TITLE : Popular Boy and His Ideal Type (Chapter 1)

AUTHOR : HunHan120

GENRE : Yaoi, boys love, romance, friendship, school life

LENGTH : Series

RATING : T

CAST :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Oh Sehun

Xi Luhan

SUMMARY : Chanyeol sang idola sekolah yang tidak pernah merasakan jatuh cinta tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama dengan orang yang tidak tertarik padanya. Sehun namja tampan yang tergila-gila pada kakak kelasnya yang cantik. Dapatkah mereka berdua mendapatkan hati namja ideal mereka? – YAOI, BL, Romance gagal - ChanBaek, HunHan


^_Baekhyun's POV_^

Aku adalah remaja Korea berusia 17 tahun yang bersekolah di Seoul Of Performing Art High School, dan sekarang duduk di bangku kelas XII. Karena sekolahku berbasis 'art', maka diwajibkan memilih salah satu jurusan, dan aku memilih jurusan vokal karena aku suka bernyanyi. Tidak mudah untuk masuk dan diterima di sekolah ini. SOPA merupakan salah satu sekolah ter-elit di Korea Selatan. Yang bersekolah di sini rata-rata dari kalangan konglomerat dan anak dari orang-orang penting. SOPA adalah sekolah impian remaja yang ingin meniti karir di dunia seni. Selain karena kualitasnya terbaik di Korea, penampakan fisik sekolah ini sangat menakjubkan. Gedungnya yang mewah dilengkapi dengan fasilitas lengkap dan atmosfer yang nyaman. Di sekolah ini banyak sekali namja-namja tampan, salah satunya adalah aku. Tapi teman-temanku lebih banyak yang menyebutku cantik daripada tampan. Walaupun aku memakai eyeliner setebal apapun tetap saja mereka mengataiku cantik. Naega wae? Aku tampan, kau tahu?
Hobiku? Seperti yang kalian baca di atas. Aku suka memakai eyeliner. Aku bangun pagi-pagi untuk segera mandi lalu memasang eyeliner di mata indahku. Maka dari itu aku tidak pernah terlambat ke sekolah. Selain memakai eyeliner adalah hobi utamaku, aku juga sangat suka bernyanyi. Aku ingin suatu saat menjadi penyanyi terkenal. Oleh karena itu, aku bersekolah di SOPA untuk mengembangkan bakatku. Kata eomma, suaraku bagus, lebih bagus daripada suara petir.

Kurasa cukup perkenalan dariku. Kuharap kalian mau dengan senang hati membaca kisah hidupku.


KRING~~

15 menit setelah kedatanganku di sekolah bel baru berbunyi. Aku lebih rajin daripada guru yang membunyikan bel.

Puk

Aku rasa seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh dan mendapati Luhan berdiri di samping mejaku. Xi Luhan, dia namja yang diragukan. Aku pun juga ragu kalau dia seorang namja karena wajahnya sangat amat cantik mengalahkan yeoja tercantik di sekolah ini. Pantas saja seorang Oh Sehun yang notabennya namja paling tampan di sekolah ini bisa terpikat olehnya. Yeah, Luhan adalah sahabatku. Dan aku bangga bersahabat dengannya. Kenapa? Tak perlu dipertanyakan lagi seberapa cerdas seorang Xi Luhan. Ia adalah pelajar China yang mengikuti pertukaran pelajar di Korea. Tapi aku heran. Dia sangat pintar tapi kenapa pindah sekolah ke sekolah seni? Apa dia juga ingin menjadi artis? Ia juga mengambil jurusan yang sama denganku.

"Baekhyun-ah, kau tahu? Aku sangat senang hari ini," ujar Luhan sumringah setelah mendudukkan dirinya di sampingku.

"Wae? Apa Sehun menyatakan cinta kepadamu?" tanyaku.

"Ani. Tapi... Ya! Dia lebih muda dariku," protes Luhan.

"Memangnya tidak boleh berpacaran dengan adik kelas?" tanyaku lagi.

"Bukan itu masalahnya. Ayolah, jangan membahas itu. kau merusah mood-ku," Luhan dengan imutnya mempoutan bibirnya.

"Bagaimana bisa membicarakan Oh Sehun membuat mood Xi Luhan menjadi buruk?" kekehku.

"Ya! Byun Baekhyun!" teriak Luhan.

Okay okay... Dia mulai blushing rupanya. Dan itu semakin membuatku semangat untuk menggodanya.

