Dis Masashi Kishimoto.

Do you must love me?

"Tenten"

"Ya? Ada apa, Kakashi-sensei?"

Kakashi mendesah sambil terus menatap pepohonan hijau didepannya. "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku tadi malam?" Tanya Kakashi.

Pertanyaan Kakashi cukup membuat Tenten terdiam selama beberapa menit.

"Tenten?"

"Hah, bukan sesuatu yang penting untuk dibahas, sensei"

Kakashi tersinyum simpul. "Benarkah?"

Tenten sadar sesadarnya jika Kakashi dapat membaca dengan jelas jika ucapannya adalah suatu kebohongan. Dan parahnya, ia melakukan kebohongan untuk pertamakalinya pada orang yang tentunya sudah berpengalaman menghadapi hal-hal seperti ini.

"Sensei tidak berusaha untuk mengintograsi apa yang sedang aku pikirkan? Benar, bukan?"

"Lebih tepatnya aku memang sedang mengintograsimu"

"Sensei tidak perlu khawatirkan apa yang sedang kupikirkan. Ini bukan sesuatu yang bisa membahayakan desa"

"Aku tahu"

Tenten menyerah dan ia lebih memilih mendesah. "Aku akan menceritakannya jika sensei memang ingin mendengarnya" ucapnya pada akhirnya.

"Tidak perlu"

"Apa!? Aku benar-benar heran denganmu, sensei!" keluh Tenten yang tak mengerti dengan sikap dari Sensei didepannya ini. "Bukankah tadi sensei ingin mendengar apa yang kupikirkan? Lalu mengapa sensei dengan seenaknya mengatakan 'tidak perlu' setelah sensei berhasil memojokkanku!?"

Kakashi mengangkat bahunya. "Kupikir selama kita sedang menjalankan misi lebih baik jika kita tak terlalu membahas hal-hal yang terlalu bersifat privasi, benar bukan Tenten?"

Tenten memutar matanya bosan. "Tidak usah sensei katakan pun aku juga mengerti. Dan akhirnya aku tahu bahwa sensei itu lebih konyol dari Gay-sensei"

Kakashi tertawa puas mendengar Tenten mengatakan bahwa dirinya lebih konyol daripada guru ber-spandex hijau itu. Dan seketika itu juga Kakashi sadar jika ini adalah pertama kalinya ia dapat tertawa sepuas-puasnya –selama hidupnya.

'entah mengapa aku merasa lega' batinnya sambil terus melompati satu pohon ke pohon yang lainnya.

~~OO~~

Akhirnya Kakashi dan Tenten tiba di Sunagakure dengan disambut oleh dua orang Sabaku bersaudara, Temari dan Kankurou. Seperti biasanya, mereka hanya tersenyum ramah pada Kakashi dan Tenten yang sepertinya terlihat kelelahan; menghabiskan tiga hari untuk dapat tiba di Sunagakure.

Dua orang Sabaku bersaudara langsung mengantar Kakashi dan Tenten ke tempat ruangan Kazekage berada.

"Selamat datang di Sunagakure, Kakashi-san, Tenten-san" salam Kazekage pada dua orang ninja Konoha itu.

Tenten tersenyum dan mengangguk, memberi hormat pada pemimpin desa Suna di depannya.

"Mohon bantuannya, Kakashi-san, Tenten-san"

Gaara mengalikan perhatiannya pada Kakashi yang menatapnya datar. "Tentu saja, Kazekage. Mohon bantuannya pula" ucap Kakashi yang ditambah dengan senyuman kecil.

~~OO~~

Setelah mengahbiskan waktu tiga hari untuk sampai di Sunagakure, akhirnya baik Kakashi maupun Tenten bisa merasakan tempat untuk beristirahat yang paling nyaman yang tentunya sudah di sediakan oleh pihak Sunagakure. Namun sayangnya, kali ini mereka harus mendapatkan pengumuman pahit bahwa apartemen yang seharusnya mereka tempati selama di Sunagakure sudah terisi oleh orang yang jelas-jelas tidak memiliki keperluan mendesak dan mereka dipaksa untuk menyerah dengan alasan yang sama sekali tak berkepentingan.

Jadi saat ini mereka berdua terduduk di sebuah kursi taman dengan hanya pemandangan gurun pasir di hadapan mereka.

"Aku berpikir bahwa sebagai seorang shinobi yang sudah dikenal luas oleh beberapa negara aliansi bahkan sudah dicalonkan untuk menjadi hokage selanjutnya, ternyata Kakashi-sensei adalah orang yang menyerah dengan keadaan kita sekarang ini yang terlunta-lunta di Sunagakure. Yah, setidaknya alasan mengapa kita berada di Sunagakure bukanlah alasan karena kita tersesat di jalan bernama kehidupan yang sering Kakashi-sensei katakan jika Kakashi telat datang ketika Naruto dan yang lainnya menunggu sensei untuk melaksanakan misi. Sebenarnya info itu aku dapat dari pengalamanku saat ini" ucap Tenten datar.

Kakashi hanya mendesah, merutuki ucapan Tenten yang memang masuk akal di telinganya. "lalu apa yang kau inginkan, Tenten?" tanya Kakashi.

"entahlah. Karena kupikir misi ini berada di bawah tanggung jawabmu sebagai ketua, maka aku sebagai bawahan hanya bisa menunggu keputusan ketua yang memberi perintah"

"itu tidak memberi penyelesaian yang baik" ucap Kakashi kesal. Tenten menaikkan sebelah alis matanya, agak terkejut melihat Hatake Kakashi yang selalu bersabar kini tampak kesal hanya karena kata-kata darinya. Tapi toh ini bukan sepenuhnya salah dia justru dia berpikir bahwa yang seharusnya paling kesal saat ini adalah dirinya bukan Hatake Kakashi.

