Tittle : Why not me ?
Cast :
Oh Sehun
Kim Jongin
Xi Luhan
Etc Other cast
Warning : BL, HunKai, HanKai, typos merajalela, cerita abal dan maksa :D
Disclaimer : Cast disini milik orangtua, keluarga dan agency mereka, saya Cuma pinjem nama mereka buat di nistain ajah ^^
Don't like Don't read
NO SIDER, No Bash.
Jika ga suka sama cerita ini tinggal mengklik close pada computer kalian.
.
Happy
.
.
Reading XD
.
.
Jongin menatap malas Sehun yang sedari tadi sibuk mewarnai buku cetak sejarahnya dengan spidol merah, mendengus kesal kala suasana hening dan mencekam terasa di sekitar mereka.
"Hun." Panggil Jongin pelan tapi tak membuat mata Sehun beralih dari buku itu menjadi menatapnya.
"Hn."
"tipe idel wanita mu seperti apa eoh ?" tanya Jongin lagi dan sukses membuat Sehun mendongak dan menatapnya kesal.
Menghela nafasnya pelan dan mendengus.
"kumohon Jong berhenti menjodoh jodohkanku dengan para gadis berisik itu." Ucap Sehun dingin membuat Jongin mempoutkan bibirnya kesal.
"lalu kau mau sampai kapan sendiri ? ingat umur Hun." Sehun merengut kesal, Sehun paling sensitive di singgung masalah umur.
Umur mereka memang terpaut hanya sedikit tapi mengapa disini Sehun terlihat lebih tua dari Jongin ? nyatanya Jongin lah yang lebih tua dari Sehun.
"jangan asal bicara Jong, kau lebih tua dari pada aku."
"hanya 4 bulan."
"tetap saja." Jongin kembali menghela nafasnya pelan dan menduduknya bokongnya pada karpet biru di lantai kamar Sehun.
Membuka buka ponselnya dan tersenyum.
"kau menyukai pria ya ? Kyungsoo sunbaenim cantik." Ucap Jongin membuat Sehun kembali menghela nafasnya walau Jongin tak melihat itu.
"atau Tao ? kau kenal kan ? bahkan di sekolah kita sudah ada HunTao shipper Hun." Sehun menatap malas Jongin, mengusap wajahnya kasar dan memutar posisinya menjadi tertelungkup dan menghirau kan Jongin.
"atau Kim seongsaenim ?"
'Bruuk'
"aaw… sakit bodoh."
"kau gila ya." Jongin menatap tajam Sehun yang seenak jidatnya melempar dengan buku cetak sejarah yang super tebal dan tepat mengenai kepala indahnya, kalau ia gegar otak memangnya Sehun mau tanggung jawab.
"aku masih waras dan kau bisa membuat ku gila dengan lemparan buku ini." Jongin langsung melempar balik buku tebal itu kearah Sehun yang memang dalam posisi siap dan menangkapnya dengan mudah.
"Jongin-ah, kau ingin makan malam ? hari ini umma buatkan kau ayam panggang." Mata Jongin berbinar imut mendengar suara teriakan ibu Sehun dari lantai bawah.
Jongin tersenyum kearah Sehun tapi Sehun hanya menatapnya datar.
"nanti kita lanjutkan Hun, masih banyak yang akan ku katakan padamu."
"aku tidak perduli." Jawab Sehun dingin dan ketus membuat Jongin mempoutkan bibirnya kesal dan melepar ponsel Sehun yang berada di dekatnya.
'Tuk'
"Awww… ponsel ku, errr Jong –." Terikan Sehun terhenti saat tidak melihat Jongin di kamarnya, Jongin sudah melesat turun kebawah menemui ibunya.
Jongin dan Sehun sudah bersahabat sejak lama dan itu berdampak pada keluarganya, sang ibu yang sudah menganggap Jongin anaknya pun sering merenggek pada Sehun untuk menjemput Jongin dan membawanya kerumah hanya untuk sekedar menonton tv bersama atau membuat Sehun kesal.
Rumah mereka hanya terpaut beberapa blok saja tapi sikap overprotective dari sang ibu membuat Sehun harus mati matian belajar mengendarai mobil yang baik dan benar hanya untuk menjemput Jongin.
Sehun mengelus kepalanya akibat lemparan iPhone yang tepat mengenai keningnya, menghela nafas pelan dan kembali perasaan kesal menyelimuti dirinya.
Sejak Sehun resmi berpisah dari kekasihnya satu tahun lalu Jongin gencar gencarnya mengenalkan Sehun pada semua gadis di dekatnya dan Jongin sama sekali tidak menyadari Jika Sehun itu menyukai namja cantik.
Sehun hanya sedikit pusing dengan sifat perempuan yang cerewet melebihi ibunya, cukup ibunya saja yang sukses membuat telinga Sehun berdenggung setiap harinya.
"Hei anak malas, mau sampai kapan kau bergelung di tempat tidur." Sebuah suara di depan pintu membuat Sehun menoleh, mendapati Jongin yang sedang membawa nampan dengan serbet makan yang melingkar bukan di tempatnya.
Sehun mengelus puncak kepalanya dan meringis sakit membuat Jongin menatapnya khawatir lalu menghampiri Sehun.
"sakit ya ?" ucap Jongin setelah meletakan nampan makanan itu di meja nakas samping tempat tidur Sehun.
"ssh… mengejek eoh ?" Jongin ikut mengelus puncak kepala Sehun dan membuat Sehun meringgis.
