Title : Naruto : Make Destiny : Rise of Darkness
Genre: Adventure,
Disclaimer: Our Highness, Mr. Masashi Kishimoto
Rating : M
Pair : Naruto x ?
Warning : Kurang nyambung, OC, OOC, Typo(pasti), ect.
.
SALAMANDER
.
.
3 bulan kemudian
"Wah.. Hana-chan hebat, bisa menguasai tekhnik itu dalam 3 bulan saja" suara Naruto terdengar dari dalam rumah kayu di tengah hamparan hutan luas yang masih belum di ketahui keberadaannya dengan jelas. ia berdiri di depan sebuah meja kayu, dimana se ekor ikan ukuran lumayan besar, bergerak-gerak di atas sebuah gulungan, Setelah Hana Yuki menyembuhkannya.
"Yatta.. akhirnya aku berhasil, Naruto-sama" teriak bocah 12 tahun itu mengangkat kedua tangannya bahagia karena ia sudah menyelesaikan latihan panjangnya ini. Ia mengenakan kaos tanpa putih tanpa lengan dan celana ungu gelap selutut. Rambutnya di kuncir dua ke belakang, memeperlihatkan betapa imutnya pemilik bola mata hitam itu.
"Sungguh, coba kulihat.." suara Karin melangkah mendekati ikan itu. Ia mengenakan pakaian biasanya, bersikap penasaran. "Wah,.. memang benar yah kau memiliki bakat dalam menyembuhkan Hana-chan" puji wanita itu dan dengan tampang tidak berdosanya langsung mengangkat ikan itu.
"Eh.. mau dibawa kemana ikan itu, Nee-chan?" tanya Hana penasaran. Ia memanggil Karin dengan sebutan nee-chan, sementara Naruto dipanggil dengan kata 'Sama', karena ia sangat dihormati oleh bocah itu. selama ini ia diperlakukan seperti seorang adik oleh Naruto, dan meski Naruto menolak di panggil seperti itu, Hana tetap tidak ingin memanggilnya seperti Karin.
"bukannya kalian sudah selesai latihan ini?" gumam Karin tanpa dosa, dan hanya di tatap bingung oleh kedua orang di tempat itu. "Aku akan membakarnya, aku sudah tidak tahan dengan daging ikan ini yang pasti akan lezat" lanjutnya, memikul ikan itu dan akan membawanya ke dapur.
"HEY, ITU IKAN UNTUK LATIHAN BAKA NEE-CHAN" teriak Hana protes, melompat ke atas meja dan menarik ikan itu dari ekornya, menghentikan langkah Karin.
"EHH.. kalian kan sudah menyelesaikan latihannya, jadi tidak apa-apa dong jika aku memasaknya" ungkap Karin, berbalik dan menarik kembali ikan itu.
"TIDAK BOLEH.. IKAN INI SUDAH MENEMANIKU LATIHAN SELAMA DUA MINGGU, JADI TIDAK BOLEH DI MASAK" teriak Hana, kembali menarik ikan itu, melawan sang wanita rambut merah.
"BERIKAN PADAKU HANA-CHAN.. AKU AKAN MEMASAKNYA UNTUK MAKAN MALAM" kembali Karin menarik ikan itu, sehingga terjadi saling Tarik menarik di antara keduanya.
"TIDAK BOLEH"
"BOLEH"
"TIDAK BOLEH"
"BOLEH"
'jezz, mereka mulai lagi tebayou' pikir Naruto hanya menghela napas saja, melihat dua rekannya yang saling Tarik menarik ikan. Hal ini sudah paling sering terjadi, bahkan hampir tiap hari. ada saja yang mereka perebutkan, entah itu pakaian, makanan, bahkan senjata untuk latihan.
"Naruto-sama.. tolong katakan ke Karin Nee kalau ikan itu bukan untuk di makan" rengek Hana manja di depan Naruto, sambil mempertahankan ikannya.
Dengan cepat Karin langsung menatap Naruto. "Naruto-kun... kali ini aku yang harus menang dan tidak akan mengalah. Aku sudah tidak tahan lagi melihat ikan ini untuk di cicipi" ungkap Karin, juga menginginkan Naruto untuk mendukungnya.
"heh.. kalian berdua, " gumam Naruto nerves, bingung akan memilih yang mana. Hana memiliki hati yang baik, sangat penyayang terhadap segala sesuatu yang ia gunakan, tidak seperti wanita Uzumaki yang semborono, mungkin karena sudah bawaan dari sononya,
"KAU.. KAU JANGAN MEMINTA BANTUAN NARUTO-KUN MELULU, ES BATU" bentak Karin, menatap Hana horror.
"Nee-chan cetakan gigi, nee-chan juga meminta bantuan ke Naruto-sama, jadi kenapa aku tidak boleh" Ejek Hana membalas tatapan itu dengan tatapan yang sama. Pertarungan saling menatap di antara keduanya menghasilkan kilatan listrik dan bertemu di tangah-tengah mereka. Kembali Naruto hanya bisa menghela napas yang sangat panjang, mellihat persaingan keduanya.
BRUKKK..
Perhatian mereka bertiga teralihkan ketika mendengar suara hantaman keras dari atas atap mereka. Karin dan Hana melempaskan ikan yang mereka perebutkan, langsung saling membelakangi membentuk segi tiga, saling melindungi satu sama lainnya dengan Naruto. akhirnya terlihat juga penyebab bunyi keras itu, seorang manusia terjatuh dan menimpa atap rumah mereka, tembus sampai ke dalam rumah tepat di hadapan Naruto, langsung terbaring di atas meja yang tadi di gunakan untuk latihan.
'Tidak seharusnya mereka menemukan tempat ini. Paling tidak akan ada peringatan dari jebakan yang kubuat' pikir bocah itu analisis, memperhatikan tubuh di depannya. "Karin.." gumam Naruto.
"Aku tidak merasakan adanya chakra lain yang mendekat, dan.. aku masih bisa merasakan chakra orang itu" jawab Karin, memberikan laporannya, menunjuk ke sosok muda, mungkin seusia Karin, memiliki rambut hijau jernih sebahu.