"Tapi kenapa ya sampai sekarang Sehun belum menyatakan cinta padamu?" tanyaku.

"Mana kutahu. Sudahlah, cukup," Luhan memelas, membuatku iba. Aku paling tidak tahan dengan ekspresi melasnya.

"Baiklah, lantas apa yang membuatmu bahagia?"

"Kau tahu? Aku mendapatkan rubik baru dari Lay," girang Luhan seraya mengeluarkan benda kubus warna-warni dari dalam tasnya.

Dia memang pelajar kelas XII. Tapi apa benar? Lihatlah kelakuannya masih seperti anak playgroup. Bukan hanya wajahnya, tapi sifatnya juga mendukung. Benar-benar pantas.

"Lay adik tirimu itu?" tanyaku.

"Ne. Siapa lagi? Ternyata dia sangat baik,"

"Kau mengatakan dia baik karena dia memberikanmu rubik, kan?"

"Yah, begitulah," ucap Luhan dengan wajah imut alaminya.

Siapa bilang aku yang paling cantik di sini? Namja di hadapanku ini jauh lebih cantik dariku.

"Bukankah Lay satu jurusan dengan Sehun?"

"Memang. Oh iya, nanti siang ayo kita nonton pertandingan basket. Aku ingin melihat Park Chanyeol!" seru Luhan bak fangirl.

"Kau kan yang ingin? Aku tidak," kataku malas.

"Wae? Park Chanyeol sangat tampan, kau tahu?" bela Luhan.

"Biasa saja," kataku.

Luhan mendengus. Kurasa dia adalah fans berat namja bernama Park Chanyeol itu.

"Nanti adalah pertandingan final sekolah kita dengan Kirin Art School. Apa kau tidak ingin menonton?" rupanya Luhan masih bersikeras membujukku.

"Aku tidak tertarik. Kau tahu kan aku tidak suka basket? Pergi saja dengan Sehun atau Lay,"

"Sehun juga akan bermain. Sedangkan Lay, aku tidak yakin akan mengajaknya. Aku ingin pergi denganmu, Baekki-ah..." rengek Luhan dengan wajah memelas tapi malah semakin terlihat imut, membuat siapa saja yang melihatnya akan runtuh pendirian, termasuk diriku sendiri.

"Huft... Baiklah, aku akan pergi menonton basket denganmu. kau puas?" kataku dengan berat hati.

"Jinjja? Kya~! Gomawo Baekki-ah.. Kau manis sekali," girang Luhan seraya mencubit kedua pipiku.

"Jangan jadikan Park Chanyeol sebagai alasanmu menonton pertandingan, padahal kau ingin melihat Sehun kan?" aku kembali menggodanya. Dan benar saja, aku berhasil membuat wajahnya merah padam. Betapa bahagianya aku membuat makhluk cantik menggemaskan ini tersipu.

"YA!" teriak Luhan seperti rusa kehilangan mangsanya.

Ketika ia akan kembali membuka mulut untuk membalasku, guru vokal yang suaranya sangat merdu, Yesung sonsaengnim, telah datang untuk memulai pembelajaran hari ini.

^_End Of Baekhyun's POV_^


^_Chanyeol's POV_^

Nanti siang aku akan bertanding. Yeah, seperti yang kalian katahui, aku adalah kapten basket SOPA. Bukannya menyombongkan diri, tapi pada kenyataannya aku memang mempunyai banyak penggemar. Aku sudah biasa bila para yeoja dan namja selalu heboh ketika aku lewat di depan mereka. Aku serasa idolah di sekolah ini. Tapi sejauh ini belum ada yang mampu memikat hatiku. aku tak tahu mengapa. Padahal ini tahun terakhirku di sekolah ini, tapi aku belum menemukan tambatan hati. Bukannya aku tidak mau berpacaran, memang belum ada sosok yang membuatku bertekuk lutut karena cinta.

BRUKK

Karena melamun saat berjalan menuju ruang ganti, tak sengaja aku menabrak seseorang. Postur tubuhku yang lebih besar dan tinggi membuat orang yang kutabrak terjatuh.

"Cheongseohamnida," ucapku meminta maaf seraya membantunya berdiri.

"Gwaenchana. Lain kali perhatikan jalanmu," ucap namja itu.

Aku menatapnya untuk bisa melihatnya dengan jelas. Tatapan mata kami bertemu.

DEG

Mengapa tiba-tiba jantungku serasa berhenti berdetak dan siklus peredaran darahku berhenti ketika menatap bola mata itu? Namja mungil di hadapanku ini benar-benar mempesona.