"Sehun, maafkan aku… aku benar benar tidak bermaksud melukaimu." Ucap Jongin dengan nada seperti orang ingin menangis membuat Sehun mengerutkan keningnya dan tersenyum, mudah sekali anak ini di kerjai.
"aku baik baik saja." Jongin mendongak kan kepalanyaa dan menatap Sehun yang sedang menaik turunkan alisnya membuat Jongin mendengus kesal.
Jongin fikir Sehun akan hilang ingatan, seperti yang ada di berita sore yang Jongin tonton kemarin pukulan benda tumpul mengakibatkan korban meninggal.
Jongin tidak ingin kehilangan sahabat menyebalkan seperti Sehun.
Sehun menatap heran Jongin yang menatapnya tak berkedip dengan mata berkaca kaca, sepertinya Jongin akan menangis.
"uljima." Ucap Sehun tegas membuat mata Jongin semakin berkaca kaca, Sehun mendesah pelan melirik nampan makanan yang terlihat menggoda itu.
"kau baik baik saja kan Hun ?" Sehun mengangguk dan tersenyum manis membuat Jongin ikut tersenyum.
"aku agak pusing karena lemparan mu tepat sasaran, jadi bantu aku menghabiskan makan malam ku." Jongin menganggukan kepalanya dan tersenyum, bangkit dari posisinya dan mengambil nampan itu dan duduk di hadapan Sehun yang sedang duduk.
"aku akan menyuapimu sampai makan malam ini habis." Sehun menganggukan kepalanya membuat Jongin tersenyum.
.
.
#####
.
.
Sehun membanting pintu mobilnya kesal membuat Jongin yang di paksa masuk oleh ibu Sehun pun terlonjak kaget.
Sehun harus melalui pertengkaran yang alot hanya karena Sehun mengatakan Jongin ingin pulang.
Ibunya mengatakan jika Jongin harus di antar dengan mobil dengan berbagai alasan sedangkan Jongin sendiri menginginkan Sehun mengatarnya dengan menggunakan sepeda mengingat masa kecil mereka yang sering bermain sepeda bersama membuat Jongin rindu.
Pertengkaran berlangsung sepuluh menit membuat Sehun lelah sendiri dan menuruti semua perintah sang ibu, Jongin menatap Sehun yang tengah memakai sabuk pengaman.
"pakai sabukmu Jong." Perintah Sehun yang langsung dituruti Jongin mengingat aura Sehun yang gelap membuatnya bergidik ngeri.
Tok… Tok… Tok…
Sehun dan Jongin menoleh kearah jendela bangku kemudi dan mendapati ibu Sehun yang sedang menginstruksinya untuk menurunkan jendela itu membuat Sehun menurutinya.
"hati hati di jalan, jangan mengebut Hun, antar Jongin sampai rumah, sampaikan salam umma pada tuan dan nyonya Kim, lalu kau Jongin jangan tidur terlalu larut besok kalian masih harus sekolah dan jangan lupa minum susu mu …" Sehun menghela nafasnya pelan mendengar khutbah malam sang umma pada Jongin dan dirinya.
"mengerti ?" teriakan sang ibu membuat Sehun memijat pelipisnya pelan.
"aku mengerti umma, terimakasih." Jawab Jongin setelah ceramah malam ibu Sehun selesai, Jongin menarik jaket Sehun menginginkan Sehun segera menjalankan mobilnya menuju rumahnya, meringgis pelan melihat jam digital di mobil ibu Sehun.
"ayo Hun aku bisa di biarkan di luar karena rumah di kunci." Ucap Jongin sambil mempoutkan bibirnya.
Sehun melambai kearah ibunya yang tersenyum lalu menjalankan mobilnya pelan.
Mereka berdua menikmati keheningan selama perjalanan, Sehun memutar lagu yang dirasa membuatnya tak mengantuk tapi membuat Jongin menguapkan mulutnya berkali kali.
"kau mengantuk ?" Jongin menoleh kearah Sehun dan menggelengkan kepalanya pelan, tersirat wajah kecewa disana dan Sehun merasakan itu.
"ada apa ?" tanya Sehun pelan membuat Jongin menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Sehun.
"perbincangan kita yang tadi belum selesai." Ucap Jongin membuat Sehun mengerutkan keningnya bingung, perbincangan yang mana ? Sehun melirik Jongin sesekali dan Jongin hanya menampilkan wajah lesu.
"perbincangan yang mana ?" Jongin menatap Sehun lalu memutar badannya duduk menghadap Sehun yang sedang mengemudikan mobilnya dengan tenang.
"kau menyukai namja ?" Sehun menghela nafasnya pelan lalu mengangguk cepat membuat Jongin mepoutkan bibirnya.
Pantas saja Sehun sama sekali tidak tertarik dengan gadis gadis yang sering Jongin promosikan untuknya.
Nyatanya Sehun sama seperti dirinya, mempunyai ketertarikan dengan namja dan Jongin sama sekali tidak merasa aneh.
"pantas saja." Gumam Jongin lirih tapi Sehun hanya mendengar gumaman tidak jelas dari bibir Jongin.
"kau bilang apa ?" ucap Sehun membuat Jongin menggelengkan kepalanya.
"besok akan ku kenalkan dengan anggota kelas Dance ku Hun." Sehun kembali menghela nafasnya kasar, kapan semua ini akan berakhir ? Sehun mencengkram stir mobilnya tapi Jongin tidak melihat itu.
"terserah." Ucap Sehun dingin tapi terdengar seperti sebuah ucapan kata setuju dari bibir Sehun.
