Prev

Setelah menulis sesuatu di kertas lampion, Jaejoong dan Yunho membakar sumbu yang ada di dalam lampion itu dan menerbangkannya.

Yunho memeluk Jaejoong dari belakang. Ia tidak memperhatikan lampion seperti yang di lakukan Jaejoong, karena ada yang lebih indah dari satu juta lampion sekaligus. Itu adalah istri yang sedang berada di pelukannya. Jung Jaejoong bahkan lebih bersinar daripada ratusan lampion di langit itu.

.

.

.

Tittle : Kim Jaejoong In Jung Fams

Genre : family, humor, drama, romance, a little bit Hurt

Rated : rate M di awal! Skip yang gak suka oke?

Cast : Jung (Kim) Jaejoong, Jung Yunho, Jung (Choi) Siwon, Kim Junsu, Park Yoochun, Go Ara (forget her-_-), Jung (Shim) Changmin

Pairing : YunJae as always!, WonJae, YooSu,and….. YunRa & SicRa (new) '...'

WARNING : boyslove, yaoi, hurt, cerita ini dapat menyebabkan diare berkepanjangan.

Nb : italic=flashback

.


.

Chap 7

Good Bye

Yunho Pov

Entah bagaimana awalnya, tapi kami kini sudah berada di dalam kamar kami dalam keadaan naked. Lampu kamar yang remang – remang di tambah hawa panas di sekitar, membuat nafsu kami membuncah.

Aku melumat bibi Jaejoong dengan beringas. Seakan ini terakhir kalinya aku bisa menikmati bibir merah menggoda miliknya itu. Dengan hati – hati aku agak menahan badanku di atasnya agar tak terlalu menindih istriku. Aku tidak ingin melukai bayi kami.

"mmhhh" suara merdu yang berefek besar di tubuhku keluar dari bibir manisnya. Aku semakin semangat di buatnya.

Aku merambat turun. Menjilati dan menciumi seluruh wajah mulus tanpa cacat miliknya. Sampai aku berada di ceruk lehernya. Aku membuat banyak tanda merah di leher mulusnya. Itu sebagai tanda bahwa ia milikku.

"sshhh yun" ya Jae. Sebut namaku jika kau sedang mendesah.

Kepalaku berhenti ketika sampai di depan perutnya yang agak membuncit itu. Kukecupi perut buncitnya penuh cinta. Dadaku bergemuruh hangat saat merasakan gerakan di perut Jaejoong.

"jae. Anak kita bergerak?"

"kau merasakannya?"

Aku mengangguk semangat. Tanganku mulai meraba benda mungil di selangkangan Jaejoong. aku mengocok benda yang ukurannya lebih mungil dari punyaku itu pelan. Ia mengerang nikmat.

"sebut namaku saat kau mendesah Boo"

"aahhh.. Yun. Moreh." Aku menyeringai saat mendapat respon positifnya. Aku memainkan punyanya lebih cepat.

Aku merunduk untuk menghisap dan memainkan nipplenya. Aku memasukkan tiga jariku ke dalam mulut hangat Jaejoong, dan ia dengan suka rela menerima dan mengemut jariku.

"mmpphh" desahnya tertahan saat aku mengigiti gemas nipplenya. Jaejoong agak menggeliat di bawahku. Apa ia sudah akan sampai? Aku makin mempercepat gerakan tanganku di bawah sana.

Aku melepas jariku dari mulutnya saat merasakan tanganku basah oleh cairan cintanya. Ia mendesah panjang setelahnya.

"boo, katakana bila kau kesakitan, oke?"

Kulihat ia menganggukan kepalanya ragu. Aku mulai memasukkan satu jariku ke dalam manholenya. Jaejoong sedikit meringis dan mengigit bibirnya. Ketika ia sudah mulai terbiasa dengan jariku, aku memasukan dua jari tambahan sekaligus.