"Begitu yah.." gumam Naruto melangkah pelan mendekati sosok itu. 'satu-satunya kemungkinan bisa menembus tempat ini adalah dari atas' lanjutnya analisis, menatap ke lubang atap di rumah kayunya itu. ia lalu mengalihkan perhatiannya ke sosok baru.
"Hana.." instruksinya memanggil anggota baru mereka.
"hai.." respon gadis belia itu cepat.
"Siapkan air hangat, kita mungkin akan membutuhkannya" lanjut Naruto, berdiri menggunakan lututnya dan menyentuh leher wanita di atas mejanya. Hana langsung berlari ke dapur, melakukan perintah tuannya. 'Masih ada gerakan nadinya, meski sudah sangat lemah. Tubuhnya pasti memiliki banyak luka' ucapnya dalam benak, melihat darah yang terus keluar dari dalam mulutnya.
"Naruto-kun.. apa kau mau menyelematkannya?" tanya Karin penasaran, mengubah posisinya yang tadi pose waspada, sekarang pose biasa, di belakang Naruto.
"Hai.." respon Naruto pelan. 'apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada'- Naruto berhenti berbicara saat melihat wajah sosok itu. 'di-dia..' terlihat jelas kalau Naruto mengenali sosok ini
"Bu-bukannya itu bisa berbahaya? Bi-bisa saja ia adalah mata-mata yang sengaja di tugaskan untuk menangkapmu" lanjut Karin khawatir.
"Ia bukan dari Konoha, ia dari desa lain" ungkap Naruto, menunjuk Hita-itae di leher wanita berkulit sawo matang yang ingin ia selamatkan. "lagipula, musuh atau kawan, sudah tugas seorang yang memiliki kemampuan medis untuk menyembuhkannya. Paling tidak sampai ia bisa berdiri sendiri" jelas Naruto, memulai menyeken tubuh wanita itu menggunakan kemampuan medisnya. 'apa yang terjadi padamu, Fuu' mulai muncul ekspresi khawatir diwajahnya.
"ini airnya, Naruto-sama" ungkap Hana, meletakkan baskom penuh air hangat di samping kanan Naruto.
Lamunan Naruto dihentikan oleh gadis Yūki itu "aku akan mencoba menghentikan pendarahannya. Kau cobalah bersihkan badannya" instruksi Naruto. Hana hanya mengangguk mengerti dan melakukan tugasnya. "hati-hati dengan punggungnya. Jika ingin melepaskan pakaiannya, robek saja. lukanya cukup serius" lanjut bocah itu memberikan instruksi.
Tentu Hana terlihat nerves. Ini bukan latihan, ini langsung terjun ke lapangan dan ini adalah pertama kali baginya. "ha-hai.. aku mengerti, Naruto-sama" jawab Hana dan mulai melakukan tugasnya. Ia mengambil kain, lalu memasukannya ke dalam air hangat dan memulai membersihkan tubuh itu sesuai instruksi Naruto.
"tu-tunggu dulu Naruto-kun. Bukankah ia seorang wanita, kau tidak boleh melihat tubuh gadis tanpa sepe"-
"Aku sering melakukan ini, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan" potong Naruto, mengerti maksud Karin. Bagaimanapun juga, tidak wajar bagi seorang pria melihat tubuh wanita yang sedang pingsan, tapi ini adalah situasi yang berbeda, jadi tidak ada alasan baginya untuk melakukan peringatan Karin.
Hana mulai melakukan pekerjaannya, mengambil sebuah kunai dan merobek pakaian wanita itu yang hanya membungkus bagian dadanya saja, sedangkan sebagian besar perutnya tidak tertutupi, cukup seksi.
"Naruto-sama…" Ungkap Hana terkejut, ketika melihat adanya ukiran huruf kanji di atas perut, tepat di sekitaran ulu hati wanita itu.
Naruto tidak terlihat terkejut. Wajar saja karena ia sudah mengetahui siapa gadis ini "Abaikan saja dan lakukan pekerjaanmu, Hana. Itu tidak apa-apa" lanjutnya memberikan perintah.
"ba-baik, Naruto-sama" jawab Hana, langsung menyelesaikan pekerjaannya membersihkan tubuh penuh luka wanita itu. ia juga menemukan adanya luka sayatan di sekitar perutnya, dan memperlihatkan pada Naruto yang hanya menganggukkan kepalanya, sementara Karin hanya bisa menghela napas, lalu mengambil ikan besar yang tadi mereka perebutkan secara diam-diam, dan melangkah ke dapur.
Beberapa saat kemudian, di meja makan
Karin duduk menyeringai, melihat hidangan yang telah ia siapkan saat itu. sementara kedua mata Naruto hanya bisa menatap Hana nerves, begitu juga raut wajahnya yang terlihat canggung.
'Karin-chan... kau licik.. lihat sekarang wajahnya' pikir Naruto mengamati Hana yang bahkan tidak tega melihat ikan kebanggaannya tergeletak di atas meja dalam piring besar, bermandikan bumbu penyedap rasa, dengan uap panas masih ada di sekitarnya.
"Aku membencimu, Nee-chan" gumam Hana cemberut.
"Aku juga sangat menyayangimu, Hana-chan.." ejek Karin tersenyum tanpa dosa. "Selamat makan.." lanjutnya mennggerakkan tangannya yang sudah memegang sendok ke ikan itu. dengan cepat sendok itu di tepis oleh Hana.
"Aku yang akan memakannya duluan. Bagaimanapun juga ini adalah ikanku, Nee-chan" ungkap gadis itu, melototi Karin tanjam, sangat serius.
"baiklah.. baiklah.. tapi jangan terlalu lama salam perpisahannya, kalau tidak ikannya akan hidup lagi dan kita tidak bisa makan siang" ejek Karin semakin memancing emosi Hana.
"Ikan-chan.. maafkan Nee-chan yah.. dia memang sedikit tidak waras memperlakukanmu seperti ini" gumam Hana tidak tega memakan ikan itu.
