We Got Married

Casts:

Akashi Seijuurou ©Fujimaki Tadatoshi-sensei

Moemiya Chise / Akashi Chise ©Rocalatte Effe

Rating:

T+ (karna otak Roca yang nista, bisa saja sedikit menjorok ke M- /apa)

[ DISCLAIMER : maybe Akashi Seijuro little bit Out of his Character. Because of that, I, Rocalatte apologizing to Minna-sama. Little bit inspired by Manga, High School Bride by Ichikawa Schow-sensei. Akashi Seijuro-sama isn't mine, it's Fujoshi-sensei's, but all OC(s) and this story is mine. ]

WARNING: Bad Humor (GARING ABIS), bash sana, bash sini (yang gatau arti bash silahkan Google Translate yes), bahasa yang tidak baku (kadang-kadang memakai bahasa sehari-hari anak gawl(?) *ditonjok*), komentar author ditengah-tengah cerita yang mengganggu, too much drama and…. Ugh, fangirl's fantasies.

Rocalatte Effe Present.

©2014 Project

Don't laugh if this isn't funny. Cause if you're let your laugh out, my kokoro about to ripped ^_,^ here's my present for my sweeties.

Namaku Moemiya Chise. Waktu berumur 5 tahun, mimpiku adalah menjadi pengantin dan mengucapkan janji suci bersama seorang pria yang mencuri hatiku dengan senyumannya. Lalu hidup bahagia hingga maut memisahkan kami berdua. Indah? Tidak, mimpiku ini terlalu naif.

Tapi mimpi itu berubah begitu saja semenjak morgan keluar dari smash. Maksudnya semenjak umurku 16 tahun, lebih tepatnya saat menginjakkan kakiku di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Moemiya!"

Aku menaikkan alisku saat melihat seorang gadis berlari kebangkuku dengan peluh mengalir dari jidatnya, "Hm?"

"Benarkah kau dan Akashi Seijuro-senpai bertunangan?!" Demi kerang ajaib yang terbang seperti burung di spongebob, mataku melebar. Kenapa beritanya bisa menyebar secepat itu? Bahkan ini belum seminggu sejak dia dan aku tinggal bersama. Memangnya kami pasangan artis korea yang kalau pacaran langsung ada artikelnya di allkp*p?!

"A-ah… I-itu…"

"Kyaaa! Benarkah?! Serius?!"

"Akashi Seijuro yang itu?!"

"Sial, aku kalah dengannya,"

"Eh eh, tapikan Moemiya sangat cantik dan Akashi-senpai juga sangat tampan. Mereka…. Cocok! KYAAA!"

Dan seketika kelasku dipenuhi teriakan fangirl yang memekakkan telinga.

"E-etto… Ano…" Aku kebingungan ditempatku. Tanganku bergerak untuk membuat tanda pada mereka jika itu tidak seperti bayangan mereka. Bibirku terbuka, dan kata-kata yang ingin kukeluarkan sudah berada diujung lidahku. Namun teriakan mereka tidak mengizinkanku untuk mengeluarkannya. Wajahku memerah, antara malu dan kesal. Sampai saat suara pintu kelasku yang dibuka diikuti oleh siluet seorang pria bersurai merah yang berdiri disana dengan mata heterokromnya yang menatap dingin kedalam kelas.

"Aka—"

"Chise,"

Suaranya yang tidak terlalu berat itu menggelitik indra pendengaranku. Wajahku semakin memerah saat orang-orang dikelasku mulai bisik-bisik tetangga. Aku berjalan kearahnya dengan wajah yang ditundukkan, "Apa?"

"Bekal," Katanya. Aku memiringkan kepalaku bingung. Dia ini ngomong apa sih? "Kalau berbicara cobalah sedikit lebih jelas lagi," Protesku. Dia menghela napas, "Dasar otak tumpul," Gumamnya namun aku tidak terlalu mendengarnya, "Dimana bekal untukku?"

Aku semakin bingung. Sejak kapan aku membuatkan bekal untuknya? Aku menghela napas. Apa ini karena dia terbiasa dibawakan bekal oleh pelayan-pelayan dirumahnya? Jadi ketika tidak tinggal dengan pelayan-pelayan itu lagi dia jadi memintaku untuk membuatkannya bekal? Apa aku ini terlihat seperti pelayan?

"Tidak ada bekal untukmu," Kataku dengan helaan napas. Dia mendesis, "Istri macam apa kau…." Blush. Wajahku memerah. "S-s-siapa istrimu…"

"Pokoknya aku mau bekalku. Aku tidak suka makan dikantin," Katanya. Aku menepuk jidatku yang tidak lebar (Akashi: Roca-san…. *snip snip snip* | Roca: A-ah… Akashi-sama itu sangat tampan, ya? Yakan?! HAHAHA). Kenapa dia ini banyak maunya ya? Padahalkan makanan di kantin mungkin saja lebih enak daripada buatanku.

