Gadis mana yang tidak pernah merasakan indahnya jatuh cinta? Apalagi ia adalah seorang gadis yang memiliki paras manis lagi berkemampuan. Banyak lawan jenisnya yang terpikat akan kelebihannya maupun yang dapat menerima kelemahannya. Ialah Karin Koizumi, satu-satunya anggota wanita dalam tim American Football SMA yang terkenal luar biasa seantero Jepang, Teikoku Alexander.

Walau sibuk dengan berbagai aktifitasnya yang cukup berat sebagai quarterback, pelajar, sekaligus komikus pemula, bukan berarti Karin melewatkan hal yang sangat penting dalam kehidupan SMA ini, cinta. Sedikit banyak ada beberapa pemuda yang menarik perhatiannya, selama bersekolah di Teikoku. Ya, walaupun ia menyembunyikannya dengan rapi di balik sifat pemalunya.

Satu hal penting, Karin tidak pernah mendekati pemuda mana pun yang menarik perhatiannya. Bukan berarti Karin akan menunggu pemuda itu menembaknya karena terlalu percaya diri akan kelebihannya. Bukan juga karena Karin terlalu minder untuk sekedar berpikir bahwa ketika pandangannya terbalas sebenarnya cintanya juga berbalas. Banyak juga kasus yang seperti itu, dan Karin tahu hal itu.

Lantas, mengapa dengan berbagai kesempatan untuk menjalin cinta yang datang kepadanya itu dengan mudah dilewatkannya?

Mudah saja. Tapi kebanyakan orang pasti takkan percaya.

Karin memang masuk ke Teikoku Alexanders karena paksaan. Tidak bisa menolak senyum lebar cemerlang Yamato. Tidak bisa sepenuh hati menikmati latihannya selama ini. Tidak memiliki kesadaran untuk meraih apa yang awalnya tidak disangka bisa saja diraihnya.

Tapi dalam hal cinta, hal itu sangat berkebalikan.

.

.

.

Siapa sangka sang malaikat Koizumi yang super pemalu akan sangat tertantang untuk mendapatkan pria yang tidak menyukainya?

.

.

.


Warning : Disclaimer Yuusuke Murata and Riichiro Inagaki, OOC!, Crackpair, Canon, maybe typo(s), for ES21 Awards "Notice Me".


.

.

.


An Eyeshield 21 fanfiction

"Chasing"


.

.

.

Kesimpulannya, Karin Koizumi adalah seorang gadis yang cukup agresif, di balik sikap kemalu-maluannya itu. Tidak ada yang tahu akan hal ini kecuali kedua sahabat Karin, Yamato dan Taka. Sebenarnya agak mengejutkan kedua pemuda tampan yang agak tidak peka itu bisa menyadari sikap Karin ini. Keduanya bahkan tidak berminat kepada hal bernama cinta. Tapi ketika seorang pemuda nekat yang menembak Karin di tengah latihannya bersama Yamato dan Taka—Tahulah, Karin sangat sibuk—mulai menanyakan dengan keras apakah ia menolak sang pemuda karena suka pada Yamato atau Taka dan mengusik latihan keduanya, Yamato dan Taka mulai berminat pada kehidupan cinta—Karin.


"Karin, kamu benar-benar menolak pemuda tadi bukan karena kamu suka salah satu dari kami, kan?" Tanya Yamato, selepas pemuda tadi puas dengan jawaban tanggung Karin.

Karin mengangguk pelan dengan senyum malaikatnya. Sungguh-sungguh. "Me... memangnya kenapa...?"

Yamato meneguk air mineralnya lagi. "Soalnya aku bisa repot kalau punya lebih banyak fans dari sekarang, hahaha..."

Lalu Yamato mengacak rambut Karin pelan. Saat itu juga, Karin langsung mencoret nama Yamato dari daftar pemuda yang bisa disukainya. Murid keluaran Notre Dame itu lebih mungkin menganggapnya adik.

Lain Yamato lain Taka.

"Aku tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, tapi kau membuatku sedikit penasaran, Karin." Timpal Taka.

"Benarkah? Kau mau kuberi tahu apa soal cinta, Taka?" Jawab Karin mulai antusias.

"Wow, wow, sepertinya kau sudah sangat ahli soal ini, Karin?" Tanya Yamato, kaget.

"Ya. Padahal aku belum pernah melihatmu menjalin hubungan dengan seseorang, sejauh ini." Tambah Taka.

Karin tertawa manis. "Aku kan penulis komik cinta. Ya, aku pernah menjalin hubungan beberapa lama dengan Shirosagi Takao di SMP dulu, tapi kami putus tak lama setelah itu."

"Shirosagi Takao yang pitcher pemenang Koshien itu?" Tanya Taka, selaku orang yang juga mengikuti dunia baseball.

Karin mengangguk pelan. Taka pun manggut-manggut tanda mengerti. Pitcher itu cerdas dan juga tampan, wajar saja jika Karin pernah menjalin hubungan dengannya. Yamato yang tidak tahu pun dengan cepat mencari identitas sang pitcher dari ponsel layar sentuhnya.

