Akhirnya last chapter!

WARNING: Ending nggantung, EYD gak baik, typo(s), misstypo(s), de el el.

Untuk yg request OCnya kemarin, maaf, karena saya gak mungkin bakal milih semuanya untuk jadi tokoh antagonis (gak jahat sama sekali, cuma nyebelin) utama, saya cuma pilih satu! Sedangkan yang lainnya jadi tokoh pembantu (WHAT!?)

RUN! RUN! RUN! (3)

Kuroko no Basuke © FUJIMAKI TADATOSHI

FF keren ini –huek- buatan saya, author bermata empat!

.

.

UNTUK KALI INI NORMAL POV ;3

.

.

Qenna menggulingkan dirinya ke kasur kamarnya. Hari ini benar-benar melelahkan, baru selesai latihan di klub voli cewek, waktu makan bakso pentolnya lompat ke wajah orang pula. Haahh…

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia segera mengeceknya.

from: 08x-xxx-xxx

Qenn, lagi apa? Aku Izuki Shun. :

Hee… ternyata dari Izuki. Dengan malas Qenna menjawabnya. Sebelum itu, ia menyimpan nomor Izuki ke kontak ponselnya.

to: IZUKI

Lagi jawab SMSmu, lah! :-O

Belum lama Qenna kembali tiduran, ponselnya bordering lagi. Pasti dari Izuki lagi, cih.

from: IZUKI

BUKAN ITU MAKSUDNYA! JAWAB DENGAN BENAR, DONG! :'3

Qenna menghela napas. Padahal kalau di kenyataan, Izuki gak cerewet. Ternyata dia seperti ini kalau di SMS, cerewetnya gak ketulungan. Lalu… apa ini? Kenapa huruf kapital semua? Caps lock nya jebol, ya?

to: IZUKI

AKU LAGI TIDURAN DI KAMAR! ADA APA, YA!? -_-

.

from: IZUKI

Sendirian? :D

.

to: IZUKI

Yep, ada apa, ya? :v

.

from: IZUKI

Hati-hati, ada setan.

.

to: IZUKI

MAUMU APA? UDAH TANYA-TANYA, DIJAWAB MALAH NAKUT2IN =_=" Di rumahku lagi ga ada orang tau'!

.

from: IZUKI

Oyasumi, ii yume wo mite~ ;)

.

to: IZUKI

HOI! Jawab pertanyaanku dulu! =,=)/

.

from: IZUKI

Aku agak gak enak badan… Tadi habis makan permen kapas yang kubeli di jalanan, perutku malah sakit. :'(

.

to: IZUKI

Jawab pertanyaaku, ooiiiii! o)9 DASAR MUSUH!

.

from: IZUKI

.

Grrhhh… Qenna menggeram kesal. Lalu ia membanting ponselnya ke kasur. Dasar Izuki, udah menyita waktu, pulsanya juga jadi berkurang. Apalagi jawaban terakhirnya itu SMS tak bermutu, isinya hanya titik-titik! Me-nye-bal-kan

"MEGELNOOO~~~!" teriak Qenna gak jelas, frustasi. Setelah teriak seperti itu ia merasa tenang dan akhirnya tertidur.

.

.

oOo

.

.

Sudah lama sejak itu, Qenna dan Izuki sering bertukar SMS. Entah sebagai pelepas bosan atau untuk ejek-ejek an. Tak terasa Qenna sudah menganggap ini sebagai kebiasaan. Jauh di dalam hatinya, ia merasa senang bisa ngobrol banyak dengan Izuki. Mereka jadi semakin akrab.

"Ohayou, minna~!" sapa Qenna saat masuk ke dalam kelasnya. Yang ada di dalam langsung membalas sapaan Qenna. Entah dengan senyuman ataupun anggukan kecil.

"Izuki belum datang? Padahal biasanya dia sudah duduk disini sambil ngakak gaje," gumam Qenna pada dirinya sendiri. Kursi Izuki masih kosong.

"Heleh, nanti juga datang sendiri," sahut anak yang ada di belakang Qenna. Cewek bernama Mirai Asuka dengan rambut abu-abu yang selalu berantakan. Sekarang ia sedang memainkan belati yang sering dibawanya. Walau kadang risih dengan kebiasaannya itu, Qenna cukup akrab dengannya.

"Mira-chan, tolong jauhkan 'itu' dariku!" Qenna menunjuk belati yang dibawa Mirai. Yang bersangkutan malah menodongkan benda kesayangannya ke wajah Qenna, sementara Qenna melotot ketakutan. "kau takut pada belati-kun-ku, heh?"

