalnya tersebut.
Kunou layaknya anak pada umurnya hanya mengembungkan pipinya. "Itu salah mereka, Kunou hanya ingin bermain, tapi mereka selalu bilang 'bahaya, tidak aman,' Kunou bosan hanya duduk dan bermain di dalam rumah. Apalagi Karasu, ugh." Membicarakannnya saja sudah cukup membuat suasana hati gadis kecil itu semakin buruk. Ditambah lagi dengan telinga rubah besarnya yang lemas turun.
Bagian terakhir sudah cukup membuat Yasaka ingin memeluk kencang putri imutnya.
Berbeda dengan dirinya, Kunou belum sepenuhnya bisa mengendalikan perubahan bagian tubuh Youkai-nya sehingga beberapa bagian tersebut muncul, layaknya telinga dan juga ekor.
Yasaka menunjukkan wajah seriusnya sebagai seorang Ibu. "Kau tahu bukan, Kunou, di luar sana tidak aman. Tidak bagimu, Ibu memiliki banyak musuh di luar sana. Dan Ibu tidak mungkin bisa menjagamu terus, karena itulah gunanya pengawal yang menjaga dirimu. Dirimu tahu bukan? Ibu mempunyai banyak pekerjaan sebagai seorang Pemimpin. Jika Ibu selalu bersamamu, siapa yang akan mengurus pekerjaan Ibu? Bukankah kamu ingin menjadi pemimpin yang kuat untuk menggantikan Ibu suatu saat nanti?"
"Mm…"
Yasaka tersenyum sesaat. "Ibu akan sangat sedih jika sesuatu terjadi pada dirimu jika lepas dari pengawasan. Bukan karena Ibu membatasi apa yang kau lakukan. Tidak karena Ibu tidak percaya pada dirimu tidak akan membuat masalah, tapi karena Ibu takut apa yang terjadi di luar sana."
"Bukankah Ibu merupakan yang terkuat? Jika Ibu ada, semua yang jahat pasti akan langsung kabur!"
Wanita dengan ekor Sembilan itu hanya mengangguk sembari mengusap kepala kecil putrinya. "Ya… itu benar. Tapi, apa yang sudah Ibu katakan Padamu?"
"Bahwa masih ada yang masih kuat dari Ibu? Tapi—"
"Tidak tapi." Yasakan memotong, "Hal itu benar apa adanya. Dan kita tidak boleh merasa superior, merasa yang terkuat. Karena jika kita memiliki pemikiran seperti itu. Berarti itu adalah kekalahan kita sendiri."
Yasaka kemudian tersenyum, sembari memegang kedua pundak putrinya, "Sekarang, minta maaf lah kepada Karasu, dan pastikan dirimu mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Jika kamu sudah selesai, ibu berjanji akan menghabiskan waktu bersamamu."
"…Janji?"
"Ya. Ibu tidak pernah berbohong padamu, jadi sekarang pergilah menemui Karasu."
"Yay~" Kunou tidak menyembunyikan rasa kegembiraannya, diikuti ekor-ekornya yang mengibas.
Kunou berjalan cepat dengan langkah gembira di setiap langkah yang ia ambil. Mengapa tidak? Ibunya telah berjanji akan menghabiskan waktu dengannya setelah dirinya meminta maaf pada Karasu dan juga mengikuti pelajaran membosankan itu. Tapi demi janji tersebut, Kunou akan menahan diri dan mengikuti apa yang dikatakan Karasu dan setelah itu semua waktu adalah miliknya dan sang Ibu. Ya, Kunou sudah memikirkan apa yang akan dilakukan oleh nanti bersama Ibunya.
Bermain, Menjahili, Bermain, jalan-jalan, dan… BERMAIN!
Kunou mengangguk dengan bangganya kepada dirinya sendiri. Itu adalah rencana paling hebat!
Dengan mengambi jalan rahasia yang sering ia gunakan untuk bersembunyi dan melarikan dari deteksi pengawalnya, Kunou menuju di mana tempat Karasu terakhir kali ia rasakan. Meminta maaf, seharusnya ia memang melakukan itu kepada Karasu karena masalah yang ia perbuat belakangan ini. Meskipun itu kesalahan dari Karasu itu sendiri… tapi! Apa yang dikatakan Ibunya itu benar dan untuk menjadi anak yang baik dan disayangi oleh Ibu tercintanya maka ia harus berbuat baik… sedikit, kepada Karasu.
Kunou merasakan kehadiran Karasu.
"Kara—"
Nama yang ingin ia panggil itu tidak keluar dari mulutnya, yang bisa ia lakukan hanyalah terkejut bagaikan patung tidak bergerak karena melihat apa yang berada di depan matanya. Mulut bergetar, pupil mata mengecil, semua itu Karena kejadian yang tepat berada di depannya. Kunou tidak tahu apa lagi yang ia rasakan, namun yang jelas hanya satu: ketakutan.
Ini adalah kali pertama kali ia merasakan ketakutan. Ketakutan yang berbeda dari hawa Ibunya ketika lagi marah atau serius. Ini adalah ketakutan yang dihasilkan oleh instingnya ketika menemui makhluk yang jauh berada di atasnya. Insting rubahnya yang mengetahui adanya bahaya.
Hal selanjutnya yang menambah rasa ketakutan itu adalah Karasu, yang saat ini bersimbah darah dengan bentuk aslinya sebagai Youkai tengu yang menyeramkan. Bentuk yang tidak pernah ditunjukkan oleh Karasu, karena Tengu tersebut selalu memilih bentuk tengu kecil dengan sayap dan lucu jika di pandang demi membuat nyaman Kunou di sekitarnya. Meskipun sebenarnya dirinya adalah salah satu Jenderal besar pasukan Youkai Fraksi Kyoto.
"Ku-Ku-Kunou-sama… lari… berita…hu Yasaka-sama…"
Kunou hanya terdiam tidak bergerak, terlalu takut untuk menggerakkan tubuhnya. Matanya perlahan naik menatap sosok yang berdiri tidak jauh dari Karasu.
"Si-Siapa kau?"
"…."
Tidak ada kata yang keluarkan, namun sosok itu mengambil satu langkah ke depan. Tanpa sadar, Kunou juga melakukan hal yang sama namun kebalikannya. Ia mengambil langkah mundur.
Satu langkah.
Dan... mundur.
Hal itu terus terjadi, hingga pada akhirnya Kunou kehilangan langkahnya ketika menemukan dirinya tidak bisa lagi mundur mengingat punggungnya kini telah bersandar pada dinding.
"Sulit untuk mengatakannya…." Sosok itu memulai dengan pelan, dan perlahan tekanan menakutkan penuh akan hal yang tidak bisa Kunou tangkap mulai menghilang sehingga dirinya kini dapat bernafas tanpa beban. "Tapi seharusnya kau juga tidak menyaksikan ini…"
Yasaka membuka kedua matanya yang tertutup, sesuatu ia rasakan. Ada penyusup. Kemarahan seketika itu memenuhi perasaan wanita tersebut. Siapa yang berani memasuki tanpa izin kediaman Yasaka, pemimpin Youkai Kyoto!?