"Lalu, kenapa kalian putus, Karin? Rasanya bukan alasan fisik, ya. Kau terlihat lumayan cocok dengan orang ini." Tanya Yamato, sambil menunjukkan foto Takao yang dilihatnya via google tadi. Sekalian memastikan apakah benar ini yang dimaksud oleh Karin.

"Kenapa...? Err.. Bagaimana, ya. Dulu aku menyukainya—dan mengejarnya, tidak secara terang-terangan sebenarnya—karena ia menerimaku apa adanya dan menghargaiku. Aku tidak melihat fisiknya, walau memang keren sih. Aku putus karena... ngg..."

"Apa?" Tanya Yamato, jadi sangat penasaran.

"Yaa... Aku suka Takao. Tapi awalnya dia tidak kelihatan suka aku dan cenderung menjauhiku. Alasannya, karena ia takut dimusuhi senior di tim baseball-nya dulu. Takao sangat pintar menyembunyikan perasaannya padaku. Tapi akhirnya ia berani melawan seniornya dan rela keluar dari tim baseball-nya... de.. demi aku. Tapi tak berapa lama kami pun putus." Jelas Karin, sebenarnya tidak menjawab apa yang ditanya Yamato.

"Kalau aku sih takkan pernah." Komentar Taka. "Agak sedikit tidak percaya sih ada yang melakukan hal seperti itu demi dirimu, Karin."

"Ya, aku juga takkan pernah begitu. Tapi itu mungkin saja, tahu. Karin kan idola, lagipula dunia ini kan isinya bukan cuma orang-orang maniak olahraga seperti kita, hahaha..." Ujar Yamato.


Dan pembicaraan terhenti sampai di situ, dengan meningkatnya kadar persahabatan mereka bertiga.

Setelah melayang begitu jauh ke masa lalunya dulu, Karin yang sekarang tengah berjalan pulang dengan perlahan seraya menggenggam sepucuk surat warna pink—tipikal surat cinta. Surat itu sudah dibacanya berkali-kali, tapi Karin merasa tidak nyaman memikirkan jawabannya tanpa terus melihat isi surat yang ditemukannya dalam tas tempatnya meletakkan seragam American Football-nya. Biasanya tidak akan ada orang luar yang berani masuk ke dalam markas Teikoku Alexanders—terlebih ruang kelas satu tempat tas Karin berada—apalagi hanya untuk menaruh surat cinta. Berarti pelakunya orang dalam, yang notabene adalah tim satu juga.

Yamato? Taka? Tentu bukan. Keduanya punya otak yang cerdas, dan mereka adalah sahabat Karin yang memang sejak awal sudah jelas sebatas sahabat. Apa hubungannya surat cinta dengan cerdas? Masalahnya adalah isinya agak sedikit membuat Karin tergelak dalam hati.

.

Mawar itu bukan biru

Aku sudah lama suka kamu

Ini memang sedikit tidak nyambung

Tapi semoga hatiku dan hatimu tersambung

.

Melihatnya, Karin kembali terkikik dalam hati. Achiles kah? Ya, mungkin saja, sih. Tapi entah kenapa firasat Karin mengatakan bukan. Lagipula, aneh juga orang ini. Tidak mencantumkan nama. Mungkin ia malu dengan puisi buatannya sendiri sampai tak ingin penerimanya sendiri tahu.

Karin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia harus tegas menolaknya jika ini memang Achiles! Mereka adalah satu tim dan Karin tidak ingin hubungan spesial akan menurunkan profesional mereka dalam tim. Apalagi sejak kalah dari Deimon dan seri dengan tim Amerika latihan ditingkatkan. Itu sih alasan sampingannya. Aslinya Karin memang tidak menyukai seniornya itu, sih.

Yup, Karin mengangguk mantap untuk berkomitmen menolak Achiles dengan tegas, sampai tiba-tiba sebuah kaleng bekas yang agak penyok yang nyaris menimpa kepalanya masuk ke dalam tong sampah di sampingnya seraya menebarkan tetesan sisa isinya yang membuat baju karin sedikit basah. Mengejutkannya.

Tuhan, apakah ini pertanda Karin tidak boleh menolak Achiles sekarang?

"GOL! Lagi! Yah tapi tidak heran sih untuk seorang smart sepertiku, hahahaha."

Kedua pupil Karin mengecil. Sebuah suara bass yang agak melengking terdengar dari kejauhan, tapi tidak ada siapa-siapa di sekitar Karin. Sepi. Lantas, suara siapakah tadi itu?

"Ah, oh ya ampun nona maafkan aku, jangan-jangan bekas isinya mengenai...mu... ya?"

Seorang pemuda berambut biru gelap gaya spike dengan sisir kecil di rambutnya—ya, dia sedang menyisir sambil meminta maaf—muncul dalam sudut pandang sepasang bola mata Karin. Pemuda itu membeku sesaat setelah melihat Karin, seperti berusaha mengingat siapa Karin. Ya, Karin sendiri juga sepertinya pernah melihatnya. Bagaimana mungkin pemuda aneh dengan gaya yang agak dangdut ini bisa terlupa dalam ingatannya?

