JUST ONE DAY

Cast: JungKook, Taehyung, Zelo, Jimin
OC: BTS and BAP members

Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka yang MURNI dari pikiran fujoshi author, terimajinasi dari masalalu masakini dan pengalaman author maupun kerabat. terinspirasi dari beberapa komik, novel, buku, anime, lagu, film, maupun iklan ataupun sinetron/? Jika ada kesamaan judul/cerita/alur jangan salahkan author. Karna mungkin itu bertanda kita memiliki ikatan batin(?)

WARNING:
TYPO! YAOI!
ALL MY FANFIC IS MINE!
DON'T PLAGIATERS!

~ HAPPY READING ~
JUST ONE DAY
Chapter 9


.

"Kau ingin bersama dengan Taehyung dibanding aku?"

"Kalau begitu aku yang pergi. Persahabatan kita sampai disini."

.

.

.

Author POV

"A-apa maksudmu?" Tanya Jungkook terbata. Ia sudah tak bisa menahan air yang ada dimatanya hingga terjatuh kepipi mulusnya. Jiminpun begitu, ia sudah tak sanggup berada disisi Jungkook jika seperti ini. Ia ingin menangis, meluapkan semua emosinya. Ia tak bisa marah dengan Jungkook, maka ia akan menjauhinya. Yah mungkin itu lebih baik.
Jimin berjalan kepintu. Namun gerakannya terhenti saat ada yang menarik belakang seragamnya. Ia tahu, tentu saja itu Jungkook. Ia tak ingin menoleh ataupun berkata apapun. Sekalipun ia sudah mendengar isakan Jungkook.

"Ji- hiks Jimin-ah.. Hiks- mianhaeyo.. Je- hiks baalll.. Jangan seperti ini!" Tangis Jungkook semakin pecah.
Ukh! Rasanya Jimin ingin hilang saja dari sini. Ia tak bisa mendengar Jungkook menangis. Tentu saja tak bisa!
Dan dengan gerakan pelan Jimin melepas paksa tangan Jungkook dari seragamnya dan pergi tanpa mengatakan hal apapun. Jungkook terjatuh duduk dan menangis sekencang-kencangnya. Ia tak bisa kehilangan Jimin. Ia tak bisa kehilangan sosok sahabat seperti Jimin. Ia tak bisa!

Setelah meninggalkan Jungkook diatap yang menangis sendirian karenanya, Jimin berjalan cepat dengan menundukkan kepalanya. Ia ingin cepat-cepat pulang. Ia tak bisa berada disini terus.

BRUK!

"YA! Kau tak punya ma- eh? Gwaenchanna?" Ternyata Jimin menabrak seseorang saat diperbelokkan koridor. Ia tak sadar jika airmatanya sudah mengalir kepipi. Orang itu yang tadinya ingin memarahi Jimin berubah menjadi khawatir saat tahu Jimin menangis.

"Gwaenchanna? Jimin?"


JUST ONE DAY


"Kemana anak itu? Haisshh merepotkan! AH! Junhongie!"

"Kenapa Tae?" Taehyung yang tadi memanggil Junhong saat melihatnya lewatpun menghampirinya.

"Apa kau melihat Jungkook? Ia membolos pelajaran dan ponselnya pun tak aktif." Tanya Taehyung. Junhong menggeleng tanda tak tahu. "Atau Jimin? Kau melihat Jimin?" Tanyanya lagi. Dan Junhong terdiam sesaat.

"Jimin tadi bersama dengan Yoongi sunbae. Kurasa mereka sudah pulang. Kau pulanglah, kupikir Jungkookpun sudah pulang." Ujar Junhong dan berlalu begitu saja setelah mengatakan itu. Sedangkan Taehyung terdiam mencerna perkataan Junhong.

Bersama dengan sunbae? Bukankah dia orang yang tak punya teman selain aku dan Jungkook?

.

.

.

"Jimin-ah itu Jungkook, kau yakin tak ingin mengajaknya masuk?" Tanya seorang namja didepan jendela kamar Jimin. Jimin tak merespon apapun. Ia berbaring sambil memejamkan matanya diatas kasur king size miliknya. "Jimin-ah!" Panggil namja itu lagi.

