"Hey, Marcus! Mr. Casey called you to his office!"

"O-oh, thanks."

"Are you in trouble?" tanya teman sekelasnya khawatir.

"I don't think so ... I don't know." Ya, Kyuhyun pun tak yakin.

"Oh, well good luck then."

"Hmm, thanks."

Kyuhyun melangkahkan kakinya agak cepat. Bertanya-tanya, apa lagi masalahnya dengan guru itu. Padahal dia sudah tidak lagi membawa Sungmin ke sekolahnya. Atau hal lain? Tapi ia sudah sebisa mungkin menghindari masalah. Nilai akademisnya pun tak ada yang menurun.

Saking banyaknya pemikiran yang muncul, tak terasa sekarang ia sudah berdiri di depan pintu ruangan di mana dua hari yang lalu ia membawa Sungmin.

Tok tok

Terdengar suara dari dalam, "Come in!"

Kyuhyun menarik napas dan membuangnya sebelum memutar kenop pintu. Dilangkahkan kedua kaki jenjangnya memasuki ruangan. Lalu menutup pintu di belakanngnya dengan perlahan, hampir tak bersuara. Ia tak panik, tapi menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk tidak ada salahnya, bukan?

"Is it you, Cho?" tanya sebuah suara.

"A-ah ... yes, Sir." jawab Kyuhyun sedikit terkejut.

Sosok yang bertanya itu duduk di kursi kerjanya, membaca koran pagi. Kursi itu membelakangi meja kerja, menghadap ke jendela besar yang menghadap ke gerbang sekolahnya. Pemandangan yang akan terlihat indah di musim semi nanti, tidak untuk saat ini.

"Please have a sit," ujar Mr. Casey sambil memutar balikkan kursi kerjanya.

"Thank you, Sir." jawab Kyuhyun, dan ia pun menduduki kursi di depan meja kerja Mr. Casey.

Mr. Casey meletakkan korannya di pojok kanan meja kerjanya, di samping tumpukan buku-buku besar yang diduga tak muat di rak buku besar—yang bahkan menyentuh langit-langit ruangan—di samping meja kerjanya. Ia lalu melepas kacamata baca yang dipakainya dan meletakkannya dengan rapi di dalam kotak kacamatanya.

Kyuhyun memerhatikan gerak-gerik gurunya dalam diam. Hingga tiba-tiba namja yang dijuluki sebagai 'Guru Killer' itu bertanya pada Kyuhyun, "Do you know why I called you here?"

Kyuhyun yang tadi sedang terdiam memperhatikan, terkaget akibat pertanyaan tiba-tiba itu sehingga menjawab dengan terbata, "N-no, Sir."

"Well..." ucapnya perlahan membuat Kyuhyun menahan napas, mengira dirinya dalam bahaya.

"I'm going to teach you Korean." ujar sang guru.

.

.

.

Babysitting The Bunny Boy

Fiction Girl Trapped

Kyumin fanfiction

Disclaimer:

I own nothing but the story

Beware of the typo(s) and the wrong grammar

Don't like, don't read

.

.

.

enJOY

.

.

.

"Sungmin-ah," panggil Kyuhyun. Setelah ia ikut percobaan belajar sedikit Bahasa Korea—yang sebenarnya paksaan karena sesungguhnya ia tak begitu menginginkannya—dari Heechul atau Mr. Casey, guru di sekolahnya. Hey, bagaimanapun 'memelihara' Sungmin tak pernah ada dalam agendanya! Sayangnya rasanya saat itu ia mendengar desisan—seperti desisan ular—dari mulut gurunya.

Dasar murid tak sopan.

Practice makes perfect!

Secara tak langsung Heechul memerintahnya untuk berlatih. Oh, hell ... ia sudah disibukkan dengan tugas sekolah, kerja sambilan, dan SUNGMIN! For god sake ... namun entah ada dorongan apa dan bagaimana juga dari mana, ia mencoba mempraktekkannya pada anak asuhannya.

"Ne?" tanya Sungmin sambil menoleh dan tersenyum riang.

"Ini ... berapa?" ujarnya pelan-pelan. Rasanya sungguh asing mengucapkan bahasa yang selama 17 tahun terakhir dalam hidupnya tidak pernah ia ketahui. Rasanya lidahnya seperti terbelit.