"TENTU SAJA AKU TAKUT! Yandere! Pendek!" teriak Qenna refleks. Mirai hanya diam lalu memasukkan belati nya ke dalam tas. Qenna menghela napas lega. "Jangan sebut aku pendek!" ujar Mirai.

"Oke, tapi jauhkan belati-mu dariku!" jawab Qenna dengan tenang. Mirai mengangguk. Biasanya dia mencak-mencak walau dibilangi baik-baik.

.

.

.

Bel masuk sekolah berbunyi, Izuki belum datang. Rasanya sepi kalau orang yang sering ngobrol sama kita gak ada.

.

Jam pelajaran pertama, Izuki belum datang.

.

Jam pelajaran kedua, masih sama kayak tadi.

.

Jam pelajaran ketiga, belum ada tanda-tanda munculnya batang hidung Izuki.

.

Jam istirahat, Qenna sudah sangat yakin kalau Izuki gak datang.

.

.

.

QENNA'S POV

"Izuki-san ijin, tadi malam diopname," ujar wali kelasku saat aku bertanya padanya mengenai Izuki. Kenapa nih orang gak ngomong dari tadi coba?

"Tolong beritahukan pada teman kelasmu. Barangkali ada yang mencarinya atau apa gitu…" pinta guru itu sambil tersenyum tak berdosa. Dia gak nyadar kalau aku yang sedang kesal karena Izuki tak kunjung datang. Sepi banget. Apalagi Yuki sedang ikut olimpiade di Kyoto.

"Baik," mau tak mau, akhirnya aku menganggukan kepalaku. Demi menjaga image kesopanan.

Aku berjalan menuju ke kelasku. Mau menginformasikan kalau Izuki ijin karena sakit.

"Teman-teman, Izuki lagi opname di rumah sakit. Makanya dia ijin gak masuk," seru ku, kini aku sedang berdiri di depan papan tulis. Beberapa anak terlihat simpati. Beberapa yang lainnya malah tertawa kecil, "ia juga bisa sakit, toh?"

Aku mencerna kata-kata yang kuucapkan barusan. IZUKI SAKIT DI RUMAH SAKIT? WHUAT?! Jadi kemarin malam waktu dia SMS itu, dia lagi di RS? Kasihan…

"Ngomong-ngomong, dia ada di rumah sakit mana, ya?" tanyaku antusias. "Bukannya kamu yang menginformasikan kalau dia sakit? Harusnya kamu tahu, dong!" jawab seorang yang ada tepat di depanku. Ia mengernyitkan keningnya.

"Ng, aku cuma disuruh Sensei untuk bilang pada kalian," aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Tiba-tiba cewek pendiam se-antero kelas berdiri.

"A-anoo… a-aku tahu Izuki-san ada di rumah sakit mana," ujar cewek bernama lengkap Kurayami Konoha itu. Walau pendiam, penampilannya agak gimanaa gitu.

"DIMANA?!" tanyaku dan teman-teman bebarengan.

"Di RS punyanya anak alumni SMP Teiko, yang sekarang ada di SMA Shutoku," jawab Kurayami sambil memainkan jari nya. "Anak rambut ijo lumut yang pake kacamata, tuh, lho… Halah, gak usah dijelaskan! Pokoknya RS yang ada di dekat alun-alun!" jelas teman anak pendiam itu.

Aku hanya manggut-manggut mengerti. Sebagai teman yang baik, nanti aku akan pergi menjenguknya. Gak usah ngajak Yuki, dia pasti capek habis olimpiade Fisika yang … aduh, pasti memeras otak!

.

.

.

Sepulang sekolah, aku tidak pulang. Melainkan hendak menjenguk Izuki. Saat melewati toko bunga, aku hampir saja masuk ke dalam dan membelinya. Tapi, kurasa laki-laki tidak suka bunga. Ntar malah layu. Akhirnya aku pun membeli beberapa kue.

Setelah bertanya-tanya pada para suster tentang kamar Izuki. Akhirnya aku menemukan kamarnya juga. Kamar biasa, bukan ICU. Jujur saja aku sedikit bersyukur mengetahuinya. Dengan itu, berarti nyawa Izuki masih bisa selamat. Awalnya, sih, pikiranku sudah kemana-mana. Entah kenapa sekarang aku menganggapnya sebagai sahabat.