"Biarkan saja, aku lelah. Aku ingin istirahat."

"Tapi, sebentar lagi hujan. Bagaima—"

"Yoongi sunbae~ aku lelah. Bisakah kau diam?" Namja bernama Yoongi itu yang ternyata sunbae Jimin hanya menatapnya khawatir.

Flashback

"Gwaenchana? Jimin?" Tanya namja yang tadi Jimin tabrak. Jimin tak menjawab apapun. Ia tak tahu jika airmatanya sudah keluar membasahi pipi mulusnya. Namja itupun terduduk menatap Jimin yang menangis, ia merasa bersalah.

Eh tunggu, bukankah ia yang menabrakku? Kenapa aku yang merasa bersalah?!

"YA! Kan aku yang kau tabrak! Mengapa kau yang menangis huh?!" Tanya namja yang ber name-tag Min Yoongi itu. Jimin masih terdiam mencerna kata dari namja itu. Tak lama ia mengusap matanya dan menghapus jejak airmatanya dipipi. Ada apa dengan hoobaenya itu?

"YA! Kau kenap—"

"Bisakah kau tolong aku, sunbae?" Tanya Jimin tanpa menatap Yoongi. Oh tentu saja ia tak berani menatapnya. Ia malu, bahkan sangat malu. Ketahuan menangis oleh sunbae yang pernah ia juluki namja dingin, lemah, cantik, galak, dan sebagainya. Tadi ia menangis didepannya! Oh betapa malangnya nasib seorang Park Jimin. "Bisakah kau bantu aku, aku ingin segera pergi dari sini."

"Memangnya ada ap— Hey!"

GREP!

"Kumohon.."

Yoongi terdiam setelah Jimin memotong ucapannya dan memeluknya erat. Kalau biasanya Yoongi akan menendang orang yang seenaknya memeluk seperti ini, sekarang ia tidak akan menendangnya. Ia tersentuh, entah mengapa perasaan nyaman tumbuh saat dipelukan Jimin. Bahkan jantungnya berdetak tak karuan.

Begitu pula Jimin. Ia tak ingin melepas pelukannya dengan Yoongi. Jangankan melepas, terpikirkan untuk melepasnya saja ia tidak mau. Entah kenapa ia ingin sunbae yang ia peluk ini menemaninya dan terus berada dipelukannya.

Tanpa sadar Yoongi bangkit, mau tak mau pelukan itu terlepas. Dan detik berikutnya, Yoongi merangkul Jimin. Setelah mengambil tas dikelas Yoongi, merekapun pulang.

Tak sadar jika sedari tadi Jeon Jungkook mengikuti mereka hingga kerumah Jimin.

Flashback End

Yoongi masih menatap Jungkook yang setia berdiri didepan pagar rumah Jimin. Oh kalau saja kedua orangtua Jimin ada dirumah, Jungkook akan sangat mudah masuk kerumah itu. Hanya saja ketika disaat seperti ini kedua orangtua Jimin sedang tidak dirumah.

"Aku pulang, sebentar lagi hujan. Aku akan katakan padanya untuk segera pulang juga." Ucap Yoongi sembari berjalan keluar kamar Jimin. Sedangkan Jimin, masih terdiam dengan kepura-puraan tidurnya. "Istirahatlah yang cukup, aku akan menghubungimu nanti." Lanjutnya, dan detik berikutnya terdengar suara pintu tertutup. Jimin bangkit dari tidurnya dan melihat ke luar dari jendelanya. Disana Jungkook masih berdiri berharap Jimin akan datang padanya. Namun tidak dengan Jimin, ia berharap Jungkook segera pulang.

"Untuk apa melakukan itu? Dasar bodoh!" Ucapnya lalu kembali berbaring dikasur king size miliknya ketika melihat Yoongi menghampiri Jungkook. "Ugh! Kalau kau memang ingin terus bersamaku, mengapa kau ingin berpacaran dengan Taehyung?! Bodoh! Jungkook bodoh!" Teriak Jimin frustasi, airmatanya pun turun kembali.