Mobil mereka terhenti di depan rumah minimalis dengan pagar berwarna biru, Sehun dan Jongin tersenyum saat mata mereka menangkap sosok kakak laki laki Jongin yang sedang mengeleng gelengkan kepalanya pelan.
"sepertinya Seokjin hyung sudah menunggumu." Ucap Sehun membuat Jongin tertawa dan membuka cepat sabuk pengamannya.
Sesungguhnya ia tidak akan di marahi oleh ibu dan ayahnya jika itu bersangkutan dengan Sehun tapi Jongin rasa pengecualian untuk hyung nya yang satu itu, Jin terlalu takut jika Jongin terlalu dekat dengan Sehun.
Mungkin insting seorang kakak pada adiknya tapi Jongin sama sekali tidak pernah memperdulikan ucapan Jin yang kelewatan menyebalkannya.
"ini makan malam mu, titip salam umma untuk ayah dan ibumu lalu titip salam ku pada Jin hyung, ia terlihat marah dan maaf tidak bisa mengantarmu sampai dalam aku ngantuk." Jongin terkekeh mendengar penuturan Sehun dan menganggukan kepalanya.
Sehun mengusak pelan rambut hitam Jongin membuat Jongin mendengus kesal, ia terlihat seperti seorang gadis yang sedang di antar pulang kerumah setelah kencan.
"masuk lah, aku akan pergi setelah kau masuk." Ucap Sehun saat Jongin sudah keluar dari mobil, Jongin menganggukan kepalanya dan mulai berjalan masuk kedalam rumah.
Jin langsung menyambut Jongin dan merangkulnya untuk memasuk rumah mereka, Sehun menghela nafas lega karena tugas yang di berikan sang ibu mengantar Jongin sampai rumah telah ia laksanakan.
Sehun mulai melesatkan mobilnya pergi meninggalkan rumah minimalis keluarga Kim.
.
.
#####
.
.
"selamat pagi Sehun." Sehun membalikan tubuhnya dan tersenyum melihat ibu Jongin muncul dengan celemek di dadanya.
"Jongin ada di dalam sedang sarapan, sudah sarapan ?" Sehun menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan ibu Jongin.
"Hei albino, kau sudah makan ?" Sehun menatap malas Jongin yang tersenyum bodoh setelah mengatai nya albino.
"Jongin." Tegur sang ayah membuat Jongin sang pelaku hanya terkekeh dan memberikan peace sign pada sang ayah yang mengelengkan kepalanya.
"selamat pagi ahjussi." Ucap Sehun setelah di paksa duduk di samping Jongin oleh ibu Jongin.
"Selamat pagi Sehun, kau terlihat lebih semangat hari ini." Ucap ayah Jongin membuat Sehun dan Jongin terkekeh.
"hari ini ada pertandingan basket antar sekolah ayah jadi Sehun harus semangat." Jawab Jin yang duduk di hadapan Jongin, Sehun menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Jin.
Sehun, Jin dan Jongin memang berada satu sekolah tapi Sehun dan Jongin masih di tingkat satu lalu Jin sudah di tingkat akhir.
Lalu Sehun dan Jin berada di satu klub yang sama, yaitu basket.
"benarkah ? kau tidak memberitahuku." Ucap Jongin setelah meminum susu putihnya sampai habis.
"sejak kapan kau peduli dengan klubku ? kau kan hanya peduli dengan kelas Dancemu Jong." Ucap Sehun dingin membuat Jongin mempoutkan bibirnya kesal.
"jangan merajuk Jongin, kau sudah dewasa." Jongin menatap malas sang ayah yang terkekeh melihat kelakuan anak bungsunya itu.
"kalian ingin berangkat bersamaku ?" tanya Jin membuat Sehun dan Jongin saling memandang dan menggelengkan kepalanya kompak.
"aku membawa sepeda hyung, sepertinya akan ada yang merajuk seperti gadis lagi jika aku tidak menuruti kemauannya."
'Plaaak'
Pukulan telak menghantam puncak kepala Sehun membuat Sehun meringis sakit, mendapatkan pukulan sayang dari sahabat nya itu.
"siapa yang merajuk seperti gadis ?"
"kau merasa tidak ?"
"tidak."
"yasudah tidak usah memukulku." Jongin menatap malas Sehun yang terkekeh, Jongin bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan meja makan, membuat Sehun menggelengkan kepalanya.
Katanya tidak merasa tapi pergi dari meja makan dengan bibir di kerucutkan kedepan, Jongin benar benar terlihat seperti seorang gadis sekarang.
Jongin dan Sehun pamit untuk berangkat lebih dulu dari Jin karena Jin menggunakan mobil dan mereka berangkat dengan sepeda.
Sehun menepati janjinya semalam karena tidak bisa mengantar pulang Jongin dengan sepeda jadi lah Sehun menjemput Jongin dengan sepeda pagi ini.
.
.
#####
.
.
"Jongin." Jongin dan Sehun menoleh saat sebuah suara cempreng terdengar menggema di koridor sekolah mereka.
"ugh kalian terlihat seperti sepasang kekasih." Jongin memicingkan matanya dan Sehun memutar bola mata malas.
"terserah, ada apa ?" tanya Jongin dengan nada ketus membuat namja cantik itu mempoutkan bibirnya.
"hari ini ada pertandingan basket kan ?" ucap namja itu sambil melirik kearah Sehun yang menatap Jongin.