Suatu penghinaan besar bagi Youkai apalagi sekelas Yasaka ketika ada makhluk lain yang berani memasuki teritorialnya, apalagi tanpa izin. Yasaka bergegas berdiri, memancarkan energy miliknya ke area sekitar. Alis matanya mengkerut, "Tunjukkan dirimu, sebelum kau menyesali apa yang kau perbuat." Ancaman itu bergema di ruangan besar tersebut. Namun hanya keheningan yang menjawab.
Yasaka mulai mencari keberadaan siapapun itu yang sudah memasuki teritorialnya. Namun meskipun ada keagresifan di dalam dirinya, ia juga mengkhawatirkan putrinya pada saat ini. Apa yang akan terjadi jika penyusup itu pergi duluan menuju Kunou? Yasaka hanya berharap Karasu dan Tengu dapat melindungi putrinya sebelum hal buruk terjadi. Jika ia bisa, Yasaka akan langsung menuju tempat putrinya, namun… penyusup itu masih berada di sini. Ia tidak melihat dengan mata, tidak ada bunyi yang ia dengar dengan pendengaran sensitifnya. Namun, ini adalah teritorialnya, dan Yasaka bisa merasakan pergerakan yang selalu berubah-ubah.
Ancaman seperti ini sudah beberapa kali terjadi, baik itu dari musuh fraksi lain, ataupun segelintir Youkai yang tidak suka dengan masa kuasanya. Mereka tidak berani melawan secara langsung karena dirinya memang merupakan Youkai terkuat pada saat ini, dengan berkah langsung untuk mengendalikan Layline Kyoto. Meskipun hal itu kadang terjadi, Yasaka selalu keluar sebagai pemenang. Karena itulah ia bisa menenangkan diri.
Kiri...
Dengan kelincahan yang ia miliki, Yasaka mengambil langkah ke kiri kemudian melompat jauh memisah jarak sebelum dirinya dapat ditebas oleh serangan musuhnya yang sekarang memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. "Siapa pun engkau, kau telah memutuskan takdirmu ketika berani menyerang Pimpinan Youkai Kyoto. Entah dari fraksi manakah dirimu dikirim, diriku akan membuat ketidaksukaanku diketahui."
Tidak ada jawaban dari penyerangnya.
Tipe yang tidak banyak bicara.
Sosok penyerangnya itu mengangkat pedang pendeknya sekali lagi, sebelum menghilang dari tempatnya. Yasaka mengeratkan rahangnya. Hal ini terlalu mudah bagi dirinya. Sang Rubah ekor Sembilan mengepalkan tangannya, dan sekejap tercipta beberapa bola api yang mengelilingi dirinya bagaikan perisai. Sekali lagi Yasaka memancarkan energinya bagaikan gelombang. Kali ini untuk memperingatkan semua fraksi Youkai Kyoto.
Kilatan kecil di mata, namun bagi Yasaka itu sudah cukup untuk mengetahui lawannya, tanpa perintah pun api yang berada di sekitarnya langsung memberikan serangan balik layaknya pemburu. Yasaka tidak menunggu, pengalaman puluhan tahun sudah mengajarkan dirinya akan pertarungan, yaitu selalu bersiap. Karena itulah saat ini kesembilan ekornya sudah keluar memanjang memenuhi ruangan tersebut. Karena itulah api biru panas mengelilingi ruangan itu layaknya magnet itu sendiri.
Sosok penyerang tersebut, menginjakkan satu kakinya ke lantai dengan keras, melempar pedangnya ke udara, merunduk, dan tanpa jeda langsung memutar badannya di udara layaknya melawan gravitasi itu sendiri. Dan dalam setiap gerakan itu, ia menghindari serangan Youkai rubah tersebut. "Suiton: Suidan no Jutsu."
Timing yang tepat saat berada di udara, penyerang Yasaka melepaskan tembakan air tajam dari mulutnya.
Mata Yasaka melebar, ini kali pertama penyerangnya memiliki kekuatan seperti ini. Apalagi sepertinya sosok yang dikirim oleh musuhnya bukanlah pembunuh biasa, layaknya mereka memutuskan kali ini merupakan percobaan yang serius.
Sebelum Yasaka bisa berpikir, tembakan teknik air itu menghantam dinding api yang berada di sekitarnya. Api bertemu dengan air, dan uap asap yang besar tercipta. Membuat penglihatan mata terganggu, tetapi bagi kedua petarung itu hal tersebut tidak menjadi pengganggu sama sekali. Sebab mereka masing-masing memiliki teknik sendiri merasakan kehadiran musuh tanpa perlu menggunakan penglihatan.
Sosok yang menyerang Yasaka, terpaksa menggunakan kedua tangannya menangkis pukulas keras dari pemimpin Kyoto tersebut. Meskipun tidak mengenai langsung wajahnya namun kekuatan dari pukulan itu cukup membuatnya mundur beberapa meter. Dan di saat itu juga topeng dari penyerang Yasaka memutuskan untuk retak dan pecah perlahan. Menunjukkan rupa dari sosok yang merupakan pria muda tersebut.
Yasaka menurunkan tangan kanannya. Kedua tangannya yang merupakan perubahan awalnya sebelum melepas bentuk Yokainya diselimuti api biru bercampur kuning yang membara saat melancarkan serangan tersebut. Pemimpin Youkai tersebut mengamati penyerangnya…
Ia dapat melihat rambut pirang pendek. Wajah muda seorang remaja yang dingin bagaikan es itu sendiri, dan mata tajam berwarna biru yang menatapnya tanpa rasa takut. Namun yang menjadi perhatiannya saat ini adalah kedua tangan pemuda itu yang tadinya melepuh akibat menahan serangannya kini beregenarasi dengan kecepatan tinggi.
Hanya bunyi hiss kecil yang menemani dari bekas luka tersebut sebelum kulit tangan tersebut kembali seperti semula tanpa ada bekas satu pun.
Yasaka langsung menyimpan informasi kecil tersebut. Musuh yang mempunyai regenerasi tinggi merupakan lawan yang menyusahkan.
Sekarang yang berada di pikirannya hanyalah mengapa para pelayannya atau Youkai lainnya menuju ke tempat ini!? Apa mereka begitu susah merasakan kekuatan yang dirinya pancar dari tadi layaknya umpan!? Seharusnya mereka sudah berada di sini dan membantunya membereskan masalahnya di sini.
"Apa yang kau pikirkan?"
Suara itu bagaikan bisikan, tanpa ada emosi di balik itu semua.
"Itu bukan hal yang harus dirimu pikirkan. Seharusnya engkau merasa malu akan apa yang engkau perbuat. Siapapun yang mengirim dirimu untuk menyerang diriku tidak mengerti akan konsekuensi yang akan terjadi."