"aakhhh appoohh shhh." Badannya tegang seketika. Ia mengigit keras bibirnya sampai berwarna lebih merah dari sebelumnya.

"tahan boo." Aku melumat bibirnya untuk memberikan sedikit sensasi nikmat agar menutupi sakit pada bagian bawahnya.

Aku mulai menggerakkan jariku agar hole milihknya tidak terlalu sempit. Aku mengerang sakit saat ku rasakan bibirku digigit oleh Jaejoong. apa sesakit itu?

Aku melepas pangutan kami dan juga jari di holenya. Sudah saatnya memasuki inti. Aku sudah tak sabar lagi. Melihatnya memejamkan mata sambil bernafas terengah membuat libidoku meningkat. Oke tak usah mengundur waktu lagi.

Aku mulai memasukkan benda kebangganku ke dalam holenya. Ketika hampir seluruh kepala juniorku masuk, kurasakan badan Jaejoong menegang. Lubangnya menyempit membuatku mengerang tertahan saking nikmatnya.

"aaaaakkkhhh appoohh keluarkann! nngghh." Air mata mengalir di pipi mulusnya. Aku tak bisa melihatnya menangis begitu. Sekali lagi aku melumat bibirnya agar rasa sakitnya sedikit berkurang. Saat Jaejoong mulai terbuai akan lumatan kami, aku perlahan memasukkan milikku lebih dalam. Saat seluruh juniorku memasukinya, bibirku harus merasakan sakitnya. Kurasa setelah ini aku akan sariawan. Fufufufu.

"mmhhh" aku mengerang tertahan. Sungguh sangat nikmat berada di dalamnya. Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini saat bersama Ahra *opps.

"sungguh kau sangat indah, sayang." Aku terkekeh saat melihat Jaejoong memalingkan wajahnya dan menyembunyikan rona merah di pipinya.

"jangan kau tutupi keindahanmu, Jae." Aku menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan menghadapkan pandangannya ke arahku. "bolehkah aku memulainya sayang?"

Setelah mendapat jawaban sebuah anggukkan kepala, aku mulai menggerakkan milikku di dalamnya. Sungguh sangat nikmat saat otot – otot lubangnya yang sempit meremas milikku. Lubangnya sangat sempit. Aku yakin ini yang kedua kali baginya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia menahan sakit saat kau memperkosanya dulu. Sungguh Jae, Mianhaeyo.

"nngghhh Jae.. You're so damn hot ahhh sempitthh." Aku menggerakkan pinggulku lebih cepat.

End of Yunho Pov

.

"mmhh Jae ahhh mmhh."

Jaejoong menggeliat di pelukan Yunho saat mendengar suaminya itu bergumam dengan desahan. Ia tak tahan lagi. Ia segera membuka matanya.

Wajah penuh peluh dengan ekspersi yang sangat lucu menjadi pemandangan pertama saat Jaejoong membuka matanya. Jaejoong terkekeh milihat wajaht kenikmatan suaminya itu. Apa suaminya sedang bermimpi yang iya – iya? Sungguh sangat memalukan Jung.

Jaejoong melepaskan pelukan Yunho dan beranjak untuk duduk di sebelah Yunho. Wajahnya mendadak memanas saat melihat gumpalan besar di balik celana bagian selangkangan suaminya itu. Dan sedikit basah di bagian sana. Apa ia mimpi basah? Di usia segini? Jaejoong rasa – rasanya ingin tertawa keras de depan wajah suamimya.

Ide jail melintas di pikiran Jaejoong.

"mmhhh Yun~ faster aahhh" Jaejoong mendekatkan bibirnya di telinga Yunho dan mendesah sensual di sana. Bahkan tanpa ragu Jaejoong mengelus benda pusaka milik suaminya itu. Kenapa musti taku? Itu milik suaminya kan?

Jaejoong berusaha keras menahan tawanya saat melihat Yunho menggeliat nyaman dengan desahan nikmat tetap meluncur di bibirnya. Bajunya bahkan basah oleh peluh. Ia benar – benar terlihat seperti sedang making love.