"ya memangnya kenapa Baekhyun sunbaenim ?" tanya balik Jongin dengan menekankan kata sunbaenim di akhir kalimatnya.
"Chanyeol ku datang." Jongin dan Sehun hanya memasang wajah malas, jika namja cantik di hadapannya sudah bercerita tentang Chanyeolnya makan seluruh hari mereka akan penuh dengan nama 'Park Chanyeol'.
Baekhyun dan Chanyeol memang resmi menjadi kekasih dua minggu lalu dan Jongin sangat tahu itu, Baekhyun yang pernah menjadi anggota kelas tarinya sebelum akhirnya keluar dan memasuki kelas vocal adalah namja tercantik yang pernah Jongin temui.
Bahkan Jongin sempat iri dengan kulit salju yang Baekhyun miliki, Jongin mempoutkan bibirnya kesal mengingat hal itu.
"kalian harus menang, walaupun kalian melawan sekolah Chanyeolku tapi aku tetap mendukung kalian." Sehun memasang wajah heran dan melirik Jongin yang masih terdiam.
"aku mendukung hubungan kalian." Baekhyun tertawa keras membuat Sehun ingin memukul namja kecil itu.
"Baekhyun sunbae yang cantik, jangan asal bicara." Ucap Sehun dingin membuat Jongin menghela nafasnya pelan, ia malas berdebat dengan Baekhyun.
Karena Baekhyun pandai bermain kata sedangkan ia tida bisa sama sekali.
"tenang, aku bukan HunTao shipper aku itu HunKai shipper." Mata Jongin membulat kaget melihat Baekhyun yang terkekeh menjurus tertawa, Sehun yang memang tidak mengerti apapun hanya terdiam mendengus kesal.
"sudah ya aku harus kembali kekelas, Jung seongsaenim akan datang." Baekhyun langsung berlari kencang meninggalkan Jongin dan Sehun yang masih terdiam di tempatnya.
"maksud dari HunKai apa Jong ? kau tahu ?" Jongin menoleh kearah Sehun takut takut, lalu menelan ludahnya susah menghela nafasnya pelan dan menggeleng samar.
"yasudah, aku juga tidak mengerti jadi abaikan saja." Ucap Sehun akhirnya dan langsung merangkul Jongin untuk menariknya memasuki kelas.
.
.
#####
.
.
"lihat lihat itu… Kim Seok Jin… Kyaaa."
"Kyaa Sehun…"
"Kyaaa itu Minho…"
"astaga… mereka tampan sekali."
Jongin menghela nafasnya pelan, baru ia tiba di pinggir lapangan ia sudah di perdengarkan teriakan teriakan fangirl dari anggota basket.
Memposisi kan dirinya duduk di bangku samping pelatih basket sekolah mereka bersama Baekhyun yang membawa banner panjang bertuliskan 'Chanyeol, Jin, Sehun, Minho, Jinki.' Jongin menghela nafasnya pelan.
Fanboy, Jongin menganggukan kepalanya dan mulai menatap lapangan.
Para pemain mulai memasuki lapangan dan tak lupa sang wasit yang juga memasuki lapangan.
"Jongin-ah." Jongin menoleh kearah pelatih basket itu dan tersenyum manis kearahnya.
"bisa kau bantu aku." Ucap sang pelatih basket itu membuat Jongin memasang wajah heran, kenapa harus dirinya ?
"bantu apa saem ?"
"tolong ambilkan kotak p3k di ruang kesehatan, aku sudah menyiapkannya tapi aku lupa membawanya." Jelas sang pelatih basket, Jongin mengernyitkan keningnya memikirkan ruang kesehatan, mengapa harus dirinya yang di minta tolong ? keruang kesehatan pula.
Jongin meringis pelan meningat pertama kalinya memasuki ruang kesehatan dan berakhir dengan ia bertengkar dengan Jin, Jongin menghela nafas pelan lalu menanggukan kepalanya.
Jongin langsung melesat berlari meninggalkan lapangan menuju ruang kesehatan yang tak jauh dari lapangannya.
"mencari adik ku ?" Sehun sontak menoleh kearah Jin yang terkekeh, memicingkan matanya kesal dan mendesah pelan.
Jin benar Sehun sedang mencari keberadaan Jongin, Jongin berjanji padanya untuk memberikan semangat pada Sehun dan Jin tentunya.
Memikirkan Jin membuat Sehun malas berdebat dengan kakak laki laki dari sahabatnya.
Entah Jin yang terlalu peka atau Sehun yang terlalu menunjukan, Jin sangat tahu bahwa Sehun memang menaruh perhatian lebih, melebihi sahabat pada Jongin.
Tapi mirisnya Jongin sama sekali tidak menyadari itu dan tetap mempertahankan niatannya untuk menjodoh jodohkan Sehun.
Mata Sehun menangkap Jongin yang berkeringat habis berlari mungkin, dengan kotak P3K di tanganya.
Reflek senyum Sehun mengembang sempurna melihat sosok Jongin yang sudah duduk disana.
.
.
#####
.
.
"pertandingannya seru loh." Ucap Jongin duduk di antara Jin dan Sehun, Sehun dan Jin kompak mendengus kesal lalu menatap Jongin dengan tatapan tajam, Jongin hanya bisa menelan ludahnya susah dan tersenyum kikuk.
"seru tapi kalah apa gunanya ?" desis Minho yang berada di hadapan Jongin terduduk di tanah dengan nafas tersengal, sekolah mereka kalah tipis dari sekolah Chanyeol.