"Ya… aku mengerti." Pemuda itu mengangguk dan kemudian berbicara layaknya mengetahui apa yang ditakutkan Yasaka. "Aku mengerti bahwa kau pada saat ini mencoba mengulur waktu. Wajahmu menunjukkan itu semua. Mengapa mereka tidak datang? Mengapa mereka tidak merasakan pertarungan yang berada di wilayah mereka? Mengapa mereka tidak mendapatkan sinyal kekuatanmu meskipun kau memancarkannya beberapa kali." Pemilik rambut pirang itu menaikkan alisnya sesaat. "Bukan, begitu?"
Yasaka mengeratkan rahangnya, dirinya tidak akan mengeluarkan kata-kata tidak pantas meskipun lawannya mencoba membunuh dirinya. Dan anehnya, penyerangnya juga begitu, apa yang dia katakan sama sekali tidak memiliki nada cemooh pada dasarnya. Yang dia katakan hanyalah sebuah fakta. Fakta yang memang mendeskripsikan situasi yang ada pada saat ini.
Dengan perkataan itu Yasaka yakin bahwa pemuda ini lah yang menjadi dalang mengapa pertarungan mereka tidak mendapatkan respon. Namun jika begitu juga, apa yang membuat dirinya yakin dengan keadaan bahwa Kunou aman?
"Kau berpikir tentang putrimu, bukan?"
Yasaka tidak menjawab. Namun dari lototan mata yang bisa membunuh hal itu sudah cukup bagi pemuda itu.
"Ah…." Suara kecil itu keluar dari mulut pemuda itu layaknya kecewa akan keadaan. Namun Yasaka tahu pasti. Jantungnya berdegup kencang, keras bagaikan hendak keluar dari dadanya.
"Dia… sudah mati."
Sejuta gambaran akan kejadian itu serasa masuk ke dalam otak wanita tersebut. Gambaran mata kosong dan redup dari putrinya bagaikan berputar terus di depan matanya.
'Okaa-sama..'
Patah…
Akal sehat wanita itu hilang begitu saja mendengar perkataan dari monster tanpa perasaan di depannya. Pakaian wanita Kuil yang ia kenakan tidak menutupi perubahan dari wanita tersebut.
Pusaran energi berwarna keemasan mengitari wanita itu untuk beberapa saat sebelum meledak ke atas. Dan dari dalam pusaran cahaya tersebut, terdengar suara.
"Namamu…?"
Pemuda itu tidak berpengaruh akan itu semua, dari ekspresi, gerak tubuh… semua tetap sama. Mendengar pertanyaan itu, pemilik mata biru itu menjawab dengan pelan. "Naruto."
"Akan kuingat betul namamu itu sebelum aku memusnahkanmu hingga tidak ada satu debu pun tersisa di tanah suci Kyoto ini. Dan aku berharap Ameterasu-sama membakar jiwamu tanpa ampun! Naruto!"
Pemuda bernama Naruto.
Itulah nama dirinya…
Ironi.
Sepertinya lebih banyak orang yang meneriakkan nama itu dengan kebencian. Siapa yang menyangka? Semua ini adalah karena perbuatan yang ia lakukan. Dan mengatakan hal seperti itu tentu saja sudah membuat orangtua mana saja mengeluarkan kemarahan seperti itu. Terkadang dirinya memang terlalu banyak bermain dengan api.
Yasaka, wanita cantik itu sudah tidak ada. Digantikan dengan rubah besar berwarna emas dengan ekor Sembilan. Energi Youkai kini dapat terlihat dengan mata telanjang, memandikan tubuh Yokai rubah tersebut.
Kekuatan yang hebat. Jika salah gerak atau melakukan sesuatu, dirinya dapat saja mati. Naruto mengakui itu, meskipun tidak sehebat kekuatan ekor Sembilan yang saat ini tertidur di dalam dirinya, namun kekuatan Youkai ini mampu menjadi kekuatan mematikan yang dapat membunuh dirinya yang tidak menggunakan mode ekor Sembilan sendiri.
Tapi dirinya bukanlah seorang Ninja jika tidak bermain dengan curang.
Yasaka yang dalam mode Youkai penuh miliknya sudah bersiap menghancurkan manusia itu di tempatnya, dan ketika melihat manusia itu menutup matanya. Hanya kemarahan yang ada dalam jiwanya. Apakah sebegitu remehnya kah dirinya, bahkan manusia ini perlu menutup mata dari kekuatan dirinya? Atau manusia itu menyadari kesalahannya dan hanya bisa menerima ajalnya begitu saja?
Tidak, tidak ada kenikmatan dari membunuh musuh yang tidak bisa melawan balik. Namun, monster inilah yang membuatnya menggunakan mode ini, monster inilah yang membunuh putrinya yang tidak bersalah.
"Di mana semua tingkahmu tadi!? Apakah kau tidak memiliki harga diri setelah membuat diriku ekor Sembilan marah!? Tidak hanya itu, kau juga bahkan berani membunuh putriku. Apa misimu sudah selesai sehingga kau berdiam menerima ajalamu!?"
..
..
"Ada kesalahan dari perkataanmu itu, Yasaka-san. Pertama… aku tidak, dan tidak akan pernah menerima perintah dari siapapu pun itu. Dan yang kedua, meskipun aku akan menerima kematian dengan tangan terbuka layaknya anak pada ibunya, ini bukanlah saatku. Karena masih ada sedikit lagi yang harus kukerjakan sebelum kematian menjemputku. Dan hal itu akan kulakukan sebaik mungkin…"
Dan mata pemuda itu terbuka. Menunjukkan mata dengan pupil sayatan kecil. Mata yang dikenal betul oleh Yasaka…. Mata ular.
Senjutsu. Tidak salah lagi dari energi yang berada di sekitar pemuda itu. Dan Yasaka tahu betul bahwa manusia(?) itu mengambilnya dari tanah Kyoto. Tanpa ada dampak energi negatif pun yang terasa. Hal yang seharusnya bisa dilakukan beberapa Youkai saja. Dan dirinya adalah salah satu dari Youkai yang dapat melakukan hal itu tanpa dampak efek, bahkan pada saat ini kekuatannya sudah bercampur dengan Senjutsu.
Mata manusia itu menatapnya layaknya mempelajari sesuatu. "Hm, tapi seperti apa yang kuperhatikan selama aku berada di Jepang…. Sepertinya teknik Senjutsu kalian lebih bervariasi dan berkembang dari apa yang kupunya. Kalian dapat menggunakan Senjutsu dan juga menciptakan variasi dari teknik Senjutsu sehingga dapat menciptakan teknik lain yang mustahil, bahkan aku merasa… ya, terkejut. Hm, misteri misteri…"
Apa manusia ini serius?
Dengan kata-kata yang keluar dari mulut pria itu, jelas jelas orang akan salah paham dengan betapa santainya manusia tersebut berbicara.
"Tidakkah dirimu memiliki harga diri? Sepertinya memang dirimu harus diberi pelajaran karena betapa lancangnya apa yang telah dirimu lakukan."
Naruto mengkedipkan matanya sesaat.