"Ng?" gumam Sungmin sambil memiringkan kepalanya. Dalam pikiran bocah itu, apa hyung-nya ini tak bisa berhitung?

Maka sambil mengerutkan dahi dengan lucu, Ia lalu menyentuh satu jari Kyuhyun yang diunjukkan padanya. "Han." ucapnya.

Kyuhyun tersenyum melihat jari-jari mungil Sungmin menggenggam jari telunjuknya. Tangan yang lembut dan harum. Kenapa harumnya berbeda dengan tangannya sendiri? Padahal mereka memakai alat mandi yang sama.

"Minnie bica belhitung campai sepuluh!"

Kyuhyun terbangun dari lamunanya. "What?"

"Lihat jari Minnie, ne!" serunya memerintah dengan semangat. Lalu ia mengangkat kedua tangannya, menunjukkannya pada hyung tampan di depannya, dan ia mulai berhitung dengan nyaring, "Hana, dul, cet, net, daceos, yeoceos, ilgob, yeodeolb, ahob, yeol!"

Ia terdiam sesaat. Lalu, "Kyu hyung cudah bica?" tanyanya dengan polos.

"Good boy," puji Kyuhyun sambil mengusap kepala baby bunny-nya, meskipun dia hanya mengerti di bagian penyebutan angka-angka.

'Kurasa ini bisa dilakukan perlahan.' pikirnya positif.

Cho Kyuhyun yang malang ... seandainya kau tahu apa yang dipikirkan dan dikatakan bocah manis itu...

.

"Your lesson start in this winter holiday." ujar Heechul keesokan harinya. Setelah jam sekolah selesai, ia kembali meminta Kyuhyun untuk datang ke ruangannya.

Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, "I-I can't," katanya.

"What did you just say?"

Kyuhyun melihat mata Heechul menajam, seketka itu juga ia "Y-yeah well ... I promise to visit my grandfather this holiday. So..."

"Okay, then. When will you go?" tanya Heechul malas. Alasan klasik murid-muridnya.

Kyuhyun menggaruk tengkuknya, "In christmas day ... I guess?"

"Really? It's two weeks from now on, right?" tukas Heechul geram dengan tingkah Kyuhyun yang makin hari makin antara babo dan polos dan mengesalkan, atau perpaduan ketiganya. Kalian pasti tahu maksudnya. "You said it like you're going tomorrow!"

LOL, sabarlah uri Heechul.

"Yeah, well..."

"What else?" tanya Heechul lagi.

Sekarang Cho Kyuhyun ini menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, "I have job to do..."

Heechul menghela napas, ia tau maksud murid tampannya ini. Bagaimanapun ia tahu, biaya pendidikan muridnya yang satu ini berasal dari beasiswa, namun biaya hidup Kyuhuyun berasal dari bekerja sambilan.

"How about I pay you for every lesson you attend?" tawar Heechul.

"What?!" Kyuhyun membelalakkan matanya dengan berlebihan.

Heechul memutar bola mata menanggapinya. "Yeah, how much you need?" tanyanya sambil mengedikkan bahu.

Apa-apaan ini? Seketika Kyuhyun merasa seakan uang tidak ada artinya lagi. Mana ada orang yang mendapatkan uang tanpa bekerja dengan usahanya sendiri!

"N-no ... I can't accept that. I have to work, use my skill to get money, not like that." ujar Kyuhyun sedikit kesal. Ia merasa direndahkan saat ini.

"Oh, my. You work on your skill of course. With your BRAIN SKILL, you see?" jelas Heechul dengan santai sambil memutar jari telunjuk ke samping kepalanya, menunjuk ke otak.

Kyuhyun sudah sangat kesal. Memang namja di depannya ini adalah gurunya, bahkan pemilik sekolah ini. Hanya saja, apa dengan begitu orang di depannya ini berhak merendahkan orang lain?

Namun Kyuhyun memilih untuk meredam amarahnya dengan memejamkan mata sebelum berkata, "I can't, Sir," ucapnya dengan tegas.

"Okay, then ... I'm gonna give you two option," ujar Heechul dengan nada santai. Heechul bukan orang suka ditolak. Dan semua hal yang pernah ditawarkannya pada orang lain hanya berlaku sekali.

"Take the offer I've made ... or leave this school?"