Tapi apa mau di kata, di lihat dari bentuk tubuh saja sudah kalah.
Sekolah Chanyeol memilik pemain dengan tubuh di atas rata rata sedangkan pemain sekolah mereka memiliki tubuh pas tidak kurang dan lebih.
"semoga di pertandingan lain kalian menang."
"sudah tidak ada pertandingan lagi adik manis, kami kalah dan gugur." Jongin menatap Jin yang tengah meminum air putih di botolnya dengan wajah heran.
"benarkah ? sayang sekali ya." Ucap Jongin akhirnya dan langsung dibalas helaan nafas kecewa dari semua pemain basket sekolahnya.
.
.
#####
.
.
Sehun memasuki rumahnya yang kosong tak berpenghuni membuat Jongin yang memaksa ikut pun mengernyitkan keningnya bingung.
"sepi ?" gumam Jongin saat tak mendapati siapa pun disana, Sehun yang mendengar itu pun terhenti dan menoleh.
"begitulah, tunggu aku di kamar aku akan membawakan semua makanan yang ada di kulkas untukmu." Jelas Sehun membuat Jongin tersenyum senang.
Hari ini memang tidak ada tugas yang mengharuskan mereka untuk belajar bersama tapi tadi saat pulang sekolah Jongin bilang ingin bermain PS bersama Sehun membuat Sehun langsung mengajak Jongin kerumahnya.
Jongin langsung membanting tubuhnya ke kasur empuk milik Sehun dan mereganggkan otot ototnya yang kaku, memeluk guling yang berada disana dan bisa merasakan aroma tubuh khas Sehun yang menempel pada guling itu.
Jongin memejamkan matanya sebentar karena tiba tiba rasa kantuk menyerang matanya dan tanpa sadar Jongin pun tertidur dan melupakan keinginannya.
.
.
#####
.
.
"Sehun." Sehun menoleh kearah pintu dan mendapati kakak laki lakinya yang tengah menarik sebuah koper besar berwarna hitam.
"Luhan hyung." Teriak Sehun sambil berlari menghampiri Luhan kakak laki lakinya yang berkuliah di kanada dan kenapa sekarang ada di hadapannya ?
"astaga Sehunnie sudah besar sekarang." Luhan mengacak rambut platina Sehun gemas membuat Sehun terkekeh pelan.
"kau sudah pulang ?"
"aku di paksa untuk mengambil cuti oleh umma." Ucap Luhan sambil melirik sang ibu yang tersenyum dan sang ayah yang ikut tersenyum.
Merasakan perasaan yang tidak enak Sehun menatap tajam sang ibu yang langsung dibalas oleh kekehan sang ibu.
"Sehunnie, Luhannie, bisa appa dan umma bicara… emm lebih tepatnya kau Sehun." Ucap sang ayah membuat Sehun menatap Luhan yang memasang wajah 'entahlah' sambil mengedikan bahunya.
Kini mereka berempat duduk di sofa ruang tamu dengan posisi Luhan yang selalu merangkul Sehun, ia merindukan Sehun.
Bagaimana ia tidak merindukan Sehun ? sudah 6 tahun ini ia tidak pulang ke korea dan sekarang sudah mendapati Sehun adiknya yang cadel dan menggemaskan tumbuh menjadi pemuda yang tampan.
"ini perihal tentang cuti Luhan, karena umur Luhan sudah cukup untuk menikah umma ingin Luhan segera menikah."
"memangnya rusa ini punya kekasih ?"
'Plaak'
Pukulan telak mengenai kepala Sehun dari Luhan, Luhan baru menyadari semakin dewasa mulut Sehun semakin tidak terkontrol dan Luhan langsung merasakannya.
"maka dari itu, karena Luhan belum punya kekasih jadi umma akan mengenalkan Luhan dengan Jongin." Mata sipit Sehun membulat mendengarkan ucapan sang ibu.
Luhan yang menyadari perubahan sikap dan tubuh Sehun pun mengelus punggung sang adik.
"Sehun kau baik baik saja ?" Sehun menatap Luhan menelan ludahnya sebentar dan menangguk.
"maksud umma, umma mau menjodohkan Jongin dengan Luhan hyung ?" sang ibu mengangguk semangat sambil menatap Sehun yang membeku di tempat duduknya.
Sehun merasakan tubuhnya membeku dan tak sanggup untuk di gerakan, dada nya sesak dan seakan menyiksanya sekarang.
Sehun benar benar ingin menangis dan berteriak 'Jongin Miliknya' tapi itu tidak mungkin ia lakukan mengingat hubungannya dengan Jongin hanya sebatas sahabat di mata Jongin.
"umma meminta tolong padamu, agar Jongin mau menyetujui perjodohan ini… masalah keluarganya biar umma dan appa yang akan menjelaskan." Jelas sang ibu lagi membuat Sehun semakin tidak bisa menahan sesak di dadanya.
Sehun menghela nafasnya pelan mengatur nafas nya di tengah tengah sesak di dadanya, Luhan yang melihat itu hanya menatap Sehun heran.
"aku ke kamar dulu umma, Jongin ada disana dan sedang tertidur." Sehun langsung melesat pergi tanpa mendengarkan segala penjelasan sang ibu yang semakin membuat dadanya sesak.
.
.
#####
.
.
Jongin menggeliat tubuhnya setelah tertidur lumayan lama di kasur milik Sehun.
Matanya langsung menangkap sosok Sehun yang tengah terduduk di meja belajar yang menghadap jendela.
