Dalam rangka memperingati berkurangnya setahun usia author Flameshine

^^ HAPPY BIRTHDAY FLAMESHINE (YU) ^^

.

WARNING!
ADULT CONTENT!

Kejadian itu tak akan pernah dilupakan oleh Chaehyun, setidaknya akan menjadi hal paling horor yang pernah dia alami.
Terinspirasi dari film The Conjuring 2 yang booming banget dimana-mana. Myka belum nonton betewe. Emang beneran serem ya?

#chanbaek #exo #gs #mature

Balas Dendam

Kejadian itu tak akan pernah dilupakan oleh Chaehyun—setidaknya akan menjadi hal paling horor yang pernah dia alami—Menginjakkan kaki di rumah lebih awal dari jam pulang sekolah adalah sesuatu yang tak akan pernah dia ulangi lagi, SEUMUR HIDUPNYA!

Beranda yang sepi, rak sepatu yang penuh namun tak ada seorang pun terlihat. Lorong gelap, lampu-lampu ruangan mati, dan lantai yang nampak sedikit meninggalkan debu usai terinjak oleh alas selop—seingat Chaehyun, ibunya sangat rajin bersih-bersih serta sangat teliti. Dia tidak akan pernah membiarkan setitik debu pun tertinggal, tapi sekarang...

Awalnya remaja tersebut tidak mau ambil pusing dan melenggang begitu saja. Mungkin ibunya sudah terlalu lelah mengurus rumah sampai tidak menyadari lantai masih berdebu, atau memang sejak awal lantai belum sempat dibersihkan mengingat jam memang telah mendekati waktu makan malam. Sambil menyandang tas dengan tetap mendengarkan lagu dari earphone-nya, Chaehyun melangkah mendekati tangga tepat saat teror itu dimulai. Si jangkung tersebut sangat ingat, pertama kali dia menyadarinya ketika tangannya menyentuh pegangan tangga.

Sebuah getaran—tidak! Kalau dicermati lagi, ini lebih mirip dengan pukulan.

Namja bermata lebar itu mulai mengedarkan pandangan, menatap benda-benda menggantung untuk melihat jikalau sedang ada gempa namun tak nampak gerakan yang berarti. Getaran halus ini adalah sesuatu yang tidak akan kau sadari jika tidak memegang benda yang dekat dengan sumbernya.

Chaehyun mengerutkan kening, mengedikkan bahu dan memilih untuk melangkah menaiki anak tangga ketika sesuatu yang lain mengagetkannya.

Duk, duk, duk, seperti suara benda menabrak benda tapi dengan tempo dan irama yang lebih teratur. Nyaris Chaehyun jatuh terpeleset karenanya, wajah pemuda tersebut memucat.

A-apa itu? Pikirnya kalut. Ada orang yang sedang bermain palu? Tapi mana mungkin. Siapa gerangan dari penghuni apartemen elit ini yang punya pekerjaan berhubungan dengan pertukangan? Seingat Chaehyun tidak ada. Dia juga tidak melihat adanya perbaikan gedung maupun pekerja apartemen yang biasanya mondar-mandir jika sedang ada sesuatu yang harus diperbaiki. Lalu...

Itu apa?

Mendadak ingatan tadi siang di sekolah muncul di kepala Chaehyun.

Hampir seharian, berulang kali Kyungjong membahas film horor yang baru-baru ini rilis dan mengatakan ingin pergi ke bioskop untuk menontonnya. Dia nampak begitu semangat memperlihatkan cuplikan demi cuplikan video yang didapatnya di internet sambil berkali-kali berteriak 'Ayo nonton!' di depan muka Shin serta Chaehyun.

Shin, seperti biasa, ekspresinya datar seraya berkata 'Iya iya' dengan nada malas, dia memang terkenal tidak punya rasa takut pada film horor. Malah baginya film horor itu membosankan, 'Teknik menakut-nakutinya begitu-begitu saja, kuno' merupakan komentar andalannya. Tapi hal itu sedikit berbeda dengan Chaehyun. Bukan, bukannya dia takut setan atau apa, hanya saja Chaehyun agak mudah kagetan. Tahu sendiri 'kan kalau film horor selalu mengedepankan jump scare, itu lho sudut pengambilan gambar dimana si setan muncul tiba-tiba dan sukses membuat penonton melompat kecolongan jantung. Hal seperti itulah yang paling dibenci Chaehyun di film horor.

