Selfneglect

Author: Natsume Rokunami

Genre: Romance/Drama

Rated: T-semi M

Pair: [Sasuke U. x Megumi R.], Sasori A.

Summary: Megumi Ryuuno, gadis bodoh yang selalu mengabaikan dirinya sendiri. Tak mementingkan diri sendiri, hingga ia menjadi gadis yang tak peduli akan keadaan dirinya, walaupun ia sedang dalam keadaan sangat susah./"Buat apa dandan? Cih, merepotkan"/"Buat apa belajar? Bikin panas otak saja"/"Buat apa punya kekasih, merepotkan"/"Aku akan membuatmu yakin bahwa ada satu hal yang takkan kamu abaikan sekalipun"/OC, gaje, blablabla

A/N: Hehe, Natsu ini adalah cewek keras kepala.

Jadi walau belum ada yang review (atau mungkin ada juga yang tak sudi), Natsu tetap lanjutkan.

Tetapi belum tentu, bisa saja discontinued karena ide ngilang dari otak.

Segini saja, silahkan. ^^ Jangan baca bila tak suka.

.

Selfeglect

[Sasuke Uchiha x Megumi Ryuuno]

Romance/Drama

Rated T

By: Natsume Rokunami

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

Don't Like, Don't Read!

.

Happy Reading! ^^

.

.

.

.

.

.

"Hoaaamhh..." Megumi menguap. "Sampai di rumah, tidur saja deh."

Megumi berjalan pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan sekelompok preman yang sedang memeras uang seorang pemuda yang terlihat tak berdaya menghadapi preman tersebut.

Megumi langsung ambil insiatif menolongnya.

"Hei, kalian!" seru Megumi dengan lantang.

Mereka menoleh, preman itu tersenyum remeh sambil tertawa mengejek.

"Mau apa kau, hm? Sok jadi jagoan?" ejek salah satu dari mereka.

"Hm? Cewek. Boleh juga kita santap." Salah satu dari mereka menjilat bibirnya sendiri.

"Jangan! Lari dari sini sebelum kau terluka!" pemuda yang menjadi korban pemerasan itu menyoraki Megumi. Ia tetap seorang lelaki, ia tak bisa melihat perempuan terkena bahaya.

"Tak apa-apa. Aku bisa menghadapi mereka. Justru kau lah yang harus lari!" Megumi menyingsingkan lengan baju seragamnya. "Cepat!"

"Tapi..."

"Ayo, cepat!" Megumi memaksa. Pemuda itu melihat Megumi yang sudah tak bisa dicegah lagi, sehingga ia menyerah dan lari dari sana.

"Hmm...kau cewek tapi berani juga." Preman-preman itu berjalan mendekati Megumi.

"Kita jadikan santapan kita saja!" salah satu preman tersebut hendak meraih Megumi.

DUAK!

Tetapi Megumi telah menendang bagian kemaluannya. Preman itu terkapar tak berdaya.

"Woow, berani ya kau!" preman-preman itu mencoba menangkap Megumi. Megumi menendang beberapa dari mereka. Megumi memukul dan menendang bagian vital mereka sehingga mereka tak berdaya.

Tetapi tidak juga.

PLAK!

Megumi terkena tamparan keras dari salah satu preman itu. Sontak Megumi menabrak dinding gang karenanya. Megumi meringis kesakitan.

"Hahahaha!"

SYAT! SYAT! SYAT!

Preman itu menggores kulit pipi Megumi, lengan, leher, dan paha menggunakan pisau lipat Megumi meringis kesakitan.

Mereka semua bangun dan mulai menarik rambut Megumi, mencabik-cabik seragam Megumi, dan menggerayangi leher putih Megumi.

'Sial!' umpat Megumi dalam hati. Karena kelengahannya, ia gagal menumpas preman-preman itu.

DUAK! DUAGH! DAGH! BUGH! SRAAAAAK!

Megumi terperangah melihat preman-preman itu sekejap mata sudah dihajar seseorang dan dilempar jauh sampai ke ujung gang. Preman-preman itu langsung kabur dari sana.

"Nii-san?" Megumi menyadari bahwa orang yang menolongnya adalah Sasori.

Sasori menoleh, ia menatap Megumi dengan tatapan menusuk. Megumi tercengang. Ia merapat ke dinding. Baru kali ini ia melihat tatapan Sasori yang begitu menusuk. Megumi tahu Sasori marah.

Sasori berjalan cepat ke arahnya. Megumi hampir memekik kaget karenanya.

Sasori melihat luka-luka yang ada pada tubuh Megumi, seragam Megumi yang tercabik-cabik, dan memar di pipi.

"Apa yang kau lakukan tadi?" tanya Sasori dingin.

Megumi menjawab lirih, "A-Ano..tadi aku mencoba menolong orang yang sedang diperas preman tadi. T-Tapi aku..."

"Pulang sekarang." Sasori memberi jas seragamnya kepada Megumi, menutup tubuh Megumi dengan jasnya, kemudian menarik paksa Megumi.

"T-Tunggu, nii-san...aku bisa jalan sendiri. Jangan tarik aku."

Sasori tidak menggubrisnya, ia tetap menarik Megumi dengan paksa tanpa peduli Megumi yang kewalahan ditarik oleh Sasori.

.

.

.

=Natsu: Selfneglect=

.

.

.

Bruuk...

Sasori mendudukan Megumi di sofa dengan keras. Sasori melenggang pergi untuk mengambil kotak P3K.

Megumi cemas. Ia tahu kakaknya sedang marah kepadanya. Megumi tahu ini semua salahnya karena sudah menyusahkan kakaknya.

Sasori kembali dengan membawa kotak P3K. Ia duduk di sebelah Megumi. Ia raih pergelangan tangan Megumi kemudian merobek kain lengan seragam Megumi. Jasnya sudah dilepas oleh Megumi.

"N-Nii-san?" Megumi kaget karena Sasori tanpa basa-basi merobek kain lengan seragamnya.

Sasori diam saja. Ia buka jas seragam Megumi yang sudah terkoyak-koyak itu. Hendak tangannya membuka kancing kemeja Megumi, Sasori berhenti. Sasori tatap Megumi. Tatapannya masih dingin dan datar.

Megumi tahu Sasori minta izin kepadanya, "Ano..ehh..."

Sasori mendecak. Tanpa basa-basi lagi ia buka dasi seragam Megumi kemudian membuka kancing kemeja Megumi. Tentu membuat Megumi kaget.

"E-Eh? Tunggu dulu..."

"Kau lama. Aku tak suka menunggu."

"T-Tapi.."

"Tenang, aku takkan macam-macam."

Walaupun begitu, Sasori sama saja sudah melihat tubuhnya, kan?

"Tapi..."

"Tak apa-apa. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang. Aku takkan macam-macam dan takkan melihatnya terus-menerus."

Megumi menghela napas berat. Kalau sudah begitu, ia hanya bisa pasrah. Toh Sasori takkan bernafsu kepada tubuhnya. Karena saat masih kelas satu SD, ia pernah mandi bersamanya.

Tetapi bukankah itu saat mereka masih kecil?

Sasori membuka kemeja Megumi. Ia terdiam melihat tubuh Megumi.

Ia tahu kalau melihatnya lama-lama, 'adik kecil'nya akan bangun dan Megumi akan marah kepadanya, sehingga ia mengalihkan pandangan kepada luka yang ada di perut Megumi dan leher. Sasori segera membersihkan luka itu dengan kapas yang sudah dicelupkan ke dalam air, kemudian memberinya obat merah dan menutupnya dengan kapas berplester.

Sasori tahu itu luka sayatan.

"Kau disayat?" tanya Sasori. Ia tidak mengalihkan pandangan dari luka Megumi.

"Ya."

Sasori tidak menyahut. Ia teruskan kembali kegiatannya menyembuhkan luka Megumi.

Sasori tak menemukan luka lagi di tubuh bagian atas Megumi. Sasori bertanya kepada Megumi, "Ada luka lain?"

"A-Ada." Megumi menjawab dengan gugup menahan malu.

"Dimana?"

"Di... D-Di.." Ingin menjawab, namun malu.

"Dimana?" Sasori mengalihkan pandangan, menatap Megumi. Ia melihat bahwa Megumi sepertinya ragu untuk menjawabnya.

"D-Disini.." Megumi menunjuk ke luka sayatan yang ada di paha kirinya. Sasori melihat ke arah yang ditunjukkan Megumi. Oh, pantas saja Megumi terlihat ragu menjawabnya.

"Tenang saja." Sasori meraih kain rok seragam Megumi. Ia diam sebentar, menimbang-nimbang apakah ia harus membukanya atau tidak. Tetapi pada akhirnya Sasori menyingkap rok Megumi.

Megumi ingin sekali berteriak karena malu, tetapi ia tahan.

Sasori diam sebentar. Ia terperangah melihat paha Megumi yang putih dan halus itu. Sasori menelan ludahnya. Ia tarik rambutnya sendiri untuk menyadarkannya kembali. Megumi hanya bingung melihat Sasori menarik rambutnya sendiri.

Sasori mulai meneruskan kegiatannya. Sesekali ia diam, meneguk ludah, tetapi ia bisa bertahan sampai semua luka di tubuh Megumi telah ia berikan pertolongan pertama.

Sasori ingat kalau ada memar di pipi Megumi. Ia mengalihkan pandangan kepada pipi Megumi, benar saja, ada memar.

"Preman itu memukulmu?" tanyanya.

"Ya."