"Nah, siapa yang lebih tidak waras di bandingkan mengajak ngobrol seekor ikan yang sudah di hidangkan" komen Karin kembali menggoda Hana yang hanya menatapnya tajam. Sementara Naruto hanya bisa menghela kembali napasnya untuk kesekian kalinya.
'Mereka benar-benar tidak akur tebayou' pikir satu-satunya pria di dalam ruangan itu.
"Gomen nah, Ikan-chan.." ungkap Hana, mengambil potongan pertama ikannya.
"SELAMAT MAKAN.." teriak Karin semangat, mengangkat sendok dan garpunya. Mereka pun memulai makan siang itu, menyantap hidangan yang sebenarnya tidak ingin Hana makan.
"Eto.. setelah ini, Naruto-sama mau kemana?" tanya Hana sambil mengunyah makannya.
"latihan.." jawab Naruto singkat, mengangkat potongan daging ikan ke piringnya. "Memangnya ada apa Hana-chan?" tanyanya lagi.
Gadis belia itu memasukkan potongan kecil daging ikan kedalam mulutnya "Eto.. apa aku boleh ikut latihan denganmu, Naruto-sama?" tanya Hana sedikit ragu, berhenti mengunyah makannya.
"Naruto-kun tidak akan pernah mengajak siapapun latihan. "komen Karin, meski sambil makan. ia lalu menelan habis semua yang ada didalam mulutnya "Sudah hampir satu tahun aku bersamanya, tapi ia tidak sekalipun ia mengajakku latihan bersama, kecuali melawan bunshinnya saja" lanjutnya terkesan jengkel.
"Sudah kukatakan Karin-chan, kalau kau bisa mengalahkan bunshinku, barulah aku akan melawanmu. Kupikir itu sudah di setujui" respon Naruto, memasukan potongan ikan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya pelan.
"Humph.." ia tau kalau tidak mungkin baginya mengalahkan Bunshin Naruto dengan kemampuannya saat ini. Memang ia sudah berkembang, tapi tidak semudah itu mengalahkan bunshin yang di pasoki chakra langsung dari pemilik rambut blonde itu.
"apa Naruto-sama itu super kuat, sampai Nee-chan tidak bisa mengalahkan bunshinnya?" tanya Hana penasaran.
"kau hanya di latih menggunakan kemampuan medis saja, jadi kau tidak tau bagaimana menyebalkannya melawan seorang pengguna Doujutsu" runtuk Karin dengan beberapa sissa makanan di bibirnya. "kalau kuat, ia tidak terlalu kuat, tapi ia itu sangat licik" lanjutnya kesal.
"Aww.. terima kasih atas pujiannya, Karin-chan.." ejek Naruto menyengir di tempatnya.
"ITU BUKANLAH PUJIAN BAKA.." bentak Karin semakin kesal. Sementara Hana hanya tersenyum sendiri, melihat ke akraban dua orang itu.
"awalnya kupikir kalian berdua adalah pasangan," komentar Hana itu sukses menghentikan kedua remaja itu makan dan bercak meronah muncul di pipi Karin. "kalian terlihat begitu akrab dan.. cocok" lanjutnya dengan senyuman tipis.
"Heh.." gumam Karin semakin meronah.
"Lebih baik aku pacaran dengan beruang di hutan dari pada dengannya" komen Naruto tanpa dosa, mengejek pemilik rambut merah itu.
"Ka-kau.." ujar Karin bahkan tidak tau akan mengatakan apa. "la-lagi pula, si-siapa yang mau pacaran dengan orang super menyebalkan seperti dirimu, BAKA" lanjutnya memaksakan kata-kata itu keluar dari dalam mulutnya. Kembali lagi Hana hanya bisa tersenyum, melihat mereka berdua.
'Atau mungkin mereka di sebut rival.. ' pikir Hana analisis.
"Oh yah, setelah ini, Hana-chan ikut Karin-chan latihan yah." Instruksi Naruto.
"Heh… kenapa ia harus mengganggu jadwal latihanku?" tanya Karin tidak setuju.
"berikan dia latihan fisik seperti yang pernah ku berikan padamu. Aku harus menyelesaikan beberapa urusan, jadi aku tidak bisa menemani Hana-chan untuk sesaat" terang Naruto pelan.
"Urusan?" tanya Hana bingung.
"kau mau berburu lagi, Naruto-kun?" tanya Karin penasaran.
Naruto hanya menganggukkan kepalanya pelan. Karin mengerti dan hanya bisa mengikuti perintah Naruto tanpa menolak lagi, sementara Hana penasaran, semakin penasaran karena ia tidak tau apa-apa tentang apa yang di maksudkan dengan berburu.
Beberapa saat kemudian, bersama Karin dan Hana
Mereka kini sudah berada di hutan dekat rumah mereka, saling berhadapan satu dengan yang lain, bersiap untuk melakukan latihan seperti yang Naruto instruksikan.
"Eto.. apa yang di maksudkan Naruto-sama tadi?" tanya Hana penasaran, sangat ingin tau.
"Berburu?" Hana menganggukkan kepalanya. "Eto… bagaimana yah caranya menjelaskan" gumam Karin memegangi dagunya untuk mencari kalimat yang tepat menjelaskan hal itu ke Hana. "Eto.. kita memang tinggal di tempat yang dengan mudahnya di siapkan oleh Naruto-kun, dan juga bisa mendapatkan makanan dengan mudah yang ada di hutan. Tapi itu tidak berarti kita tidak membutuhkan uang untuk hidup"
"Jadi, Naruto-sama berburu di hutan dan menjualnya di desa untuk mendapatkan uang?" tebak Hana ceria
"Bi-bisa di bilang seperti itu." jawab Karin memaksa tersenyum.
"Aku suka berburu, kenapa ia tidak mengajakku? Padahal aku pasti bisa membantunya menjual hasil buruan nanti, dari pada ia melakukan itu seorang diri" komen Hana penasaran.
"Eto.. ia memang berburu, tapi konteks berburu yang kumaksudkan bukan berburu seperti yang kau pikirkan, Hana-chan" jelas Karin membuat gadis di depannya semakin bingung. "kau pernah mendengar tentang bounty?"