"Apa kau baik-baik saja?"

Suaranya... Mengapa suara itu begitu merdu?

Aku seolah dimabukkan olehnya. Baru pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini. Bumi ini serasa berhenti berputar. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?

"Ya! Kenapa kau suka sekali melamun? Ck, kurasa kau tidak waras," gerutunya.

Aku terus terpana olehnya hingga baru kusadari ia sudah berjalan menjauh.

"Chamkaman!" seruku. Namun ia telah menghilang dari jangkauan penglihatanku.

"Chanyeol-ah!" langkahku yang hendak menyusul namja manis itu terhenti ketika Suho hyung memanggilku dan berjalan mendekat.

"Kau tidak dengar sedari tadi aku memanggilmu?" tanya Suho hyung kesal.

"Mian,"

"Apa yang kau pikirkan?"

Aku terpikir untuk menanyakan tentang namja itu pada Suho hyung.

"Hyung, apa kau mengenal namja yang barusan berbelok di ujung koridor?"

"Namja yang mana? Oh... maksudmu namja ber-eyeliner itu?"

Tepat sekali.

"Ne! Apa kau tahu siapa namanya? Dan dia kelas berapa? Jurusan apa?" tanyaku beruntun.

"Satu persatu kalau bertanya. Namanya adalah Byun Baekhyun. Kelas XII jurusan vokal. Dia sekelas denganku. Kemana saja kau selama ini? Teman seangkatan bahkan tidak kenal. Padahal kau sudah tiga tahun disini," jawab Suho hyung.

"Aku baru kali ini melihatnya," gumamku.

"Dia memang tidak terlalu terkenal sih. Malah bisa dibilang dia anak biasa-biasa saja. Tapi kualitas vokalnya sangat bagus. Waeyo? Kau menyukainya?" tebak Suho hyung yang memang sangat benar.

"Kurasa," jawabku lirih. Namun aku yakin kalau Suho hyung mendengarnya karena suara bass ku yang cukup besar ini, sekecil apapun tetap bisa didengar.

"Konsentrasilah pada pertandinganmu. Jangan sampai kau tidak konsen dalam pertandingan hanya karena jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seseorang," ucap Suho hyung.

"Aku akan bersemangat jika dia hadir sebagai penonton," harapku.

"Dia akan datang," kata Suho hyung yang membuat mata besarku semakin melebar.

"Kau bercanda, hyung?" tanyaku tidak percaya walau sangat berharap.

"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraannya dengan Luhan di kelas. Terserah kalau kau tidak percaya," kata Suho hyung.

Aku merasa lumba-lumba yang cantik berenang indah di depan mataku. Aku berharap namja manis bernama Byun Baekhyun itu benar-benar datang menonton pertandinganku.

^_End of Chanyeol's POV_^


^_Baekhyun's POV_^

"PARK CHANYEOL! PARK CHANYEOL! PARK CHANYEOL!"

Berisik! Kenapa hanya menonton pertandingan basket saja begitu bising? Dan kenapa hanya nama itu saja yang diteriakkan? Memangnya hanya dia saja apa pemainnya? Jelas-jelas juga ada Oh Sehun yang tidak kalah tampan darinya. Bukan berarti aku menyebut Chanyeol itu tampan.

"PARK CHANYEOL!" teriak Luhan tepat di samping telingaku.

"LUHAN! Bisa tidak kau tidak ikutan menjadi gila seperti mereka? Kalau kau masih meneriakkan namanya aku akan pulang sekarang juga," ancamku yang membuat Luhan langsung bungkam.

Tak lama kemudian tim basket dari Kirin Art School datang. Mereka menggunakan kostum berwarna biru tua. Jujur kuakui, anggota dari tim Kirin Art School sangat keren.

"KRIS! Baekhyun-ah, lihat namja itu. dia Kris. Sangat tampan bukan? Kris!" teriak Luhan kembali menggila seraya menunjuk namja tinggi di atas rata-rata berambut pirang keemasan.

Kris Wufan. Siapa yang tidak mengenalnya? Kapten basket Kirin Art School. Tentu saja dia sangat terkenal. Kepopulerannya bukan hanya karena itu, melainkan ia mempunyai wajah yang sangat tampan dan rupawan, juga postur tubuhnya yang tinggi menjulang melebihi Park Chanyeol yang dijuluki tiang listrik berjalan SOPA.

Setelah tim basket Kirin Art School berada di lapangan, tim basket dari SOPA memasuki lapangan. Mereka menggunakan kostum berwarna kuning, warna khas SOPA.