Sasori tak bertanya lagi. Ia langsung menyentuhkan kapas basah ke memar di pipi Megumi. Megumi meringis.

"S-Sakit.." lirih Megumi. Tetapi tidak dijawab oleh kakaknya. Sasori tetap mengompres memar Megumi, kemudian menutupnya dengan kapas berplester.

"Beberapa hari kemudian, semua lukamu sembuh." Sasori memasukkan kembali obat-obat luka dan kapas ke dalam kotak, barulah ia bangun dan membawa kotak itu kembali ke tempatnya.

Megumi diam menatap Sasori yang berjalan menjauhinya. Megumi bangun, ia ambil semua seragamnya yang telah robek, kemudian berjalan menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Megumi merasa menyesal karena telah menyusahkan Sasori. Ia cemas.

.

.

Pada waktu makan malam, Sasori dan Megumi hanya saling diam saja. Megumi makin merasa cemas.

Setelah makan malam selesai, Megumi membereskan semua peralatan makan kemudian mencucinya. Setelah itu Megumi masuk ke dalam kamarnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Tugas Kimia menyulitkan Megumi. Ia tak mengerti. Sekalipun berkali-kali ia lihat rumus dan cara mengerjakan soalnya, ia tetap tidak mengerti karena caranya begitu rumit.

Sebenarnya ia ingin meminta bantuan kepada Sasori, tetapi ia takut Sasori masih marah kepadanya.

Megumi merenung. Tak lama ia bangun sambil membawa buku dan tempat pensilnya. Ia keluar dari kamarnya.

Megumi berjalan ke kamar Sasori. Ia diam sebentar. Tangannya hendak mengetuk pintu, tetapi ia tarik lagi tangannya karena cemas. Ia hendak mengetuk pintu kembali, tetapi tiba-tiba pintu terbuka.

Megumi spontan mundur ke belakang sampai menabrak dinding di belakangnya, ia melihat Sasori membuka pintunya dan berdiri di depan pintu.

"Apa?" tanya Sasori datar. Sepertinya ia tahu ada Megumi di depan kamarnya walau Megumi belum mengetuk pintu. Darimana ia tahu? Suara langkah kaki Megumi dan suara pintu kamar Megumi yang terbuka terdengar olehnya.

"A-Anoo...tidak..tak ada apa-apa." Megumi menggeleng. Ia mengurungkan niatnya meminta bantuan kepada Sasori.

Sasori melihat barang yang dibawa Megumi, ia mengerti sekarang apa mau Megumi. "Masuklah."

"Ha?"

"Akan kuajari."

"Eh?" Megumi masih bingung dan kaget.

"Kenapa?"

"Bukankah...nii-san sedang marah kepadaku?"

Sasori terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil. "Memang iya."

Megumi diam.

"Nii-san masih marah kepadamu karena kamu masih saja mengabaikan dirimu. Nii-san juga marah karena kamu berkelahi, padahal kamu perempuan. Nii-san juga marah kepadamu karena kamu luka-luka tadi. Nii-san marah karena kamu ceroboh. Dan Nii-san juga marah atas kebodohanmu menyakiti diri sendiri." Jawaban itu benar-benar menohok Megumi.

"Kamu menyusahkan Nii-san." Megumi menutup matanya rapat-rapat mendengar kalimat itu dari Sasori.

"M-Maaf. Aku...aku takkan mengganggu Nii-san lagi. Selamat ma-"

"Tapi Nii-san marah kepadamu bukan karena benci." Sasori memberi jeda. "Tetapi karena sayang."

Megumi terperangah. Ia merona melihat Sasori yang sedang tersenyum lembut kepadanya.

"Kamu menyusahkanku karena kelakuanmu. Tetapi Nii-san tak suka bila kamu pura-pura menjadi orang lain karena tak mau menyusahkanku. Nii-san tahu itu adalah sifatmu."

"Nii-san suka kepada sifatmu yang peduli kepada orang lain."

Megumi tersenyum cerah, "Jadi, Nii-san..."

"Tapi Nii-san tak mau kamu jadi terluka kembali. Sekarang Nii-san akan memperketat penjagaanku kepadamu." Sasori menyeringai kemenangan melihat wajah Megumi yang mulai kusut karena mendengar perkataannya.

"Yahh, Nii-saaaan..." Megumi merenggut.

"Ckck, tak ada keluhan lagi. Sekarang, ayo masuk. Akan kuajari tugasmu."

Megumi tersenyum, ia mengangguk. Megumi masuk setelah Sasori memberi jalan untuknya masuk ke kamarnya.

"Tetapi bersiaplah karena setelah ini Nii-san akan memberimu 'kuliah' spesial." Sasori tersenyum makin lebar. Megumi pucat. Itu berarti ia akan diceramahi dan disuruh melakukan hal yang menyusahkannya. Megumi pernah mengalaminya, saat ia habis manjat pohon dengan celana pendek, dan itu membuat Megumi kapok mengalami 'kuliah' ala Akasuna Sasori.

"Emmh, aku mau ke toilet sebentar." Megumi mencoba mengakali Sasori.

"Tidak. Di dalam kamarku ada pintu menuju kamar mandi, tak perlu kamar mandi di luar." Sasori menutup pintu kamarnya, kemudian menguncinya agar Megumi tidak kabur.

Ini akan jadi malam yang melelahkan bagi Megumi.

.

.

.

"Tulis kalimat 'aku akan menuruti semua perkataan Akasuna Sasori' di buku yang sudah Nii-san sediakan khusus untuk itu sampai 100 kali." Perintah Sasori.

"H-Hah? 100 kali?" Megumi tak yakin bisa melakukannya, atau lebih tepatnya, malas melakukannya.

"Kalau begitu, pilih. Mau menulis itu sampai 100 kali, atau menyimak ajaran dariku mengenai 'cara menjadi anak perempuan yang baik'?"

"Itu lebih parah.." gumam Megumi, tetapi masih bisa didengar Sasori.

"Kalau begitu, kerjakan." Sasori merasa sudah di atas angin. Ia tersenyum kemenangan.

"Ugh..apa tak ada yang lain?" Megumi masih mencari keringanan dari Sasori.

"Ada. Yaitu bermain simulasi menjadi anak perempuan yang baik, patuh, dan manis kepada kakaknya sendiri."

Astaga, apalagi itu.

"Sasori nii-san jelek.." tanpa sadar Megumi menggumamkannya. "Ups.." Megumi langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

Sayang sekali, ejekannya terdengar oleh Sasori.

"Hm? Begitu ya? Kalau begitu Nii-san akan memilih salah satu dari 3 pilihan tadi."

"Jangan!"

"Aku tak dengar." Sasori pura-pura tak mendengar. Dalam hati, ia tertawa. Ia merasa suka sekali menggoda Megumi dan membuatnya kesal.

"Aku bilang jangan!"

"Kupilih ya..."

"Tunggu!"

"Aku pilih..."

"TIDAAAAAAKKK!" Megumi langsung berteriak. Refleks Sasori menutup telinganya. Megumi menerjang Sasori. Ia pukul-pukul kecil bahu Sasori.

"Tunggu! Tunggu! Tunggu!"

"Tetap. Aku akan pilih."

"Jangan!"

"Kalau tidak, akan ada hukuman tambahan." Sasori menyeringai. Megumi bergidik. Ia rasa itu lebih buruk.

"Baiklah.." Megumi lesu. Ia pasrah saja.

"Nii-san pilih simulasi."

"HAAAAAHHH?!" refleks Sasori langsung menutup mulut Megumi menggunakan tangannya.

"Nanti tetangga mendengar." Tegurnya.

Megumi menepis tangan Sasori yang membuatnya sesak.

"Tapi..tapi...masa simulasi?" Megumi merajuk.

"Mari kita mulai." Sasori menyeringai.

"HUAAAAAA! –hmmph!"

.

.

.

"Ulangi lagi." Sasori duduk di tepi tempat tidur. Megumi berdiri di hadapannya dengan wajah menahan kekesalan.

"Sasori nii-san, Megumi-chan meminta pertolongan padamu. Tolong ajari PR-ku, ya?" Megumi berkata dengan nada dibuat manis dan tersenyum manis.

"Masih kurang." Sasori mulai tiduran santai di tempat tidur.

'Sabar. Sabar.' diluar ia tersenyum, di dalam Megumi menggerutu.

"Mananya yang kurang?"

"Pakai kalimat yang bagus." Sasori mulai memandang jahil kepada Megumi sambil tiduran di tempat tidur.

"Urgh!"

"Hm?"

"Eeh.. Dimana yang menurut Nii-san masih kurang?" tanya Megumi semanis mungkin yang ia bisa.

"Dimana ya? Lupa." Sasori pura-pura amnesia mendadak.

"Uuuurrrgghh! Nii-saaaaannn!" Megumi sudah habis kadar kesabarannya. Sebenarnya ia masih bisa bertahan, tetapi tatapan jahil dari Sasori membuatnya tak tahan. Ia menerjang Sasori dan memukulinya dengan bantal.

"Tak sakit tuh." Sasori tertawa. Megumi makin kesal.

"Nih!" Megumi mulai mencubit perut Sasori. Itu malah membuat Sasori tertawa makin keras.

"Hei! Geli!"

Megumi menggerutu tak jelas. Karena kesal sekali, ia ambil bantal kemudian ditumpuk di atas perut Sasori. Kemudian Megumi meniban Sasori. Tubuhnya menghadap ke atas.

"Nih! Nih!" Megumi mulai menekan tubuhnya supaya Sasori merasa keberatan.

"Kamu payah sekali." Remeh Sasori.