Deg

"A-are you kidding, Sir? You don't mean that, right?" tanya Kyuhyun terkejut. Rahangnya mengeras sambil mengutuk dalam hati,

'APA-APAAN?'

Heechul pun meletakkan kedua sikunya di atas meja, menautkan kedua jemari tangannya, dan menumpu kepalanya di atas susunan tangannya tadi lalu berkata,

"I never kidding, Mr. Cho Kyuhyun."

.

Waktu menunjukkan pukul tujuh belas lewat tiga puluh menit di arloji Kyuhyun. Sekarang ia berada di toko kelontong tempatnya bekerja sambilan, mengobrol dengan sang pemilik toko, Nathan Kim.

"Begitukah?" tanya Nathan dengan ekspresi cukup terkejut.

"Yeah," Kyuhyun menghela napasnya, lalu mereka terdiam cukup lama. Kyuhyun berdoa semoga ia tidak di pecat.

Sampai tiba-tiba Nathan berkata, "Hmm, okay then."

"Hah?" Kyuhyun tersentak dari lamunannya.

Nathan tersenyum sambil mengangguk, "Tak apa, kau lanjutkan saja sekolahmu."

"Apa aku dipecat?" tanya Kyuhyun takut-takut. Bagaimanapun hidupnya bergantung pada pemilik toko ini ... dan kepala sekolah 'sialan' itu menurutnya.

"Of course no." Nathan tertawa saat ia mendengar nada khawatir dari suara Kyuhyun. Apakah mahluk evil yang ia pekerjakan ini sedang panik sekarang, eoh?

Kyuhyun cemberut mendengar tawa Nathan. Bisa-bisanya orang itu menertawakannya saat ia sedang panik antara hidup dan mati.

'Hari ini orang-orang jahat sekali!' gerutunya dalam hati.

Cho, kau sungguh berlebihan.

"Hey hey, aku masih membutuhkanmu. Well, anggap saja ini bonus akhir tahun." tambah Nathan sambil menyeruput tehnya dengan tenang.

Kyuhyun memicingkan matanya suspiciously, "Really? Like ... really?" tanyanya curiga. Akhir-akhir ini rasanya dia sulit mempercayai orang.

"Yeah," Nathan mengangguk mantap. "By the way, I found new waiter to replace you while you're not here."

"Ah, so that's why..." Kyuhyun mendecih begitu mengetahui kenapa Nathan bersikap santai soal pekerjaan. Sama sekali tidak seperti Nathan yang Kyuhyun kenal.

"Hahaha, yeah ... that's why," sahut Nathan santai.

Kyuhyun melirik ke arah Nathan, mendelik lebih tepatnya. "Kau sepertinya senang sekali aku tak di sini," ceplosnya degan nada sebal.

Dan Nathan balik meliriknya dengan senyuman—yang menurut Kyuhyun sangat menyebalkan—lalu berkata, "Maybe? Hahaha," tawanya riang.

"You're so mean, Dude!" pekik Kyuhyun sambil meninju lengan Nathan.

Nathan belum berhenti tertawa, lebih tepatnya tidak bisa. "Well, I just know that bullying someone—you, esspecially—would be this nice."

"Berhenti tertawa!" titah Kyuhyun sambil menunjuk wajah Nathan.

"Hey, I'm your hyung!" seru Nathan sambil menepis jari Kyuhyun yang menunjuk dirinya. 'Betapa tak punya sopan santun!' pikirnya.

Kyuhyun mengernyit. "Hyung? What's that?" tanya Kyuhyun polos.

"Oops, I forgot you're not speak OUR LANGUAGE, pft."

"Kau sangat menyebalkan." Kyuhyun berkata sambil cemberut. Dan—LAGI—Nathan terbahak.

Suasana agak tenang sekarang. Nathan menyeruput habis tehnya. Dan Kyuhyun menggigit habis kuenya.

"Ah, how's Sungmin?" tanya Nathan tiba-tiba setelah meletakkan cangkirnya pelan.

"He's doing fine," sahut Kyuhyun setelah menelan kuenya.

"Really?" tanya Nathan lagi. Kyuhyun mengangguk.

"Sometimes a little bit sad, I think."

"Oh no, that's bad..." ujar Nathan.

Lagi-lagi Kyuhyun cemberut. "Oh, come on. That's not as bad as my story!"