"Apa itu?" tanya Hana polos. Ia baru didunia Shinobi, jadi wajar jika ia tidak paham istilah didalam dunia keras ini.
"Ninja-ninja pelarian akan mendapatkan harga ketika mendapatkan mereka, sebagai bayaran pada orang yang berhasil menangkapnya, itulah yang di sebut dengan bounty" Hana mengangguk mengerti.
Ada rasa khawatir di wajah gadis itu "Jadi, Naruto-sama berburu ninja pelarian untuk mendapatkan bounty?" tanya Hana dengan suara sedikit ragu.
Gadis berambut merah itu mengangguk"hai.." jawab Karin, membenarkan pernyataan Hana
Spontan mata Hana melebar, "Ta-tapi, bukankah itu berbahaya? Bagaimana jika musuhnya super kuat? Bukankah para ninja pelarian itu pasti super kuat?" tanyanya khawatir akan keadaan Naruto.
Karin melepaskan senyuman saat itu. "Naruto-kun bukan orang lemah, Hana-chan. Ia itu sangat kuat, bahkan bisa mengalahkan 3 Jounin sekaligus tanpa menggunakan kemampuan matanya. Ia sudah menganggap kita sebagai adik-adik yang ia harus jaga dan rawat. Ia memikul sendiri tanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhan yang kita perlukan, menempatkan dirinya seperti kepala keluarga. Aku bahkan tidak tau bagaimana mengungkapkan rasa syukurku pada Kami-sama yang mempertemukan aku dengan orang sebaik dia" terang pemilik rambut merah itu sangat serius.
"Kau menyukainya bukan, Karin Nee-chan?" tanya Hana penasaran, berhasil membungkam Karin yang hanya menatap wanita itu tanpa menjawab pertanyaan yang di berikan.
.
Bersama Naruto
Ia kini tengah berjalan santai, di hutan belantara, mencari target yang akan ia buru untuk di tangkap lalu di tukarkan bountynya. Sepanjang perjalanananya yang sudah sampai sesore ini, ia masih juga belum menemukan apapun.
'Hoam.. jika saja aku ke arah negara api, aku pasti akan menemukan banyak buruan di sana' pikirnya mengeluuh pada diri sendri, mengangkat kedua tangannya dan menempatkan dibelakang tengkuknya. Ia mengubah haluannya ke arah negara petir, meski kini ia memang berada di perbatasan negara api dan sebentar lagi akan memasuki tanah Amegakure.
'sekarang aku harus repot-repot lagi memutari Amegakure untuk menghindari hujan. Zeez lagipula, kenapa tempat itu selalu saja basah' lanjutnya meruntuk. Ia kini mengenakan jubah putih sampai menutupi kepalanya, mulai dari bawah lutut. Sangat aneh memang melihat seseorang mengenakan jubah seperti ini di tengah terik matahari. Tapi mau di apa, ia harus melakukan segala cara untuk menghindari ada yang mengenalnya.
'Aku bahkan tidak menemui bandit atau ninja pelarian kelas bawah, padahal tempat ini adalah perbatasan dan pasti paling sedikit di jaga. Seharusnya ada banyak di tempat ini' gumamnya dalam benak, menggunakan sensor pencariannya, tapi tidak menemukan adanya tanda-tanda burannya.
'cih.. hanya warga biasa saja, entah apa yang mereka lakukan sampai berlarian seperti itu' ungkapnya, meraakan beberapa warga tanpa adanya chakra berarti di dalam tubuh mereka mendekatinya. Ia pun melanjutkan langkah bosannya karena masih juga belum menemukan apa-apa.
Beberapa saat kemudian, ia mendengar adanya suara bising yang membuatnya sangat menarik. Dengan cepat ia berlari ke arah suara itu, mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Semakin lama ia berlari, suara itu semakin jelas di dalam telinganya.
"TOLOOONGGGG…."
Suara warga yang serentak minto tolong. Ia melompat keatas dahan, memastikan dari ketinggian apa yang bisa ia lihat di tempat itu. saat ini ia tidak mungkin menggunakan kemampuan sensoriknya karena sangat berbahaya jika ada musuh yang tau kalau ada seorang sensorik di sana. Bagaimanapun juga, ketika merasakan Chakra seorang sensorik, maka secara otomatis ia akan ketahuan.
'Asap…' pikir Naruto menyipitkan kedua matanya, melihat dari puncak pohon, dari arah jam 1 ada asap hitam tebal yang menyumbal ke langit. 'desa itu adalah desa para nelayan yang terletak di perbatasan laut Amegakure. Siapa yang menyerang desa tanpa Shinobi seperti itu, bukankah tempat itu masih dalam wilayah Hanzo si Salamander?' Pikir bocah itu semakin penasaran.
Ia lalu mengalihkan perhatiannya ke bawah, melihat segumpulan warga yang panik, berlarian meninggalkan desa mereka. rasa penasaran semakin menghantuinya saja, sampai akhrinya ia memutuskan untuk melompat ke bawah dan menanyakannya sendiri.
"Apa yang terjadi.." ia bertanya pada seorang warga, tapi warga itu mengabaikannya dan terus berlari ketakutan, seperti melihat iblis. Masih saja ada warga yang berlari, menyusul warga lainnya yang sudah mendahului mereka.
Naruto akhirnya nekat, memutuskan menahan lengan seorang warga yang kira-kira seumurannya untuk di tanyai. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian berlarian seperti itu?" tanya bocah yang hampir masuk 15 tahun itu tegas.
"Mo-Monster.. " mata Naruto menyipit ketika mendengar jawaban itu. "to-tolong lepaskan aku.. dan sebaiknya lari dari sini… Di-disana ada monster.." respon orang itu, melepaskan dengan kasar lengannya dari genggaman Naruto dan akhirnya berlari mengikuti warga lainnya. bisa di bilang ia adalah yang terakhir.
'Serius.. Monster?' pikir Naruto akhirnya mengaktifkan chakra sensoriknya, merasakan apa yang di takutkan oleh orang-orang itu. Kedua matanya langsung melebar, tidak menyangka kalau ia akan merasakan charka sebesar ini. 'Cha-Chakra sebesar ini.. ini memang bukan Biju, tapi, tetap saja Chakra-nya cukup besar' lanjutnya analisis, menatap ke arah asap yang masih terus menggumpal ke udara.