"Uuuurrggh!" Megumi mulai sewot sendiri. Sasori tertawa, ia tutup mulut Megumi menggunakan tangannya. Ia tarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh mereka.

"Panas, tahu!" Megumi memberontak. Sasori menahannya. Di dalam selimut, Sasori menggelitiki Megumi. Megumi mulai tertawa geli. Ia menggeliat.

"S-Sudah! Ampun! Sudaaaahh!"

Sasori tertawa, ia berhenti menggelitiki Megumi.

"Tidur saja disini." Sasori mengelus puncak kepala Megumi.

"Gak mau. Nantinya aku dijahilin sama Nii-san." Megumi cemberut seperti anak kecil.

"Kalau tidak nanti kugelitikki lagi, lho." Ancam Sasori.

"Iya iya! Gak deh! Aku tidur disini! Selamat tidur!" Megumi langsung menutup matanya. Walau ia merasa kepanasan karena seluruh tubuh mereka tertutupi selimut, tetapi karenanya, ia bisa terlelap dengan mudah.

Sasori sweatdrop melihat begitu cepatnya Megumi terlelap.

"Hei, PR-mu." Sayang sekali, Megumi sudah terlanjur nyenyak. Sasori menghela napas, ia mengacak-acaki rambut Megumi. Tetapi Megumi tidak bangun. "Aku saja yang mengerjakannya."

.

.

.

=Natsu: Selfneglect=

.

.

.

"Nanti sepulang sekolah, kita pulang bersama ya." Sasori berkata sebelum ia dan Megumi berpisah di pertigaan lorong sekolah.

"Ehm." Megumi mengangguk. Ia berjalan menuju kelasnya. Sasori pun berjalan ke kelasnya dengan arah yang berlawanan dari Megumi.

.

Sesampainya di kelas, ia disambut oleh Sakura dan Ino. Megumi tersenyum. Ia berjalan menuju bangkunya yang berada di sebelah Matsuri.

"Matsuri, ohayou." Sapa Megumi sambil menaruh tasnya di gantungan tas pada samping mejanya. Matsuri tersenyum sambil mengangguk.

"Ohayou."

Kemudian mereka berbincang-bincang ria.

Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa di kelas itu langsung duduk di bangku masing-masing. Tak lama kemudian, Kakashi masuk ke kelas dengan raut wajah lesu.

"Beri salam." Sasuke –yang merupakan ketua kelas, berdiri dari kursinya. Begitu pula dengan siswa-siswi lain.

"Ohayou, sensei." Mereka semua memberi salam sambil membungkuk hormat.

"Ohayou." Kakashi duduk di bangkunya yang berada paling depan dan menghadap semua siswanya.

Semua murid duduk kembali dengan rapi.

"Sensei kok lesuuuu? Ada apa? Anko-sensei nolak sensei lagi yaaa?" goda Naruto.

"Bukan, Naruto." Kakashi menaruh dagunya di meja.

"Lalu?"

"Sensei capek dihukum Ibu Kepala Sekolah." Jawabnya. Sejenak mereka terdiam, kemudian mereka mulai tertawa kecil.

"Tsunade obaa-chan ya? Memangnya hukumannya apa?" tanya Naruto.

"Kepala sekolah menghukumku untuk membersihkan ruang guru, ruang labor kimia, seluruh kamar mandi sekolah ini, dan aula olahraga."

Naruto dan Kiba terbahak-bahak mendengarnya. Sedangkan yang lain hanya tertawa dan tersenyum geli.

"Makanya, jangan membantah peraturan yang ditetapkan Tsunade-shisou!" Sakura menyeru.

"Bukannya sensei membantah, tapi sensei selalu telat karena ada alasan. Alasannya adalah karena sensei tersesat dalam jalan yang bernama-"

"Kehidupaaan!" Sakura, Ino, Naruto, Lee, dan Kiba dengan lantangnya menyela.

"Kami sudah hapal dengan alasan sensei yang tak beralasan!"

Kakashi mengangkat kepalanya, kemudian tertawa. "Ya, ya."

"Baiklah, semua yang ada disini hadir, Sasuke?" tanya Kakashi kepada Sasuke.

"Hadir." Jawab Sasuke, singkat.

"Bagus. Sekarang akan ada perubahan tempat duduk kalian."

"EEEEHHHH?" seluruh siswi di kelas itu protes. Sedangkan yang laki-laki (minus Sasuke, Gaara, Shikamaru, dan Shino) malah senyam-senyum senang.

"Dengan cara diundi dengan ini." Kakashi tak memedulikan protes dari semua siswinya. Ia menunjukkan kotak yang sudah diisi oleh secarik kertas-kertas bernomor.

"Bila kalian mendapatkan nomor yang sama dengan nomor teman kalian, berarti kalian sebangku. Contoh.." Kakashi menoleh ke arah Naruto. "Naruto, kesini."

"Ada apa, sensei?" Naruto dengan polosnya menghampiri Kakashi.

"Ambil sebuah kertas di dalam kotak ini." pinta Kakashi.

"Baik." Naruto memasukkan tangan kirinya ke dalam lubang di kotak. Tangannya mengambil secarik kertas, kemudian mengeluarkannya.

"Bukalah."

Naruto mengangguk, ia membukanya. "Nomor 8."

"Berarti kamu duduk di bangku kedelapan dari bangku kiri ujung di depan ini."

"Ooh."

"Jadi, misalkan salah seorang dari kalian mendapatkan nomor yang sama dengan Naruto, berarti kalian sebangku dengannya. Begitu juga dengan yang lainnya. Mengerti?"

"Mengerti, sensei."

"Nah, simpan saja kertas itu. Nomormu 8."

"Oke."

"Ayo, kalian semua, maju ke depan dan mengambil nomor kalian disini."

Mereka semua dengan tertib maju ke depan dan mengambil kertas mereka masing-masing. Setelah melihat nomor mereka, mereka mencari-cari pasangan mereka.

"AAAAHHH!" teriakan protes dari para siswi terdengar saat setelah mendapatkan pasangan duduknya.

Sedangkan para siswa diam tak berkomentar.

"Baiklah, tulis disini siapa yang mendapatkan nomor 1 dan seterusnya." Kakashi menunjuk ke arah papan tulis hitam di belakangnya.

"SENSEI! ULANGI LAGI UNDIANNYA!" protes para siswi.

"Tidak." Tolak Kakashi. "Ayo, dimulai dari nomor 1. Maju ke depan dan tulis dengan kapur ini." Kakashi mengulurkan tangannya yang membawa 2 buah kapur.

Mereka satu persatu maju ke depan.

Setelah selesai, beginilah hasil undian tempat duduk mereka.

1. Nara Shikamaru & Haruno Sakura

2. Inuzuka Kiba & Hyuuga Hinata

3. Rock Lee & Ichiraku Ayame

4. Akimichi Chouji & Uzumaki Tayuya

5. Sabaku no Gaara & Nohara Kurotsuchi

6. Uchiha Sasuke & Ryuuno Megumi

7. Aburame Shino & Senju Matsuri

8. Uzumaki Naruto & Nohara Rin

9. Yakushi Kabuto & Senju Shion

10. Senju Konohamaru & Yamanaka Ino

Dan murid-murid lainnya.

"TIDAAAAAAAAKK! SAKURA-CHAN DENGAN SI TUKANG TIDUR INIIIIII... –TTEBAYOOOOO!" Naruto berteriak dengan merdu(?)nya dan langsung kena geplakan dari Sakura.

"Sialan, teman sebangkuku si cerewet galak ini." gerutu Shikamaru.

Ayame pundung karena teman sebangkunya adalah Lee.

Kiba siul-siul tak jelas.

Hinata merengut karena ternyata ia tidak sebangku dengan Naruto.

Sakura dan Ino merengut karena mereka tidak sebangku dengan Sasuke.

Kurotsuchi tak menyangka bahwa ia harus sebangku dengan lelaki dingin.

Konohamaru lompat-lompat dalam kelas karena sebangku dengan gadis cantik, Ino.

Tayuya menggaruk-garuk meja karena sebangku dengan Chouji.

Chouji cuek dan melanjutkan makan keripik kentangnya.

Gaara mendengus karena tidak sebangku dengan Megumi.

Sasuke cuek.

Megumi menggerutu karena tak sebangku dengan Matsuri.

Sedangkan yang lain, tidak berkomentar karena mereka tak masalah sebangku dengan orang yang bukan mereka harapkan.

"Baiklah, silahkan pindah tempat ke bangku yang telah kalian dapat." Pinta Kakashi. Mereka mulai pindah bangku ke bangku lain.

Kemudian mereka duduk dengan rapi, sebagian dari mereka masih merengut kesal.

"Kita mulai pelajarannya. Kita tertinggal sehari pelajaran Matematika karena kemarin tidak belajar Matematika. Buka bukunya."

Mereka yang masih tak menerima undian tempat duduk itu, hanya bisa pasrah saja.

.

Megumi menatap horror soal Matematika di buku. Semakin bertambah bab pelajarannya, semakin sulit tingkatan kesulitan soalnya.

"Khh.." Megumi menggaruk pipinya menggunakan telunjuknya.

"Hn." Sasuke menggeser buku tulis miliknya ke dekat Megumi. Megumi menoleh, memandang bingung Sasuke.

"Salin semua catatanku. Kemudian kerjakan soal yang ada di buku Matematika." Jawab Sasuke yang mengerti arti pandangan Megumi.

"Oh." Megumi tersenyum senang. "Terima kasih, Sasuke."