"PARK CHANYEOL!"

"OH SEHUN!"
"KIM JONGIN!"
Begitulah teriakan para fans gila yang ikhlas menghabiskan suaranya untuk orang-orang yang bahkan belum menjadi artis. Aigoo~! Kenapa menonton pertandingan basket saja seperti menonton konser? Jebal... Ini hanya pertandingan basket, kau tahu? Menurutku mereka terlalu berlebihan. Apalagi Luhan, aku baru sadar kalau mempunyai sahabat yang fanatik melebihi fangirl.

Apa-apaan ini? Entah perasaanku saja atau apa, kulihat Park Chanyeol melihatku dan tersenyum padaku. Padaku? Aku mengedarkan pandangan ke samping kanan kiri dan belakangku. Mereka memekik girang. Ah.. Mungkin dia tersenyum pada fansnya. Tidak mungkin dia tersenyum padaku.

"Baekki-ah, lihat! Kurasa Chanyeol tersenyum padamu," kata Luhan di tengah kebisingan, tapi aku bisa jelas mendengarnya. Ah, yang benar saja. Itu mustahil. Aku bahkan tak mengenalnya.

"Kya! Oppa, kau tampan sekali!"
"Permainan kalian sangat keren,"

"Oppa, chukkae! Kalian selalu membanggakan sekolah kita,"

"Oppa, bolehkah aku menjadi yeojachingumu?"

"Oppa, saranghae!"
Begitulah teriakan-teriakan yang tercipta selepas pertandingan. Para yeoja langsung mengerumuni para pemain basket yang telah berhasil mengalahkan tim basket Kirin. Sehun, Chanyeol, Kai, Taehyung, Myungsoo, Minwoo. Merekalah anggota tim basket kebanggaan SOPA. Dari sini dapat kulihat para yeoja berusaha menarik perhatian mereka dengan berbagai cara, semisal berebut memberikan minuman dan handuk. Aku melirik Luhan yang berdiri di sampingku. Kurasa ia ingin melakukan hal yang sama seperti para fangirl itu, tapi entahlah dia hanya diam di tempat.

Kuakui mereka berenam memang sangat tampan. Yang paling tampan menurutku adalah Sehun. Dia sangat tampan ditambah kulitnya yang sangat putih dan wajah flatnya yang semakin menambah kesan cool-nya. Itulah mengapa aku mengatakan Luhan sangat beruntung. Kulihat Sehun berjalan ke arah kami, mengabaikan para fangirlnya, dengan wajah datar seperti biasa tetapi kali ini ia menyunggingkan senyuman walaupun sangat tipis, hanya orang beriman yang dapat melihatnya. Aku memandangnya dengan tatapan berharap. Berharap ia akan menghampiriku dan mengajakku makan siang bersama. Tapi mungkin, mungkin bukan mungkin lagi, tapi pasti, harapanku hanyalah harapan. Walaupun Sehun tampak tersenyum padaku, itu hanya kebetulan saja karena aku tidak sendirian, itu hanya cipratan anugerah. Semua orang tahu siapa yang Sehun tuju.

"Luhan hyung, maukah makan siang bersamaku?"

Atmosfer di sekitar yang tadinya sudah ricuh, bertambah gempar saat Sehun berbicara dan tersenyum indah kepada Luhan. Dapat kulihat sebagian fangirlnya pingsan, dan yang sebagian lagi menangis histeris. Aku pun sebenarnya ingin melakukan hal yang sama. Tapi aku menyadari posisiku. Xi Luhan bukanlah saingan bagiku.

Luhan hanya diam dengan wajah yang merona hebat. Aku tahu sebenarnya dia juga menyukai Sehun. Tapi dia masih malu-malu mengakuinya. Ia melirikku. Aku pun menyadari situasi. Ia mungkin malu menerima ajakan Sehun karena ada aku disini. Aigoo~ lihatlah wajah namja cantik ini, betapa imutnya dia.

"Luhan-ah, kurasa aku harus menyerahkan tugasku kepada Yesung seonsaengnim. Sampai jumpa," ucapku tersenyum manis dan melambai ke arahnya. Sebelum pergi aku melirik Sehun sekilas walau namja itu tak melirikku sedikitpun. Yang ada di manik matanya hanya Luhan. Walaupun Luhan bersamaku tapi ia menganggapku hanya sebagai bayangan.