"Aku tidak mau," Tolakku. Dia menatapku sebelum menyeringai. Aku mundur beberapa langkah. Apa aku telah membuat aura yanderenya bangkit? GASAI YUNO-SAMA TOLONG AKU! (Yuno: hachim!). Aku meringis padanya, "H-Hei.. Akashi. Aku hanya bercanda," Kataku. Aura hitam disekitarnya tidak juga menghilang. Aku menelan salivaku gugup. Lalu ada sebuah ide melintas dikepalaku. Aku meraih lengannya dan tersenyum padanya, "A-Aku akan membuatkan bekal untukmu mulai besok, ya. H-h-h-h-h-hu-hub-hubby?" (Roca: *seketika muntah awan* /muntah pelangi udah mainstream/)

Dia tersenyum dan medekatkan bibirnya pada telingaku, "Janji?" Bisiknya. Aku menggeliat pelan saat lidahnya menyapu daun telingaku. Aku meremas kemejanya dan mendorongnya agar menjauh dariku, "Iya, iya! Aku janji!"

Dia menjauh dan terkekeh pelan, "Akhirnya kau memanggilku begitu." Katanya. Aku yakin wajahku sudah memerah seperti warna rambutnya sekarang. "Ugh— sudah kubilang untuk memanggilku Moemiya disekolah, 'kan," Protesku. Dia hanya mendesis, "Siapa Moemiya? Kau itu Akashi Chise, bukan Moemiya Chise lagi," Katanya sembari mencubit hidungku, tetap dengan air wajahnya yang dingin. Aku melepaskan tangannya, "Sakit, tahu!"

"Tahu? Maksudnya Tofu?" Akashi tiba-tiba mengajakku untuk bermain eat bulaga. Ralat. "Apapun yang kau katanya kau tidak bisa menolaknya, Chise. Kau tahu 'kan perintahku itu…"

"Ab— abang tukang bakso mari-mari sini aku mau beli,"

-mohon tunggu sejenak, ada beberapa kesalahan dibagian ini-

"Absolut,"

Dia tersenyum tipis. Kelewat tipis sampai-sampai itu hanya terlihat seperti dia tengah menggulum bibirnya saja. Namun aku tahu persis bahwa dia baru saja tersenyum. Karna tidak tahan melihatnya, aku mendorongnya lagi, "Pergilah. Orang-orang melihat kita," Ucapku dengan wajah yang ditundukkan kebawah. Dia menghela napas, lalu pergi,

Aku menatap punggungnya. Dia berjalan tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya. Entah kenapa wajahku kembali panas saat mengingat sensasi yang kurasakan saat lidahnya menjilat daun telingaku pelan tadi. Aku berjongkok sambil memukul pipiku pelan. Ini tidak baik! Ah, ya Tuhan….

-skip time-

"Tadaima," Ucapku saat aku baru saja sampai didepan rumahku— kami. Tidak ada jawaban. Berarti dia belum pulang. Aku melepas sepatuku dan berjalan masuk. Menghela napas saat menyadari bahwa rumah itu terlalu besar untuk ditinggali oleh dua orang insan. Walau sudah hampir satu minggu aku menetap dirumah ini tetap saja aku merasa seperti itu.

Aku membuka kulkas yang berada didapur dan mengambil jus strawberry dari dalam sana. Aku meletakkan gelasku dimeja makan sambil memikirkannya. Segera saja aku menggelengkan kepalaku. Buat apa aku mengkhawatirkannya. Bukannya dia itu hebat dan tahu segalanya?

Aku mengangguk, meyakinkah diriku sendiri lalu menaiki tangga untuk berjalan kekamarku. Sebelum masuk, aku melirik pintu coklat yang berada disebelah kamarku. Itu kamarnya, kamar Akashi Seijuro. Aku mengidikkan bahu lalu masuk kedalam kamarku untuk mengganti bajuku.

Aku keluar dari kamarku dengan kaos hitam polos lengan panjang dan celana pendek hitam. Sekali lagi aku melirik pintu disebelahku. Aku menghela napas, entah kenapa aku jadi penasaran dengan kamarnya. Um— masuk untuk melihat sebentar saja tidak masalahkan? L-lagi pula dia itu t-t-tunanganku, 'kan?

Aku melangkahkan kakiku kearah pintu itu. Dengan tangan yang sedikit bergetar aku membuka pintu kamarnya.

1 detik…

Aku memutar knop pintu itu.

2 detik…

Pintu besar itu terbuka perlahan.

3 detik…

Aku dapat melihat celah dari pintu itu.

5 detik…

Aku melihat tempat pembuangan akhir didalamnya. Alias, KAMAR ITU SANGAT KOTOR!