"Jungkook-ah saranghae.."


JUST ONE DAY


"MWO?! Sudah jam segini Jungkook belum pulang?!"

"Ne, Taehyung-ah.. Aku juga khawatir. Kemana anak itu."

"Biar aku yang mencarinya ahjumma."

"Jangan, diluar hujan deras. Nanti kau sakit."

"Gwaenchanna ahjumma, aku tutup dulu ya, annyeong!" Taehyung langsung beranjak mengambil payung dan jaket untuk Jungkook lalu keluar rumah. Tak sadar jika yang ia kenakan hanya kaus tipis dan celana selutut.

"Heish.. Kemana anak itu? Aku harus mencari kemana?! Jungkook-ah!"

.

.

.

Drrtt drrtt
Drrtt drrtt

"YA! Mworago?! Mengganggu sekali!"

"Astaga kau tidur seperti mati Jimin-ah! Ini aku Yoongi." Jimin yang baru bangun tidur mengangguk-angguk saat tahu yang menelepon Yoongi.

"Wae sunbae? Aku sedang tidur, kau mengganggu." Ucapnya dengan suara khas bangun tidur.

"Berarti kau tidak tahu jika Jungkook belum pulang?! Ia masih didepan rumahmu! Ia tak ingin pulang se—" Jimin yang mendengar kata Jungkook masih didepan rumahnya langsung sadar sepenuhnya.

"MWO?! Ah kau berbohong!"

"Haisshhh, mana mungkin aku berbohong. Kalau tak percaya, lihat saja!" Jiminpun bangkit dan melihat ke jendela. Seketika tubuhnyapun lemas melihat Jungkook yang masih berdiri depan rumahnya. Tubuhnya basah kuyup karena hujan yang terus turun.

"YA! Kenapa kau tak memberitahuku!" Teriak Jimin, ia langsung mengambil jaketnya.

"AKU BAHKAN MENELEPONMU SUDAH BERATUS KALI PARK JIMIN!"

Dan detik berikutnya, ponselnya ia lempar keatas kasurnya. Jimin berlari keluar rumah.

BRAK!

Jungkook tersenyum melihat Jimin yang akhirnya mau melihatnya lagi. Namun tak lama tubuhnya terjatuh.

"Jungkookie!"

GREP!

SRET!

"APA YANG KAU PIKIRKAN PARK JIMIN?! KAU INGIN MEMBUNUH JUNGKOOK DENGAN MEMBIARKANNYA SEPERTI INI HAH?!"

Bukan, itu bukan Yoongi. itu juga bukan ayah atau ibu Jimin. Melainkan Taehyung yang datang dan dengan sigap berlari melepas payungnya dan merengkuh tubuh Jungkook yang akan terjatuh diatas aspal yang dingin dan basah. Ia mendorong Jimin hingga Jimin yang terjatuh.

Jaket yang ia bawa langsung ia pakaikan ke Jungkook. Taehyung sangat murka pada Jimin. Ia benar-benar marah. Kalau saja ia tak memikirkan Jungkook, ia ingin menghajar Jimin. Namun ia tak ingin Jungkook kedinginan lebih lama lagi. Iapun menggendongnya.

"Kau mau melihat Jungkook seperti ini lagi? Kalau tidak, biarkan ia bersamaku! Karena kurasa, kau sudah tidak bisa menjaganya lagi!" Kata Taehyung, ia menatap tajam Jimin yang masih terduduk dan menunduk dalam.

"Ya, bawalah dia bersamamu. Kurasa hanya kau yang memang bisa membahagiakannya. Jagalah dia, jangan buat dia menangis.."

Taehyung masih menatap Jimin dengan tajam. Bagaimanapun ia ingin sekali menghajar namja itu. Tapi ia langsung teringat Jungkook digendongannya. Iapun beranjak pergi dari sana tanpa membalas ucapan Jimin.

Lagi dan lagi, airmata itupun jatuh bersama derasnya air hujan. Jimin menunduk dalam. Ia tak tahu harus berkata apa selain merelakan Jungkook'nya'. Ya, ini sudah berakhir.