"Tidak, sayangnya orang seperti aku tidak memiliki hal itu. Di area aku bekerja, harga diri, maupun honor hanya akan membunuhmu pada akhirnya." Dengan jawaban itu, Naruto menghilang dari tempatnya. Yasaka tidak khawatir, karena dengan kekuatan yang ia miliki dapat membaca pergerakan musuhnya terlebih dahulu sebelum musuh itu sendiri bergerak. Karena itu ia dapat memberikan respon yang akurat. Kelebihan dari Senjutsu yang pada saat ini ia gunakan.
Penghalang muncul, Yasaka membuka mulutnya dan semburan api panas menghantam langsung tempat di mana Naruto akan berada. Tidak sampai di situ, Ekor-ekornya yang bagaikan senjata hidup, telah menusuk-nusuk udara di sekelilingnya. Hal itu telah berlangsung beberapa menit, dan Yasaka dalam mode Kyuubi nya tidak sekalipun bergerak dari tempatnya.
Naruto muncul di tempat lain, menaikkan tangannya ke pipinya dan mengusap darah kecil yang mengalir. "Kau bahkan bisa membaca pergerakanku terlebih dahulu sebelum aku melakukannya, tunggu dulu! Jangan bilang kau memiliki sharingan? Mungkin itu menjelaskan semuanya…. Hm…" Naruto menaikkan bahunya sesaat. "Sepertinya memang jelas Senjutsu milikmu lebih hebat dari apa yang kumiliki."
"Jika kau sudah mengetahui itu, sebaiknya dirimu menyerah."
Pemilik rambut pirang itu menaikkan alis matanya sesaat meskipun gelombang energi yang dipancarkan oleh Yasaka telah menyapu apa yang berada di sekelilingnya. "Tentu saja tidak. Meskipun hal itu memang benar, tapi aku di sini bukan berusaha untuk menang melawanmu dengan cara yang adil." Naruto menaikkan satu tangannya dan membuat satu segel tangan, "Aku akuimu kau memang kuat, Yasaka-san, tapi perbedaannya adalah aku mengetahui kekuatanmu sedangkan kau… tidak mengetahui apa-apa."
"Fuin."
Dan saat itu Yasaka menyadari apa yang terjadi dengan satu perkataan itu. Seluruh permukaan lantai tiba-tiba bercahaya, tidak pada lantainya, namun apa yang tertulis pada lantai tersebut yang saat ini menyala. Kaligrafi tulisan jepang kuno yang ia kenali bergerak bagaikan ular hidup. Ular hidup yang terbuat dari tinta.
"Apa ini?"
Naruto tidak menjawab. Hanya menatap tanpa emosi kepada Yasaka.
Dan tatapan itu sudah cukup menjadi jawaban bagi Yasaka akan apa yang ia takutkan.
Fuinjutsu yang diciptakan oleh Naruto sudah terlebih dahulu bergerak, mengeliling bentuk Kyuubi tersebut hingga membentuk bola dengan Yasaka di dalamnya. Pancaran dari segel kembali menyarak untuk terakhir kalinya dan kemudian megompres menjadi kecil mengikat bentuk rubah ekor Sembilan tersebut.
"APA INI!?"
Yasaka mencoba melepaskan diri, menggeliat, mengeluarkan tenaga, membakar. Segalanya. Namun tidak ada yang berhasil satu pun, yang ada hanya kekuatannya yang semakin melemah. Dan hal itu ia sadari setiap percobaan membebaskan dirinya. Panik, yang ia rasakan pada ini berbeda dengan keberanian yang tadi ia keluarkan saat melawan penyusup tersebut. Pertama kali dalam hidupnya dirinya mengalami situasi seperti ini.
Namun dirinya tidak mau menyerah begitu saja.
Ia mencoba melepaskan diri dari apapun itu yang menyegelnya. Tenaga dan juga energi dari layline ia gunakan. Yasaka merasakan itu, ia mulai mendapatkan kembali pergerakannya. Tubuhnya yang pada awalnya mulai kembali ke bentuk manusia kini terbalik lagi menjadi bentuk Kyuubi. Pulip berpapasan dengan mata biru tersebut. Dan Dunia perlahan runtuh di depannya.
"Kau hanya akan menyiksa dirimu lebih lama. Seberapa kuatnya dirimu, kau tidak mungkin dapat menghancurkan segel seseorang yang memiliki darah Uzumaki di urat nadi mereka." Naruto kembali menambah dua segel tangan, "Sejarah keluarga Uzumaki selalu dikatakan bahwa segel Uzumaki selalu digunakan untuk kebenaran, untuk membantu orang dengan niat baik. Namun, selalu dari mereka yang bukan keturunan Uzumaki yang mempelajari seni menyegel untuk melakukan hal buruk."
Chakra biru yang terlihat mulai menggelap mengelilingi sekitar Yasaka, dan menambah lapisan demi lapisan segel sebelumnya. "Ah, maaf aku mengatakan sesuatu yang tidak penting. Kurasa ini perasaan seseorang di mana mereka ingin menggebu-gebukan sedikit mengenai kehebetan klan mereka meskipun klan itu sendiri sudah tidak ada. Dan aku merupakan garis terakhir meskipun tidak murni yang masih memegang nama itu dan mengetahui sedikit tentang keahlian Klan."
Yasaka tidak peduli dengan hal itu.
"Apa yang kau inginkan!?"
Naruto tidak bereaksi ketika melihat tubuh Yasaka yang kini layaknya manusia, apalagi dikarenakan perubahannya tadi wanita itu telah menghancurkan pakainnya menyisakan wanita yang telanjang dengan bentuk tubuh yang dapat membuat orang tidak akan sadarkan diri. Sayangnya dirinya tidak dalam kategori tersebut, dirinya sudah lama melupakan kepentingan nafsu birahi untuk pikiran yang fokus pada satu tujuan. Bukan berarti ia tidak dapat merasakan ketertarikan terhadap sesama jenis, dan dirinya juga mengakui Yasaka merupakan salah satu wanita tercantik yang pernah ia lihat dalam hidupnya. Namun hal itu cuma sebatas itu saja, tidak lebih. Profesi alaminya sudah melatihnya akan godaan nafsu akan kecantikan kaum wanita.
Apalagi jika Yasaka memang ras Kitsune, dengan tambahan sudah mencapai ekor tertinggi wajar saja dia memiliki bentuk tubuh yang jauh dari pandangan manusia biasa.
Informasi tersebut ia dapatkan dari buku dongeng anak-anak yang ia dapatkan dari toko buku.
Yasaka menunggu, namun tidak ada jawaban, penyerangnya yang saat ini berhasil mengunci pergerakannya dan melemahkan semua kekuatan yang ia miliki ke titik bagaikan manusia hanya terdiam menatapnya dengan tatapan kosong. Yasaka tahu itu bukan tatapan nafsu layaknya kebanyakan pasang mata yang selalu menatapnya, namun hal ini berbeda.