Dan mengingat percakapannya tadi siang soal film horor bersama kedua sahabatnya, terlebih ketika cuplikan video dari Kyungjong terbayang-bayang lagi di dalam benak, ditambah dengan situasi aneh yang sedang terjadi padanya saat ini, sukses membuat Chaehyun kicep tidak berani mengira-ngira apa yang sebenarnya tengah dia alami sekarang.

Pemuda tersebut hanya berharap siapa saja yang sedang memukul-mukul apapun itu tidak akan muncul mendadak di depannya dengan muka putih pucat, kantung mata gelap, bibir hitam, dan pupil berdarah.

Tidak apa-apa, Chaehyun-ah. Tidak apa-apa. Kau pasti hanya sedang terbayang-bayang cerita Kyungjong tadi siang. Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja, Chaehyun mencoba menghibur diri dan perlahan kembali menaiki tangga di saat bersamaan melengkinglah sebuah jeritan.

Namja itu menutup mata rapat-rapat, mencengkeram kuat pegangan tangga dan terus menyebut nama Tuhan di dalam hati. Siapa yang berteriak barusan? Yang suaranya bisa begitu lantang menembus keras gema bass dari earphone di telinga Chaehyun.

Eomma... panggil pemuda tersebut sudah mulai gemetar ketakutan. Beberapa detik berlalu dan mendadak mata lebar Chaehyun terbuka seolah dia baru sadar akan sesuatu.

Suara barusan 'kan...

Dia terpaku.

...suara Eomma—

Jantung Chaehyun berpacu kencang seketika, gemetar di badannya sudah bukan lagi disebabkan oleh rasa takut melainkan karena pikiran lain yang lebih mengerikan.

Tidak mungkin 'kan...

Chaehyun menyentuh sebelah earphone-nya.

Lepas. Tidak. Lepas. Tidak. Lepas—

Batinnya bertarung dan berkecamuk. Lagipula, jika dicermati kembali; rak sepatu yang lengkap, lampu-lampu mati, lorong sepi, lantai yang belum dibersihkan, dan suara sesuatu menabrak benda lain dengan irama teratur. Semuanya menjurus pada satu hal, hal yang sudah hampir dilupakan Chaehyun sebab sangat lama dia tidak mengalami kejadian seperti ini. Terakhir kali dia bertemu momen begini waktu dia masih SMP, itu pun hanya sebentar karena begitu dia menyadarinya dia langsung kabur.

Jangan bilang kalau sekarang Chaehyun terjebak lagi di momen itu. Dan kali ini, hampir lima menit lebih berlalu sejak dia melangkahkan kaki memasuki rumah. Dengan kata lain, rekornya saat ini jauh lebih lama dari waktu dia SMP.

Awas saja kalau sampai ITU yang terjadi... Chaehyun bersumpah serapah dalam hati lalu dengan cepat menarik lepas sebelah earphone-nya.

"Ahh, Yeolie...cepatlah—eunghhh, sebentar lagi—hahh! Chaehyun pulang—ahh...di sana, Yeol...iyaah..."

BRAK!

Chaehyun melesat keluar rumah dalam kecepatan cahaya.

APPA BRENGSEKKK! BERANI-BERANINYA DIA MELAKUKAN ITU TANPA MEMBERITAHUKU DULU, SIALAAAAANNN! TAK 'KAN 'KU MAAFKAAANNN!

-o-

"Hyung, kau baik-baik saja?" tegur Kyungjong sekali lagi pada sosok panjang yang sedang tengkurap tak bergerak di atas ranjangnya. Sejak tiba di depan pintu apartemennya dengan napas ngos-ngosan dengan muka memerah tadi, Chaehyun langsung ambruk di tempat tidur dan sama sekali tidak bergerak. Dia bahkan tidak menjawab ketika ditanya dan hanya berdehem.