"Mianhae Jungkook-ah!" Lirih Jimin.

.

.

.

Esoknya Jungkook tak masuk karena sakit, lebih tepatnya belum sadar dari pingsannya. Taehyung berjalan menuju kelasnya dengan wajah datarnya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Jimin kemarin. Ia tak bisa memaafkannya begitu saja. Tentu saja tidak akan.

"Taehyung-ah!" Yang dipanggilpun menoleh, "Bagaimana dengan Jungkook? Ia baik-baik saja?" Tanya orang itu setelah menghampiri Taehyung.

"Buruk, tapi setidaknya tak begitu parah karena kau memberitahuku keberadaan Jungkook. Coba kalau aku tak datang saat itu, mungkin ia akan mati kedinginan dibawah derasnya hujan." Jelas Taehyung membuat orang yang disampingnya itu kaget. "Thanks ya Hoseok hyung." Lanjutnya dengan cengiran khas miliknya. Hoseok mengangguk.

Memang Taehyung mengetahui keberadaan Jungkook karena diberitahu oleh Hoseok lewat telepon. Dan iapun tahu kalau Jungkook sudah sedari pulang sekolah berada disana. Kehujanan hingga malam. Setelah menerima telepon dari Hoseok, Taehyungpun langsung berlari sekuat tenaga, melawan derasnya hujan. Pikirannya terus berada pada Jungkook yang sudah pingsan karena kehujanan. Makanya ia sangat ber terimakasih pada Hoseok karena itu.

"Separah itukah? Yeah, tak masalah. Itu aku juga tahu dari Yoongi. Ia bilang aku harus memberitahumu. Ternyata berguna juga." Ujar Hoseok. Taehyung menghentikan jalannya dan menatap Hoseok.

"Yoongi hyung? Ketua team basket kita?" Tanya Taehyung meyakinkan. Hoseok mengangguk mantap.

"Ia kemarin itu sedang berada dirumah Jimin. Aku juga tak tahu awal mulanya. Tapi kurasa Yoongi menyukainya." Kata Hoseok.

"Kupikir kau berpacaran dengannya hyung." Ucap Taehyung sembari melanjutkan jalannya. Hoseok yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.

"Mana mungkin! Dia hanya sahabatku dari kecil. Dia selalu curhat padaku apapun yang terjadi. Aku yang lebih tahu dia. Jadi, saat ia bercerita tentang Jimin. Aku merasakan aura yang beda." Taehyung mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak mendengarkan omongan Hoseok lagi. Karena sibuk dengan pikirannya.

Bagaimana bisa Jimin langsung dekat dengan ketua team basket yang galak itu?

Dan bagaimana bisa ketua galak itu langsung menyukai Jimin?

Bahkan Hoseok saja yang dekat dengannya hanya sebagai sahabat?


Just One Day


"Eung.."

"Jungkook-ah kau sudah sadar?"

"Eomma?"

Wanita paruh baya itupun memeluk anak semata wayangnya. Ia benar-benar khawatir karena anaknya itu sudah pingsan selama satu hari penuh.

"Kau pingsan selama sehari sayang. Kau itu untuk apa hujan-hujanan seperti itu huh? Eomma khawatir sekali. Jangan seperti itu lagi!" Jungkook terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Banyak sekali yang ingin ia tanyakan.

Siapa yang membawanya pulang? Apakah Jimin?

"Taehyung yang menggendongmu pulang, ia segera pamit karena ia juga basah kuyup. Hubungi dia dan ucapkan terimakasih. Tapi sebelum itu, kau harus mengisi perutmu dahulu. Eomma ambilkan bubur ne."

Seakan tahu apa yang dipikirkan Jungkook, ibunya menjawab semua pertanyaannya. Jungkook mengangguk.

Taehyung..

Bagaimana bisa?

Apa Jimin yang memanggilnya?

.
.

"Jungkook-ah ada telepon dari Taehyung!" Teriak ibu Jungkook dari bawah. Jungkook yang baru saja membersihkan dirinya, langsung berlari kebawah.