Semua rasa bercampur aduk, rasa takut, marah, keingintahuaan, dan putus asa…
Semua itu berada di dalam dirinya, namun saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menerima keadaan. Dirinya berharap Kunou masih hidup sampai saat ini, dan bisa menjalani hari-harinya layaknya anak pada umurnya sebelum terjun ke dunia di mana yang kuat yang menang. Namun kenyataan berkata lain, dan dirinya hanya dapat berharap Kunou tidak merasakan apa-apa sebelum dibunuh monster ini.
"Lakukan hal terburukmu." Hanya pandangan penuh benci pada pemilik mata tanpa emosi tersebut serta suara pasrah yang bisa ia utarakan untuk terakhir kalinya. Hal terakhir yang ia lihat adalah gerakan tangan yang sebelumnya dilakukan pemuda tersebut.
Naruto menghela nafas sesaat, menyandarkan tubuhnya pada pillar bangunan yang hancur. Pandangannya menyerap bentuk sekitar dan hanya bisa berpikir betapa beruntungnya ia dapat memperkecil kehancuran yang tercipta akibat pertarungan yang terjadi. Bukan berarti dirinya tidak dapat menghancurkan Yasaka dengan mudah menggunakan seluruh kekuatannya, namun jika hal itu terjadi, tentu saja banyak pihak yang akan merasakan kehadirannya kembali. Lagipula tujuannya ke tempat ini bukanlah untuk hal itu.
Pandangan pemuda itu menatap atap seperti menatap langsung terhadap sesuatu yang jauh berada dari tempatnya.
"Tidak hanya kalian yang memainkan permainan ini."
"Sial."
Sosok tersebut hanya bisa mengutuk di bawah nafasnya, karena jelas pasti ia sudah ketahuan sejak pertama kali berada di tempat persembunyiannya. Seharusnya dirinya tidak ceroboh meremehkan kemampuan (kemungkinan) musuh. Dan di sini ia membayar itu dengan lokasi keberadaannya. Jenis kekuatan apapun itu atau tipe sacred-gear, sepertinya dia dapat mendeteksi keberadaannya meskipun berada jauh hingga tidak bisa dilihat dengan telanjang mata. Namun sosok yang tidak diketahui tersebut dapat merasakn keberadaannya dengan akurat.
Yang sekarang bisa ia lakukan adalah mundur. Tidak ada gunanya mencoba mengunjungi penyerang Yasaka pada saat ini. Apalagi ketika ia mendapati bahwa penyerang Yasaka tersebut dapat mengalahkan dengan mudah Pemimpin Youkai Kyoto.
Tapi dengan kejadian yang di luar rencana, maka menculik pemimpin Youkai atau mencoba menguasai Layline Kyoto mungkin harus diurungkan sebelum mengetahui betul siapa dan apa yang memasuki meja permainan.
"Cao Cao harus mengetahui ini."
Dengan mengawasi sosok tersebut untuk terakhir kalinya, sosok yang menyaksikan pertarungan sebelah pihak tersebut memutuskan untuk mundur setelah memastikan dirinya aman.
Naruto melepaskan nafasnya kembali, sepertinya sosok yang mengawasinya memilih pilihan yang cerdas. Pandangannya kemudian tertuju pada tubuh yang berada d sampingnya yang pada saat ini telah tertutup oleh sehelai kain panjang. "Mungkin kau tidak mendengar, tapi… aku mempunyai alasan melakukan ini."
"Naruto-sama, sepertinya yang mengawasi pertarungan anda sudah pergi."
"Aku tahu. Sangat disayangkan, dia tidak memutuskan untuk melakukan hal bodoh. Tapi dengan begini, berita akan sampai ke mereka bahwa Kyoto saat ini tempat yang tidak bisa mereka singgahi sesuka hati."
"Ya, sungguh disayangkan, padahal hamba ingin mencicipi bagaimana rasanya daging keturunan Pahlawan yang mereka banggakan itu."
Naruto tidak merespon akan kebiasaan buruk dari pemilik kulit putih bagaikan cat tersebut. Namun pandangannya kembali ke wanita yang berada di sampingnya dan hanya bisa mengerutkan alis mata untuk sesaat seraya memikirkan rencananya selanjutnya.
"Kembali lakukan tugasmu, dan laporkan jika ada informasi berguna yang bisa kita gunakan, Zetsu."
Zetsu putih menyeringai lebar menunjukkan gigi runcingnya, "Sesuai perintah, Naruto-sama." Dengan begitu ciptaan dari Kaguya tersebut perlahan diserap oleh permukaan lantai sebelum menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Pemilik rambut pirang tersebut kemudian berdiri dan mengangkat wanita yang masih tidak sadarkan diri tersebut. Satu langkah yang ia ambil kemudian terhenti, pandangan kemudian menatap bayangan kecil yang muncul.
"Kau bisa keluar…. Putri dari Yasaka."
Beberapa detik namun tidak ada jawaban sebelum kepala kecil terlihat dari balik pintu yang rusak. Perlahan-lahan, keturunan dari Yasaka tersebut menunjukkan dirinya. Pandangan sedih terlihat dengan pasti menatap Ibu-nya.
"Okaa-sama…."
"Dia baik-baik saja. Kemarilah." Naruto menggunakan nada lembut untuk meyakinkan anak itu. Sesuatu yang mengejutkan datang dirinya, karena dirinya tahu bahwa apa yang ia katakan merupakan hal yang tulus.
Kunou, terhenti sesaat kemudian perlahan berjalan beberapa langkah sebelum berlari menuju Naruto. Tangan yang kecilnya langsung memegang tangan Ibunya. "Okaa-sama... maafkan Kunou."
"Aku sudah berjanji, bukan? Aku tidak akan melukai Ibumu. Aku datang dengan niat baik."
Kunou mengingat kembali kejadian itu.
flashback
Kini Kunou dapat melihat dengan jelas sosok wajah Pria itu. Hal pertama yang ia temukan adalah mata berwarna biru yang kusam. Dan juga rambut pirang pendek. Yang terakhir adalah sesuatu yang tidak terlalu terlihat namun jika diperhatikan dengan betul-betul maka ada tiga garis di masing-masing pipi layaknya seperti kumis kucing.
Wajah itu… wajah yang terkadang terlihat di mimpinya, Sesuatu yang selalu ingin Kunou lihat namun tidak pernah menjadi kenyataan. Sesuatu yang sangat dirahasiakan betul oleh Ibunya.
"Apa..."
"Hm?"
"Apa kau Ayahku?"
"….."
"….."
"Seingatku aku tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan Ibumu, jadi kuyakin jawabannya…. Tidak." Naruto yang tidak tahu akan humor menjawab dengan serius, meskipun ada keringat kecil mengalir. Meskipun ia melihat kemiripan sedikit dari rambut dan bentuk wajahnya saat kecil. Hal itu tidak akan mungkin terjadi.
Mungkin di dunia pararel lainnya hal itu terjadi.
Tapi tidak dengan yang ini.
Kunou yang menemukan kembali suaranya setelah mendengar hal itu langsung menunjuk dengan menuduh. "Kau! Apa yang kau lakukan dengan Karasu, penyusup! Jika Okaa-sama tahu akan hal ini kau pasti akan mati!"