"Hn." Sasuke kembali mengerjakan soal di buku tugasnya. Sementara Megumi mencatat semua rumus yang ada di buku catatan Sasuke.

Gaara melirik ke arah bangku Sasuke dan Megumi, ia tak suka Megumi sebangku dengan Sasuke.

Kurotsuchi suntuk karena duduk di sebelah Gaara. ia tadi sangat berharap sebangku dengan Kiba.

Naruto memandang sengit ke arah Shikamaru. Shikamaru cuek.

Sakura menggeplak kepala Shikamaru karena mencoba tidur di tengah pelajaran.

Shikamaru meringis sakit.

Kiba senyum-senyum ke arah Hinata.

Hinata melirik Naruto, sedih.

Sakura dan Ino saling memandang sengit karena mereka saling tahu bahwa mereka berdua sama-sama mengincar Sasuke.

Sementara yang lain masih fokus dengan soal mereka masing-masing.

Disaat muridnya sedang mengerjakan soal, Kakashi malah sibuk membaca buku novel Icha-Icha Tacticsnya.

.

.

Pelajaran Matematika selesai, diganti dengan pelajaran Bahasa Inggris oleh Shizune.

"Waah, pindah tempat duduk ya." Shizune menyadari murid-murid di kelas yang akan ia ajar berpindah tempat duduk. Ia tak terlalu kaget karena pelajaran sebelumnya di kelas itu adalah pelajaran Kakashi, wali kelas itu.

"Iya, sensei." Jawab seluruh murid, sebagiannya menjawab dengan lesu.

"Ooh. Soalnya memasuki musim panas sih." Shizune duduk di bangkunya.

"Baiklah, kalian buka bukunya."

Mereka membuka buku pelajarannya masing-masing.

.

"Nah, mengerti? Dapat itu semua?" Shizune bertanya sambil memandangi satu-persatu muridnya.

"Mengerti." mereka menjawab.

"Baiklah, sensei berikan kalian tugas kelompok sebangku. Sekaligus untuk mengakrabkan kalian kepada teman sebangku kalian." Shizune sengaja memberikan tugas seperti itu karena menyadari aura dari beberapa muridnya ke beberapa murid lainnya. Sepertinya sebagian dari mereka tak menerimanya, pikirnya.

"APAAAA?" protes dari sebagian anak siswinya.

"Tak ada protes. Ayo, dengarkan tugas kalian dari sensei. Kalau tidak mendengarkan, nilai kalian akan turun."

Mendengar itu, mereka langsung diam.

"Baiklah, tugas kalian adalah berdialog dengan teman sebangku dalam bahasa inggris. Dialog dibuat oleh masing-masing kelompok. Harus berbeda dari kelompok lain! Kalau tidak, sensei tidak menerima dialog kalian. Setelah dialog kalian selesai, besoknya kalian tampil di depan kelas!"

"Dialog temanya bebas?" Rin bertanya.

"Ya. Tetapi bukan tema dari dongeng anak-anak! Tidak boleh! Harus asli buatan kalian dan bukan tentang dialog tokoh-tokoh dari dongeng! Ingat, pakai bahasa inggris!"

Para siswi berteriak dalam hati, tentu sudah bisa diketahui siapa saja. Sedangkan lelaki hanya panas hatinya.

"Terus, genre ceritanya apa, sensei?" Shion bertanya.

"Genre? Emh, tunggu sebentar..." Shizune mikir-mikir dulu. Setelah mendapatkan, Shizune menjetikkan jari. "Aha, dialog kalian harus bergenre yang berat-berat!"

Makin susah saja tugasnya.

"Kalian harus sudah siap tampil di depan besok! Besok ada pelajaran bahasa inggris, kan?" Shizune menengok ke arah papan daftar pelajaran di dinding dekat papan tulis. "Ada. Jadi, harus sudah siap besok!"

"Iya, sensei." Mereka bertambah lesu.

Bel istirahat berbunyi, Shizune membereskan peralatannya. Begitu pula dengan murid-muridnya.

"Baiklah, silahkan istirahat." Shizune keluar dengan anggunnya dari kelas. Murid-murid hanya bisa pasrah.

"Tugas menyebalkaaa~n" gerutu Naruto.

"Apa? Tak mau duduk denganku? Karena aku bodoh? Tak cantik? Ha?" Tanya Rin sinis.

Naruto gelagapan, "Bukan begitu!"

"Yah, protes pun percuma. Lebih baik dijalankan." Shikamaru bangkit dari kursinya. "Kiba, Naruto, Shino, Gaara, Sasuke, ayo ke kantin."

Naruto, Shino, dan Kiba hanya mengangguk. Sementara Gaara dan Sasuke menolak.

"Aku sudah bawa roti kare." Gaara menunjukkan 4 buah roti karenya.

"Aku ingin membaca buku di kelas." Sasuke berkata.

"Aaa.. Rajinnya ketua kelas ini yaaaa..." goda Naruto.

"Pergilah ke kantin, dobe." Sasuke mendengus.

Naruto hanya cekikikan, ia menyusul yang lainnya.

"Permisi.. Megumi ada?" dari depan pintu kelas yang terbuka, muncul Konan bersama kesembilan Akatsuki yang lainnya.

"Konan-senpai!" Megumi yang baru mengeluarkan kotak bekalnya dari tas, melambai-lambaikan tangannya kepada Konan.

"Makan siang bersama kami di taman yuk!" ajak Konan. Megumi mengangguk.

"Hoo.. Rajinnya kau, otouto." Cibir Itachi dari depan kelas karena melihat Sasuke sedang membuka-buka buku sejarah.

"Berisik." Sahut Sasuke.

"Hoi, Gaar." Sapa Sasori.

"Yo, Sas." Sahut Gaara.

"Wah wah, Sasuke, Gaara, kalian ikut kami juga ya!" ajak Konan.

"Ha?" sahut Sasuke dan Gaara berbarengan.

"Makan siang bareng!"

Gaara mengendikkan bahu, "Aku tak masalah." Tandanya ia ikut.

"Aku mau baca buku." Sahut Sasuke cuek.

"Ckck, Sasuke, ikut!" Konan menghampiri Sasuke kemudian menarik tangannya.

"Huh, iya, iya." Sasuke berdiri sambil membawa bukunya.

.

.

"Sasu tumben ikut." Tobi terkekeh-kekeh, ia melepaskan topengnya.

"Hn." Sahut Sasuke cuek.

"Sasuke kok tidak bawa makanan?" tanya Konan.

"Tak ada niat makan." Jawabnya cuek sambil tetap membaca buku.

Megumi membuka kotak bekalnya, "Sasuke."

Sasuke meliriknya dari sudut matanya, "Apa?"

"Mau makan bersama?" Megumi menyodorkan bekalnya.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Hah?"

"Balasan karena kau sudah membantuku tadi." Megumi tersenyum ramah.

"Membantu?" tanya Sasori dan Gaara kompak.

Megumi menoleh, ia mengangguk. "Ehm. Sasuke memberikan catatannya padaku untuk kucatat. Berkat catatannya, aku bisa menyelesaikan soal Matematika di buku."

"Ooh."

"Tak perlu." Sasuke kembali membaca buku.

"Ayolah. Aku tidak bisa lega kalau kau tak mau menerima balasan terima kasihku ini." Megumi menggeser duduknya ke sebelah Sasuke yang duduk bersandar di bawah pohon. Mereka memang makan siang di bawah pohon karena teduh.

Sasuke menutup bukunya, kemudian menaruhnya di pangkuannya. Megumi meletakkan kotak bekalnya di antara mereka.

Sasuke pandangi bekal Megumi. Ia cukup tergiur melihat tomat ceri segar yang menjadi makanan sampingan dalam bekal Megumi. Bekal Megumi adalah nasi dengan daging sapi saus teriyaki dan telur rebus. Ada brokoli, tomat, wortel, selada, dan timun di dalam bekal Megumi.

"Ada sumpit?" tanya Sasuke.

"Eh? Sasuke mau?" Megumi sumringah.

"Hn. Ada sumpit?"

Megumi tersenyum, "Eng.." ia baru kebingungan sekarang karena tak ada sumpit untuk Sasuke. ia pandangi teman-temannya, mereka semua memakai sepasang sumpitnya masing-masing. Tak ada sumpit untuk Sasuke.

"Itu.. Ehh.."

"Pakai saja sumpitmu." Usul Sasuke.

"Sumpitku?"

"Kau bawa sumpit kan?"

"Iya, tetapi hanya sepasang."

"Tak apa-apa. Kita pakai berdua."

Megumi membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o' kecil, "Oooh.. Baiklah. Sasuke duluan saja yang mencicipi. Maaf bila tidak enak." Megumi menyodorkan sumpitnya.

"Hn." Sasuke mengambil sumpit Megumi, kemudian menjepit sebuah tomat ceri dengan sumpitnya. Ia memasukkan tomat itu kedalam mulutnya.

"Enak." Sasuke tersenyum kecil. Ia memang suka sekali tomat, apalagi sup tomat buatan Ibunya.

"Benarkah? Yang kau makan bukan masakanku." Megumi terperangah, memandangi Sasuke yang sibuk mengunyah tomat.

Sasuke meliriknya, "Tak peduli bila ini bukan masakanmu, kau pintar memilih tomat untuk dimakan."

"Eh? Darimana Sasuke tahu?"

"Aku sering memakannya. Aku tahu yang mana tomat dengan kualitas baik dan tomat berkualitas buruk."

"Sasuke suka tomat?"

"Hn."