Aku pun memutuskan untuk menyingkir dari kehidupan mereka berdua. Satu hal yang perlu kalian ketahui, aku hanya setuju apabila Sehun dengan Luhan, bukan yang lain. Aku adalah salah satu fans Sehun, kalian tahu? Mengapa aku memilih Luhan? Salah satu alasannya adalah karena Luhan itu sahabatku. Alasan lainnya adalah karena memang mereka berdua sangat serasi, lepas dari aku membela Luhan sebagai sahabatku. Aku hanya akan membiarkan waktu berputar dengan sendirinya. Hanya takdir yang dapat menentukan.

Saat aku berjalan menjauh dari area lapangan basket, tiba-tiba aku berpapasan dengan Park Chanyeol. Entah debu macam apa yang mengaburkan penglihatanku. Untuk kedua kalinya aku seperti melihatnya tersenyum padaku. Apa aku tidak salah lihat? Atau dia memang sudah gila? Sayang sekali kalau namja setampan dia mengalami hal seperti itu.

Karena tak tahu apa maksud dan tujuannya, maka aku pun mengacuhkannya dengan melanjutkan langkahku yang sempat terhenti. Mungkin dia salah orang. Mengapa aku berpikir seperti itu? Karena aku tahu jelas dia pasti tidak mengenalku. Untuk apa dia tersneyum kepada orang yang tidak dikenalnya? Jika aku, tidak akan kulakukan hal seboros itu. Dasar namja aneh.

^_End of Baekhyun's POV_^


^_Chanyeol's POV_^

Aku melihatnya. Namja manis itu menonton pertandinganku. Omona! Apakah aku bermimpi? Aniya, ini kenyataan. Dia duduk di bangku penonton bersama namja yang disukai Sehun. Mengapa aku bisa tahu kalau Sehun menyukai namja bermata rusa itu? Karena kulihat jelas si wajah datar itu melemparkan senyum -yang sangat jarang ia tampilkan- kepada namja itu. Aku mengabaikannya, biarlah dia bersenang-senang dalam dunianya sendiri. Aku tak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum kepada namja manis ber-eyeliner itu. Sungguh, ia melihat ke arahku. Aku menyesal kenapa selama tiga tahun ini aku baru mengenalnya sekarang? Aku merutuki diriku yang tidak mengenal teman seangkatanku sendiri. Tapi kini, masihkah ada kesempatan? Aku bahkan tidak mengetahui seluk beluk kehidupannya. Beruntung aku berteman dengan Suho hyung, yang notabennya adalah teman sekelas namja bernama Byun Baekhyun tersebut. Tapi menurut informasi yang kudapat, namja itu sangat cuek dan susah untuk didekati. Hal itu yang malah membuatku tertarik padanya. Aku harus membuktikan sendiri. Bagaimanapun caranya aku akan berusaha mendekatinya.

Setelah pertandingan berakhir, tunggu dulu! Sekilas info, tim basket kami menang. Tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi sekolah kami. Dan aku berharap Baekhyun akan kagum kepadaku. Ketika di lapangan basket kami berpapasan. Sungguh dia sangat manis dalam jarak sedekat ini. Dan untuk kesekian kalinya aku tersenyum kepadanya. Aku tahu mungkin dia bingung kenapa tanpa ada angin dan hujan aku memberikan senyumanku padanya. Pasalnya, selama ini kami tidak saling mengenal. Mungkin aku harus memberanikan diri untuk berkenalan dengannya sebelum semuanya terlambat. Ayolah Park Chanyeol, kenapa kau begitu pengecut? Pokoknya aku harus berkenalan dengannya. Mungkin aku bisa meminta bantuan Suho.

Aigoo~ apa-apaan ini? Masa aku kalah dengan Oh Sehun yang notabennya adalah adik kelasku, namun sudah berani mendekati kakak kelas. Apakah aku harus belajar padanya? Itu sunggu menggengsikan. Mau ditaruh mana harga diriku di depan anak berwajah datar itu? Bagaimana bisa ia begitu mudah mendekati Xi Luhan yang merupakan namja tercantik di sekolah ini? Sedangkan aku? Aku yang seniornya malah tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau begitu, sepertinya aku memang harus mendekati adik kelasku satu ini untuk mencuri trik darinya.


"Sehun-ah!" panggilku ketika ekor mataku menangkap sosok namja -dengan kulit seputih susu dan tinggi yang hampir mendekati tinggi badanku- berjalan beberapa meter di depanku.

"Anyeong, hyung!" sapanya seraya tersenyum ramah dan membungkukkan badan. Namja ini memang sangat sopan kepada senior.