Naruto menghela nafas sesaat. Sebelumnya ia tidak pernah berurusan dengan anak kecil. Dan jujur dari dalam hati, ia tidak tahu harus bertingkah seperti apa di depan anak seumuran gadis kecil di depannya.
"Karasu… itu namanya ya," Naruto menatap salah satu Jenderal tersebut tanpa emosi yang pada saat ini berusaha mengendalikan nafasnya, darah deras masih mengalir deras dari luka yang barunya. "Sepertinya kami masuk dalam kesalahpahaman. Dan Karasu-san tidak mau mendengar alasanku meskipun di sini aku bersalah juga karena masuk tanpa pemberitahuan. Tapi hal ini diperlukan gadis kecil."
"Namaku Kunou!"
Naruto menaikkan alis matanya sesaat, meskipun dalam keadaan yang seperti ini. Gadis kecil itu masih meminta hormat.
"Baiklah Kunou, mengenai Karasu, kejadian seperti ini seharunya dapat dihindari tapi kenyataan berkata lain, sebagai permintaan maaf… Aku bisa menyembuhkannya sebelum kondisinya semakin memburuk.." Naruto menaikkan satu jari telunjuknya perlahan. "Tapi ada satu hal yang perlu aku lakukan agar dirimu mengerti situasi seperti apa yang akan kalian, para Youkai hadapi."
Kunou tidak melihat apapun. Namun dirinya langsung merasakan jari telunjuk tersebut yang menyentuh keningnya. "A-Ap—"
Hal terakhir yang Kunou lihat adalah tatapan kosong dari pria itu. Dan… penyesalan?
Kegelapan pun di mulai….
sebelum cahaya terang menyinari.
Informasi yang sebelumnya tidak pernah ada diingatannya tiba-tiba ada setelah manusia aneh ini menyentuh dahinya. Dan dirinya terpaksa menerima kenyataan dan juga marabahaya yang mungkin akan datang jika semua dibiarkan begitu saja. Dan juga kenyataan bahwa ternyata memang ada yang lebih kuat daripada Ibunya sendiri.
Kejadian singkat yang berat itu sudah cukup membuat Kunou merasa sakit hanya mengingatnya kembali. Mengingat umurnya yang masih muda dalam hitungan youkai, hal seperti ini menjadi kejutan besar yang tidak diinginkan. Tapi meskipun begitu air mata sudah terlihat diujung mata gadis kecil tesebut. "Tapi, kenapa kau harus sampai melakukan hal ini? Tidak bisakah kau membicarakannya dengan ibu?"
Naruto menutup matanya sesaat. "Karena Ibumu dalam bahaya, dan ini adalah satu-satunya cara agar musuh yang mencoba menyerang Kyoto mundur." Perkataan itu ia katakana kembali dengan nada lembut yang ia gunakan. Dirinya dapat melihat itu, ketakutan di mata anak tersebut. Rasa tidak percaya, dan memang tidak bisa percaya akan siapa saja. Keraguan juga terlihat karena dirinya lah yang membuat skenario di mana Ibunya memang harus kalah. Salah satu alasan mengapa ia tidak membicarakan hal ini kepada Yasaka karena ia tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun itu.
Mungkin dari provokasi yang ia gunakan tadi, dengan cara mengatakan hal yang kejam di mata perempuan itu namun hal itu juga ia gunakan agar Yasaka berada di tahap di mana dia serius dan menggunakan seluruh kekuatannya.
Dan di sini dia, mengambil pecahan dari drama yang sudah berlalu.
Jika mengetahui yang sebenarnya, Yasaka mungkin akan sangat marah dan menyebabkan semuanya berantakan. Ditambah kemungkinan dirinya sudah membuat musuh dengan fraksi Youkai. Sesuatu yang sebenarnya dirinya tidak inginkan, karena Naruto tidak ingin diketahui pada saat ini. Namun melihat ke depan hal itu mungkin sudah tidak mungkin lagi.
Membuat seluruh dunia memusuhinya? Dirinya tidak menginginkan itu. Seberapa kuatnya dirinya, hal itu tidak memungkinkan dirinya bisa tetap hidup setelah melawan seluruh dunia.
Kaguya mungkin berkata lain. Tapi Naruto tidak ingin mengambil resiko.
"Terkadang kau harus melakukan hal yang tidak terduga untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Terkadang lagi kau harus melakukan hal yang di luar kepala agar dapat bertahan hidup. Itu bukanlah cara yang terbaik, karena tidak dirimu saja yang akan tersakiti tapi orang yang berada di sekitarmu." Naruto memberikan senyum kecil pahit seakan mengingat sesuatu. "Kunou, ini adalah dunia yang sebenarnya."
"…."
Naruto berlutut sesaat, sedangkan Yasaka sudah berada di kedua tangan klon miliknya.
Menatap sembari memberikan jari kelingkingnya, "Tapi setidaknya kau tidak sendiri… ada Ibumu yang akan selalu bersamamu. Dan, ini adalah janji… aku akan melindungimu dari tekanan yang lebih kuat di luar sana."
Kunou terdiam sesaat, menatap jari tersebut dengan menggigit bibir bawahnya. "…Dan juga Okaa-sama?"
Senyum di wajah Naruto melebar. "Tentu saja."
Gadis kecil itu mengambil jari tersebut, dan mengikatnya bersama dengan jari kelingkingnya. "Jika kau berbohong, kau akan memakan satu juta jarum."
"Janji."
"Dan apa kau yakin sosok ini mengalahkan Yasaka?"
"Tentu saja Cao-Cao, dan mengejutkan lagi dia adalah seorang manusia. Manusia yang kuat."
Pria dengan rambut hitam pendek itu menaruh tangannya sebagai sandaran pipi. Pikirannya kembali ke perkataan dan juga kemungkinan baru yang baru saja ditunjukkan kepada dirinya. "Menarik sekali."
Suara agak dalam datang dari pria berbadan besar penuh otot. "Bukankah hal tersebut menjadi masalah? Kita tidak bisa mengambil alih Kyoto untuk waktu ke depannya."
Cao Cao menyeringai kecil. "Dengan aksinya itu, tanpa perkataan dan dengan aksi dia mendeklarasikan Kyoto sekarang berada di bawahnya. Salah satu hal terpenting yang masih dimiliki Kyoto adalah Layline yang memiliki sumber kekuatan yang cukup untuk tujuan kita membuka dimensi tersebut. Rencana tersebut sebenarnya masih cukup jauh. Dan dengan kemunculan sosok ini… mau tidak mau kita harus mencoreng kemungkinan tersebut. Kita memang kuat…. Tapi hal yang bodoh jika kita tidak menyelidik terlebih dahulu mengenai pemain baru ini."
"Jika sumber energi yang kita cari, mengapa kita tidak menggunakan yang berada di Tokyo?"