"Kau mau kubawakan setiap hari? Lagipula kita teman sebangku." Tawar Megumi.

"Tak perlu merepotkan diri sendiri."

"Tidak kok. Aku suka seperti ini." Megumi tersenyum.

Sasuke mendengus, ia tersenyum kecil. "Terserahmu."

"Habiskan saja tomatnya. Oh ya! Cicipi juga ya dagingnya! Nasinya juga dimakan!"

"Kau tidak makan?"

"Sisakan aku."

"Hn." Sasuke melahap semua tomat yang ada dalam kotak bekal Megumi, kemudian melahap beberapa potong daging dan beberapa suap nasi.

"Sekarang kau yang makan." Sasuke memberikan sumpitnya kepada Megumi.

"Kau baru makan dikit."

"Bergiliran."

"Oh.. baiklah. Itu minumnya, bergiliran juga ya." Megumi menerimanya. Ia memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya dan satu potong daging ke mulutnya, kemudian wortel ia makan.

"Kyaaaaa...! Ciuman tidak langsung!" tiba-tiba Konan terpekik senang.

Megumi tersedak. Sasuke yang sedang meneguk beberapa tegukan air putih dalam botol minum Megumi, menyudahi acara minumnya dan memberikannya kepada Megumi. Megumi menerimanya, kemudian meneguknya beberapa kali.

"Apa maksudmu ciuman tidak langsung?" tanya Sasuke.

"Kalian memakai satu sumpit untuk berdua! Kyaaaa... Senangnyaaa~!" Konan sudah mirip seorang Fangirl sekarang.

Sementara Sasori dan Gaara melirik dingin ke arah mereka berdua, kemudian melanjutkan makan dengan gerakan lambat.

"He? Ciuman tidak langsung?" Megumi belum mengerti. Sementara Sasuke yang paham apa maksud Konan, hanya menjawab "Lalu?"

"Aah! Kelak kau akan tahu apa maksudnya, Megumi." Konan mengerdipkan matanya. Pein hanya mendengus geli melihat tingkah Konan.

Itachi hanya tersenyum kepada Sasuke. Sasuke sedikit merona malu karena Itachi melihatnya.

"Sudahlah, berisik. Itu tak berarti apa-apa. Makan saja." Sahut Sasori sambil memakan bekalnya. Sasuke memandang Sasori, entah apa yang ia pikirkan.

"Nanti bel masuk berbunyi. Cepat makan." Sambung Gaara.

"Oh ya." Konan buru-buru makan. Yang lain pun sama.

.

Mereka telah selesai makan. Bel belum berbunyi, masih ada waktu beberapa menit lagi. Mereka sedang duduk-duduk sambil mengobrol ringan di bawah pohon.

Sasuke mengambil bukunya kemudian kembali membacanya. Megumi memain-mainkan daun-daun pohon yang jatuh ke dekatnya. Sementara yang lain sedang mengobrol. Sasori dan Gaara tidak ikut-ikutan, mereka hanya diam. Kadang mereka melirik Sasuke dan Megumi.

"Megumi." Panggil Sasuke kepada Megumi.

"Ya?" sahut Megumi yang sedang merobek-robek daun tanpa menoleh kepada Sasuke.

"Kau pulang bersama siapa?" tanyanya.

"Nii-san."

"Maksudmu, Sasori?"

Megumi mengangguk.

"Oh." Sasuke tak bertanya lagi. "Sasori." Panggilnya kepada Sasori.

Megumi menoleh kepada Sasuke, "Eh?"

Sasori menoleh kepada Sasuke, diikuti yang lainnya.

"Apa?" tanya Sasori datar.

"Aku pinjam Megumi sepulang sekolah."

Megumi sedikit melebarkan matanya, "E-Eh? Apa?"

Sasori dan Gaara mengernyit.

"Apa katamu?" tanya Sasori.

"Kyaaaa... Sasuke mau kencan sama Megumiii!" Konan terpekik senang.

"Woaah, otouto." Itachi terperangah. Agak kaget karena ucapan adiknya.

"Walah walah, un." Deidara geleng-geleng kepala.

"Aku pinjam Megumi sepulang sekolah nanti, belum jelas juga?" ulang Sasuke datar.

"Apa maksudmu meminjamnya?" tanya Sasori sambil menyipitkan matanya.

"Mau kubawa ke rumahku." Jawabnya.

"Apa katamu? Mau apa kau, hah?" Sasori mulai terpancing emosi.

"Ada tugas yang harus kami kerjakan."

"Tugas? Kalian berdua?"

"Ya. Tugas kelompok teman sebangku. Keberatan?" tanya Sasuke.

Sasori menghela napas berat, "Kapan dikumpulkan tugasnya?"

"Besok."

"Dirumahku saja." Sasori keberatan membiarkan Megumi berada di rumah Sasuke.

"Kalau dirumahmu, aku tidak bisa leluasa mengerjakannya karena kau mengawasi kami. Apakah enak mengerjakan sesuatu di tengah pengawasan orang dalam suatu alasan yang tak masuk akal?" ucapan Sasuke benar-benar sinis.

Mereka mulai menyadari ada aura dingin di antara mereka.

"Tenang saja, Sasori. Aku juga ada di rumah." Itachi menenangkan Sasori.

"Hm." Sasori membuang muka dari Sasuke. Gaara hanya diam. Sasuke mendengus. Megumi hanya memandang Sasori dan Sasuke secara bergantian dengan polosnya. (atau bisa dibilang bodoh)

Bel masuk telah terdengar, mereka membereskan barang-barangnya dan pergi ke kelas.

Sasuke, Gaara, dan Megumi berjalan bertiga menuju ke kelas.

Gaara yang berada di sebelah Sasuke, berbisik kepada Sasuke dengan dingin.

"Jangan kau berbuat macam-macam kepada Megumi. Ingat itu."

Sasuke hanya meliriknya sekilas, tanpa menjawabnya.

"Oh ya, sekarang pelajaran apa?" suara Megumi memecahkan kesunyian.

Sasuke dan Gaara menoleh.

"Pelajaran sejarah." Jawab Gaara.

"Ooh. Pantas saja Sasuke membaca buku sejarah tadi." Megumi mengangguk-anggukan kepalanya, mengerti. Gaara menyipitkan matanya, tak suka Megumi memanggil nama Sasuke.

"Ada apa, heh?" Sasuke berbisik kepada Gaara.

Gaara meliriknya, ia berbisik dengan nada menekan.

"Kau mau ribut denganku?"

Sasuke mendecih, "Bertengkar adalah hal bodoh belaka."

Gaara memandang sengit kepada Sasuke. Sasuke memandangnya datar.

"Hei, ada apa?" tanya Megumi yang sadar karena dua teman sekelasnya itu malah berhenti berjalan dan saling pandang.

Seketika Sasuke dan Gaara menoleh.

"Ya?" Megumi memiringkan sedikit kepalanya, meminta jawaban.

"Tak ada apa-apa." Mereka menyusul Megumi yang berada beberapa meter di depan.

"Ohh."

.

.

.

=Natsu: Selfneglect=

.

.

.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Mereka yang ada di dalam kelas berketua kelaskan Sasuke, membereskan alat-alat tulisnya.

"Woy, Rin! Nanti kau ke rumahku, kerjakan PR Shizune-sensei!" Naruto berkata. Rin hanya mengangguk.

"Semuanya pada mau ngerjain PR-nya sepulang sekolah ya?" tanya Ino kepada yang lainnya. Mereka menjawab dengan gumaman.

"Aku saja yang buat dialognya, kau tinggal menghapalkan." Shikamaru berkata.

"Gak mau! Nanti dialognya orang ngantuk!" tolak Sakura.

"Sekarang, mau dikerjakan dimana?" tanya Kurotsuchi, malas.

"Di rumahku. Ikut aku." Gaara menjawab.

Mereka semua sudah punya rencana untuk mengerjakan tugas dari Shizune-sensei.

"Ayo, Megumi." Sasuke melenggang pergi.

"Uhm!" Megumi menyusulnya.

.

.

.

"Rumah Sasuke dimana?" tanya Megumi. Mereka menunggu di halte bis. Mereka akan naik bis ke komplek rumah Sasuke.

"Konoha utara." Jawabnya, singkat.

Megumi mengangguk paham.

Bis telah datang, mereka berdua masuk ke dalam bis. Bis kembali melaju jalan.

Mereka mencari tempat duduk. Banyak yang kosong. Mereka berdua memilih bangku paling belakang.

Para gadis anak sekolahan yang juga naik bis itu, memandangi Sasuke dengan pandangan tertarik. Wajar, Sasuke adalah pemuda tampan dengan rambut emo raven yang menambah kesan 'keren' dari Sasuke.

Megumi sweatdrop karena mereka semua melihatnya dengan tatapan 'haus darah'.

Sasuke terlihat cuek saja.

"Megumi." Panggilnya.

"A-Apa?" Megumi sangat berharap bahwa Sasuke tidak mengajaknya ngobrol. Bisa-bisa ia diterkam oleh para gadis buas yang duduk di bangku depan mereka.

"Kau biasa pulang dengan Sasori memakai apa?"

"Sepeda motornya."

"Berangkat sekolah pun sama?"

"Ya. Kadang bersama teman-temanku dan Konan-senpai."

"Apa Gaara pernah mengajakmu berangkat dan pulang sekolah bersama?"

"He?" Megumi bingung. "Tidak pernah."

"Apa saja yang Gaara lakukan kepadamu?"

"Ha? Ehh, biasa saja."