'Sebaiknya aku pastikan sendiri. Jika di perhatikan lagi, hanya anak kecil dan wanita, serta remaja saja yang tadi berlari. Kemungkinan besar, orang dewasa tengah bertarung melawan monster itu' pikir Naruto akhirnya berlari ke arah desa.
Desa Nelayan
"SEMUANYA.. TETAP BERTAHAN.. JANGAN BIARKAN SALAMANDER ITU MENDEKATI DESA KITA LEBIH DALAM LAGI" terdengar suara seorang pak tua memegangi pacul sambil memerintahkan warganya untuk membuat benteng pertaHanan dari kayu. Di hadapan mereka, sektaran 50 meteran ada seekor Salamander raksasa berwarna abu-abu gelap tengah mengamuk, menghancurkan rumah warga di sekitaran tepi laut.
"Semuanya buat benteng lagi, JANGAN BIARKAN MOSTER ITU MASUK LEBIH DALAM" Teriak warga lainnya, berdiri di samping pria tua itu, juga memegangi pentungan besar di tangannya dengan mata ujung tombak tajam dari pisau.
"Kasaru, Kenapa kau tidak pergi bersama yang lain, mengamankan diri sampai monster ini bisa kami lumpuhkan" Ujar sang pak tua, menatap pria muda, sekitar 25 tahunan yang gagah berani berdiri di sampingnya.
"Tch.. Aku bukan anak kecil lagi yang bisa kau remehkan Tōsan. Aku sekarang sudah dewasa dan memiliki istri, juga anak. Jadi aku sudah bisa mengambil keputusanku sendiri" jawab pria itu bangga.
"Aku tau itu.." resppon lemah pria tua itu, mengembalikan tatapannya ke salamander yang masih mengamuk. "Karena itu aku ingin kau meninggalkan tempat ini bersama istri dan anakmu. Aku tidak ingin melihat cucuku hidup tanpa ayah di dunia ini" lanjutnya serius.
"Jika aku pergi dan meninggalkan desa ini, bagaimana aku bisa menjadi seorang pemimpin yang baik sepertimu nanti, Tōsan? Bukankan kau selalu mengatakan kalau seorang pemimpin yang baik adalah ia yang berjuang bersama warganya" komen sang anak, tetap ngotot ingin berada di tempat itu.
"Tch.. " decih sang ayah, bukan karena ia tidak suka karena ia kagum pada keberanian anaknya" HEI.. JANGAN MEMBLOKADE BAGIAN ITU" teriaknya lagi, berlari ke arah kumpulan warga yang akan memblokade tempat lain di bagian tepian. sementara mereka memblokade bagian tengah, perlahan menggiring monster ke bagian tepian. jika bagian itu di blockade, maka sama saja tidak ada gunanya, salamander itu akan tetap mengamuk dan menghancurkan semua yang ada di hadapannya.
"Kamaru-Sama.. kami tidak bisa membiarkan monster itu kegudan persediaan kita" teriak salah seorang warga, tetap berusaha memblokade jalan dengan menggunakan bamboo dan puluhan kayu besar lainnya, bersama puluhan warga.
"KITA MASIH BISA MENGUMPULKAN BAHAN MAKANAN. YANG PENTING SEKARANG ADALAH DESA DAN NYAWA KALIAN" Serentak warga mengerti apa yang di maksudkan sang pemimpin dan bingung akan melakukan apa lagi." CEPAT PERGI DARI TEMPAT INI, AKU AKAN MENGAWASI MONSTER ITU AGAR TIDAK MENDEKAT" lanjut pemimpin mereka, berdiri di barisan paling depan melawan monster itu, namun para warga masih tetap diam di tempat.
"APALAGI YANG KALIAN TUNGGU, CEPAT KEMARI" teriak Kasaru memanggil warga untuk berkumpul di belakang blockade yang telah mereka buat.
"Ha-hai.." jawab salah seorang warga, berlari mendekati blockade. Beberapa warga mengikutinya dari belakang, membawa senjata mereka dan kayu besar untuk di satukan dengan blockade yang telah ada sebelumnya.
Plakk..
"JANGAN AMBIL LAGI KAYU ITU, CEPAT PERGI" teriak Kamaru, melihat salah seorang warganya yang menjatuhkan kayu besar pikulannya akan kembali mengambil kayunya."AKU AKAN MENGALIHKAN MONSTER ITU.. PERGI KALIAN SEMUA" Lanjutnya sambil berlari ke tepian jauh, mengalihkan perhatian Salamander
Salah satu warga menatap sang pemimpin, namun alangkah terkejutkan melihat apa yang ia lihat. "KAMARU-SAMA.." teriaknya, menunjuk Salamander besar itu sudah memuntahkan api dari dalam mulutnya, menerjang sang pemimpin.
"CEPAT PERGI…" teriak Kamaru, memerintahkan warganya yang masih dekat dengannya untuk pergi sebelum api itu menghancurkan mereka.
"TŌSAN..." teriak Kasaru mengeram keras, menantikan detik-detik sang ayah yang masih terus memperhatikan nyawanya meski ia sudah di ujung tanduk kematian. Api itu semakin mendekatinya dan semakin mendekatinya. Kamaru hanya bisa berdiri gagah berani di tempatnya tidak goyah sedikitpun.
"TOU-SAN.. TIDAK.."
BOOOOOMMM
Teriakan keras Kasaru, menatap ayahnya yang sudah tertutupi ledakan api, menciptakan gumpalan asap besar yang langsung menjulang ke udara. Sebuah rumah ambruk karena terkena dampak serangan salamander, bersama dengan menghilangnya sang pemimpin.
"KAMARU-SAMA" teriak warga lainnya yang hanya bisa mengeram, memegang erat senjata mereka, melihat salamander sudah menghabisi pemimpin yang mereka agungkan.