"Dan menghadapi Pemimpin Hyakki Yakou yang dipimpin oleh Nurahriyon?" Cao Cao menaikkan alis mata. "Kemenangan memang akan berada di tangan kita. Tapi yang kita ketahui mengenai Nurarihyon… Youkai itu tidak pernah melakukan apapun tanpa kebisingan. Menjadi perhatian dunia bukanlah prioritas kita pada saat ini. Dan mengingat Youkai tersebut dan juga Koneksinya, rencana kita hanya akan menjadi bertambah rumit. Kyoto juga mengunci erat rahasia akan siapa yang dapat mengendalikan Layline Tokyo."
"Sedangkan yang kita tahu pasti hanyalah Kyoto, itupun sekarang menjadi tanda Tanya mengingat status Yasaka si ekor Sembilan pada saat ini."
Cao Cao hanya tersenyum. "Dan tidakkah kalian pikir ada sesuatu yang aneh? Tidak ada yang mengetahui mengenai apa rencana kita dengan Kyoto. Dan hal sebaliknya terjadi… sosok itu mendapatkan informasi. Informasi yang seharusnya hanya kita yang ketahui, bahkan Ophis sendiri tidak tahu akan hal ini. Dia mengambil langkah duluan mengunci pergerakan kita."
Pernyataan itu baru masuk dalam pikiran masing-masing anggota fraksi pahlawan. Hal itu benar sekali, mereka mempercayai satu sama lain sehingga informasi tetap terjaga secara rahasia. Dan kemungkinan besar sekali sosok itu mensabotase pergerakan mereka terlebih dahulu karena sosok itu mengetahui terlebih dahulu langkah mereka.
Meskipun banyak spekulasi yang tercipta. Namun yang tersisa hanyalah tanda Tanya besar.
Bagaimana?
Pemimpin fraksi pahlawan dari manusia tersebut kemudian menyampingkan sementara masalah tersebut. Rencana baru sudah tercipta dalam sekejap dalam pikirannya. "Siegfried, Heracles, aku ingin kalian kembali merekrut anggota untuk fraksi kita. Kita akan membutuhkan banyak saudara-saudari kita yang memiliki potensial untuk menggapai tujuan kita. Dan Jeanne jika kau mau, kau juga boleh ikut."
Satu-satunya perempuan di lingkaran itu mengangguk dengan cerianya. "Aku tidak akan mengecewakanmu~!"
Cao Cao hanya mengangguk, sudah kebal dengan energi positif yang selalu dikeluarkan oleh Jeanne. Pemegang True Longinus tersebut kemudian menatap pemuda dengan kacamata tersebut.
"Georg, kali ini kau kembali dalam misi mata-mata. Hanya saja, targetnya berbeda…. Aku ingin mengetahui semua tentang Sosok ini. Dari mana dia berasal, dan mengapa kita baru mengetahui hal ini baru saja."
"Baik."
Cao Cao menyandarkan pipinya kembali ke tangan, pertanyaan itu kembali terulang di dalam pikirannya. Bagaimana bisa sosok itu membaca pergerakan mereka terlebih dahulu, apalagi dengan informasi ketat yang seharusnya tidak diketahui makhluk lain selain lingkaran kecilnya. Rencana yang seharusnya dijalankan beberapa bulan lagi, namun sudah disabotase sebelum rencana itu dijalankan.
Yang jelas, jika hal itu terbukti benar, maka fraksi pahlawan miliknya akan menerima sosok itu di dalam tujuannya. Jika tidak, siapapun itu… dia harus dibereskan. Ini bukan kali pertama ada yang menghalangi tujuan dirinya.
Dan mereka mempelajari dengan keras mengapa tidak ada yang boleh mencoba berurusan dengan pemegang True Longinus.
"Apa yang kau pikirkan saat ini?" Suara itu terdengar dengan lembutnya, bertanya dengan memang penuh akan keingintahuan. Senyuman kecil yang indah tuk dipandang melekat di wajah membuat siapapun dapat luluh dipandangannya.
"Hanya pikiran kecil yang tidak perlu untuk ikut kau pikirkan." Jawaban tersebut terdengar netral, namun jika ada yang cukup tahu mereka akan mengetahui bahwa terdapat hal yang lebih dalam dari itu.
Seringai kecil tercipta di bibir merah tersebut. "Apapun itu… sekecil apapun masalah yang dapat membuat dirimu khawatir, katakan saja padaku. Aku akan menyelesaikannya untukmu." Nada menggoda, sentuhan jemari yang lembut mengelus pipi dari pemuda tersebut.
"Satu-satunya alasan mengapa aku tidak menjadikan dunia ini milikku hanyalah karena permintaanmu. Karena itulah aku melakukannya… karena aku ingin melihat apa yang kau rencanakan. Dan sampai kapan rencana itu akan berhasil."
Naruto hanya terdiam. Masih terlintas di matanya bayangan akan kematian… kehancuran dan hal itulah yang membuatnya sadar bahwa karena alasan itulah mengapa dirinya melakukan ini. Hanya inilah yang bisa ia lakukan untuk menghindari semua itu terjadi kembali. Meskipun mungkin pada akhirnya dirinya akan menjadi musuh dunia yang ia coba untuk lepaskan dari perhatian Ootsutsuki Kaguya.
Meskipun tidak menunjukkan hal itu, Naruto tahu dirinya hanyalah bagaikan lalat di depan kekuatan penuh Kaguya setelah memiliki hampir seluruh kekuatannya. Yang menghalangi kekuatan itu menjadi kekuatan penuhnya hanyalah karena Kurama yang sampai saat ini berada di dalam dirinya tanpa terganggu. Sesuatu yang memang dibiarkan Kaguya untuk ia miliki.
Takut.
Perasaan itulah yang ia rasakan… perasaan yang bisa ia hitung dengan jari pernah terjadi. Dan ini adalah ketakutan terbesar yang pernah ia miliki. Hanya dengan satu serangan hal itu sudah cukup untuk memusnahkan dirinya jika Kaguya menjadi musuh terbesarnya. Menelan harga diri yang tidak pernah ada hal itulah yang ia lakukan meskipun harus bersama dengan monster dari monster ini.
Kurama…
Sudah cukup lama ia tidak mendengar suara dari Bijuu berekor Sembilan tersebut. Naruto tahu tidak ada kerusakan antara komunikasinya dengan Kyuubi. Tapi hal itu berubah setelah dirinya dihadapkan dengan Kaguya. Naruto tidak bisa menyalahkan hal itu. Karena Kurama sepertinya dapat merasakan apa yang terjadi pada saudaranya yang lain. Dan hal itu yang mungkin menjadi ketakutan bagi Kurama.
Tanpa Kurama dan Chakranya dirinya hanya sebatas manusia yang jauh di atas rata-rata dengan kemampuan bagaimana manusia berevolusi seharusnya. Dengan Kurama dirinya merupakan sosok yang memiliki pijakan dilantai penuh makhluk terkuat. Tapi tanpa Kurama… tetap saja dirinya hanyalah seorang manusia. Seorang manusia yang tidak akan mungkin bisa mewujudkan tujuannya sendiri.