Dan Nathan dengan tenang berkata, "You've grown up, Cho. He's still a baby, you know? And have you been thrown away like him?"

.

Seorang baby terduduk di sofa ruang televisi. Tangan kanannya memegang sebuah pensil, bekas mencoret-coret kertas—yang sekarang tergeletak begitu saja di atas coffee table—Matanya mentap dengan semangat ke layar televisi di depannya.

"Bunny!" serunya dengan semangat. Ia menonton channel khusus baby yang disetelkan hyungnya pagi tadi. "Minnie mau bunny! Mau bunny!" pekiknya sambil sekarang mendekat ke layar televisi.

"Let's count these bunnies together!" seru suara bunny putih bertopi dan dasi kupu-kupu berwarna hitam di televisi. Lalu muncul lah gambar lima kepala bunny dan angka di bawahnya, dan Sungmin dengan riang menghitungnya dengan Bahasa Koreanya.

Tak lama masing-masing kepala bunny di acara televisi itu berkedip dan berkata dengan suara yang lucu, "One!" ucap bunny di urutan pertama. "Two!" ucap bunny di urutan kedua. "Three!" ucap bunny di urutan ketiga. "Four!" ucap bunny di urutan keempat. "Five!" ucap bunny di urutan terakhir.

"Ah, jadi itu nama bunny-bunnynya..." Sungmin menangkap maksud dari acara berhitung itu dengan mulut yang agak menganga. "Nama yang aneh, padahal meleka lucu." tambahnya sembari mengernyit dan memiringkan kepalanya.

Terserah kau sajalah, Sungmin.

"Let's repeat again!" seru bunny bertopi hitam lagi. Sungmin menatap layar televisi itu dengan serius, seakan dia hendak menelan that 'electronic stuff' bulat-bulat.

Kelima bunny di televisi itu memulai acara berhitung lagi, "One!" ucap bunny pertama, lagi.

"W-wan?" ucap Sungmin ragu.

"Two!" ucap bunny kedua, lagi. Dan Sungmin menirunya.

"T-tu? Tu?" ucap Sungmin sambil agak memajukan bibir manisnya.

"Three!" ucap bunny ketiga, lagi.

"Th-thli?" ulang Sungmin. Ia merasa lidahnya menjadi aneh saat menyebut kata itu. Namun ternyata rasa aneh di lidahnya itu adalah bekas wafer yang tadi dimakannya. Maka dijulurkannyalah lidah mungil miliknya sambil berusaha mengambil serpihan wafer yang menyangkut.

"Four!" ucap tiba-tiba sang bunny keempat. Dan Sungmin yang masih menjulurkan lidahnya terkaget.

"Akh!" pekiknya kesakitan. "Appo ... lidah Minnie telgigit." Ujarnya sambil merasa-rasa lidah yang sakit dalam mulutnya. Ia mengabaikan bunny di televisi yang sedang menyebut kata angka terakhir.

Ia menatap layar televisi, "Apa ini kalena Minnie bilang nama bunny aneh? Kalena Minnie jahat?" tanyanya entah pada siapa. Televisi, mungkin?

"Minnie mau minum." Bocah itu berjalan pelan menuju dapur, sambil menyentuh ujung lidahnya yang tergigit tadi dengan jari mungilnya.

Setelah sampai di dapur, ia membuka pintu kulkas yang baginya terihat besar. "Tetap caja kulkas di lumah Minnie yang paling becal." ujarnya datar sambil mengambil botol plastik besar air mineral.

Yeah, yeah, whatsoever.

.

Klik

Blam

Sungmin terbangun dari tidur sesaatnya. Kini ia sedang berbaring di atas karpet di kamar Kyuhyun.

"Sungmin?"

"Kyu hyung, eoh?" tanyanya pada diri sendiri sambil mengucek kedua matanya dengan punggung tangan lalu menguap.

Bocah manis itu segera bangkit dan berjalan pelan keluar kamar, menghampiri sosok yang sedari tadi ditunggunya hingga ia jatuh terlelap.

"Kyu hyung, wacceo?" panggil Sungmin pelan.

"Huh?"

"Kyu hyung lama cekali pulangnya. Minnie campai ketidulan." Lanjut bocah itu sambil duduk di samping Kyuhyun yang sedang melepas sepatunya.