Seorang wanita paruh baya membukakanku pintu. Aku tersenyum pada wanita berambut hitam itu. Orang itu langsung mempersilahkanku untuk masuk. Pandanganku langsung tertuju pada cowok rambut hitam yang terbaring lemas di kasur rumah sakit.

Usai mengucapkan salam dan berjabat tangan—dengan sok akrab- sama Ibu Izuki tadi, aku langsung masuk ke dalam. Duduk di pinggir kasur Izuki. Izuki yang sedari tadi sibuk membaca buku menoleh.

"Qenna-san?" Izuki tersenyum ramah padaku. Justru itu malah membuatku agak khawatir. Dia sakit apa sehat, sih? Kok malah senyam-senyum?

"Izukii! Kau sakit apaan!?" tanyaku gak sabaran.

"Hahaha, gak usah dipikirkan! Hehe…" ujarnya. Entah kenapa aku malah merasa kasihan. Ada rasa cemas yang mengganjal di hatiku.

Aku meletakkan kue yang kubawa di atas Meja. Aku melihat ada kertas kecil di sana. Aku ingin melihatnya, mungkin penyakit yang diderita Izuki tertera di situ. Saat aku hendak mengambilnya, Izuki sudah mengambilnya duluan. Lalu ia menyembunyikannya dariku. Kesal juga rasanya. Tapi masa aku mau merebutnya? Kan aku sungkan kalau ada Ibu Izuki juga disitu.

"Ke-kemarikan!" tanganku sudah gatal pingin mengambilnya. Izuki malah tertawa, "jangan!". Dan terjadilah aksi rebutan kertas itu. Aku udah gak peduli Ibu Izuki mau protes apa tidak, aku penasaran dengan tulisan yang ada di kertas!

"Oh, jadi kamu yang namanya Qenna-chan…" ujar Ibu Izuki tiba-tiba. Aku menoleh.

"Shun sering bercerita tentangmu, kau periang, cepat akrab, ramah, lucu, dan cantik," lanjut Ibu Izuki. "Ibu! Aku tak pernah menyebutkan yang terakhir!" protes Izuki. Aku tersipu malu.

"Arigatou…" jawabku singkat. Izuki masih melanjutkan protesnya. Padahal aku juga tahu, kok, dia gak mungkin sebut aku 'cantik'. Walaupun aku memang cantik, sih… #Plak #Narsis

"Jaa, Qenna-chan… kau tinggal dimana?" tanya Ibu Izuki. Kepo banget memang. Izuki terlihat menyimak.

"Rumah tante dan omku, di Jalan bla… bla… bla… nomor 30," jelasku. Sebenarnya aku tak mau memberitahukan alamatku. Siapa tahu dia orang jahat. Tapi karena sudah kenal sama Izuki, mungkin ia orang yang baik. Kalau anaknya baik, biasanya orangtua nya juga baik, kan?

"Lho, lha rumahmu ada dimana?" tanya Ibu Izuki lagi. Benar-benar kepo.

"Qenna asli orang Indonesia, rumahnya ada disana. Disini ia ikut sama om dan tante nya," sebelum aku menjawab, Izuki sudah menjelaskannya. Singkat dan jelas.

"Kapan kau dan Izuki akan menikah? Kapan Ibu punya cucu? Wah, gak sabar, nih!" ujar Ibu Izuki semangat. Aku melotot saking kagetnya, Izuki keselek roti.

"TIDAK AKAAANNN!" teriakku dan Izuki bersamaan. Ibunya Izuki tetap senyum-senyum, "Ibu gak bercanda, loh…"

"Maaf, tante, aku tak berminat padanya!" aku menunjuk Izuki. Dengan wajah tersenyum paksa.

"Aku juga tidak, asal kau tahu!" Izuki balik menunjukku. Ibunya Izuki berdehem, "bercanda, kok… jangan maraahhh…"

Aku dan Izuki sweatdrop berjamaah.

KREKK… suara pintu kamar Izuki terbuka perlahan. Menampakkan seorang gadis rambut pendek yang di jepit kanan-kiri tapi belah tengah. Wajahnya manis, tinggi pula.

"Nao-chan!" sapa Ibu Izuki ramah. Yang disapa tersenyum tapi tetap menundukkan wajahnya. Ia berjalan mendekatiku.

"Siapa, kau? Aku kesini mau bicara pribadi sama Shun-kun. Apa maumu?" tanyanya dingin. Tadinya aku menilai dia sebagai gadis baik hati yang pemalu. Ternyata tidak juga.