Senyuman pahit terlihat sesaat sebelum hilang, digantikan dengan ekspresi layaknya statusnya.
Dirinya sadar, tidak akan selamanya kekuatan yang ia pinjam mampu mewujudkan satu-satunya angan yang ia miliki. Karena alasan tersebut dirinya melakukan ini. Mengambil jalan lain yang mungkin dapat mendekatkannya kepada tujuan tersebut. Mungkin hal itu bertentangan dengan kode moral yang ia miliki. Berpikir kembali, memiliki hal tersebut hanyalah kata-kata yang yang mencoba membuat dirinya tenang, sebelum jatuh terlalu dalam akan kesalahan yang ia perbuat.
(Line here)
Tenang…
Itulah yang ia rasakan saat ini Tempatnya saat ini tidur tidaklah senyaman kasur yang ia miliki, namun hal itu tidak mempengaruhi apa yang ia rasakan.
Apa ini dunia selanjutnya?
Di mana para arwah youkai berkumpul? Atau tempat di mana Amaterasu-sama berada? Bukankah hal itu wajar? Dirinya merupakan salah satu yang berada di bawah perlindungan dewi tersebut?
Tapi apakah kehidupan selanjutnya memiliki rasa ini? Rasa sakit yang masih ia rasakan setelah pertarungan dengan manusia itu?
Di mana Kunou?
Putri kesayangannya, dan satu-satunya keluarga terdekat yang ia miliki. Salah satu alasan mengapa ia berjuang sejauh ini berada di salah satu puncak pemimpin Youkai.
Apakah dunia begitu kejamnya bahkan di kematian itu sendiri ia tidak dipertemukan dengan putrinya sendiri?
Perasaan yang campur aduk, kegelisahaan yang ia miliki membuatnya memaksa untuk membuka mata. Menatap langit-langit sebuah ruangan yang memiliki penerangan yang menyilaukan mata bahkan untuk dirinya sendiri.
Di mana ini?
Itulah yang ia pertanyakan di dalam dirinya.
Apa yang terjadi?
Yasaka hanya mengingat wajah tanpa emosi itu sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Tidak ada hal lain yang ia ingat selain itu.
Pemilik ekor sembilan itu memegang dadanya, tepat di mana jantungnya berada. Detakan, ia merasakan detak jantungnya sendiri. Dirinya masih hidup. Sebuah fakta yang mengejutkan untuk dirinya sendiri mengingat betapa seriusnya manusia itu untuk membunuh dirinya. Atau ada sesuatu yang ia lupakan atau tidak tangkap sebelumnya mengapa hal ini bisa terjadi?
Banyak sekali pertanyaan yang tercipta, tapi Yasaka tidak dapat menyimpulkan sebuah jawaban akan kebingungan yang terjadi.
…
…
…
"Kau mau minum?"
Pandangan langsung tertuju kepada suara tersebut. Yasaka melebarkan matanya, tubuh hendak bergerak untuk melebarkan jarak dari penyerangnya.
"Aku sarankan kau tidak melakukan itu." Pandangan mata Biru tersebut tetap tidak menuju pada Yasaka melainkan benda yang berada di tangannya. "Kau baru saja sadar setelah beberapa hari tidak sadar. Lagipula…"
Yasaka mengikuti pandangan dari manusia tersebut dan mendapati sesuatu yang membuat jantungnya berhenti berdetak untuk sejenak. "Lagipula… Gadis kecil itu akan terbangun jika kau melakukan hal yang kau pikirkan."
Yang dimaksud adalah Kunou, putri dari Yasaka itu sendiri. Yang kini terlelap di samping Yasaka. Bahagia itulah perasaan Yasaka saat ini, di mana dirinya mengira bahwa putri kesayangannya itu sudah tiada ternyata saat ini berada di sampingnya, tertidur lelap tanpa ada rasa khawatir sedikit pun. Seperti apa yang telah terjadi tidak terjadi sama sekali pada putrinya. Yasaka tidak tahu harus berbuat apa, semua ingatan tentang kejadian waktu lalu masih terisa jelas di ingatannya. Namun semua bertolak belakang dengan apa yang saat ini ia pandang dengan mata kepala sendiri.
Kebenaran. Itulah yang diinginkan oleh wanita tersebut dan ia akan mendapatkan hal itu dari manusia yang sedang duduk membaca buku tanpa peduli tersebut. Membaca buku do… dongeng?
Naruto menaikkan alis matanya sesaat merasakan tatapan yang diberikan oleh wanita tersebut. "Ah, putrimu sendiri yang memintaku untuk membacakan cerita padanya sebelum tidur. Meskipun aku rasa dia tertidur karena bosan sebab seperti apa yang dia katakan bahwa aku tidak mengerti cara menjiwai sebuah cerita. Dan saat ini aku mencoba untuk menjiwai buku ini agar Kunou tidak bosan."
….
….
"...Aku tidak mengerti denganmu." Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Yasaka setelah menyadari keadaannya sekarang.
"Lucu… kau bukan orang pertama yang mengatakan hal itu padaku."
And cut.
Sudah terlalu lama…. tidak update. Aku bisa mengetik beberapa alasan yang mungkin dapat menjelaskan mengenai keadaanku sebagai seorang Author yang lebih dari setahun tidak menyentuh cerita yang ia buat. Tapi rasanya itu tidak akan terlalu berguna. Yang jelas aku sudah mencoba melakukan apa yang terbaik, mengetik chapter ini kembali meskipun pada dasarnya aku hampir lupa plot akar. Dan setelah beberapa kali mencoba menulis kembali, menyerah lagi, ngetik lagi. Dan… tada~ ini yang kudapatkan.
Mungkin ada yang sudah lupa, dan ketika melihat cerita ini ada di notif mereka, "Ini apa?"
Ya aku juga merasakan hal yang sama ketika melihat cerita yang sudah lama bertahun tidak kulihat tiba-tiba muncul di notif. Dan ketika mencoba membaca, sudah tidak tertarik lagi dengan isi ceritanya dan kemudian menghapus dari status alert atau favorite. Ya aku cuma bisa bilang, "ok."
Saat ini baik aku maupun kristoper mencoba mencari kembali semangat kami untuk kembali menjadi Author di ffn. Dan ini adalah usaha yang aku buat mencoba mencari semangat tersebut. Aku bisa bilang, aku belum menemukan semangat itu sepenuhnya. Tapi siapa tahu bagaimana kedepannya. Yang jelas aku masih mencoba, dan saat ini juga mencoba.
Jadi aku tidak bisa mengatakan tanggal berapa bisa update lagi. Mengingat menulis 7000 words saja membutuhkan aku waktu sebulan. Yang biasanya hanya memakan waktu dua minggu. Sama sekali tidak menyenangkan…. ha… apalagi mengingat aku masih memiliki cerita lain yang terbengkalai belum aku sentuh.
Di banjarmasin sudah menunjukkan waktu pukul 2 pagi, dan aku sudah lelah, hendak tidur.
TadaBanri.