"SEMUANYA… PERTAHANKAN DESA INI, JANGAN SAMPAI KITA KALAH DENGAN MONSTER ITU" teriak Kasaru keras sambil mengangkat senjatanya. Teriakan antusias penuh semangat juga di keluarkan oleh warganya yang ikut memanas karena pengorbanan pemimpin mereka. mereka semua berdiri di balik blockade panjang yang menghalangi monster agar tidak masuk jauh lebih dalam lagi ke tengah desa. Mereka semua berdiri di balik blockade, bersiap jika monster itu tetap bisa menembus pertaHanan mereka.
"kau cukup pemberani untuk seorang tua yang tidak memilki apa-apa, pak tua" suara Naruto terdengar dari depan blockade yang di buat oleh warga. Di sana ia muncul dengan shunshin, membawa Kamaru bersamanya, merangkul tubuh warga biasa itu.
Seluruh warga hanya bisa melebarkan kedua mata mereka, tidak menyangka kalau mereka akan melihat hal seperti ini, tidak sekalipun dalam kehidupan mereka. Sudah jelas-jelas tadi kalau pemimpin mereka tertelan api salamander,tapi sekarang ia bersama bocah remaja yang masih sangat muda
"Tō-Tōsan .." gumam kasaru, tidak tau bagaimana ia harus meluapkan emosinya untuk mengungkapkan rasa bahagianya kembali melihat ayahnya.
"Aku tidak tau siapa namamu, tapi terima kasih, anak muda" ujar pak tua itu memperhatikan Naruto yang sudah menurunkan penutup kepalanya.
"Ah.. tidak usah repot-reppot.. aku hanya lewat, jadi maklumi saja" respon Naruto merendah, disertai cengiran lebarnya.
'Anak ini masih sangat muda, tapi aku yakin kalau ia memiliki kemampuan Shinobi, melihat bagaimana ia menyelamatkanku tadi' pikir kamaru analisis, mengamati naruto.
Bocah blonde itu berbalik, mengubat tatapannya ke Salamander "OH yah, kenapa monster besar itu bisa mengamuk di tempat ini?" tanya Naruto polos, menatap salamander yang menghancurkan rumah warga dengan mudahnya menggunakan tangan dan hempasan ekornya.
"Hewan yang kau sebut monster itu adalah Salamander" jelas Kamaru tenang. "Ia adalah hewan Kuchiyose Hanzo Salamander. Kami tidak tau kenapa ia tiba-tiba datang dan mengamuk di sini. Salamander itu muncul dari dalam laut dan langsung menghancurkan apa yang ada di hadapannya" lanjut Kamaru menyudahi penjelasan singkatnya.
"Oh.. Binatang Kuchiyose Hanzo? Apa Hanzo yang melakukan ini?" tanya Naruto lagi, semakin penasaran.
"Kami tidak tau, tapi Hanzo tidak mungkin melakukan itu" gumam sang pemimpin desa yakin. "Desa ini adalah tempat kelahiran Hanzo, dan tempat ia menemukan salamander itu sebelum ia menjadikannya hewan Kuchiyose-nya. Tidak terlalu etis baginya untuk menghancurkan tempat kelahirannya sendiri tanpa ada alasan khusus" jelasnya sangat serius.
"baiklah pak tua, aku masih sangat ingin bercerita denganmu tentang Salamander itu, tapi sebaiknya kau bergabung dengan wargamu di belakang blockade ini" ujar Naruto, menatap salamander yang perlahan melangkah mendekatinya. 'Binatang itu sepertinya ingin menyapaku. Ia bisa merasakan keberadaan seseorang yang memiliki chakra' lanjut Naruto dalam benak.
"Bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu, sementara kau yang bukan warga asli tempat ini akan berjuang sendiri." Ujar sang pemimpin, berdiri menyambut salamander besar itu.
"Jezz..kau tau, aku selalu tidak suka dengan orang tua" gumam Naruto sedikit kesal. "Kenapa kalian terus memperlakukan kami anak muda seolah tidak bisa melakukan apa-apa tanpa kalian" lanjutnya menatap Salamander yang berlari sambil memuntahkan api ke arah mereka.
"I-IA MELAKUKAN ITU LAGI.."
"SEMUA, BERLINDUNG DI BALIK BLOKADE"
Teriakan warga di belakang blockade yang langsung bersembunyi di balik tembok ciptaan mereka, sementara dua orang di depan blockade berdiri menantikan api itu.
'Aku tidak mungkin bisa melakukan apapun untuk melawan api itu, tapi bagaimanapun juga' Pikir kamaru melirik Naruto.
'Apa aku harus menggunakan kemampuan mataku?' pikir Naruto tenang, melihat api yang semakin mendekati mereka, api dalam jumlah yang tidak biasa. 'oh iya.. aku sebaiknya menggunakan ini. Aku belum pernah mencobanya, tapi.. kupikir akan berhasil' lanjutnya, melompat ke depan, menarik sebuah gulungan kecil dari belakangnya, lalu membentangkannya. Di dalamnya ada sebuah lingkaran dalam bentuk ukiran kanji.
Fuinjutsu : Ryu Fuin" bisik Naruto pelan, sambil melakukan Segel tangan ram sebelah tangan di udara. Barisan kanji berputar, membentuk barrier di depannya, pola lingkaran yang langsung menyedot api itu, menyeerap dan menariknya ke dalam gulungan dan tersegel sempurna, dan tertulis lambang Api dalam kanjut. Naruto kembali menggulung kembali gulungan itu lalu berdiri di atas tanah.
"he-hebat.." gumam salah seorang warga yang melihat aksi Naruto.
"I-Ia bahkan masih lebih muda dari anakku dan sudah bisa menghentikan serangan Salamander" komen yang lainnya memuji Naruto.
'Siapa bocah ini? Aku memang tidak mengenal dunia Shinobi, tapi aku yakin kalau ia bukan bocah biasa. Menghentikan api sebesar itu hanya dengan menggunakan sebuah gulungan bukanlah hal yang bisa di lakukan semua orang' pikir Kamaru mengamati Naruto.