Aku menatap kamar itu, melongo saat menyadari bahwa isinya sangat berantakan. Apa benar ini kamar seorang yang mengaku selalu benar itu? Ini kamar Akashi Seijuro?

Aku masuk kedalamnya. Didalamnya tidak bau, karena sampai yang berserakan disana hanyalah kertas-kertas dan plastik makanan saja. Aku menatap plastik-plastik itu. Karna aku tidak pernah memasak untuknya selama seminggu ini dia membeli makanan diluar?

Aku semakin memasuki kamar itu. Mulutku kembali melongo saat melihat ranjangnya yang berantakan. Dipojokan kamar itu berserak baju-baju kotornya. Aku menelan salivaku. Aku tidak tahan lagi…

Aku akan membersihkan kamar ini.

tidak— aku harus membersihkan kamar ini.

-skip time-

"Hah. Akhirnya bersih juga," Aku menyapu peluh yang jatuh dari pelipisku, lalu tersenyum puas saat melihat ruangan itu telah bersih. Aku melipat kedua tanganku, "Huh. Awas saja kalau dia tidak berterimakasih padaku. Akan kubotaki kepalanya itu biar mampus jidatnya makin keliatan lebar," Gumamku seperti tante-tante di film indosiar itu.

Lalu sambil bersenandung ria(?) aku berjalan kedapur. Berniat untuk memasakkan sesuatu, waktu makan malam juga sudah dekat. Aku membuka isi kulkas. Dan— ugh. Aku baru sadar kalau isi kulkas itu terlalu banyak. Ya, selama beberapa hari ini aku hanya memasak untuk diriku sendiri. Makanya aku menemukan banyak bungkus makanan dikamarnya tadi—dan jujur saja aku sedikit merasa bersalah—. Aku memutuskan untuk memasak sup miso, ugh— tapi mungkin aku akan memasak hidangan kaiseki saja. Saat mengambil bahan untuk membuatnya, aku bergidik ketika melihat tofu yang berjejer dikulkas itu.

Aku mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat kaiseki. Karna ini pertamakalinya aku memasak untuknya, jadi sebagai permintaan maaf aku akan membuatkan makanan yang sedikit ribet. T-tapi bukan berarti aku berharap dia memuji masakanku ya (Roca: ini kenapa Chise-chwan mendadak tsundere-nanodayo). Pertama aku membuat sup miso, lalu hossun, dan owan. Apa aku harus memasak tokiawase juga? Uh— tapi itu lebih enak jika ada tofu-nya. Ah, terserahlah. Kudengar dia suka tofu, jadi sebaiknya aku membuatnya juga.

Banyak lagi hidangan yang kubuat. Jadi setelah selesai, aku menatap semua hidangan itu. Mataku melebar, saking asiknya didapur, aku tidak menyadari bahwa aku sudah membuat semua hidangan. Kini tersajilah kaiseki sungguhan dimeja makan. Ugh, bagaimana ini? Bisa-bisa ia mengatakan bahwa aku— ah, berpikir positif, berpikir positif, berpikir positif, Chise!

Aku mendengar suara pintu yang terbuka, tatapanku langsung teralihkan pada pria bersurai merah yang berdiri disana. Dia membuka sepatunya lalu menatapku datar. Keringat dingin bercucuran dari pelipisku. Apalagi saat mata heterokromnya menatap sesuatu yang tersaji dimeja makan. aku ingin lari! Mama aku ingin pergi kekamar!

"Chise?"

Aku menatapnya dengan senyum aneh terukir diwajahku, "O-Okaeri, Sei," ucapku. Dia mengankat sebelah alisnya. "Apa itu?"

"A-ah.. U-um. Tidak ada. Haha, aku hanya tidak sengaja membuatnya. Hahaha," baiklah tingkahku semakin aneh saja. Dia tidak mengubris tawa renyahku. Dia berjalan kearahku— lebih tepatnya meja makan. menatap satu-persatu hidangan disana. Tiba-tiba saja dia menyeringai.

"Belajar jadi istri yang baik, heh?"

Wajahku memanas. Sialan, aku menatapnya, poker face. "H-Hmph. S-siapa juga yang memasakkan ini untukmu. A-aku hanya tidak sengaja membuatnya karna tiba-tiba ingat adikku yang suka makan hidangan ini," Kataku. (Roca: oh tidak, demi bisma smash yang tidak kunjung tinggi jua, Chise-chwan sudah tertular tsunderenya si wortel nan jauh disana | Midorima: urusai-nodayo!)