"Oh." Sasuke diam-diam tersenyum sinis. Cih, si rakun merah itu ternyata tidak pemberani kepada wanita yang disukainya.

"Kenapa Sasuke bertanya seperti itu?"

"Hanya bertanya saja."

"Ohh."

"Kau di rumah hanya bersama Sasori saja?"

"Untuk kali ini, iya. Soalnya orang tua Sasori nii-san sedang pergi agak lama dari rumah, katanya ada pekerjaan."

"Lalu, orang tuamu?"

Megumi terdiam.

Sasuke menyadari bahwa Megumi hanya diam saja. Maka, ia menoleh kepadanya.

"Ada apa?"

Megumi cepat-cepat memandanginya, "O-Oh, mereka tidak ada."

"Apa maksudmu?"

"Aku dibuang."

Sasuke tertegun, namun ia berusaha menutupinya. "Dibuang?"

"Mereka membuangku. Mereka memberikanku kepada keluarga Akasuna."

"Kenapa mereka membuangmu?"

"Mereka tidak mau merawatku karena keegoisan mereka untuk mengurus diri mereka sendiri."

Sasuke terdiam. Ia tidak pernah tahu masa kecil Megumi seperti itu.

"Kenapa mereka tahu keluarga Akasuna?"

"Karena dulunya kedua orang tua kandungku adalah sahabat kedua orang tua Sasori nii-san. Tapi orang tua nii-san tidak lagi mau menjadi teman orang tua kandungku lagi karena arah pergaulan mereka sudah mengarah ke hal yang tidak benar."

"Saat umur berapa kau dibuang?"

"Saat masih 6 tahun."

"Apa mereka orang tua kandungmu masih hidup sampai sekarang?"

"Entahlah. Tapi oji-chan pernah memberitahu kepadaku bahwa mereka pindah ke Kremlin."

"Kremlin? Rusia?"

Megumi mengangguk pelan. Tatapannya sendu.

Sasuke terdiam, kemudian menghela napas. "Orang tuamu benar-benar tidak bertanggung jawab."

Megumi tersenyum. "Sudahlah. Cerita lama, kok. Aku pun sudah tak memusingkannya lagi."

"Apa teman-teman sekelas sudah tahu?"

"Hanya beberapa. Sakura, Hinata, Ino, Rin, Naruto, Kiba, dan Gaara."

"Gaara sudah tahu?"

"Ya. Dia tahu dari Sasori nii-san. Kemudian Gaara bertanya kepadaku akan kebenaran cerita Sasori nii-san. Mereka berdua kan saudara sepupu."

Mereka kembali terdiam. Kemudian Sasuke bertanya kembali.

"Apa sekarang kau sudah bahagia bersama keluarga Akasuna?"

Megumi menoleh, tersenyum, kemudian menoleh kembali ke depan.

"Aku bahagia. Namun, aku tak mau berlama-lama lagi di rumah mereka."

"Kenapa?"

"Aku menumpang. Aku tidak mau menyusahkan mereka lebih lama lagi."

"Kurasa mereka sudah menerimamu sebagai anggota keluarga."

"Tapi, walaupun begitu, aku tetap tidak bisa."

Sasuke terdiam.

"Aku telah mengumpulkan uang untuk keluar dari rumah keluarga Akasuna. Diam-diam aku bekerja sambilan."

"Kenapa diam-diam?"

"Karena nii-san tak memperbolehkanku bekerja sambilan. Dia tahu niatku ingin keluar dari rumah."

"Kau bekerja sambilan dimana?"

"Aku menjadi petugas kasir di Konoha Departement Store, di toko penjual bahan makanan."

Sasuke membiarkan Megumi bercerita. Sesekali ia melihat ke luar, sudah sampai mana bis mereka. Mereka sebentar lagi sampai.

"Aku tidak bisa berlama-lama lagi disana. Aku telah lama sekali merepotkan mereka. Bila uangku telah terkumpul cukup banyak, aku akan menyewa apartement dan pindah kesana."

"Perempuan tidak baik tinggal sendiri di apartement. Tidak aman."

"Aku tahu, tapi aku tak punya pilihan lain. Keputusanku sudah bulat."

"Bagaimana dengan biaya sekolahmu?"

"Sekarang ini ditanggung oji-chan dan oba-chan. Tapi aku telah menabung untuk menanggung biaya sekolahku sendirian."

Sasuke terdiam, anak yang mandiri. Sasuke sedikit malu karena ia masih ikut orang tuanya. Sedangkan Megumi telah memutuskan untuk mandiri.

Telah ada pemberitahuan bahwa bis yang mereka tumpangi telah sampai di komplek perumahan tempat Sasuke tinggal. Mereka beranjak dari bis. Sasuke menanggung uang ongkos Megumi pula. Megumi tidak mau, ia bersikeras untuk bayar sendiri-sendiri saja. Namun, terlanjur. Sasuke telah membayarnya, juga ongkosnya pula.

"Sudahlah. Ayo kita ke rumahku." Ajak Sasuke. Megumi menurut saja. Mereka berjalan menuju rumah Sasuke.

.

Mereka telah sampai di depan rumah Sasuke. Rumah bertingkat dua yang sederhana dan terlihat nyaman untuk ditempati. Ada taman kecil di depan rumah, disana ditanami bermacam-macam bunga. Megumi tersenyum, ia pandangi bunga-bunga itu sambil menunggu Sasuke mengambil kunci rumah di tempat yang tersembunyi.

Sasuke telah membuka kunci pintu rumahnya. Ia menoleh kepada Megumi berada. Ia menghampiri Megumi.

"Itu bunga-bunga peliharaan kaa-san. Kaa-san menyukai bunga." Jelasnya.

Megumi menoleh, kemudian mengangguk sambil tersenyum.

"Ayo masuk." Ajak Sasuke. Megumi mengangguk. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah Sasuke.

"Permisi." Megumi malu-malu masuk ke dalam rumah Sasuke. Sasuke mengangguk sambil melepaskan sepatunya, kemudian di taruh di rak sepatu dekat pintu. Megumi pun menaruh sepatunya disana.

Sasuke memakai sandal rumahan berwarna raven dengan ada di namai nama 'Uchiha Sasuke' dengan warna putih agar tulisannya terlihat. Sepertinya sandal itu khusus dipakai untuk Sasuke. Megumi pun melihat sandal-sandal lain di rak berisikan sandal rumahan. Ada 'Uchiha Fugaku' berwarna coklat, 'Uchiha Mikoto' berwarna biru langit, 'Uchiha Itachi' berwarna hitam, dan 'Uchiha Obito' berwarna oranye.

"Tobi-nii juga tinggal disini?" tanya Megumi sambil memakai sandal rumahan khusus untuk tamu, warnanya krem. Sasuke mengangguk.

"Si Tobi itu membuat rumah yang tenang ini menjadi ramai."

Megumi tersenyum.

Sasuke mengajaknya ke dalam kamarnya yang ada di lantai 2. Mereka naik ke atas tangga.

"Itachi-nii sudah pulang?" tanya Megumi.

"Kau lihat sandalnya di rak, kan? Dia belum pulang." Jawabnya sambil menaiki tangga. Megumi berada di belakangnya, ia juga menaiki tangga.

"Tobi-nii?"

"Kalau sandalnya disana lengkap, berarti belum pulang."

"Kenapa?" Mereka berdua telah sampai di lantai 2. Megumi mengikuti Sasuke dari belakang. Mereka berjalan di koridor. Disana ada pintu-pintu yang sepertinya adalah kamar. Di pintu, tergantung papan nama berukuran sedang bertuliskan nama Sasuke, Itachi, dan Obito. Kamar Sasuke ada di antara kamar Itachi dan Obito (Tobi). Di ujung koridor sebelah kamar Itachi, ada dua pintu lagi.

Sasuke membuka kunci kamarnya, "Palingan mereka ada pertemuan Akatsuki."

"Ooh. Oh ya, dua pintu lagi di sebelah kamar Itachi-nii itu kamar siapa?" tanya Megumi.

"Di sebelah kamar Itachi nii-san itu kamar tamu. Yang paling ujung itu kamar mandi."

Megumi mengangguk-angguk paham. Sasuke membuka pintu kamarnya.

"Masuklah." Sasuke mempersilahkan Megumi masuk.

"Ehh, tuannya dulu dong yang masuk." Megumi tersenyum malu-malu. Sasuke menghela napas, ia masuk duluan.

"Permisi." Kemudian Megumi masuk dengan malu-malu. Sasuke menutup pintu kamarnya. Ia berjalan ke meja belajarnya, meletakkan tasnya di atas meja.

Dekorasi kamar Sasuke sama dengan kamarnya, serba biru gelap padu hitam. Namun kamar Sasuke masih bergaya kamar anak laki-laki. Ada poster bertuliskan bahasa asing, mungkin jerman, di dinding. Kemudian ada figura dinding, di dalamnya ada piringan yang biasa dipakai gramaphone. Namun warnanya emas. Di pojokan kamar samping pintu geser kaca bening, pintu menuju balkon kamar, ada sebuah gitar listrik. Di pintu geser kaca itu, ditutupi tirai putih yang tembus pandang. Gorden berwarna biru gelap terbuka, sehingga cahaya matahari masuk ke dalam kamar.

Megumi melihat-lihat kamar Sasuke. Sasuke sedang menaruh meja berbentuk persegi panjang dengan ukuran sedang di dekat pintu balkon, kemudian menaruh dua buah bantal duduk disana.