"Hun." Sehun menegak kan badannya dan menghapus kasar jejak airmatanya, menoleh kearah Jongin yang sedang mengucek matanya dan mengerjap ngerjap matanya lucu.
"kau sudah bangun ?"
"jam berapa sekarang ?" Sehun melirik jam digital di meja belajarnya dan tersenyum.
"jam 8 malam." Jawab Sehun, membuat Jongin membanting tubuhnya lagi dan mereganggkan otot ototnya.
"yampun sudah berapa jam aku tertidur ? kasurmu nyaman Hun… sungguh aku tidak bohong." Sehun menatap Jongin yang menggeliat pelan lalu balik menatap Sehun yang sedang memasang wajah sedihnya, Jongin mengerutkan keningnya.
"ada masalah ?"
"tidak." Jawab Sehun acuh membuat Jongin langsung terdiam, apa ia punya salah ? mengapa cara bicara Sehun jadi berubah ?
"aku punya salah padamu ?"
"tidak." Jongin semakin terdiam mendengar jawaban acuh yang keluar dari bibir tipis Sehun, Jongin mempoutkan bibirnya kesal lalu bangkit dan mendekati Sehun.
Mengambil posisi duduk di meja belajar Sehun dan langsung menghadap kearah Sehun.
"aku punya bebarapa foto sunbae yang berada di kelas Dance ku." Ucap Jongin sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukan kearah Sehun.
Sehun mengepalkan tangannya kesal dan mendengus kesal, disaat seperti ini Jongin masih ingin menjodoh jodohkannya dengan sunbae mereka ?
Tidak tahukan Jongin jika Sehun sedang patah hati ? baru merasakan suka dan nyatanya ia harus membantu sang kakak untuk lebih akrab dengan orang yang ia suka ?
Bagaimana jika kalian berada di posisi Sehun ? mungkin kalian akan menangis dan kini Sehun begitu, menundukan kepalanya dengan nafas tersenggal dan tangan mengepal dengan eratnya.
"BERHENTI ATAU AKU AKAN MENGUSIRMU DARI KAMARKU." Jongin tersentak saat Sehun berteriak dengan keras saat ia menjelaskan betapa manisnya sunbae bernama Minseok.
Nafas Jongin terhenti sesaat dan menatap heran Sehun.
"aku salah ?"
"YA KAU SALAH ! BERHENTI MENJODOH JODOHKAN KU JONG ! AKU MUAK !" wajah Sehun memerah menahan amarah dan menahan tangis, Jongin menundukan kepalanya dan matanya berkaca.
Jika selama ini Sehun tidak suka mengapa Sehun tidak menolak ?
Ah Jongin baru mengerti, Sehun selalu menolak dan ia lah yang selalu memaksa Sehun.
Pantas saja Sehun muak padanya.
"kau pulang lah maaf di bawah ada umma, ku rasa ada orang lain yang akan mengantarmu jika aku sedang tidak ingin mengantarmu." Ucap Sehun dingin sambil bangkit dari duduknya meninggalkan Jongin yang masih terdiam.
Mencengkram dadanya yang tiba tiba terasa sesak mendengar ucapan dingin Sehun.
Semakin menundukan kepalanya dan satu butir air mata pun turun dari mata Jongin melewati pipinya.
Jongin turun dari posisinya dan meraih Tasnya di meja nakas samping tempat tidur Sehun.
Berjalan menuju pintu kamar Sehun lalu menoleh sebentar.
"Sehunnie aku pulang." Lirihnya pelan dan ia yakin hanya dirinya lah yang mendengar itu.
Melangkahkan kakinya keluar pintu meninggalkan Sehun yang sedang berada di kamar mandi kamarnya, tanpa Jongin sadari Sehun sedang menangis tersedu memikirkan orang yang selama ini mengisi hidupnya akan mengisi hidup orang lain yang tak lain adalah hyungnya sendiri.
"Jongin-ah." Jongin mendongakan kepalanya dan menatap ibu Sehun yang tengah berdiri dengan keripik kentang di tangannya, Luhan yang merasa perlu menoleh pun menoleh.
Tersenyum kearah Jongin yang sedang memasang wajah murungnya, Jongin membalas senyum Luhan dengan senyuman manis membuat sang ayah yang berada di dekatnya terkekeh pelan.
"bagaimana ?" Luhan menatap sang ayah dengan tatapan berbinar dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"manis."
"memang dan sayangnya kau harus bersabar Lu Jongin masih tingkat satu." Luhan menatap kaget sang ayah, jika masih tingkat satu untuk apa membicarakan sekarang ?
"kan kau hanya cuti satu bulan jadi untuk apa lama lama." Ucap sang ayah membuat Luhan semakin tersenyum.
Mungkin ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama.
Luhan merasa Jongin terlalu indah untuk di abaikan, Luhan merasa wajah Jongin terlalu manis untuk abaikan, membuat Luhan selalu menatap Jongin dengan senyum yang merekah lebar di wajah Luhan.
"Sehun sedang merajuk umma, ini belum terlalu malam jadi aku pulang sendiri pun tidak apa."
"andwe… ada Luhan hyung yang akan mengantarmu." Jongin mengernyitkan keningnya bingung, Luhan ? rasanya Jongin pernah mendengar nama Luhan tapi dimana ?
"Luhan hyung kau lupa atau tidak ingat ?"
"apa bedanya antara lupa dan tidak ingat ?" ibu Sehun terkekeh pelan melihat Jongin mempoutkan bibirnya.