"Kau sakit perut? Sakit kepala? Mau 'ku ambilkan obat?" Kyungjong berada di puncak kecemasannya, dia meletakkan bolpoin di atas buku PR yang terbuka di meja dan beranjak mendekati Chaehyun yang selintas masih nampak gemetaran.

"Mungkin dia sakit jiwa," celetuk Shin yang langsung membuat temannya menoleh galak.

"Hati-hati kalau bicara, Oh Shin," ujar Kyungjong yang dibalas oleh cibiran. Namja manis tersebut kembali mengalihkan perhatian pada Chaehyun yang masih berdiam diri.

"Hyung..."

Sementara itu, tanpa Kyungjong tahu, Chaehyun sedang bertarung sengit dengan dirinya sendiri. Kedua tangannya terkepal kuat di kedua sisi badannya, tubuhnya gemetar dan keringat mulai mengucur keluar dengan gigi geraham terpaut erat serta alis mengerut membentuk satu garis lurus.

Kurang ajar, brengsek, sialan! Aku tidak bisa terima ini! Appaaa! Akan 'ku balas! Pasti akan 'ku balas berkali-kali lipat! Sial, aku jadi kena efeknya 'kan! Kenapa rasa panasnya tidak pergi juga? Kenapa Kyungjong tidak mau diam? Kenapa suaranya sangat manis? Aaargh, aku harus mengendalikan ini! PARK CHAEHYUUUN, KENDALIKAN DIRIMU!

"Oe, Hyung. Kau mau es batu?" tanya Shin yang masih duduk di lantai menghadap meja dan tumpukan buku PR miliknya yang bercampur dengan Kyungjong.

"Es batu? Untuk apa?" Kyungjong yang menyahut.

"Kau tidak lihat badannya gemetaran dan berkeringat? Mungkin dia kepanasan." Shin mengarahkan dagu pada sosok Chaehyun.

Kyungjong tersentak, "Hyung, kau demam!?" dia hampir memegang kening kakaknya namun dengan cepat pergelangan tangannya dihentikan oleh Shin.

"K-kenapa?" desis namja yang kecil keheranan.

"Jangan sentuh dia." Shin mempererat pegangannya pada tangan Kyungjong, ekspresi wajahnya mengeras dan nampak serius, semakin membuat sahabatnya berkedip tidak mengerti. "Demam bisa menular."

"Yaelah-" Kyungjong melengos.

"Yah-" mendadak terdengar suara berat Chaehyun. "Ayo nonton film. Film horor yang dimau Kyungjong tadi."

"Eh? Bukannya kau bilang tidak mau nonton itu, Hyung?" sahut Kyungjong kaget, tangannya sudah dilepaskan oleh Shin.

"Tidak apa-apa, aku berubah pikiran," jawab Chaehyun. "Ayo pergi ke sana sekarang."

"Sekarang? Tapi kalau sekarang..." kalimat Kyungjong menggantung, ganti mendapat balasan tatapan mata tidak mengerti dari Shin. "Cuma ada tiket premier."

"Lalu?"

Kyungjong terdiam sejenak. "Tidak apa-apa sih!" senyuman lebar muncul di wajahnya. "Kalau begitu, aku akan menraktir kalian nonton premier film horor! Yeey!"

"Assa, traktiran!" Shin ikut sumringah.

Di tempat tidur, Chaehyun hanya bisa tersenyum.

Aku butuh pelampiasan...

-o-

Di bioskop.

"Yah, aku 'kan sudah mau ikut denganmu nonton film ini, sebagai gantinya Sabtu malam besok kalian harus menginap di rumahku. Oke?" ujar Chaehyun saat film sudah mulai menampilkan logo sponsor.

Mata Kyungjong membulat kaget, "Sabtu malam? Kau yakin, Hyung? Nanti Paman Chanyeol marah—"

"Tidak akan." Chaehyun mengibaskan tangan. "Aku akan melindungi kalian kalau sampai dia marah-marah. Oke? Mau ya?" bujuknya.