"Kau mau ke kelas?" tanyaku memulai basa-basi.

Ia tersenyum seraya melirik tangan kirinya yang memegang sebuah benda. Lalu ia menggeleng.

"Aniya. Aku mau ke kelas XII A vokal dulu, hyung. Waeyo?" jawabnya.

XII A vokal? Bukankah itu kelasnya Baekhyun?

Karena aku tak kunjung menjawab ia mengerutkan alisnya.

"Jika hyung tidak ada keperluan, aku permisi," pamitnya. Sebelum ia melangkah aku mencegahnya.

"Chamkaman! Bolehkah aku ikut bersamamu?" entah sengatan listrik darimana yang membuatku juga ingin pergi ke tempat itu.

Kulihat ia menatapku dengan bingung, tapi sejenak kemudian ia kembali tersenyum. Ada apa dengan namja ini? Dia dikenal sebagai namja cool dan sangat jarang tersenyum. Sejauh yang kuketahui ia hanya tersenyum pada Luhan. Namun kenapa sedari tadi ia tersenyum padaku? Yah, walau senyumnya pada Luhan dan padaku berbeda.

"Baiklah, hyung. Apa kau ingin mengunjungi seseorang? Bukankah hyung ada di jurusan musik?" tanyanya.

"Yah.. begitulah. Aku ingin melihat seseorang," jawabku kikuk.

Sepertinya ia tak begitu mengindahkan jawabanku, terbukti ia hanya mengedikkan bahu dan melanjutkan langkahnya.

Aku hanya bisa berdiri mematung di depan pintu tanpa tahu akan melakuakan apa. Sementara Sehun masuk menemui namja pujaannya. Sehun sudah mengajakku masuk, tapi entahlah, aku bingung harus bagaimana jika bertemu Baekhyun secara langsung. Alhasil, tanpa ketukan palu hakim aku dinobatkan sebagai bodyguard dadakan Oh Sehun. Kurasa menunggu orang yang sedang meeting itu membosankan. Kenapa juga aku harus menunggu bocah itu? Maka kuputuskan untuk pergi saja dari tempat ini. Ketika aku berbalik, tak sengaja aku menabrak seseorang. Karena postur tubuhku lebih tinggi dari orang itu, maka aku bisa melihat secara langsung siapa gerangan yang aku tabrak, sementara orang itu mendongakkan kepala. Aigoo~ Kurasa kupu-kupu terbang mengelilingiku ketika aku melihat siapa dia. Byun Baekhyun. Omo~ Apa yang harus kulakukan? Aku terlalu gugup berhadapan dengannya.

"Cheongseohamnida," ucapku tak mengalihkan pandanganku dari wajahnya.

"Kau lagi? Sudah kubilang kan. Kalau jalan hati-hati," kata Baekhyun dengan nada kesal tapi malah terdengar imut di telingaku.

"N-ne,"

"Apa kau masih ingin disini? Kau mau masuk atau keluar? Ck, kau tahu? Tubuh tiangmu menghalangi jalan," ucapnya tidak santai.

"M-mianhae.. Aku... sedang menunggu Sehun," ucapku gugup.

"Sehun? Dia ada di dalam? Kenapa kau tidak masuk?" entah perasaanku saja atau apa, aku menangkap sebuah nada ceria ketika dia menyebut nama Sehun.

"Tidak. Dia sedang sibuk. Aku di sini saja," jawabku seraya menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Asalkan kau tahu, Byun Baekhyun. Bukan Sehun alasanku berada di sini, tapi karena dirimu.

"Kalau begitu aku masuk dulu," pamitnya kemudian berlalu.

Basa-basi singkat yang cukup menyenangkan. Setidaknya aku bisa mengobrol dengannya. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian beberapa detik yang lalu. Dan aku berharap untuk selanjutnya lebih dari sekedar basa-basi belaka.

"Hyung.."

Seseorang menepuk bahuku yang membuatku tersadar dari lamunan. Huft, ternyata Oh Sehun telah selesai mengapeli pujaan hatinya.

"Sudah?" tanyaku. Ia mengangguk.

"Apa hyung juga sudah selesai dengan urusan hyung?" ia balik bertanya. Aku mengangguk senang.

"Sehun-ah, apa kau berpacaran dengan Luhan?" tanyaku di sela-sela berjalan menelusuri koridor. Tampak wajahnya tersenyum malu, kemudian menggeleng.