"mungkin kita harus mengatakan hal ini pada Temari-san atau Kankurou-san dengan keadaan kita saat ini. Mungkin dengan begitu akan jelas kita akan tinggal dimana selama kita berada di Sunagakure. Yah itu saranku, Kakashi-sensei. Bagaimana denganmu?"

Sebenarnya saran Tenten memang tepat akan tetapi saat ini situasinya tidak tepat. Bukti bahwa Sabaku bersaudara itu tidak dapat mengantarkan mereka ke apartemen itu sudah menjelaskan bahwa mereka sudah super sibuk. Yah, pengusiran mereka dari apartemenpun bukan karena reservasinya yang salah tapi karena jadwal reservasinya mendadak di rubah –tanpa sepengetahuan Sabaku bersaudara- akhirnya apartemen yang seharusnya di tempati mereka mendadak tidak bisa ditempati karena sudah lebih dahulu ada orang lain yang menempatinya. Lagipula Kakashi yakin bahwa pelayan apartemen di tempat itu tidak semuanya mengenal nama Kakashi Hatake dan kebetulan pelayan yang menerima mereka adalah orang yang benar-benar tidak mengenal siapa Hatake Kakashi dan dengan mudahnya mengusir Kakashi dan Tenten.

"akan aku pikirkan" ucap Kakashi datar.

Sebenarnya Tenten tidak pernah suka dengan orang yang tidak punya kepastian. Ia hanya merasa jengkel saja ketika seseorang plin-plan tentang keputusannya. Sebenarnya itu merujuk pada sifatnya sendiri makanya ia tidak suka saja rasanya seperti disindir. Yah, saat ini Tenten hanya perlu bersabar saja.

Tunggu. Bukankah sedari tadi Tenten sudah bersikap sabar? Karena jengah oleh suasana yang tidak menentu akhirnya Tenten memutuskan bahwa ia tidak perlu ikut-ikutan berpikir yang bukan kewajibannya.

"kau mau kemana, Tenten?" tanya Kakashi yang melihat Tenten sudah berdiri.

"aku sudah tidak tahan berada di tempat seperti ini. Membuat perasaan menjadi sebal! Apalagi disini sepi dan sebentar lagi hari sudah sore. Aku akan mencari penginapan yang lain saja. Terserah sensei saja jika sensei masih ingin disini!"

Sebuah tangan menggenggam erat tangan Tenten ketika hendak pergi untuk mengikuti kata hatinya. Ia terkejut.

"oh, ah, sensei. Bisa lepaskan tanganmu dariku?" tanya Tenten agak malu.

Kakashi hanya terdiam. Ia tak mengerti mengapa ia tiba-tiba menahan tangan Tenten yang hendak pergi meninggalkannya. Sampai sebuah deheman menyadarkan mereka.

"komandan Kakashi, hm, apa yang sedang, hm..."

Kakashi dan Tenten mengalihkan perhatian dengan cepat pada orang yang saat ini memperhatikan mereka.

"hm, mungkin aku mengganggu acara kalian. Maaf" ucap orang itu.

Seakan tersadar dari situasi, Tenten dengan cepat melepaskan genggaman Kakashi, tentunya dengan kasar.

"oh, ah, tidak. Tidak apa-apa" ucap Tenten salahh tingkah. Sedangkan Kakashi menatap wajah dihadapannya dengan tak percaya. "Kau..."

~~OO~~

"akh, maaf kami merepotkanmu, Maki-san" ucap Tenten, agak malu.

Maki hanya tersenyum dan menggeleng. "Tidak merepotkan. Justru aku sangat senang komandan Kakashi dan Tenten-san mau menerima keinginanku"

"jangan panggil aku komandan, Maki. Aku bukan komandanmu lagi"ucap Kakashi setengah melarat.

Tenten mendelik ke arah Kakashi, namun ia kembali menampilkan wajah datarnya

'benar, Maki. Kau tak usah memanggilnya komandan. Huh! Apanya yang komandan!? Urus masalah sepele saja sepertinya malas!' rutuk Tenten dalam hati.

"oh, ah, hm, ka..kalau begitu..."

"tidak usah terlalu formal,, Maki-san" sekali lagi Kakashi mengingatkan.

"baiklah" Maki mengepalkan tagannya dan tersenyum senang. "bagaimana dengan Kakashi (orang-orang sawah di pesawahan)-sama?*"

Dan tawa Tenten meledak. "aha, panggilan yang bagus Maki-san!" ucap Tenten senang.

Maki hanya mengernyitkan dahinya, tidak tahu apa yang membuat tamu perempuannya dari Konoha tersebut tertawa.

"Maki-san, jika kami boleh tahu kami boleh tinggal di kamar mana, ya?" tanya Kakashi mengabaikan Tenten yang sepertinya meledeknya.

'Apa! Sungguh tak sabaran, Kakashi-sensei! Apa Kakashi-sensei tidak punya rasa sopan sedikit saja!? Seharusnya pertanyaan yang seperti itukan diajukan oleh tuan rumah'

"oh, astaga. Tentu saja akan aku tunjukkan. Maaf membuat kalian menunggu" ucap Maki gagap.

"tidak apa-apa" ucap Tenten dan Kakashi bersamaan yang membuat mereka saling menoleh dan membuat Maki terheran-heran.

.

.

.

TBC

Huaaaa maaf ya baru update sekarang. Mungkin aku terkena sindrom 3L + M (lelah lemah lemas + Malas) boong kok... hanya agak dilupakan sedikit-sedikit (=.=") dan untungnya aku kangen sama fanfic Kakashi orang lain yang aku save jadinya aku keterusan buka fic ini deh hehehehe. Maaf ya menunggu. Please reviwsnya ya ^^ maksa bingo!