Kyungjong tersenyum, "Tak masalah sih." Membuat kakaknya ikut tersenyum.

Chaehyun mengalihkan pandangan pada Shin yang duduk di sebelah Kyungjong. "Shin-ah?"

"Kalau Kyungjong datang, aku datang," jawab Shin kalem.

"Siiip~" Chaehyun terkekeh senang.

"Oh, setannya muncul." Kyungjong menunjuk ke layar raksasa di depan mereka sontak membuat Chaehyun menoleh dan langsung berhadapan dengan penampakan muka putih pucat, kantung mata gelap, bibir hitam serta pupil berdarah.

"WOAAANJEERRR!" Chaehyun menjerit kaget.

"Hahahahaha unyuuu!" Kyungjong tertawa riang.

"Begini lagi? Tidak kreatif sama sekali." Dan Shin memakan popcorn-nya dengan santai.

-o-

Teng.

Sabtu malam.

"A-apa ini..." Chanyeol kehilangan kata-kata ketika dia membuka pintu rumah dan langsung disuguhi pemandangan ekspresi jutek anaknya dengan dua kepala lain menyembul dari belakang punggungnya.

"Yo~" sapa Chaehyun singkat.

"Jangan cuma bilang 'yo~', apa yang kau lakukan di sini!?" Chanyeol berkata tertahan, cukup untuk mengintimidasi anaknya tapi tak cukup keras untuk terdengar sampai ke dalam rumah.

"Anu..." Kyungjong mencicit pelan dari belakang bahu Chaehyun. "S-selamat sore, Paman Yeol~" dia mencoba menyapa.

"Eoh, sore juga, Kyungjong-ah. Kau manis seperti biasa," balas Chanyeol ramah yang membuat Kyungjong tersenyum kecut. Namun begitu dia mengalihkan mata pada sosok tinggi di sebelah anak itu...

"Yo, Paman Yeol~" Shin mengangkat tangan cuek.

Chanyeol melengos. Apa begitu sopan santunmu terhadap orang yang lebih tua? Dia sama persis seperti bapaknya...

"Appa, kami mau masuk," celetuk Chaehyun sekejab menuai delikan mata tajam dari sang ayah.

"Apa maksudmu?" Chanyeol berbisik. "Sekarang Sabtu malam dan pagi tadi Appa sudah memberimu uang lebih untuk main. Lalu kenapa sekarang kau pula—"

"Kami-mau-masuk." Chaehyun memperjelas setiap kata-katanya dengan wajah merengut tak ingin dibantah.

Chanyeol tak mau kalah, memasang ekspresi seram yang tanpa dia tahu membuat Kyungjong dan Shin mundur satu langkah ke belakang.

"Kau mau mengingkari perjanjian heh, Park Chaehyun?" geram Chanyeol.

Chaehyun tertegun, dia kemudian menghela napas panjang. "Apa boleh buat," desisnya disambut senyuman lega sang ayah ... tapi tidak lama.

"EOMMAAA, AKU PULAANG! KYUNGJONG DAN SHIN BERSAMAKU! MEREKA BILANG MEREKA MAU MENGINAP!" teriak Chaehyun sekeras mungkin.

"What the—!" Chanyeol terkejut luar biasa.

"Ya ampun dia ini..." Kyungjong flat seketika.

"Nice~" Shin thumbs up.

"Oh, kau sudah pulang?" terdengar suara riang Baekhyun dari dalam ruangan. Sebentar kemudian sosok mungilnya muncul di beranda dengan bandana mengikat kepala dan celemek menempel manis di pinggang rampingnya.

"Wah, ada squad bebek juga. Selamat datang, Kyungjong-ah, Shin-ah. Ayo masuk, aku sedang membuat kue," sapa wanita tersebut dengan ramah.

Chaehyun yang pertama berjalan melewati sosok ayahnya yang masih mematung, diikuti oleh Shin serta Kyungjong yang dengan pelan berbisik, "Maaf ya, Paman."