"Oi pak tua.. kenapa kau masih juga di situ. Aku tidak bisa menyerang jika kau masih di tempat seperti itu. aku tidak bisa melakukan serangan tapi di sisi lain aku juga harus melindungimu" runtuk Naruto kesal, mengembalikan gulungannya ke tempat semula. Bisa ia lihat dengan jelas kalau salamander itu tidak senang dengan perlakuan Naruto.
"Sudah kukatakan, aku tidak akan meninggalkan tempat ini, terlebih kau hanyalah orang asing yang masih tidak jelas alasan kedatanganmu ke tempat ini" tegas Kamaru.
Naruto hanya menghela napas dalam. "kalau itu maumu, jangan salahkan aku jika kau tidak bisa kulindungi, pak tua" respon Naruto pelan. Kemudian perhatiannya kembali ia fokuskan ke sang Monster. 'Yosh.. sekarang giliran salamander itu. Mungkin aku bisa mengukur kekuatan pukulanku kali ini dengan melawannya' lanjutnya dalam benak.
"Apa yang akan kau lakukan bocah. Kau mungkin kuat untuk menahan serangannya, tapi kau belum tentu kuat untuk menyerang"-
"KUBILANG JANGAN REMEHKAN AKU PAK TUA.." teriak Naruto kesal, mengepal erat kepalang tangannya, lalu melompat ke udara. Kamaru dan warga lainnya hanya penasaran melihat apa yang mungkin akan Naruto lakukan. Sangat jelas kalau arah lompatannya itu bukanlah menargetkan kadal raksasa itu, tapi beberapa meter ke depannya. Naruto akhirnya kembali ke permukaan, manarik kembali kepalang tangannya, lalu mendaratkannya di atas tanah, tepat beberapa meter di depan salamander.
BUUUMMMMMMM
Suara ledakan keras, meski tanpa asap dan yang bisa di rasakan saat itu adalah getaran tanah dengan skalarikter cukup besar. Beberapa warga bahkan terjatuh ketika merasakan getaran buatan itu. satu penyebab utama getaran itu adalah karena pukulan keras bocah berambut blonde panjang melewati tengkuknya.
Tanah retak, lalu terpilah-pilah menjadi beberapa bagian, terangkat dari tempat sebelumnya. Retakan itu bahkan menjalar sampai ke depan kaki Kamaru yang hanya bsia membelalakkan kedua matanya, ketika melihat tanah membelah di depannya. Efek yang sesungguhnya bisa di lihat dengan jelas dari tanah pijakan Salamander yang sudah tidak rata lagi. Kaki monster besar itu harus kehilangan keseimbangan, ketika di sekeklilingnya retakan terjadi di mana-mana yang menyebabkan tanah membelah dan permukaan tanah tidak rata lagi.
'Si-siapa an-anak itu.. di-dia memiliki te-tenaga monster' pikir Kamaru terjatuh di tempatnya, perpaduan rasa terkejut dan terguncang karena getaran tanah pukulan Naruto.
Saat itulah kesempatan Naruto untuk melakukan serangan balasan. Ia kembali melompat ke udara dan kali ini sasarannya adalah salamander yang masih berusaha menjaga keseimbangannya di atas tanah.
"RASAKAN PUKULANKU DATTEBAYOU" teriak Naruto keras, penuh semangat, mengepal erat kepalang tangannya akan melancarkan serangannya ke sang salamander, tepat di wajahnya. Namun sebelum ia sempat melakukan serangan, salamander itu menggerakkan ekor panjangnya, menghempas tubuh bocah itu.
Naruto sempat melihat gerakan itu. ia tidak bisa menghindari serangan jika ia berada di udara seperti sekarang ini. Jadi satu-satunya gerakan antisipasi yang bisa ia lakukan adalah menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya, mencegah pengaruh seragan agar tidak terlalu keras.
Bruk..
Tubuh kecilnya terlempar cepat kembali ke atas tanah, ke arah jam 10 bila di lihat dari posisi Kamaru, melesat cepat dan menghancurkan sebuah rumah, terus sampai akhirnya mendarat di atas tanah. Tidak berhenti di situ saja, Naruto harus kembali menahan rasa sakit ketika tubuhnya terseret di atas tanah sekitar 10 meteran, dan akhirnya di hentikan oleh sebatang pohon.
"Ti-tidak ada yang se-selamat jika menerima serangan seperti itu" gumam Kusaru, menatap langsung Naruto yang masih diam di tempatnya, tidak bergerak sama sekali. Beberapa warga hanya mengangguk setuju dengan penjelasan Kusaru.
"Uhuk…" Naruto memuntahkan darah segar, kembali sadarkan diri. Seluruh mata warga yang melihat hampir keluar dari kelengkeng mata mereka, tidak percaya kalau bocah itu selamat dan masih siuman setelah apa yang terjadi. "Pukulanmu cukup keras untuk monster seukuran dirimu" lanjut bocah itu, perlahan menggerakkan kedua kakinya, dan berdiri di atas tanah.
"Ti-tidak mungkin.." gumam kamaru tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Selain baa-chan, kau adalah yang kedua yang memberikanku rasa sakit seperti ini" lanjut bocah itu melangkah pelan sambil menggerakkan tangan kanannya membersihkan darah di bibirnya. 'Untung saja aku menggunakan chakra untuk menguatkan tubuhku saat aku di udara tadi, jika tidak, aku pasti sudah menjadi mayat' pikir bocah itu serius.
Ketika ia menyilangkan tangannya tadi, sejenak Naruto melakukan Segel ram, lalu menyilangkan tangannya. Ia menggunakan Chakra-nya untuk melindungi tubuhnya dari serangan langsung seperti ini. Latihan ini ia lakukan dengan menganalisa Chakra dengan doujutsu miliknya, mencoba memanfaatkan chakranya. Ia menggunakan doton untuk melapisi tubuhnya, memperkuat tubuhnya dari benturan keras. Ia pun melangkah kembali ke depan, salamander yang terlihat semakin garang ingin menghabisi Naruto.
Naruto berhenti tepat di hadapan Salamander, dengan jarak 5 meter memisahkan mereka. Tanpa ada rasa takut sedikitpun dari wajah bocah itu, menatap langsung monster penghasil api itu.