"mmhh Jae."

Sudah cukup. Jaejoong akan menjalankan rencana selanjutnya. Yaitu membangunkan beruang paling pervert ini. Ia ingin tahu bagaimana reaksi Yunho saat tahu ia hanya bermimpi. Kekekeke.

"ya! Jung Yunho banguuuunnnn." Jaejoong berteriak tepat di telinga Yunho. Seketika saat itu pula Yunho bangun dan memasang wajah bodohnya.

"bagaimana Yun. Nikmat mimpi basahnya?" perkataan Jaejoong seolah menjadi sebuah tamparan di wajahnya. Seketika ia tersadar. Sadar bahwa ia tidak sedang making love bersama Jaejoong, tapi itu hanya mimpi saja.

Yunho menundukan wajahnya untuk melihat selangkangannya yang sesak di sana. Ia memalingkan wajahnya malu saat melihat celananya becek.

"huahahahahahahahahaha." Melihat itu, Jaejoong merebahkan badannya dan tertawa sambil setengah guling – guling.

"ya! Diam kau." Yunho lalu berlari ke arah kamar mandi untuk melepas sisa – sisa hasratnya. Sekaligus membersihkan dirinya.

Dari dalam Yunho masih saja mendengar suara tawa Jaejoong.

"bagaimana aku bisa memimpikannya seperti itu? Hhhh"

.

Yunho tidak bisa sarapan dengan tenang. Sedari tadi ia memergoki istrinya sedang mengibaskan tangannya di bagian perut dan terkekeh. Yunho sangat malu mengingat kejadian tadi pagi.

"Jae oppa kenapa?" Jessica menatap bingung oppa kesayangannya. Sedari tadi ia memperhatikan kalau Jaejoong bertingkah aneh.

"ekhem. Tidak apa – apa hehe." Jaejoong melanjutkan kembali acara sarapannya yang tertunda.

"Yunnie. Cepat makannya. Apa makanan itu kurang nikmat?" Yunho menelan ludahnya kasar. Saat hanya ia saja yang melihat Jaejoong menjilat bibirnya sensual.

Jaejoong ingin tertawa melihat ekspresi suaminya itu.

.

Jaejoong masuk ke dalam kamar mandi di kamarnya untuk membersihkan dirinya. Walaupun sudah sarapan, tapi ia belum mandi dan untung saja tidak ada yang menyadari itu. Ia terperangah kaget melihat suaminya ada di kamar mandinya-mereka-. Biasanya suaminya sudah siaga di mobilnya dan berangkat kerja.

"ada apa? Kenapa mukamu masam begitu?" Jaejoong bersandar pada pintu dengan sexy-nya. Maksudnya, dengan perut besarnya. Ya, bahkan sangat besar karena kehamilannya sudah memasuki usia 8 bulan.

"ini. Gigiku ngilu. Sshhh airnya dingin sekali saat aku berkumur." Jawab Yunho sambil meringis menahan ngilu di giginya.

"bukankah kau punya pasta gigi untuk gigi yang sedang ngilu?"

"iya. Aku sudah memakainya. Kata iklan, pasta giginya akan bereaksi dalam 60 detik." Jaejoong mengeluarkan senyum mengejeknya. Ia langkahkan kakinya menuju kotak special miliknya di tembok samping cermin besar kamar mandi itu. Ia mengambil sesuatu di dalamnya.

"pakai ini. Bisa meredakan ngilu dalam 30 detik." Kata Jaejoong ala mbak mbak selles di mall. Jaejoong membuka segel pasta gigi yang baru di belinya itu. Sebenarnya ini pertama kalinya Jaejoong menggunakan pasta gigi merk itu.

Dengan penuh percaya diri Jaejoong mengolesi giginya dengan pasta gigi yang dipegangnya. Setelah 30 detik mengolesi, ia lalu berkumur dengan air keran di hadapannya. Keningnya menyerngit tak nyaman.