Tiba-tiba Sungmin melihat sebuah kantung plastik di samping Kyuhyun. "Eoh?" Sungmin mengerjapkan matanya cepat sambil memiringkan kepala. "Kyu hyung," panggilnya.

"Hmm?" sahut Kyuhyun sambil menoleh ke arah Baby Min.

"Ige ... mwo?" tanya Sungmin sambil memiringkan kepalanya.

Deg

Lagi. Kyuhyun terpana lagi oleh beningnya foxy Sungmin. Seberapapun kesalnya ia hari ini, sampai ia sedikit menyalahkan keberadaan Sungmin ini atas nasib buruk yang menimpanya, tak sampai hati ia mengusir bocah manis ini.

Bahkan ia merasa tenaganya pulih kala mendapati Sungmin yang selalu menantinya pulang.

"Kyu hyung-ah..." panggil Sungmin yang membuyarkan lamunan Kyuhyun.

"A-ah, did you have ... your dinner?" tanya Kyuhyun di sela-sela kegugupannya akibat mentapa foxy Sungmin terlalu dalam.

"Mwo? Ddi-neo?" tanya Sungmin sambil mengerjap lucu.

"Oops, I forgot you don't speak OUR LANGUAGE, pft."

"Sial kau, Nathan!" Kyuhyun menggeram pelan bagai serigala yang jengkel saat mengingat kalimat yang diucapkan pemilik toko tempatya bekerja sambilan.

"Ddi-neo?" tanya Sungmin lagi sambil menarik lengan baju Kyuhyun. Demi apapun kepala mungilnya terasa berat setiap mendengar kata-kata yang diucapkan oleh hyungnya dan bunny-bunny di televisi tadi. Oh ya, lidahnya juga sakit.

"D-dinner is..." Kyuhyun berpikir keras untuk menerjemahkan maksudnya pada Sungmin yang masih menunggu dengan tatapan lucunya, yang bagi Kyuhyun mematikan.

'Ini gila!' pekik Kyuhyun dalam hati.

"Ah, hmm ... come here." Kyuhyun menarik Sungmin yang makin menatapnya bingung. Lalu ia mendudukkan bocah manis itu di sofa. "Wait here!" titah Kyuhyun.

Kyuhyun pergi ke kamarnya mengambil kertas dan balpoint, lalu dengan tergesa-gesa kembali ke ruang televisi. "Here," ujar Kyuhyun sambil memegang balpoint-nya.

Digambarnya langit malam dengan bintang dan bulan. Lalu ditengoknya Sungmin yang tersenyum senang. Dipikir bocah itu, Kyuhyun sedang mengajarinya menggambar.

"Kyu hyung-ah, cedang menggambal apa?"

Setelah selasai, Kyuhyun menunjukkan hasil gambarnya pada Sungmin.

"Morning," seru Kyuhyun pada Sungmin sambil menunjukkan hasil gambarnya yang di dalamnya terdapat matahari di antara dua gunung, lalu sawah di kaki gunung, dan tidak lupa dengan anak sungai dan jembatannya.

"Mol-ning?" Sungmin mengerutkan dahinya. Ia pernah melihat gambar seperti itu di majalah yang sering dibelikan ibunya. Tapi ibunya tidak menyebut gambar itu sebagai 'morning' seperti yang dikatakan Kyu hyung tadi. "Achim?" tanyanya dengan polos ketika mengingat sebagaimana waktu itu ibunya berkata.

Sekarang gantian Kyuhyun yang mengerutkan dahi bingung, "Achim?"

"Night," ucap Kyuhyun tak memperdulikan lebih lanjut, ia menunjukkan ujung jarinya ke sekeliling gambaran langit malamnya yang terdapat gambar bulan sabit dan bintang-bintang.

"Bam!"

"No, night!"

"Bam!"

"Night!"

"Ich, apa cih Kyu hyung!" protes Sungmin yang kata-katanya terus dibantah Kyuhyun. "Nait itu bam, kan?! Nait!"

Eh? Uri bunny ternyata paham?

"Yes!" seru Kyuhyun semangat.

Lalu ia membalik kertas tersebut dan menunjukkan gambar lainnya yang ternyata juga digambarnya tadi. "Eating." ujarnya mantap.

"I-ting?" apa lagi itu iting, pikir Sungmin sambil melihat pada gambar seadanya ala Marcus Cho.

Mokgo? Pikirnya lagi.