Megumi melihat ke lemari dengan pintu kaca, disana ada sebuah gitar, namun bukan gitar elektrik. Disampingnya, ada dua buah kotak gitar. Di rak dalam lemari itu, di atas gitar dan kotak-kotaknya, ada banyak piala-piala juara dan piagam di figura disana. Semuanya adalah penghargaan kejuaraan milik Sasuke, dan itu semuanya sebagian besar adalah dari kejuaraan musik band dan solo. Tapi ada juga yang dari lomba pendidikan. Megumi berdecak kagum karena kebanyakan disana adalah penghargaan untuk juara 1 dan 2.

"Duduklah." Pinta Sasuke.

Megumi menoleh, kemudian tersenyum sambil mengangguk. Ia berjalan menuju bantal duduk di samping meja yang disediakan Sasuke, kemudian duduk disana. Kedua bantal duduk itu diletakkan berhadapan.

Megumi menaruh tasnya di sampingnya. Ia menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Ia lihat tempat tidur Sasuke untuk satu orang itu, sprei kasur dan bantalnya berwarna hitam, namun selimutnya berwarna biru gelap. Disamping kiri tempat tidur ada sebuah meja kecil yang diatasnya ada sebuah lampu meja yang modelnya modern berwarna putih dan sebuah jam alarm digital. Di samping kanan tempat tidur hanya ada sebuah rak buku dengan model yang modern, kotak-kotak.

Di samping meja kecil itu, ada meja belajar.

Megumi menoleh ke belakang karena Sasuke berjalan ke belakangnya. Terlihat olehnya, Sasuke membuka pintu geser kloset yang berisikan pakaian-pakaian Sasuke. Tahu bahwa Sasuke hendak berganti pakaian, Megumi buru-buru menghadap ke depan kembali.

Beberapa saat kemudian, Sasuke telah selesai berganti pakaian dengan pakaian biasa. Sasuke mengenakan t-shirt plos berwarna hitam dengan celana pendek mencapai dengkul berwarna hitam pula. Ia bertanya kepada Megumi.

"Kau mau minum apa?"

Megumi menoleh, kemudian menolak dengan sopan. "O-Oh, tak perlu repot-repot."

"Kalau begitu, cola zero dingin saja." Tanpa memedulikan penolakan Megumi, Sasuke berjalan keluar kamar menuju dapur.

"Eh, tunggu-" Namun Sasuke telah menutup pintu kamar, ia telah keluar. Megumi menghela napas berat. Ia tahu bahwa Sasuke memang keras kepala.

Sementara ia menunggu, ia membuka tasnya. Ia mencari ponselnya, kemudian mengambilnya. Ia menyalakan ponsel flipnya berwarna putih dengan hiasan gantungan berbentuk kanji '恵み' (Megumi) berwarna perak.

Setelah dinyalakan, banyak pesan masuk.

He? Dari Sasori nii-san, Konan-nee, dan Gaara?, batinnya, bingung. Kalau pesannya dari Sasori, ia mewajarkannya, tapi dari Konan dan Gaara?

Ia membuka pesan dari Sasori, ada 4 pesan.

From: Sasori nii-san

For: Megumi

Subject: none

14:30

Megumi? Kau ada dimana? Sudah pulang sekolah?

Megumi menghela napas, ia sudah menduga ini. Ia membuka pesan kedua dari Sasori.

From: Sasori nii-san

For: Megumi

Subject: none

14:35

Kau sedang bersama Sasuke? Sekarang kau sedang dimana? Naik apa kesana?

Megumi membuka pesan ketiga.

From: Sasori nii-san

For: Megumi

Subject: none

14:40

Kau pulang kapan? Jangan lama-lama, hanya mengerjakan tugas saja. Setelah itu langsung pulang. Nii-san ada pertemuan dengan Akatsuki. Kalau sudah selesai, nii-san akan meminta Itachi mengantarmu pulang. Jangan Sasuke yang mengantarmu.

Megumi membuka pesan keempat, terakhir dari Sasori.

From: Sasori nii-san

For: Megumi

Subject: none

14:42

Kalau Sasuke macam-macam kepadamu, langsung telepon nii-san. Jangan dimatikan handphonemu. Kalau Sasuke ada yang aneh-aneh kepadamu, kau jangan mau. Mengerti?

"Iya, nii-san..." Megumi menghela napas. Kakaknya ini kenapa sih? Kan hanya sesama teman sekelas dan hanya mengerjakan tugas. Ia membalas pesan kakaknya, kemudian lanjut membuka pesan dari Konan. Ada satu pesan.

From: Konan nee-chan

For: Megumi kohaiku sayaangg... ;D

Subject: Apa aja deh! ^-^v

14:50

Megumiiii~! Kamu sedang bersama Sasu, ya? Wah wah, yang lama-lama aja ya disana! Nee-chan lihat Sasori mengirimimu banyak pesan, dia terlalu berlebihan ya. Nanti aku bujuk Sasori, kalau kamu aman-aman aja bersama Sasu.

Oh iyaaaa... Kami semua ada pertemuan Akatsuki nih. Nee-chan pengennya nyusul kamu di rumah Sasu, tapi gak bisa.

Setelah pulang dari rumah Sasu, nanti cerita-cerita ya, apa aja yang kamu lakukan dengan Sasu disana lewat e-mail! Kamu buka notebook nanti malam ya! Tapi jangan sampai ketahuan Sasori!

Udah, cuma itu aja. Nee-chan diawasin sama Sasori nih. Nee-chan udah jaga jarak dari dia, jadi dia gak bakal baca pesan yang kutulis untuk kamu. Kayaknya dia curiga sama nee-chan. Jadi, gak bisa lama-lama. See you!

Megumi sweatdrop membaca pesan Konan. Ia membalas pesan Konan, kemudian lanjut membaca pesan Gaara.

From: Sabaku no Gaara

For: Ryuuno Megumi

Subject: none

14:56

Kau sekarang sedang di rumah Sasuke, ya? Kalau ada apa-apa, beritahu aku lewat pesan. Kau mau aku jemput nanti dari sana?

Megumi bingung kenapa Gaara mengirimi pesan seperti itu. Tapi ia balas juga pesannya.

For: Sabaku no Gaara

From: Ryuuno Megumi

Subject: none

15:03

Ya, aku sedang berada di rumah Sasuke. Aku tak apa-apa kok. Ya, nanti aku kirim pesan kepadamu kalau ada apa-apa. Kau tak perlu repot-repot menjemputku, bukankah Gaara sekarang bersama dengan Kurotsuchi-kun?

Megumi mengirim pesannya. Tak lama, datang balasan pesan dari Gaara. Sedangkan dari Sasori dan Konan belum, mungkin karena sedang ada pertemuan Akatsuki.

From: Sabaku no Gaara

For: Ryuuno Megumi

Subject: none

15:04

Kami sudah selesai membuat dialognya. Kurotsuchi sedang menghafal dialognya.

Megumi terbelalak karena cepat sekali Gaara dan Kurotsuchi membuat dialognya. Baru satu jam setelah pulang sekolah. Ia membalasnya, kemudian mengirimnya.

For: Sabaku no Gaara

From: Ryuuno Megumi

Subject: Apaa?

15:05

Hei, kalian cepat sekali sudah selesai membuat dialognya! Kami saja belum! Apa kau sudah hafal dialognya?

Datang balasan dari Gaara.

From: Sabaku no Gaara

For: Ryuuno Megumi

Subject: none

15:05

Aku sedang menghafalnya. Kalian belum membuatnya? Kalian sedang apa disana?

Megumi membalasnya.

For: Sabaku no Gaara

From: Ryuuno Megumi

Subject: none

15:06

Ayo hafalkan dulu! Nanti saja ngobrolnya! Ya, kami belum membuatnya. Sasuke sedang mengambil minum.

Tiba-tiba ponselnya direbut. Megumi menoleh, Sasuke lah yang merebutnya. Di meja, sudah ada cola zero dingin untuk dua orang.

"Eh? Tunggu, Sasuke!" Megumi mencoba mengambil kembali ponselnya, namun Sasuke tidak memberikannya. Sasuke membaca semua pesan yang baru masuk di ponsel Megumi. Ia menyeringai saat membaca pesan dari Sasori dan Gaara. Ia melihat, sepertinya Megumi dan Gaara sedang saling berkirim pesan.

Ia mengambil alih mengirim pesan untuk Gaara.

For: Sabaku no Gaara

From: Uchiha Sasuke

Subject: Mau apa kau?

15: 10

Oi, kau mengganggu. Jangan kirim pesan lagi kepada Megumi. Kau urusi saja tugasmu sendiri dengan Kurotsuchi.

Gaara membalasnya.

From: Sabaku no Gaara

For: Uchiha Sasuke tolol

Subject: Diam kau

15:11

Kau mengambil ponsel Megumi, huh? Kembalikan, bodoh. Berisik, kau bukan Megumi, kan? Jadi, kau tak perlu banyak protes kepadaku.

Sasuke membalasnya.

For: Sabaku no Gaara brengsek

From: Uchiha Sasuke

Subject: Aku punya hak

15:11

Cih, kau pun banyak protes. Aku hanya meminjamnya sebentar karena kau mengganggu keasyikan kami. Kau ingin tahu apa yang kami lakukan di rumahku, hanya kami berdua saja, hn?

Tak lama, balasan dari Gaara datang dengan cepat.

From: Sabaku no Gaara

For: Sasuke brengsek

Subject: Ultimatum

15:12

Brengsek kau, Uchiha. Jangan kau apa-apakan dia, atau kau tahu akibatnya.

Sasuke tertawa sinis, ia membalasnya.