'brengsek aku di tipu. Kenapa ngilu sekali. Shit kau selles pasta gigi.' Jaejoong merutuk dalam hati ketika merasakan ngilu luar biasa di giginya.

"bagaimana? Apa manjur?" Yunho mengambil pasta gigi di tangan Jaejoong. Ia memandang antusias pada pasta gigi Jaejoong yang kini ada di tangannya.

"tentu saja Tuan yang gampang di bodohi iklan." Dengan sombongnya Jaejoong mengambil pasta giginya dan melenggang melewati Yunho untuk mandi.

Bukannya Jaejoong pelit, tapi ia tidak mau di tertawakan karena bodoh juga sudah percaya dengan iklan dari selles sexy di mall waktu itu. Jaejoong berjanji akan mengacak – acak stan pasta gigi itu.

.

Setelah lama Yunho menunggu istrinya selesai mandi, ia lalu menghampiri istrinya untuk pamit bekerja.

"Jae. Nanti pada saat makan siang aku akan menjemputmu, kau tak lupa kan?" Yunho bersiap – siap untuk bergegas menuju kantornya.

"tentu. Jja sana cepat pergi." Jawab Jaejoong cuek.

"kau ini. Apa tidak ada poppo sebelum kerja?"

"kau mau ini?" Jaejoong menunjukkan bogemannya di depan wajah suaminya.

"kau ini galak sekali."

Chu~

Yunho langsung masuk mobilnya dan melaju menjauhi mansion. Ia tak mau kena bogeman istrinya karena nekad menciumnya tepat di bibir. Yunho tersenyum mengingat ini pertama kalinya ia mengecup bibir istrinya.

"Jung sialan!"

Dug

Yunho merasakan kalau ada batu di lempar ke atapnya. Huhuhu mobil kesayangannya pasti lecet. Jaejoong sangat tega padanya. Tapi ia bernafas lega karena bukan kaca mobilnya yang di lempari batu.

Pranggg

Ingin rasanya Yunho menghajar hole Jaejoong sekarang juga. Tapi tunggu, Yunho memasang wajah bodohnya saat melihat bukan batu yang menghantam jendela mobilnya. Tapi sebuah benda tajam yang Yunho bisa bayangkan apa jadinya kepalanya kalau jendela mobilnya tidak tertutup.

Apa mungkin Jaejoong?

.

"Kim Jaejoong. Cepat bereskan halaman belakang. Jangan coba – coba untuk kabur." Tadinya Jaejoong sudah membayangkan kalau ia akan bersantai di ruang tamu di temani sepetong kue dan the seperti yang sering di lakukan Mrs. Jung. Tapi hayalan itu seketika buyar ilang.

"hhhh baiklah." Tidak ada gunanya jika ia menolak. Jaejoong melangkahkan kakinya dengan malas – malasan .

Sepertinya pekerjaannya akan sangat banyak mengingat kemarin ia sudah membolos sehari. Kemarin Yunho lagi – lagi mengajaknya kabur seperti dulu. Dan ini lah akibatnya. Tugasnya menumpuk. Jaejoong meniup poninya sebelum ia mulai mengambil gunting tanaman lalu segera memotong bunga – bunga cantik yang akan menghiasi ruangan – ruangan di mansion besarnya-suaminya-.

Ia menghirup bunga lily ditangannya. Sejenak dunia serasa ringan di pundaknya. Serasa beban hidupnya sudah mengalir ke arah bunga putih bersih di tangannya. Tapi itu hanya sementara.

"hei namja jalang. Cepat selesaikan pekerjaanmu. Lalu bersihkan mansion Jung hahahaha." Jaejoong tidak habis pikir dengan wanita yang sedang menjauh di depannya itu. Ia menghampirinya ke belakang hanya untuk mengejeknya? Apa sebesar itu pengaruh Jaejoong sampai wanita yang ia tahu malas itu rela berjalan jauh dari depan ke belakang?