"Lu ge ?" ucap Jongin membuat ibu Sehun mengangguk semangat dan Jongin tertawa.
"ia disana bersama appa." Jongin melirik kebelakang ibu Sehun dan mendapati Luhan yang melambai kearahnya, ahh nyatanya Luhan tak kalah tampan dari Sehun.
Jongin tersenyum dan membalas lambaian tangan Luhan.
"dia itu Kkamjjong ya appa ?" tanya Luhan pada ayahnya yang sedang menikmati acara televise, sang ayah menoleh dan tersenyum lalu mengangguk.
Luhan kembali tersenyum manis, pikirannya melayang dimana saat Sehun dan ia baru pertama kali pindah di sebelah rumah Jin dan Jongin.
Ia ingat betul anak kecil berkulit Tan yang membawa bunga mawar merah untuknya saat ia sedang bermain gitar di belakang rumahnya, Luhan dan Sehun terpaut usia 5 tahun.
Saat ia pindah ia sudah berusia 10 tahun dan Sehun baru berusia 5 tahun dan sedang lucu lucu nya.
Yang ia ingat anak kecil itu sering di panggil Kkamjong oleh Jin sang kakak yang hanya terpaut usia 2 tahun dari Jongin.
Luhan sama sekali tidak menyangka jika Jongin yang di maksud sang ibu adalah Kkamjong, pemuda manis berkulit tan yang memberinya mawar merah dulu.
"lama tidak bertemu Kkamjong." Jongin merengut saat Luhan memanggilnya dengan panggilan Jin yang sangat menyebalkan untuknya itu.
"aku sudah menghilangan panggilan itu ge, kapan kau kembali dari china ?" Luhan mengernyitkan keningnya bingung, China ? siapa yang ke china ?
"aku tidak ke China ? aku kuliah di kanada dan sekarang sedang cuti." Jelas Luhan membuat Jongin pasa mode berfikir.
"sepertinya Sehun bilang kau ke China atau aku yang salah dengar ?"
"Mungkin kau salah dengar."
"ya mungkin."
"kau tumbuh jadi pemuda yang cantik."
"aku tampan ge." Pekik Jongin membuat yang mendnegar itu tertawa lepas tanpa beban.
"kau sudah ingin pulang ?" tanya Luhan dan Jongin hanya mengangguk kan kepalanya, ia jadi ingat Sehun.
Ada apa dengan Sehun ? Jongin menghela nafasnya pelan dan tersenyum kearah Luhan.
"mau ku antar ?"
"tidak merepotkan kah ?"
"tidak, anggap saja ini salam setelah lama tidak bertemu." Jongin tersenyum kearah Luhan membuat Luhan ikut tersenyum.
Luhan mengantar Jongin pulang sampai depan rumahnya, bahkan Jin sempat menyuruhnya masuk tapi Luhan menolak dengan alasan sudah malam dan tidak baik berkunjung saat malam hari.
Luhan memilih langsung pamit pada Jin dan Jin langsung mengiyakan dan mengucapkan terimakasih pada Luhan karena sudah mengatarkan adik manisnya sampai rumah.
"tidak di antar Sehun ?" tanya Jin pada Jongin yang sedang melepas sepatunya, Jongin mendongak kan kepalanya dan menatap Jin dengan sendu.
Jin menghela nafasnya pelan, apa yang di lakukan vampire itu pada adiknya ? mengapa Jongin jadi terlihat miris seperti ini ?
"Sehun sedang marah padaku." Jawab Jongin lirih tapi masih bisa di dengar oleh Jin, Jin langsung memposisikan dirinya di hadapan Jongin yang menundukan kepalanya.
"memangnya kalian ada masalah ?"
"entahlah aku bingung." Jin menatap lekat Jongin yang semakin menudukan kepalanya.
"ingin bercerita ? aku ada di kamar jika membutuhkanku." Ucap Jin sambil bangkit dari duduknya dan mengusak pelan rambut hitam Jongin, berjalan meninggalkan Jongin yang masih terdiam disana.
.
.
#####
.
.
Hari hari berlalu, Jongin merasa kalau Sehun menghindarinya.
Mulai dari tidak membalas pesan Jongin, tidak mengangkat telepon Jongin sampai tidak menjemput Jongin seperti biasa biasanya.
Baekhyun yang memang tahu akan kedekatan mereka pun hanya bisa menatap bingung, mengapa couple favoritnya harus terpisah menyedihkan seperti ini.
Tidak ada lagi Sehun yang menunggu di depan kelas tari, tidak ada lagi Sehun yang menunggu Jongin menyelesaikan hukuman nya akibat tertidur di kelas tapi masih ada Jongin yang menunggu Sehun di depan lapangan hanya untuk melihat Sehun.
Seperti sore ini, Luhan mengatakan akan menjemputnya agak terlambat.
Dan tepat sekali hari ini Sehun berlatih basket bersama Jin ada alasan logis untuk Jongin menunggu di dalam lapangan sambil terduduk.
"Hai Hun." Sehun menoleh kebelakang dengan wajah datar, menghela nafas pelan lalu mengusap wajahnya kasar dan kembali memasuk lapangan yang di sana sudah ada Minho dan Jinki.
Jin mengelus pelan punggung Jongin yang menunduk kan kepalanya, meringis pelan mendapati adiknya berubah drastic dua minggu ini.
Entah pertengkaran macam apa yang membuat Sehun dan Jongin berakhir menyedihkan begini.
"Kkamjjong." Luhan memanggil Jongin dengan lembut membuat Jongin dan Jin menoleh, Jin lupa menanyakan siapa Luhan sebenarnya ?