Seharusnya aku yang menelepon. Dasar Tae!

"Yeoboseyo?"

"Jungkook-ah, kau sudah sembuh? Apa aku mengganggu istirahatmu?" Tanya Taehyung, terdengar sekali dari nada suaranya yang khawatir. Jungkook terkekeh pelan. Ah ia merindukan pelukan Taehyung.

"Aku sudah sembuh, YA! Seharusnya aku yang meneleponmu! Ah~ terimakasih Tae-ya kemarin kau menjadi penolongku hehehe.." Ucap Jungkook. "Bagaimana dengan Jimin? Yang kulihat kemarin Jimin membukakan—"

"Dia sudah menerima kita. Kau! Jangan seperti itu lagi! Kau hampir mati kedinginan hanya karena dia! Jangan dekat dia lagi!" Nada suara Taehyung berubah seketika. Jungkook terdiam. Berarti Taehyung tau semuanya?

"B-bagaimana bisa! Iakan sahabatku!" Ucap Jungkook dengan bibir bergetar. Ia takut, entah apa yang ia takutkan. "A-aku.. Merindukanmu. Bisakah kau datang?" Ucap Jungkook mengalihkan pembicaraan.

Entah mengapa ia benar-benar ingin bertemu dengan Taehyung dan memeluknya erat. Bagaimana bisa perasaan takut ini datang?

"Aku juga merindukanmu. Tapi tak bisa sekarang. Besok kita bertemu, dilapangan kosong. Bagaimana?" Tubuh Jungkook bergetar, ia tak tahu ia mengapa. Ia ingin bertemu dengan Taehyung sekarang dan memeluknya. Ia takut terjadi sesuatu yang memisahkan dirinya dan Taehyung.

Perlahan airmata itupun jatuh. Jungkook menahan isakannya dan mencoba berkata sewajarnya.

"A-aku ingin sekarang! A-aku tak bisa menunggu besok! Aku merindukanmu..hiks." Isakan itupun lolos membuat Taehyung diseberang sana khawatir.

"Ada apa hey? Aku tak bisa sekarang. Uljimayo~ besok kita akan bertemu. Jam 10 oke? Tenanglah.." Ucap Taehyung dengan lembut. Jungkook mengangguk walaupun tak bisa Taehyung lihat. "Kalau begitu aku tutup, mimpi indah chagi."

Jungkook terdiam lagi, iapun menaruh gagang teleponnya lalu kembali kekamar. Berbaring diatas kasur king size miliknya.

Aku harus tenang. Besok akan bertemu dengan Taehyung. Taehyung tak mungkin mengingkari janjinya.

Cepatlah datang hari esok..

Aku merindukanmu..
Taehyung-ah..


"Jungkookie~ sarapan!" Teriakan ibunya membuat Jungkook langsung meluncur ke ruang makan. "Eoh? Rapih sekali? Kau ingin kemana?" Tanyanya saat melihat Jungkook yang sudah rapih. Jungkook tersenyum lebar lalu duduk dikursinya.

"Bertemu Taehyung." Ucapnya girang. Ia memakan roti dengan selai strawberry. Ibunya hanya menggelengkan kepalanya. Anaknya itu seperti wanita jika sedang jatuh cinta seperti ini. Oh tentu wanita paruh baya ini tak keberatan jika anaknya menjalani hubungan terlarang, gay. Ia tak apa asal anaknya itu bahagia.

"Eomma~ aku berangkat!" Ucap Jungkook yang entah sejak kapan sudah menghabisi susunya. Ia mencium pipi ibunya lalu berlari keluar. Jungkook bersemangat sekali hari ini. Tentu saja karena Taehyung.

"Haaaa~ hari yang indah.. Aku tak sabar bertemu Taehyung~" Ucap Jungkook sembari berjalan kearah lapangan kosong tempat janjian mereka.

"Uh? Baru jam 9, aku terlalu bersemangat hehe.." Jungkook menduduki dirinya disalah satu bangku yang ada disana. Ah ia tak suka menunggu. Itu membuatnya mengantuk. "Cepatlah datang Taehyung..." Detik berikutnya Jungkook sudah tertidur.