For: Rakun sialan

From: Your class leader

Subject: Ultimatummu tidak berguna

15:13

Cih, kau terlalu cepat 100 tahun untuk mengancamku. Diam kau, Sabaku. Aku dan Megumi sedang sibuk. Aku akan menghapus semua pesan kita dan mematikan ponsel Megumi. Sampai jumpa, rakun sialan.

Berakhirlah pembicaraan mereka berdua via pesan singkat.

Sasuke menghapus semua pesannya dengan Gaara dari ponsel Megumi, mematikan ponselnya, kemudian mengembalikannya kepada Megumi yang terlihat bingung.

Sasuke yakin disana Gaara sedang memaki-maki dirinya.

"Apa yang kau lakukan kepada ponselku?" Megumi menyalakan ponselnya kembali, kemudian melihat-lihat isinya.

"Tak ada. Matikan kembali ponselmu. Bila ada pesan masuk atau telepon, bisa mengganggu." Pinta Sasuke.

Megumi mengangguk, kemudian kembali mematikan ponselnya. Ia menyimpannya dalam saku roknya.

"Bisa kita mulai?" Sasuke telah siap dengan buku-bukunya. Megumi pun telah siap.

"Ya!"

.

"Shizune-sensei meminta dialog dengan genre yang berat, apa kau punya ide?" Sasuke menanyakan kepada Megumi.

"Umm..." Megumi berpikir. "Oh! Bagaimana kalau tentang perang?"

"Perang?" Sasuke heran kepada Megumi. Megumi adalah seorang perempuan, namun memilih genre seperti itu?

"Iya! Dialog yang diminta Shizune-sensei kan hampir menyamai drama, jadi..."

"Tapi aku tak begitu tertarik dengan dialog perang. Lagipula, apa isi dialognya bila bergenre perang?" Sasuke memotong ucapan Megumi.

"Umm..." Megumi berpikir kembali. "Isi dialognya tentang dua orang sedang berdiskusi strategi perang?"

"Itu namanya genre suspense. Ah, entahlah." Sasuke tak begitu tahu tentang hal seperti ini.

Megumi memikir-mikir kembali genre yang lain.

"Bagaimana kalau tentang dua pemusik sedang berdebat?" Sasuke memberikan idenya.

"Pemusik?" Megumi antara setuju dan tidak setuju dengan ide Sasuke. "Aku tidak begitu tahu tentang musik."

"Kalau begitu aku saja yang membuat dialognya."

"Tapi itu namanya tidak adil."

Sasuke menghela napas, ia kembali berpikir kembali.

"Kalau tentang dua orang berdiskusi untuk keluar dari tempat yang menyesatkan dan membahayakan jiwanya, bagaimana?" usul Sasuke, lagi.

"Boleh saja. Aku mau!" kebetulan Megumi memang tertarik dengan hal berbau seperti itu.

"Tempat yang berbahaya itu adalah sebuah laboratorium kepunyaan professor psikopat yang hendak melakukan percobaan membuat makhluk aneh kepada manusia. Manusia-manusia ditangkap, kemudian dijadikannya bahan untuk penelitiannya. Ceritanya kita ini termasuk dalam daftar-daftar manusia-manusia yang akan dijadikan bahan percobaan. Sebelum kita mendapat gilirannya, kita berdiskusi untuk merundingkan cara keluar dari tempat itu, kemudian keluar dari sana. Kita berhasil keluar dari sana. Tapi ternyata sel-sel percobaan buatan professor itu sudah menginfeksi kita, sehingga kita menjadi manusia yang mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Bagaimana dengan itu?" jelas Sasuke.

Megumi mengangguk. Ia menerimanya.

"Baiklah, ayo kita buat. Nama tokohnya pakai nama sendiri saja?" tanya Sasuke.

"Pakai nama sendiri saja. Ribet bila pakai nama yang lain."

"Hn."

Mereka mulai merangkai dialog mereka.

.

"Inilah hasilnya." Sasuke memandangi dialog mereka yang telah jadi. Megumi pun memandangi dialog mereka.

"Apakah ini bagus?" tanya Megumi.

"Entahlah. Yang penting, kita telah berusaha."

"Mmn. Ayo kita hafalkan dan berlatih dialognya."

"Hn."

.

.

.

"Otouto?" Itachi membuka pintu kamar Sasuke, ia melongokkan kepalanya ke dalam.

Sasuke menoleh kepada Itachi. Sedangkan Megumi tertidur dengan menangkupkan kepala kepada kedua tangannya di atas meja. Otaknya yang telah bekerja keras sejak tadi, membutuhkan istirahat. Ia tertidur di tengah-tengah Sasuke sedang berdialog.

"Megumi sedang tidur?" tanyanya. Itachi melihat, Megumi yang sedang terlelap disana. Sasuke mengangguk.

"Dia kelihatannya lelah setelah menggunakan otaknya sejak tadi." Sahutnya.

"Bagaimana ini? Sasori memintaku untuk mengantarnya pulang." Itachi menjadi bingung sendiri.

"Apa Sasori ada disini?" tanya Sasuke.

"Sebentar lagi dia kesini."

"Bukankah dia memintamu mengantar Megumi pulang? Kenapa dia kesini?"

"Entahlah. Biarkan saja."

Sasuke mendecih kesal.

"Kau kenapa otouto?" Itachi bertanya.

"Tak ada apa-apa. Apakah tou-san dan kaa-san sudah pulang?" Sasuke bertanya.

"Nii-san telah menelepon mereka tadi. Mereka bilang, mereka akan sampai disini di waktu makan malam. Mereka dalam perjalanan pulang."

"Oh."

Itachi masuk ke dalam kamar Sasuke, kemudian menutup pintu.

Ia berjalan mendekati Sasuke dan Megumi. Ia duduk di dekat Megumi sambil mengamati Megumi.

"Dia pulas sekali." Ujarnya saat mendengar dengkuran halus yang damai dari Megumi.

"Hn." Sahut Sasuke sambil meminum sodanya.

Itachi melihat dialog Sasuke dan Megumi, "Tugas kalian sudah selesai?"

"Hn. Tinggal tampil ke depan kelas besok."

Itachi mengangguk.

Tak lama, terdengar suara bel rumah ditekan.

"Itu pasti Sasori." Itachi berjalan keluar dari kamar, menuju lantai satu. Ia berjalan ke pintu depan.

Sasuke mendecih sinis. Entahlah, mengapa ia begitu kesal.

Itachi membukakan pintu. Benar, yang datang adalah Sasori.

"Mau melihat Megumi?" tanya Itachi.

"Lebih tepatnya, membawanya pulang." Sahut Sasori.

"Masuklah." Itachi mempersilahkannya masuk. Sasori mengangguk, ia masuk. Ia membuka sepatunya dan memakai sandal untuk tamu.

"Dimana dia?" tanya Sasori sambil melihat ke sekitar ruang tengah.

"Di lantai 2, di kamar Sasuke."

Sasori sedikit mengernyit tidak suka karena adiknya berada dalam kamar anak laki-laki. Ia tahu bahwa sebelum mereka berdua datang, di rumah ini hanya ada Sasuke dan Megumi berdua saja.

Sasori dan Itachi naik ke lantai 2, kemudian berjalan ke kamar Sasuke.

Sesampainya di kamar Sasuke, Sasori masuk ke dalam dan langsung menghampiri Megumi. Diam-diam, Sasuke menyeringai sinis. Itachi masuk ke dalam, ia menyadari seringaian Sasuke. Ia tahu mengapa Sasuke menyeringai, namun ia memutuskan untuk diam saja.

Sasori melihat, Megumi sedang terlelap.

"Dia kelelahan setelah kami berdua selesai dengan tugas." Jelas Sasuke. Sasori meliriknya, kemudian kembali melihat kepada Megumi.

"Megumi, bangunlah. Ayo kita pulang." Sasori mengguncang-guncangkan bahu Megumi, pelan. Megumi mengerang sebentar, kemudian mengangkat kepalanya, menoleh kepada Sasori. Ia mengucek-ucek matanya.

"Nii-san?" tanyanya.

Sasori tersenyum, "Ayo pulang."

"Hm? Eh, tugas!" Megumi menoleh kepada Sasuke saat teringat pada tugas mereka.

"Sudah selesai. Kita tinggal tampil saja." Jawab Sasuke yang tahu maksud Megumi.

"Ooh." Megumi tersenyum. "Terima kasih. Maaf sudah merepotkan."

"Tak apa-apa."

Megumi membereskan barang-barangnya, kemudian berdiri bersama Sasori dan Sasuke. Mereka bertiga menyusul Itachi yang telah keluar lebih dulu dari kamar Sasuke.

.

.

Megumi memakai helm yang diberikan Sasori. Mereka berdua pulang memakai motor sport Sasori.

"Jaa ne!" Megumi pamit sambil duduk di atas jok motor. Ia berpegangan kuat-kuat kepada Sasori karena tahu bahwa nantinya Sasori akan menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Itachi mengangguk sambil tersenyum. Sasuke hanya diam saja. Sasori yang tidak memakai helm, meliriknya dari sudut matanya. Mereka berdua saling pandang.

"Ayo, nii-san." Ucapnya kepada Sasori.

Sasori mengangguk. Ia menjalankan motornya. Tepat dugaan, motornya dijalankan dengan cepat alias ngebut.

Besok, Sasuke dan Megumi akan tampil ke depan kelas bersama yang lainnya.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

A/N: Chap ini selesai, tunggu saja chap berikutnya.

Mind to Review?