"Yes, eating!" Kyuhyun memperagakan cara memakan. Ia sangat terharu, pikirnya, apa mungkin pada akhirnya ia dan Sungmin akan saling memahami tanpa harus repot-repot belajar bahasa masing-masing.

Polosnya...

Atau bodoh?

Sungmin terdiam, dia bingung. Dalam benaknya, 'Apa cih yang dilakukan Kyu hyung? Dia bicala apa cih?' semacam itu. Lalu tiba-tiba...

Gruuuuuk—

Asal suara tersebut dari perut mungil Sungmin. Keduanya saling memandang. Dan seketika itu juga Kyuhyun tertawa.

"Pfft, you're hungry, aren't you?" tanya Kyuhyun sambil tertawa lepas.

Sungmin melebarkan kedua kelopak matanya yang mungil. Pemandangan ini langka. Kalian tahu? Baru kali ini uri baby bunny melihat Kyuhyun tersenyum lepas.

'Apa Minnie cudah berhasil menghibul Kyu hyung? Apa cekalang Kyu hyung cudah cayang Minnie? Apa Kyu hyung tidak akan meninggalkan Minnie ke cekolah lagi?' pikir Sungmin sambil tersenyum lebar.

Yeah, well ... sejak kedatangan Sungmin, Kyuhyun yang memang jarang tertawa bahkan tersenyum pun hampir tidak pernah, makin jarang lagi melakukan semua hal itu. Menekuk wajahnya adalah suatu kegiatan yang makin digemarinya, selain bermain game hingga pagi, tentunya.

Lalu Kyuhyun, yang sadar bahwa dia tidak sengaja tertawa lepas di hadapan Sungmin, objek manis perusak dinamika kehidupannya—dan errr ... sedikit jantungnya, tiba-tiba berdeham. Ia bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur.

.

"Celamat makaaan!" seru si mungil Sungmin

Kyuhyun memperhatikan Sungmin yang dengan tangan mungilnya menyuap sesendok kentang tumbuk buatan Kyuhyun ke mulutnya. Sangat imut.

"Oh, enyak cekali hyung!" seru mulut mungil yang sibuk mengunyah tersebut. Pipinya menggembung seperti dua gelembung balon yang bersentuhan.

Jika Kyuhyun melihatnya, sudah bisa dipastikan makannya tidak tenang. Rasa pusing—karena tekanan hidup yang, yah ... cukup dramatis—dan rasa gemas akan bersatu. Menimbulkan suatu tindakan mengerang yang tak bisa dideskripsikan. Untung saja ia tidak memedulikan wajah didepannya.

Begitu selesai makan Sungmin meminum apple juice yang ternyata adalah isi dari kantung plastik yang dibawa Kyuhyun. Bocah itu meminumnya sambil duduk di sofa dan menonton tayangan televisi, lagi.

Setelah selesai merapikan meja makan dan mencuci piring, Kyuhyun pergi ke kamarnya, menyambar handuk, lalu melesat ke kamar mandi. Dan tak lama, dari luar terdengar konser super merdu Cho Kyuhyun.

"Segarny—" ujar Kyuhyun begitu keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba ia mendengar teriakan yang memekakkan telinga.

"KYU-HYUNG DAEBAK!" pekik Sungmin tiba-tiba sambil bertepuk tangan dengan semangat.

Kyuhyun menatap Sungmin dari sudut luar matanya sambil menautkan alisnya, bingung. "What's got into you?" tanyanya. Tentu saja ia patut bersikap shock seperti itu, diteriaki seorang bocah tepat setelah dia melangkahkan kakinya keluar kamar mandi.

"Kyu-hyuuuung, ayo nyanyi lagi! Minnie cuka suala hyung!" seru Sungmin semangat sambil menirukan penyanyi di atas panggung, dengan tangan kanan di dekatkan ke bibir seakan memegang mic dan tangan kirinya terangkat-angkat ke udara membentuk gesture tak jelas khas—seperti yang sering dia lihat di televisi bersama eommanya—lalu berputar-putar mengelilingi coffe table di ruang televisi. Jangan lupakan suara manisnya yang mengikuti nyanyian Kyuhyun tadi.

'Apa dia memintaku kembali bernyanyi?' batin Kyuhyun.