"cih." Jaejoong hanya mendecih sebal. Tidak mungkin ia melempar pot di tangannya ke arah kepala Go Ahra.

Jaejoong segera menyelesaikan seluruh rangkaian bunganya. Ada sekitar 20 pot bunga yang harus ia rangkai dengan cantik. Sungguh melelahkan.

Entah kenapa Jaejoong ingin segera menyelesaikannya. Biasanya ia akan malas – malasan mengerjakannya agar ia lama selesai dan bisa menikmati suasana nyaman di halaman belakang mansion Jung yang sangat luas ini. Perasaannya tak enak.

Ia selalu mengarahkan pandangannya ke vaviliun tempat ayahnya tinggal. Apa terjadi sesuatu dengan ayahnya?

Setelah selesai, ia menata potnya agar lebih rapih. Kerapian adalah point penting yang di ajarkan oleh Mrs. Jung. Ia juga merasakan kalau ia menjadi lebih rapih semenjak di didik oleh Mrs. Jung. Sepertinya ia harus berterima kasih nanti pada nyonya bawel itu.

"good job, Joongie." jaejoong tersentak saat ada suara yang mengagetkannya dari belakang.

"huh. Siwon Hyungie sedang apa di sini?" Jaejoong heran kenapa Siwon yang belum berangkat keluar untuk hmmm Jaejoong juga tak tahu apa yang pasti di lakukan Siwon sehari – hari.

"tentu saja melihatmu, cantik." Jaejoong menunduk malu mendengar pujian Siwon.

"oh iya." Jaejoong tersentak saat mengingat sesuatu. "aku ingin menengok appa dulu hyung." Jaejoong berjalan melewati Siwon menuju kediaman appanya.

"aku ikut."

Jaejoong dan Siwon berjalan beriringan menuju tempat tinggal ayahnya. Tak jauh memang. Bahkan hanya lima puluh meter dari tempat Jaejoong menata bunga tadi.

Ceklek

Jaejoong merasakan sendi di kakinya mendadak tak berfungsi. Ia bisa saja roboh kalau Siwon tidak sigap mengangkap Jaejoong. Jaejoong dan Siwon sama – sama menunjukkan muka shock mereka. Jaejoong bahkan ingin berteriak histeris, tapi ia tidak bisa melakukannya karena ia sudah pingsan terlebih dahulu.

.

Jaejoong terus menangis dalam pelukan Yunho. Ini sangat tiba – tiba baginya. Jaejoong sangat terpukul ketika tadi ia dan Siwon menemukan ayahnya telah terbujur tak berdaya dengan banyak darah di perutnya.

"Jae-ah. Sudah jangan menangis, kau harus kuat. Kasihan uri baby." Yunho masih saja berusaha menenangkan Jaejoong di pelukannya. Tapi Jaejoong tetap saja menangis sambil mencengcram baju yang Yunho kenakan.

Ruang operasi terbuka. Semua perawat dan seorang dokter melepas masker dan penutup kepala mereka mungkin tanda berkabung bagi mereka. Seorang perawat menutup tubuh seseorang yang sedari tadi mereka perjuangkan agar masih bernafas dengan kain putih.

"maafkan kami, tapi Tuhan berkehendak lain."

Seketika tubuh Jaejoong melemas. Ia menangis histeris di pelukan Yunho sampai tiba – tiba perutnya berkontraksi. Jaejoong mengerang kesakitan di sela – sela tangisnya. Apa ada yang lebih menyakitkan lagi?

Semua orang di sana panik. Wajah Yunho memucat melihat istrinya mengerang kesakitan.

"Yunho! Apa yang kau lakukan? Cepat bawa istrimu ke ruang gawat darurat!" Mr. jung tak habis pikir melihat anaknya yang hanya memandang menantunya itu dengan wajah pucat penuh peluh.