"dia siapa sih ? akhir akhir ini kau dekat dengannya." Tanya Jin sambil mengusak pelan rambut hitam Jongin.
"kau ingat Lu ge ? ya itu dia orang nya." Jawab Jongin membuat Jin mengangguk mengerti dan ia mulai mengerti masalahnya mengapa Sehun mengabaikan Jongin selama dua minggu ini.
"kau pulang dengannya lagi ?" Jongin tersenyum tipis membuat Jin tersenyum miris.
"jika Sehun tidak bisa pulang bersamaku ya sudah aku pulang dengannya, aku nyaman saat ia bersamaku tapi.."
"tapi ?" Jin menatap Jongin yang berbicara dengan suara semakin lirih membuatnya tidak bisa mendengar jelas ucapan Jongin.
"tidak aku duluan hyung." Ucap Jongin pamit pada Jin dan langsung berlari menghampiri Luhan yang sudah merentangkan tangannya.
.
.
#####
.
.
"apa Luhan hyung baik ?" tanya ibu Sehun dan Luhan tentunya, pada Jongin calon menantunya, Jongin tersenyum sambil menatap Luhan yang sedang memakan makan siangnya.
Jongin di paksa Luhan untuk makan siang bersama di rumahnya tanpa Sehun, ya Sehun masih berlatih basket dan sang ibu sangat mengerti itu.
Sehun lebih mencintai basket dari pada dirinya sendiri.
"ia sangat baik tapi menyebalkan karena memanggilku kkamjong." Ucap Jongin membuat Luhan terkekeh dan mengusak pelan rambut hitam Jongin.
"lalu kau mau ku panggil apa ?"
"apa saja asal jangan Kkamjong, tidak enak untuk di dengar." Luhan menganggukan kepalanya dan tersenyum manis kearah Jongin.
"baiklah kalau begitu, Oh Jongin."
"uhuk… uhuk… uhuk…" Luhan menyodorkan air putih kearah Jongin yang bersemu merah, Luhan kembali tertawa melihat wajah Jongin.
"makan pelan pelan." Ucap Luhan akhirnya membuat Jongin mempoutkan bibirnya.
Setelah makan siang, ibu Sehun menjelaskan maksud mengapa Luhan selalu mengantar jemput dan perhatian pada Jongin, Jongin sama sekali tidak menolak saat ibu Sehun mengatakan ingin menjodohkannya dengan Luhan tapi mengapa ada rasa sesak di dada Jongin.
"tapi aku baru tingkat pertama." Kilah Jongin saat di rasa matanya menangkap Sehun yang baru pulang, wajahnya memerah dengan nafas tersengal.
Apa Sehun berlari dari sekolah kerumah ?
"kalian tunangan dulu setelah kau lulus dan Luhan lulus baru kalian menikah bagaimana ?" mata Jongin sama sekali tidak menangkap sosok Sehun yang menatapnya yang ada malah mengacuhkannya, Jongin menghela nafasnya pelan lalu menanggukkan kepalanya.
"baiklah umma aku mau."
'Tap' (anggap bunyi bola basket jatuh ye)
Bola basket yang tadi di pegang Sehun pun jatuh dengan mantap ke lantai, memantul beberapa kali sampai akhirnya gelinding dan menyentuh kaki Jongin.
Jongin menatap punggung Sehun yang sedang naik turun dan menatapnya sendu.
Rasanya Jongin harus melepaskan Sehun dan membiarkan Sehun mencari pendampingnya sendiri dan Jongin rasa Sehun mampu untuk itu.
.
.
#####
.
.
Makan malam di keluarga Sehun dan Luhan benar benar hening, Sehun lebih banyak diam dan Luhan selalu tersenyum saat sang ibu membahas masalah tadi siang saat Jongin menerima perjodohan itu dengan mudahnya.
Sehun meruntuki dirinya sendiri mengapa ia tidak jujur dari awal pada Jongin jika ia menyukai Jongin ?
Mengapa ia tidak jujur pada Jongin jika ia berubah haluan karena ia sangat mencintai Jongin ?
Mengapa ia tidak menolak mentah mentah saat sang ibu mengatakan ingin menjodohkannya dengan Luhan ?
Mungkin jika ia menolak ia tidak akan seperti ini !
Ia mencintai Jongin melebih rasa cinta sebagai sahabat dan Sehun tahu itu salah tapi kenapa harus Luhan ? bukan dirinya yang di jodohkan dengan Jongin ?
Sehun menghela nafasnya pelan dan langsung bangkit dari posisinya, rasanya ia ingin matinya.
Dari pada harus melihat Jongin dengan Luhan ?
Sehun langsung membanting tubuhnya ke kasur dan memeluk guling yang sempat Jongin peluk dan Sehun mulai berharap jika Jongin akan bahagia dengan Luhan.
Ia akan merelakan Jongin jika itu membuatnya bahagia dan Sehun bertekad akan itu.
TBC or END (?)
.
.
.
Hwa ga tau ini END atau TBC tapi Hwa akui ini gantung kaya jemuran (?) banget dan kenapa harus HanKai ? Shock sama cerita yang Hwa buat sendiri, sudah biasa.
Hwa mau lihat responnya dulu, kalau banyak yang review yang Hwa lanjut tapi kalau ga ada sama sekali ya sudah cukup ini END saja #Nyengir
Udah segitu saja khutbah malam Hwa.
DLDR !
Review ~
Paaai !
_Hwa_