"Aku Qenna, salam kenal! Aku cuma menjenguknya!" ucapku. Aku mengulurkan tanganku, tetapi ia tak menjabatnya. Aku menghela napas.

"Shun-chan, dia siapamu?" nada bicaranya berubah saat bertanya dengan Izuki. Izuki tersenyum, "teman… err… musuhku!"

"MUSUH?!" tanyaku tak percaya. Selama ini Izuki menganggapku musuh?

"Syukurlah, kirain apa…" kata cewek itu dengan senang sambil meluk-meluk Izuki. Iihh, bukan mukhrim!

"Iya, musuh. Aku dan dia suka berantem walau hanya masalah kecil. Tapi rupanya hanya dia yang menganggapku musuh. Sebenarnya aku sudah menganggapnya teman. Bahkan sekarang aku menganggapnya sahabat," jelas Izuki panjang lebar. Aku melongo, sekarang aku jadi teringat pesanku tadi malam.

Gadis cantik itu mengembungkan pipinya.

"Ya sudah kalau hanya musuh. Kenalkan, aku Yoshikazune Naoko. Kau boleh memanggilku … terserah elu!" ujarnya. Tapi tak mengulurkan tangannya. Kalau gini, kan, bukan teman namanya. Cih.

Ahaa! Punya idee! Kerjain, ah…

"Salam kenal, terserah elu… semoga kita bisa akrab…" aku tersenyum pada si Naoko itu. Tak seperti dugaanku, ternyata dia tidak meresponnya dengan marah atau perkataan kasar.

"Salam kenal, Qenna-san," ujarnya. Ia melangkahkan kaki ke arahku. Tunggu! Dari tadi kemana Ibu Izuki? Ternyata dia lagi tidur di kursi yang tersedia. Sementara Izuki, ia tak memperdulikan kami. Malah melanjutkan membaca buku.

"Jangan ambil Izuki Shun-ku!" bisik Naoko di telingaku. Aku hanya face palm.

"Males, ah! Buat apa juga…" jawabku judes. Naoko tersenyum, "terimakasih, janji?"

Aku bingung. Gimana kalau tiba-tiba aku jadi suka Izuki? Tapi mungkin juga itu tak akan terjadi. Kayak di sinetron-sinetron aja…

"Nggak deh, kalau ngelanggar nanti dosa. Kalau Nao suka Izuki, terserah! Aku gak yakin kalau suatu saat aku suka padanya atau semacamnya. Aku dan dia cuma teman! Aku juga-" bentakku. Aku merasa ada yang tak beres di hatiku. Tapi acuhkan saja, deh.

"Teman?" sahut Izuki. Aku mengangguk mantap, "maaf, yang di SMS kemarin aku hanya bercanda. Kau bukan musuh. Yah, kuakui, aku juga menganggapmu sahabat. Lalu- ng… ng…"

Aku bingung mau mengucapkan apa.

"SMS? Shun-kun! Kau bahkan tak pernah menjawab SMSku meski hanya se-huruf!" rengek Naoko. Matanya sudah berkaca-kaca. Izuki menaikkan sebelah alisnya, "maaf, nomormu yang mana, ya?"

Tangis Naoko langsung pecah. Aku bingung, mau menghajar Izuki dulu atau menenangkan Naoko.

"Sabar, sabar, tuh anak memang kurang ajar…" aku menepuk-nepuk punggung Naoko. "Hiks… hiks… padahal aku dan Shun sudah… hiks… temenan dari dulu… hiks… padahal aku yang duluan kenal padanya. Hiks, kenapa kau, hiks, yang SMSnya dijawab? Bahkan nomorku gak disimpan dengannya. Hiks… hiks…"

Lama-lama aku prihatin juga sama nih anak. Aku berusaha menenangkannya. Sementara Izuki, dengan wajah tak berdosa malah tersenyum. Dasar gak bisa lihat situasi!

"Ya sudah, hiks, aku mau pulang saja! Aku marah sama Shun-kun! Benciii! Aku gak bakal, hiks, balik ke hadapan kalian lagi!" Naoko berlari keluar. BLAM, pintu kamar Izuki tertutup dengan tidak elitnya. Bisa roboh nih bangunan kalau nutupnya sekeras itu.

Aku tak bisa berkata apa-apa ngelihat Naoko ngambek. Merasa bersalah juga karena aku adalah penyebab kami membahas tentang SMS.