"K.. Kau quarterback cewek dari Teikoku Alexander, kan?!"

Gelagapan, Karin menjawabnya. "Y..ya...? Mmm... Apa kita pernah bertemu? K..kok anda tahu siapa saya?"

Pemuda itu tertunduk. Diam. Namun raut wajahnya yang tadi terlihat sedikit jenaka kini sedikit menunjukkan air muka serius. "Bagaimana keadaan Ibarada-senpai?"

Gadis jelita itu terhenyak. Ibarada Kirio kah maksudnya? Senpai yang kerap kali menyuruhnya membawa barang sebagai pelampiasan kekesalan perbedaan level mereka di dalam tim? Untuk apa pemuda itu bertanya soal kabar Ibarada Kirio? Apa dia ada hubungannya dengan Ibarada... Oh tunggu, jangan-jangan...

"I.. Ibarada-senpai baik-baik saja, mmmm, walau ia masih berada di tingkat 4... A... Ano... Apakah anda... mmmm... kekasih Ibarada-senpai?" Tanya Karin langsung.

Dengan muka syok pemuda itu menjatuhkan sisirnya. "Halooo Nona? Maaf saja, orang orientasi seksualku tentu saja lurus. Dugaanmu sangat tidak smart, nona." Jawab pemuda itu sambil menggelengkan kepalanya heran.

Karin menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu telah sembarangan menuduh orang. Sekaligus dengan panggilan nona itu, ia sangat tidak terbiasa.

"Ja.. Jangan panggil aku nona. Namaku Koizumi Karin. Sa.. salam kenal..." Ujar Karin lirih, masih sambil menyembunyikan wajahnya, namun sesekali melirik ke arah sang pemuda untuk melihat reaksinya.

Dan pemuda itu tersenyum lebar

"Koizumi-san kenapa menyembunyikan wajah begitu? Itu tidak smart! Percaya dirilah! Namaku... Ah! Bajumu sedikit basah!" Pekik pemuda itu cukup keras, tidak bisa bereaksi secara biasa saja. Cocok sih dengan penampilannya yang memang agak norak.

Spontan, pemuda itu melepaskan jaket kulit merah yang dikenakannya dan memakaikannya ke punggung Karin dengan lembut. "Pakailah. Tidak smart jika seorang gadis berjalan pulang dengan pakaian agak basah begitu!"

Karin menatap pemuda itu diam. Wajahnya sudah tidak semerah tadi, tapi sebagai gantinya hatinya berdesir hangat. Menerima perlakuan sebegini lembut dari orang yang belum dikenalnya membuatnya sedikit berdebar. Dipakainya jaket itu perlahan. Tak sengaja wangi parfum—atau feromon?—tercium dari jaket itu.

Agak memabukkan...

"Wuah! Matahari hampir tenggelam! Maaf aku harus segera pergi!" Jerit pemuda itu lagi.

Karin berbalik dan mendapati mentari sudah tenggelam setengahnya dari balik bukit tinggi di dekat situ. Panorama yang sangat indah, sayang pemuda di hadapannya ini sedang tidak punya waktu menikmatinya. Eh, tunggu, kalau begitu bagaimana Karin harus mengembalikan jaket ini?

"T..Tunggu! Apa kau besok ada waktu? A.. Aku ingin mengembalikan jaket ini..." Cegah Karin dengan mengerahkan segenap keberaniannya. Pemuda itu menghentikan langkahnya dan berbalik. Terdiam sebentar sebelum akhirnya berjalan kembali menghampiri Karin.

Pemuda itu meminta Karin mengeluarkan ponselnya, yang dengan mudah dikabulkan oleh Karin. Dibukanya aplikasi pesan elektronik dalam ponsel flap warna merah muda milik Karin dan diketiknya sebuah alamat e-mail di kontak Karin. "Ini alamat e-mailku yang paling smart. Kita janjian lewat e-mail saja. Sampai jumpa!"

Kali ini langkah pemuda itu semakin jelas terdengar menjauh dari Karin. Dengan jantung masih berdetak kencang, Karin menggenggam ponselnya erat-erat. Membuka ponselnya dan langsung melihat apa yang diketik sang pemuda sebelum meninggalkannya sendirian. Sebuah alamat e-mail dan nama.

Koutarou Sasaki, nama pemuda yang baru saja menukar alamat e-mailnya dengan hati Karin yang dibawanya pergi.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N : Sumpah ini super absurd gangerti lagi hueueueueue. Niatnya sih emang pengen nunjukin realitas soal kalo cinta itu ga cuma milik orang-orang yang good looking aja tapi gimana ya cewek di eyeshield kan cantik-cantik yay. Akhirnya buat KarinKoutarou LOL dimana si maji tenshi ini suka sama Koutarou yang dangdut abis lololol. Soalnya gamungkin kan bikin yang ceweknya yang jelek emang FTV, wkwkwk.

Jaa! Selamat menunggu chapter selanjutnya!