Yunho tampa bas – basi segera mengangkat tubuh Jaejoong dan membaringkannya di ranjang dorong yang di baru saja di bawakan oleh sorang suster. Dengan air muka seperti kesetanan, ia membantu para perawat mendorong ranjang istrinya menuju ruang operasi sambil meremas tangan istrinya itu.

Pegangan mereka harus terlepas saat Jaejoong memasuki ruang operasi. Yunho terduduk di pintu depan ruang operasi. Lagi – lagi Yunho harus menunggu seseorang yang sedang di operasi. Ia menangkupkan tangannya dalam posisi berlutut, ia berdoa demi keselamatan istri dan anaknya.

"sepertinya anakmu akan lahir premature, oppa." Jessica ikut meremas bahu kakaknya member semangat. Ia ingin menangis dengan nasib Jaejoong yang sangat kurang baik hari ini. Malang sekali dirimu Jae oppa. Bersabarlah. Kau pasti akan menemukan kebahagiaanmu nanti. Pasti.

Rahang Jessica mengeras membayangkan siapa yang tega membunuh ayah Jaejoong. jelas – jelas itu pembunuhan karena tidak mungkin ayah Jaejoong menusuk dirinya sendiri tanpa benda tajam sama sekali.

.

Yunho memandang takjub seorang malaikat kecil dalam kotak transparan di depannya. Anaknya lahir dengan selamat. Tapi karena kelahirannya yang terlalu cepat dari kelahiran biasanya, bayinya harus di rawat exclusive di dalam ingkubator. Ingin rasanya Yunho menangis melihat bayinya tak berdaya di bantu alat – alat yang mendukung hidup bayi mungil itu di dalam kotak sana.

"sudah dua jam kau melihat anakmu. Apa kau tak merindukan ummanya?" Mr. Jung masuk ke dalam untuk menengok cucunya. Rencananya tadi mereka –keluarga Jung- akan bergantian menengok keluarga baru mereka. Tetapi kesabaran Mr. Jung habis saat sudah dua jam lamanya Yunho di dalam.

"apa Jaejoong sudah sadar?" Yunho tersenyum cerah saat mendapati jawaban sebuah anggukan dari appanya.

Yunho dengan langkah tergesa – gesa menuju ruang rawat istrinya. Ia sudah tak sabar memeluk istrinya itu dan mengucapkan terimakasih berkali – kali karena sudah selamat dan melahirkan seorang malaikat kecil yang lucu.

Ceklek

Yunho masuk dan perlahan mendekati istrinya. Sadar akan suasana yang sedang terjadi, Jessica menyeret Siwon untuk pergi dari ruangan ini.

"Jae.." bukan senyum bahagia yang Yunho berikan saat melihat istrinya. Tapi air mata sarat akan kesedihan saat melihat pandangan kosong istrinya sambil mengelus perut yang sekarang rata itu.

"Joongie-ah. Bayi kita sangat lucu. Ia namja seperti yang kau inginkan." Yunho memeluk Jaejoong lembut. Ia meangis dalam diam di pelukan istrinya.

"ayahku…" guman Jaejoong

Yunho menegakkan badannya untuk melihat istrinya.

"ssttt. Jae.. jebal ikhlaskan ayahmu."

"kapan ayah akan di kremasi?" kata Jaejoong dingin. Ia sepertinya hanya berusaha tegar. Karena jika ia sampai menangis histeris seperti tadi, bisa saja luka jahitan bekas operasi tadi terbuka.

"ayahmu akan di kuburkan saat kau sudah bisa keluar dari rumah sakit." Yunho mengelus tangan istrinya dengan sayang.

"tidak. Jangan di kubur. Aku tidak punya uang." Yunho kaget mendengarkan ucapan istrinya tadi.

"apa yang kau katakana Jae? Tentu saja aku sebagai suamimu yang akan membiayainya." Kata Yunho tegas. Ia tak habis pikir, apa yang ada di benak istrinya?

"apa kau akan tetap menjadi istrimu? Anak kita sudah lahir, bukan?"