"Wae? Bukankah kalian saling menyukai?" tanyaku heran. Semua warga sekolah ini tahu kalau Sehun menyukai Luhan. Siapa yang tidak kenal seorang MVP macam Sehun? Dan sepertinya Luhan juga tidak menolak segala perlakuan Sehun padanya. Ayolah, siapa yang akan menolak pesona seorang Sehun?

"Aku merasa belum pantas untuk memilikinya. Luhan hyung terlalu sempurna. Aku takut menyakitinya sedikitpun," jawabnya yang membuatku mengerutkan dahi.

"Lalu kapan? Kau tahu kan kalau sebentar lagi dia lulus? Kau tidak takut kehilangannya?"

"Aku menunggu waktu yang tepat. Lagian aku masih bisa menemuinya. Beda sekolah bukan jadi penghalang bagiku. Aku lebih takut kehilangan hatinya," ucapnya.

Aku tertegun mendengar jawabannya. Jalan pikirannya begitu dewasa daripada aku. Padahal dia lebih muda dariku.

"Kalau begitu kau pasti tahu apa dia mencintaimu atau tidak?" tanyaku semakin ingin tahu. Padahal ini adalah langkah untuk menuju cita-cita yang mulia.

"Aku tidak tahu. Dan aku tidak pernah bertanya. Yang aku tahu dia selalu tersipu ketika aku memujinya. Dia tidak pernah menolak ajakanku. Dan dia selalu senang bersamaku. Aku berpikir dia juga menyukaiku," jawabnya. Begitu polos, menurutku.

"Semua orang juga akan tersipu jika diperlakukan seperti itu. Aku pun juga akan begitu," kataku rerflek.

"Benarkah? Jadi Luhan hyung tidak menyukaiku?" tanyanya dengan raut wajah kecewa.

"Bukan begitu maksudku. Jika kau ingin tahu apa Luhan menyukaimu atau tidak kau harus bertanya padanya. Kau harus meminta kepastiannya. Jangan mau diberi harapan palsu," saranku. Entah kenapa tiba-tiba aku menajdi bijaksana.

"Begitukah?" ia terlihat berpikir. Ternyata dia masih polos. Sedetik kemudian ia menyunggingkan senyum seperti mendapat pencerahan.

"Gomawo, hyung," ucapnya.

Aku merasa menjadi motivator sekarang. Lalu aku mengingat rencanaku.

"Sehun-ah, bolehkah aku bertanya?" tanyaku masih basa-basi.

"Apa?"

"Bagaimana kau bisa dekat dengan Luhan?" tanyaku to the point.

Ia memicingkan mata elangnya menatapku dengan tatapan intimidasi. Sungguh, walaupun matanya sayu tetapi tatapannya tajam bagai belati.

"Apa hyung menyukai Luhan hyung?" tanyanya datar dan terkesan dingin. Aku langsung shock dibuatnya. Jadi ia salah paham? Ia mengira aku menyukai Luhan? Astaga, pantas saja ekspresinya berubah drastis.

"Aniya. Aku hanya... Aku... Erm..." aku bingung bagaimana caranya menyampaikan maksudku yang sebenarnya. Ayolah, Park Chanyeol...

"Mianhae, hyung. Kalau kau menyukai Luhan hyung, jangan bicara denganku lagi," ucapnya begitu datar dan dingin. Ia mempercepat langkahnya ingin mendahuluiku. Kelihatannya ia benar-benar marah. Kalau aku tidak segera menyampaikan maksudku ia akan terus salah paham.

"Sehun-ah, bagaimana cara mendekati orang yang kita sukai?" teriakku yang langsung menghentikan langkahnya. Ia pun menoleh.

"Hyung bicara apa?"

Aku tersenyum dan berjalan mendekatinya.

"Aku tidak menyukai Luhan. Aku tidak akan merebut dia darimu. Aku hanya ingin bertanya bagaimana caranya mendekati orang yang kita sukai. Apa kau tidak keberatan berbagi trik denganku?" jelasku berharap ia mengerti maksudku.

"Kenapa hyung bertanya padaku?"

"Karena kulihat kau sangat mudah dekat dengan Luhan yang jutek dan susah didekati. Ia selalu menolak siapapun yang ingin menjadi namjachingunya. Namun sejak kehadiranmu ia berubah menajdi friendlydan bahkan tidak keberatan kau mendekatinya. Aku berpikir kau mempunyai trik khusus yang bisa mendekatinya," paparku.

"Apa hyung menyukai namja yang seperti Luhan hyung?" tebaknya.