"Biarkan saja, ntar juga baikan sendiri," ujar Izuki. Ternyata ia memang tak punya rasa kasihan sedikitpun. Menyebalkan! Tapi gak tahu kenapa agak senang juga.

"Dia ngotot pingin nikahin aku waktu lulus SMA. Itu adalah permintaan terbodoh sepanjang masa," ujar Izuki lagi. Aku berhendak untuk menjambaknya, dasar gak tahu perasaan wanita!

"Tapi aku tak tertarik padanya, aku gak suka dengan yang cerewet," lanjut Izuki. Aku hanya terdiam, asal kau tahu, Izuki… kau juga cerewet!

"Lagipula, sudah ada orang yang kusuka sekarang."

Aku langsung kepo. "Siapa?"

"Orang yang pernah nyungsep waktu olahraga, yang suka meributkan hal gak penting, ceroboh, suka kucing, suka anime, dan lumayan menyebalkan!"

Rasanya aku familiar, deh, dengan ciri-ciri itu.

"Aku suka sekali!" wajah Izuki memerah.

"…" aku terdiam, masih syok.

"Menurutmu siapa yang kusebutkan tadi?" wajah Izuki memerah sampai telinga.

"…"

"Jangan salah paham, ya! Kucingku tau! Kucingku!" Izuki mengibaskan tangannya padaku. Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin kucing olahraga? Mana mungkin kucing meributkan hal gak penting.

Sadar bahwa yang disebutkan tadi adalah aku, aku tertawa kecil. Ada rasa senang berlebih yang menyelimutiku saat ini. Izuki ikut tertawa, "sadar, ya?"

Aku mengangguk, lalu tersenyum tipis.

"Kau mau jadian denganku?" tawar Izuki, masih dengan semburat merah yang menemani wajahnya. Aku terbengong.

Apa yang baru dia katakan itu sungguhan atau bohongan? Aku terdiam, Izuki terdiam. Mungkin aku memperlihatkan reaksi aneh sekarang. Jadi, aku harus bagaimana? Lari atau LARI!?

Aku mulai beranjak dari dudukku. Berniat kabur. Habis, baru kali ini aku mendengar kata-kata itu dari seorang cowok, UNTUKKU!

Tapi, rasanya sia-sia aku mau kabur. Izuki sudah menggenggam tanganku.

"Jadi? Jawabannya?"

Ia menatapku dengan serius. Aku memalingkan muka. Berpikir kritis. Memangnya untuk apa kami jadian padahal status masih pelajar? Uh, aku tak akan melakukannya! Bisa jadi hubungan kami sebagai teman malah hancur? Tapi kalau aku bilang tidak, nanti kalau Izuki marah gimana?

"Maaf, tidak!" jawabku tegas. Akhirnya aku bisa memutuskan pilihanku. Izuki bukannya marah, melainkan tersenyum.

"Ehee… aku tahu alasannya, kok! Jaa, kutunggu lain waktu kalau kau siap! Oh, ya, nih!" Izuki melemparkan kertas tadi padaku. Kertasnya sudah berbentuk bola kecil, pasti diremas sama Izuki.

Aku segera membukanya. Ternyata bukan surat dari rumah sakit. Tapi surat tagihan listrik rumahnya Izuki. Huhuhu, kecewa!

"Izuki, sebenarnya kau sakit apa?"

"Ingat SMSku kemarin? Kemarin aku keracunan gula-gula kapas! Aku gak tawar sama gula arumanis. Tapi karena kepingin, aku malah membelinya! Bego memang," jelas Izuki masih diiringi tawa anehnya.

"Ya sudah, selamat istirahat, Izuki-kun!" aku melangkah keluar. Habis, saat aku melihat Ibu Izuki, ia masih tidur. Gak enak kalau aku membangunkannya hanya karena pamit pulang.

Sementara Izuki, hanya terkekeh pelan mendengar panggilan baru dari Qenna yang tanpa sadar mengucapkannya.

TAMAT!

Yah, lagi-lagi tamat dengan nanggung. Kapan-kapan aku buat sequelnya, deh!

Makasih banyak atas dukungan kalian, ya! Maaf banget kalau jauh dari yang kalian harapkan. Hanya ini yang terlintas di otakku saat ini. :'v

TERIMAKASIH BANYAK UNTUK:

Qenna, Sherrysakura99, Silvia Ki-chan, The Exodia, Ghost186, MiniReeto, Yoshikazune Naoko, Cappuccino Feat. Cincau, dan silent readers sekalian!

Salam,

Sheii ;3