Ia merasakan wajahya memanas. Entah kenapa dia senang. Jarang sekali ada yang bersemangat mendengar nyanyiannya. Yah, well ... tentu saja karena selama ini dia tinggal sendiri di apartemennya.

.

Tuuuuut tuuuuut tuuu-pik!

"Yeoboseyo?" seseorang di seberang sana mengangkat panggilan di telepon genggamnya setelah melihat siapa yang meneleponnya.

"Hi," sahut suara yang menelepon. Suaranya terdengar pelan dan letih.

"How are you, dear?" tanya suara di seberang. "You sound quite different," ujar suara itu. Yang mendengarnya hanya tersenyum letih.

Sang penelepon hanya terdiam. Rasanya tidak tenang, sejujurnya ada yang ingin ia katakan. Hanya saja...

"Is there something wrong, honey?" tanya suara itu lagi. Bagaimana ia tak bertanya, si penelpon tak merespon ucapannya sejak tadi.

"Hannie," panggil sang penelepon. Dan direspon dengan satu bentuk suara 'hmm', semacam itu. Lalu ia menarik napas dan melanjutkan kalimatnya, "I think ... I found him..."

.

Di tempat lain di waktu yang sama, seseorang juga sedang menelepon. Ini telepon pertama dari kekasihnya dalam sebulan. Maklum saja, kekasihnya tersebut adalah seorang bodyguard. Jadi sekarang bayangkan saja betapa bahagianya dia.

"Hello, baby," panggil suara di seberang sana. Yang mendengarnya langsung tersenyum malu.

"Apa kabarmu hari ini, my honey baby Wookie?" tanya suara itu lagi.

Orang yang dipanggil Wookie tersebut tertawa kecil, lengkungan manis di bibirnya masih tersungging, "I'm fine, Hyung. How about you?" tanyanya.

"Aku sedang tidak baik-baik saja," jawab suara di seberang sana.

"Are you okay? What happen?"

"I ... I'm missing you."

Ewh, so cheezy.

"Ada cerita yang ingin kau ceritakan, Dear?"

Nathan—a.k.a Ryeowook—mulai berpikir. Apa yang terjadi sebulan terakhir ini. Tidak hal bagus untuk diceritakan sebenarnya, atau ... "Ah!"

"Ya? Ya? Ya?" tanya lawan bicaranya denga bersemangat, seakan menantikan sesuatu yang sangat penting.

.

Hari itu hari minggu. Hari dimana kebanyakan murid menghabiskan waktu untuk relaksasi. Mengistirahatkan diri sebelum kembali berperang esok hari. Namun hal itu tidak berlaku bagi Kyuhyun. Sejak pagi-pagi sekali, ia dan Sungmin di genggamannya, sudah mendatangi kediaman Mr. Casey a.k.a Kim Heechul.

"Are you ready, Mr. Cho?" tanya Mr. Casey saat Kyuhyun sudah duduk di depannya.

Kyuhyun menarik napas dalam-dalam dan membuangnya, sambil lalu berkata, "I'm ready."

.

.

.

to be continued—

Hola, mi amigos~

Maaf ya lama banget update-nya. Nggak mau beralasan apapun sekarang mah, ngeselin soalnya. Ya kan? Gapapah emang ngeselin da aku mah... u.u

... wkwk (?)

Btw saya ngakak. Kalian semua lebih penasaran sama Mr. Casey Kim ya daripada Max. Bener-bener cuma liat segelintir review yang literally menyebut dan penasaran sama Max. Itu pun malah sebenernya lebih ngomongin Kyu daripada Max. Saya pasti AKAN merasa sangat sedih kalo jadi Max... (kenyataan: NGAKAKS, HELP)

Dan kalo ada yang mau share, jangan lupa credits, ya. Saya hanya berusaha menghindari yang namanya tuduhan plagiat. Kan nggak enak kalo kita jadi bertengkar cuma gegara sebongkah(?) fanfic abal ini.

Saya cinta damai.

Well, (jangan) tunggu next chapter-nya, ya (yang nggak tau kapan, mungkin lima tahun lagi :v /ditojos) Semoga kalian nggak kecewa sama update-an ini... :')

Okay, thank you so much for reading, and the responses, and the reviews, and the favorites, and the followings, and the ... /plak

Saranghae, muah :* kkk~

See you soon. *lambai-lambai sapu tangan* /?