"Oh, begitukah? Ya sudah, kau boleh menghabiskan semua makanannya. Ingat ya, harus habis semua. Aku tidak suka melihat orang yang membuang-buang makanan," Ucapnya dengan seringaian dibibirnya. Anj*r ini orang bikin eyke sweetdrop mulu (Roca: kini Chise-chwan tertular penyakit alay model kuning kuning nan narsis di kaijou | Kise: hidou-ssu). Chise menghela napasnya, "A-aku akan membaginya kepadamu. A-ada hidangan yang tidak kusukai," Gumamku. Dia tersenyum, "Oh, benarkah? Baiklah." Katanya lalu pergi kekamarnya.

Aku berjongkok sambil menutupi wajahku. Sial sial sial! Aku selalu dibuatnya salah tingkah. Kenapa?! Dia 'kan hanya kapten yang menyebalkan. Udah pendek, sombong, arogan, keras kepala, jidatnya lebar, pake acara idup lagi. Ugh— dunia ini tidak adil.

Aku mendongkak saat mendengarkan suara langkah kaki seseorang. Walau kecil tapi kedengaran (Roca: yaiyalah kecil 'kan orangnya kecil juga | Akashi: Roca-san *jder jder* | Roca: A-a-a-akashi-sama aku padamu(?) /gak). Dia disana, dengan kemeja putih polos dan celana hitamnya. Aku menelan ludahku, apa dia selalu seperti ini saat memakai baju casual? Aku tidak pernah memperhatikannya..

"Kau menunggu apa lagi? Belum lapar?"

kriek

Aku merutuki perutku yang tiba-tiba berbunyi. Dia terkekeh pelan. Sedangkan aku hanya menunduk untuk menutupi pipiku yang memerah karna malu. Dia duduk dimeja makan, akupun mengikutinya. Dia menatapku dingin, "Kenapa kau duduk disana? Duduk dihadapanku," Perintahnya. Aku bergidik ngeri, aku 'kan hanya duduk agak jauh darinya supaya tidak kewalahan, kenapa dia malah sebegitu kejamnya?

Namun akhirnya aku mengikuti kata-katanya. Aku duduk dihadapannya. Dia tersenyum menyeramkan (Roca: dia emang menyeramkan dari sono— A-akashi-sama tolong turunkan benda keramat it— AAA!). dia mengambil sendok dan menyuapkan sup tofu itu kedalam mulutnya. Dia terlihat sangat menikmatinya, "Kau benar-benar suka tofu?"

Dia menatapku datar, "Kenapa?"

"Tidak— hanya saja, aku tidak suka tofu," Akuku. Dia tersenyum, "Apa yang kau sukai?"

"Nori,"

Pffft

Dia tersedak. Akashi Seijuro benar-benar tersedak. Dengan perasaan shock yang mendalam aku menyodorkan air putih padanya. Dia meminumnya. Sesudah itu menatapku protes, "Kau suka benda menijikkan itu?!"

Seketika aku sewot, "Apanya yang menjijikkan?! Tofu 100x lebih menjijikkan daripada rumput laut, bodoh!"

Dia memasang wajah 10x lebih sewot daripadaku, "Huh? Makanan itu benar-benar menjijikkan! Bahkan aku ragu untuk menyebutnya makanan," Katanya. Entah kenapa hanya gara-gara menghina makanan kesukaanku parameter kebencianku padanya makin naik. Aku memukul meja makan itu, "Itu makanan, baka! Tidak sebanding dengan tofu yang lembek dan tidak karuan itu! Memangnya kau ini kakek-kakek apa— hmmph!"

Tiba-tiba saja dia menciumku. Mataku terbuka lebar. Lalu aku merasakan sesuatu memasukki mulutku melalui ciumannya. Sesuatu yang kenyal dan… itu tofu!

Ada sedikit kuah yang tumpah dan turun hingga daguku. Dia melepaskan ciumannya dan menyeringai. Pipiku merona. Tofu yang 'disuapkan' olehnya sudah tertelan habis olehku. Aku menutup bibirku dengan punggung tanganku, "A-a-apa yang kau lakukan?!"

"Menyuapimu. Memangnya apalagi?" Katanya santai.

"ITU TIDAK BISA DINAMAI MENYUAPI, BODOH! IDIOT! JAHAT! MATI SANA!"

Dan dengan tidak elitnya ff ini bersambung / TBC ~('v')~

Haro-haro minna-sama! Apa kabar?! Udah makan?! udah mandi?! Semangatnya mana?! Karawang digoyang~! /gak/ gimana ceritanya? Jelek? Tak berkualitas? Garing tingkat dewa? Ya, memang begitulah keadaannya *ditamplok massa*. Kalau gamau dilajut silahkan flame di bagian review okey dokey! Tapi kalo lanjut silahkan fav / follow yesh! Seijuro nista yekan?! Kalau ini ratenya T+ aja. Tapi rencananya kalau bikin sequel atau apa gitu pasti rated M, yoohoo! (cukup Roca!) baiklah, akhir katamind to RnR, darls?