"Kau kuat, aku akui itu. Pantas saja Hanzo menginginkanmu menjadi hewan Kuchiyose-nya." Ujar bocah itu lancang. "Melihatmu sendiri di sini tanpa ada pemilik, aku yakin kalau terjadi sesuatu pada Hanzo, meskipun aku tidak tau itu dengan pasti" lanjutnya serius. Tidak sepantasnya hewan Kuchiyose berada di tempat ini tanpa pemilik. jika tidak ada yang memanggilnya, maka ia harus berada di tempat seharusnya ia berada, bukan di tempat ini.
Naruto hanya diam, saling menatap dengan monster besar itu, seolah-olah melakukan pertandingan kuat-kuatan menatap."Bukankah seharusnya hewan Kuchiyose dapat berbicara? Kenapa kau tidak berbicara seperti yang lain?" tanya lagi bocah itu penasaran. "Atau kau mungkin hanya berbicara dengan yang memanggilmu saja"
Bukannya mendapatkan jawaban, monster salamander itu malah kembali menyemburkan api dari dalam mulutnya. Namun berbeda dari sebelumnya, kali ini Naruto tidak hanya diam saja. Dengan sigap ia melakukan beberapa Segel tangan. 'Ini adalah Jutsu yang ku duplikat dari klan Uchiha, ' dengan itu ia menarik napas dalam sampai membengkakkan dadanya.
Katon : Goukkakyou No Jutsu" bisiknya dalam benak, lalu menyemburkan bola api yang mampu mengimbangi besarnya semburan api salamanader itu. Kedua Jutsu bertemu di udara, api melawan api dan akibatnya pertemuan api itu meluas, meerembet ke samping.
Bersama warga
"He-hebat…" gumam Kamaru salut dengan Naruto yang mampu mengeluarkan Jutsu yang bisa mengimbangi hembusan api Salamander yang kuntitasnya tidak bisa di anggap main-main.
"To-tou-san.. Siapa dia?" tanya kasaru dari belakang barrier, juga terkagum-kagum akan Jutsu Naruto.
"Aku tidak tau Kasaru, tapi ia bukanlah seperti bocah lainnya" jawab Kamaru sangat yakin dengan tebakannya itu. Ia tidak meragukannya lagi. Pertama adalah pukulan dahsyat yang Naruto keluarkan, lalu yang kedua adalah Jutsu yang bisa mengimbangi api salamanader. Tidak ada alasan lagi baginya meragukan bocah itu.
Bersama Naruto
Ia menyudahi jutsunya, lalu mengalirkan chakra ke telapak kakinya, memompa secepat mungkin untuk melemparkannya ke udara. Ia menekuk lututnya lalu akhirnya melesat ke udara bebas, ke tempat yang ia inginkan, menghilang dalam kecepatan.
"KALI INI KAU TIDAK AKAN LOLOS TEBAYOU" Teriak Naruto, keluar dari semburan api pertemuan dua Jutsu mereka yang belum menghilang, tepat di depan wajah salamander itu. tanpa menunggu aba-aba lagi, ia langsung menempelkan telapak tangan yang sudah ia persiapkan sebelumnya ke wajah salamander itu.
BRUK..
Tubuh salamander itu tertekan, lalu terjatuh ke atas tanah, terkena serangan telak dari bocah berambut blonde. Naruto melepaskan banyak chakra dalam pukulannya kali ini dan memang hasilnya seperti yang ia harapkan. Tubuh salamander itu menghentakkan tanah, menciptakan bekasnya di atas permukaan tanah, yang mampu menghempaskan angin cukup besar dan menciptakan cetakan tubuhnya di tempat yang sudah remuk pada awalnya.
Naruto mendarat tepat di wajah monster itu, tepat di pipinya, Karena posisi salamander itu terjatuh menggunakan pipi kanannya, sementara posisinya masih di atas tanah, berdiri seperti semula, jadi hanya wajahnya saja yang bergerak keras.
"Sekarang kita 1 – 1. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk menyesal ketika kau kembali ke tempatmu" ujar bocah itu menyeringai lebar, berdiri bangga di atas wajah salamander besar itu. saat itulah terjadi hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Salamander itu menghilang bersama ledakan asap putih, tapi ia tidak sendiri, melainkan membawanya ikut serta.
"AAAKKKHHH" teriak Naruto berada di dimensi aneh, seperti di Tarik melalui ruang dan waktu menuju tempat yang ia tidak tau dimana itu.
Sementara itu di tempat lain.
Tempat ini seperti sebuah gua, tapi gua dengan tinggi yang tidak masuk akal, sekitara 20 meteran dengan langit-langit goa. Di sana terlihat di kelilingi oleh air, sebelum ada tembok yang menutupinya. Seperti goa dalam bawah air, tapi luasnya bahkan bisa mendekati luas satu atau dua buah desa.
Ada berbagai macam tumbuhan aneh di sekitar itu, seperti jamur dan tumbuhan yang hanya bisa tumbuh di tempat lembab, ada juga akar kayu yang menggantung di tembok hijau sudah berlumut tebal, termasuk bunga teratai super besar yang mengapung di atas laut luas di dalam tempat itu.
Naruto muncul di udara, melalui gumpalan asap, lalu terjatuh tepat ke atas salah satu daun terataui sekisar 50 meter untuk diameeternya. Ia mendarat mulus menggunakan tubuh bagian dalamnya, mendarat dengan dadanya.
"ITTAI" runtuknya kesakitan, memegangi wajahnya, langsung duduk di daun besar itu. tidak lama setelah itu, salamander yang tadi menyerangnya juga muncul di depannya, juga mendarat di atas daun bunga teratai. Salamander itu bahkan tidak membuat daun itu tergores sedikitpun.
"Huh.. dimana ini?" gumam Naruto memperhatikan keadaan sekitarnya yang sangat aneh.
"Selamat datang di Suichu Kyuden (Istana bawah laut), Tempat para Salamander" suara salamander besar itu terdengar jelas di telinga Naruto.
.
T
B
C
See you in next chap….