"Sudah kubilang aku tidak menyukai Luhan. Aku tahu Luhan sangat cantik tapi aku tidak ada niatan untuk merebutnya darimu," kesalku. Kenapa bocah ini tidak mengerti juga sih?

"Siapa yang mengatakan seperti itu? Maksudku adalah mungkin hyung menyukai namja yang setpe dengan Luhan hyung," katanya.

Apa sih yang anak ingusan ini bicarakan? Ternyata dia lebih kepo dariku. Ia tinggal menjawab pertanyaanku, tetapi kenapa malah balik bertanya dan membuatku tak mengerti dengan ucapannya.

"Kau ini bicara apa? Memangnya kau tahu siapa yang kusuka?"

"Baekhyun hyung?"

Aku tidak bisa membedakan nada bicaranya apakah sedang bertanya, menebak, atau menjawab karena nadanya sangat datar.

"Apakah hyung menyukai Baekhyun hyung?" tanyanya.

Mwo? Bagaimana dia bisa tahu? Oh, tidak. Anak ini berbahaya. Aku harus menyelidiki berapa IQ nya.

"Mengapa kau berkata demikian? Haha.. lucu sekali," tawaku garing. Sebenarnya untuk menutupi rasa gugupku.

"Mungkin saja," jawabnya datar.

Aku mengangguk-angguk seraya berpikir modus bagaimana bertanya tentang Baekhyun pada anak ini.

"Bukankah Baekhyun bersahabat dengan Luhan? Lalu, aku pasti dekat juga dengan Baekhyun," ujarku, modus.

"Tidak. Aku bahkan tidak pernah bicara dengan Baekhyun hyung. Kalau Luhan hyung tidak memperkenalkannya padaku aku tidak akan tahu. Dan andai bukan sahabat Luhan hyung aku tidak akan peduli,"

Lho? Dia dekat dengan Luhan tidak mengenal sahabatnya? Jadi benar dugaanku. Satu-satunya orang yang dia pedulikan hanyalah Luhan seorang. Lalu, percuma saja aku mendekatinya kalau dia tidak tahu apa-apa tentang Baekhyun. Asal kalian tahu, meskipun kami sama-sama tergabung dalam tim basket tapi aku tidak pernah bertegur sapa dengannya. Kami hanya bicara seperlunya, itupun tentang basket. Kalau bukan karena rencana konyolku aku tidak akan sudi berbicara dengan wajah tembok ini.

"Tapi aku bisa bertanya tentang Baekhyun hyung pada Luhan hyung, jika hyung mau," mataku langsung berbinar begitu mendengar ucapannya. Tapi, masa seorang Park Chanyeol langsung mengaku kalau menyukai seseorang?

"Ekhem... tidak perlu. Lakukan sesukamu," kataku sok jual mahal. Kuharap ia dapat membaca isi hatiku. Iya, Oh Sehun! Iya! Tanyakan kepada pujaan hatimu itu tentang pujaan hatiku.

"Baiklah. Aku tidak akan memaksa,"

Sweatdrop. Namja ini... jinjja! Aku merutuki kebodohanku yang telah hampir membocorkan rahasiaku. Seharusnya aku tidak bertanya padanya. Buang-buang waktu saja. Tidak berguna.

"Kalau hyung sudah tidak ada urusan denganku, aku akan kembali ke kelas," izinnya.

"Pergilah," kataku sedikit ketus agar tidak menghilangkan imej ramahku.

Sebelum pergi ia membungkukkan badan. Namja ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan? Suho? Dia tidak dekat dan jarang berinteraksi dengan Baekhyun. Masa iya aku harus beraksi sendiri?

Di tengah lamunanku tidak sengaja aku menabrak seseorang –lagi-. Kenapa aku selalu bertabrakan dengan orang dikala melamun?

"Maaf," ucapku.

"Gwaenchana," ucap suara lembut itu.

Aku memandang orang itu. Dan ternyata dia adalah...

..

..

..

#_TBC_#


Haha. Gimana menurut kalian? Apakah menarik? Ini adalah FF ChanBaek pertamaku. Sebenarnya udah lama sih bikinnya Cuma baru sempat ngepost. Ada HunHan juga kok karena author nggak bisa lepas dengan yg namanya HunHan :3

Untuk chap ini ChanBaek dulu ya... next chap mungkin HunHan..

Lanjut nggak nih? Kalau mau lanjut review juseyo~ ^^

Oke, ketemu di next chap~

Bye bye...