"apa yang kau katakan? Kita akan tetap menjadi suami 'istri dan kita akan merawat anak kita bersama – sama" samar – samar Jaejoong menyunggingkan senyumnya. Ia sudah kehilangan ayahnya. Dan ia tak ingin kehilangan Yunho dan anaknya. Tidak akan.

"beri ia nama, Changmin."

"Jung Changmin" Yunho mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir Jaejoong. Hanya sekedar ciuman biasa. Tapi memiliki berjuta arti dan satu arti utama yaitu Cinta. Cinta?

.

Jaejoong berlutut di hadapan batu nisan ayahnya. Ia tak menangis, tapi semua tahu kalau Jaejoong sedang menahan kesedihan mendalam. Jaejoong merasa ia belum menjadi anak yang sempurna selama ini. Ia belum sempat untuk meminta maaf atas kesalahannya di masa lalu.

"appa. Selamat Jalan."

Satu tetes air mata meluncur. Bukan Jaejoong, bukan. Tapi dari wanita paruh baya yang berstatus sebagai nyonya di mansion Jung. Hatinya bimbang sekarang. Apa ia tega memisahkan Jaejoong dengan anaknya setelah kejadian seperti ini terjadi? Bagaimanapun, ia adalah seorang ibu sekaligus wanita yang mempunyai perasaan yang sensitive. Batin seorang ibunya menjerit untuk merelakan anaknya bahagia dengan keluarganya yang sekarang, tetapi batin seorang wanitanya menjerit untuk menoleh pada Ahra yang tersakiti atas pengkhianatan anaknya.

Hari sudah sore. Jaejoong dengan langkah yang berat meninggalkan area kompleks pemakaman elite itu dibantu Yunho dengan memapapahnya.

.

Di café terkenal di daerah pusat kota, terlihat seorang wanita dan pria yang memakai pakaian layaknya seorang detektif sedang berbicara dengan serius.

"siapa yang pembunuhnya?" si wanita yang canti dengan rambut indah yang bergerai panjang memulai perbincangan serius di antara mereka.

"kau ini serius sekali, santai saja lah." Kata sang detektif santai sambil menyeruput coffee di cangkirnya.

"ya! Taec oppa. Sekarang bukan saatnya main – main." Jessica merasa beruntung sekarang karena sedang berpacaran dengan seorang agen rahasia.

"ada tiga tersangka, yaitu Go Ahra, Siwon Hyung dan ummamu."

Jesssica hampir memnuncratkan the yang berada di mulutnya saat mendengar tersangka teralhir yang di ucapkan pacarnya itu.

"umma? Untuk apa?"

"aku juga tak yakin. Aku ingin menyoretnya. Tapi aku ragu."

"lanjutkan." Jessica harus tenang. Ia tidak mungkin menyangkal tersangka. Karena yang bersalah ya salah sekalipun itu ibunya sendiri. Tapi ia yakin kalau ibunya tidak akan berbuat sekeji itu. Tidak akan.

"aku sempat bertanya pada Jaejoong siapa saja yang ia lihat berada di halaman belakang. Karena ia sedang di sana pagi itu kan?" Jessica memajukan badannya. Tanda ia sedang menyimak dengan baik.

"ia berkata kalau ia bertemu dengan Go Ahra dan Siwon Hyung. ia heran sebenarnya kepada mereka berdua. Pasalnya, untuk apa mereka ke halaman belakang?" Taecyeon memakan kuenya sebentar. Lalu melanjutkan. "tapi kata Jaejoong, Go Ahra datang menghampirinya hanya untuk mengejeknya dan Siwon menghampirinya untuk melihat keadaan Jaejoong."

Jessica mengerutkan dahinya. "lalu?"

"aku menyelidiki tempat kejadian dan menemukan semacam petunjuk yang mungkin di tinggalkan oleh ayahnya Jaejoong." mendengar itu, Jessica menjadi lebih tertarik.