"Permisi~" seru Shin begitu menginjakkan kaki di lantai rumah Chaehyun dibalas tawa renyah ibu dari sahabatnya.

"Iya, selamat datang. Letakkan dulu tas kalian di kamar Chaehyun, aku akan membuat makan malam," ujar Baekhyun.

"Ah, tadi Bibi bilang sedang membuat kue?" celetuk Kyungjong diiyakan oleh wanita umur tiga puluhan tersebut. Segera pemuda itu tersenyum, "Mau aku bantu?"

"Wah, benarkah? Bibi akan sangat senang kalau Kyungjong mau membantu. Kau 'kan pintar memasak."

"Kalau begitu aku letakkan ini dulu di kamar Hyung." Kyungjong menunjuk ransel di punggungnya.

"Oke, Bibi tunggu di dapur ya~" seru Baekhyun sembari beranjak dari beranda.

"Ne~"

Namun langkah kaki jenjang wanita tersebut terhenti ketika dilihatnya sosok jangkung sang suami masih berada di mulut pintu, belum bergerak sama sekali.

"Yeol-ah, apa yang kau lakukan di situ?" tegur Baekhyun. Chanyeol tersadar.

"Yeobeo~" dengan cepat dia melesat dari pintu ke depan hidung istrinya. "Kenapa kau biarkan anak-anak itu masuk? Kenapa kau biarkan mereka menginap? Kenapa kau biarkan trio kwek-kwek itu merusuh di sini?"

"Apa maksudmu?" Baekhyun mengerutkan alis tidak mengerti. "Chaehyun pulang, tentu saja aku harus menyambutnya. Lagipula Shin dan Kyungjong bukan orang asing 'kan?"

"JUSTRU karena mereka bukan orang asing." Chanyeol gregetan. "Mereka pasti akan bersikap seenaknya seolah ini rumah mereka sendiri." Matanya berkaca-kaca.

"Lalu?" Baekhyun masih tidak mengerti arah pembicaraan suaminya yang tumben sangat berbelit-belit.

"Yeobeo..." suara Chanyeol terdengar memelas. "Sekarang Sabtu malam...apa kau lupa...?"

Baekhyun mendengus gusar. "Hentikan, Yeol. Chaehyun sangat jarang pulang ke rumah di akhir minggu seperti ini. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan."

"Lalu bagaimana dengan kesempatankuuu?" Chanyeol masih merajuk.

"Kau 'kan sudah mendapatkannya dua hari lalu!" sentak wanita mungil tersebut. "Sudah, berhenti merengek. Aku mau memasak." Baekhyun meninggalkan suaminya begitu saja jatuh berlutut di lorong.

"Yeobeo~ Baekhyun-ah~ Baekkie~ Baby~ Sayaaanggg~" panggilan bertubi-tubi Chanyeol berikan pada istrinya namun tidak digubris sama sekali.

Awas kau, Park Chaehyun! Berani sekali kau melakukan ini pada ayahmu! Akan 'ku balas—

Sumpah serapah Chanyeol terhenti ketika dia mendongak dan tanpa sengaja melihat wajah anaknya sedang melongok di ujung tangga, memperlihatkan mata bersinar penuh kemenangan serta smirk puas yang tercetak remeh di bibirnya seolah sedang mengatakan 'Rasakan!'

Chanyeol mengepalkan tangan dengan kesal.

"Hyung, audio PS-nya dimana?" terdengar suara Shin bertanya dari dalam kamar Chaehyun.

"Di bawah! Bawa saja PS-nya ke bawah, kita main DI RUANG DUDUK," jawab Chaehyun.

"Oke!"

Dasar bocah tengil! Geram Chanyeol.

Salah siapa cari gara-gara dengan Park Chaehyun! Batin Chaehyun puas.

-END-


Update jama'ah with pupuputri, redapplee, baekbychuu, flameshine, railash61, amie leen, sayaka dini, dan hyurien92.
Cek juga akun mereka yaa~

Squad bebek = Trio Kwek-kwek

Q: Mirip siapa reaksimu kalo lagi nonton film horor?
A: Chaehyun TT_TT