"aku menemukan sebuah tulisan abstrak di samping ruang kosong yang tak terkena darah. Sepertinya itu bekas tubuhnya. Tulisan itu ditulis dengan darah dan sepertinya ayah Jaejoong sendiri yang menulisnya." Lagi Taecyeon member jeda. Jessica merasakan bulu kuduknya berdiri.

"dengan jelas tulisan itu seperti ini." Taecyeon menunjukkan Jessica sebuah foto. Foto tulisan dari darah dengan darah lainnya dimana – mana. Sejenak Jessica terlihat mual. Di dalam foto itu tertulis angka satu '1' dengan huruf 'J' di samping huruf tersebut. Juga ada sebuah kata bertulis 'motto'. Jessica di buat kebingungan olehnya. Tapi ia ingat sesuatu.

"bukankah ayahnya Jaejoong…" Jessica sengaja menggantung kalimatnya.

"aku sudah menanyakannya ke Jaejoong dan ia bilang ayahnya masih bisa menulis. Hanya saja tingkahnya yang bermasalah. Pola pikir ayahnya pun hanya sedikit perubahan. Ternyata dulu ayah Jaejoong ini adalah seorang agen rahasi juga sama sepertiku. Jadi tak heran ia punya cara berpikir untuk membuat sebuah petunjuk seperti tadi." Jessica memandang pacarnya takjub.

"kau tahu? Polisi tidak tahu senjata apa yang di pakai untuk menusuk ayah Jaejoong karena Jaejoong menolak ayahnya di otopsi. Ini semakin menyulitkan polisi." Sekali lagi Jessica memandang Taecyeon dengan pandangan wow.

"jangan memandangiku seperti itu, nanti kau tambah jatuh cinta." Jessica mendecih kesal.

"jadi siapa pelakunya? Aku curiga kepada Go Ahra." Kata Jessica pasti.

"kenapa?" Taecyeon ingin tahu pola pikir pacarnya ini.

"karena ia membenci Jaejoong." Taecyeon menanggapi jawaban Jessica dengan kekehan kecil.

Jessica hanya bisa memandang pacarnya kawatir. Apa pacarnya gila sekarang?

.

Dengan langkah tertatih, Jaejoong masuk ke dalam rumah kecil tempat dulu ayahnya tinggal. Ingin rasanya ia menangis melihat darah ayahnya yang belum di bersihkan demi kepentingan penyelidikan. Matanya menatap penuh arti ke arah kode yang di buat ayahnya.

Kau harus bertanggung jawab brengsek!

"Jae? Kau sedang apa?" Yunho memeluk pinggang Jaejoong yang sekarang sudah kembali ramping. "ayo kita kembali. Bayi kita haus" Yunho menuntun istrinya untuk segera kembali ke mansion utama.

"Yun, bayimu sedari tadi menangis." Pasangan YunJae di sambut oleh omelan dari Mrs. Jung. Seketika Jaejoong berjalan tergesa menuju bayi mungilnya.

"tunggu Yun." Mrs. Jung menahan tangan Yunho yang ingin menyusul istrinya. "apa kau melihat Ahra sedari tadi?"

"aniyo." Yunho menggelengkan kepalanya dan segera menyusul istrinya.

.

Seseorang dengan blazer putih panjang sedang berjongkok di depan nisan seseorang yang tanah kuburnya masih basah.

"mianhae"

.

TBC

.


.

Apa ada yang menunggu kelanjutan ini ff? hehehe maaf baru bisa update sekarang. Soalnya aku menghargai readers muslim yang sedang puasa hehe.

Apa ffnya tambah membosankan? Mau lanjut gak?

Silahkan komen yaaaaa! Silahkan menerka – nerka siapa pembunuhnya!

Yang bener jawabannya akan mendapat piring cantik!

See you next chap! (jika kalian niat membaca kelanjutannya :'D)

MAAF KALAU ADA TYPO

Akhir kata. Terimakasihhhh.