.

.

.

"Jungkook-ah~"

"Eoh? Taehyung..."

"Kau sudah lama menunggu?"

"Tidak, aku yang terlalu bersemangat ingin bertemu denganmu hingga datang lebih awal dan tertidur hehe.."

"Seberapa besar rasa rindumu eum?"

"Sangat besar! Peluk aku!"

"Haha kau ini manja sekali."

"Biar saja~ eung~ Tae?"

"Kenapa sayang?"

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku."

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Janji?"

"Aku selalu ada dihatimu. Jadi aku takkan meninggalkanmu."

"Saranghae Tae-ya~"

"Nado Kookie~"

.

.

.

"Kook? Jungkook! Ireona!"

"Eung.. Ah! Junhong?"

Ugh! Ternyata hanya mimpi!

"Ah, jam berapa sekarang? Mwo jam 12? Kemana Taehyung? Kau lihat Taehyung?" Jungkook kaget karena ternyata dirinya sudah tertidur hingga jam 12. Tapi.. Kemana Taehyung? Ia tak datang..?

"Kook-ah!" Jungkook menatap Junhong penuh tanya. Sedangkan Junhong menatap Jungkook dengan wajah tegang.

"Kau sedang apa Junhong? Dimana Tae?" Tanya Jungkook lagi, tak lama Junhong menunduk dan bahunya bergetar. Ia menangis? "Hey Junhong-ah waeyo? Kenapa kau menangis? Ada apa?"

"Taehyung tak akan pernah datang."

"A-apa maksudmu?" Tanya Jungkook takut. Taehyung tak mungkin tak datang! Ia tak pernah ingkar janji! "Junhong-ah jangan buat aku takut."

"Taehyung.. Dia... Meninggal.."

DEG!

"K-kau bohong.. Junhong-ah berhentilah membohongiku. Aku tak percaya!" Ucap Jungkook dengan bibir bergetar. Melihat Junhong menangis didepannya. Apa mungkin? Tapi.. Junhong tak pandai akting. Jadi...

"Hey Junhong! Berhentilah! Ini tidak lucu!" Junhong masih terdiam menangis. Melihat itu Jungkook semakin takut.

Apa benar?

Taehyung...


JUST ONE DAY


"Dia menerobos jalan ingin melewati jalan sempit. Hiks"

"Dia tertabrak truk saat akan menyebrang. Hiks bodoh.."

"Tae...hiks hiks Taehyung.."

"Cepat sekali kau meninggalkan eommamu ini.. Hiks Tae-ya! Hiks.."

"Taehyuuunggg...hiks hiks"

Menangis..

Semuanya menangis..

Jungkook memperhatikan semuanya seperti adegan di televisi. Ia terdiam terpaku dengan semua itu. Ia bahkan tak bisa menangis karena tak menerima kenyataan pahit ini.

Taehyung masih hidup! Aku benar kan, Tae?

"Selanjutnya pemberian bunga dan salam perpisahan."

Apa katanya? Memberi bunga? Salam perpisahan? Apa maksudnya?

"Kook, bunganya?"

"A-ah ne.." Seketika pandangan Jungkook kosong. Tak ada cahaya didalamnya. Ia seperti kehilangan cahaya yang selama ini meneranginya.

"Junhong-ah! Aku pulang ya.." Ucap Jungkook sambil tersenyum lalu langsung beranjak pergi dari sana.

"Jungkook!" Panggil Junhong, tentu saja Jungkook tak mendengar. Ia sudah ditulikan dengan kejadian mengerikan ini.

Mendengar teriakan Junhong, Jimin menoleh dan melihat Jungkook yang keluar dari ruangan itu.

.
.

.

.

Bagaimana bisa aku memberi bunga dan mengucapkan salam perpisahan pada Taehyung?

Bagaimana mungkin semuanya menangis karena Taehyung?

.

Tanpa sadar Jungkook sudah berada di lapangan kosong tempat pertama kali mereka bersama.

Dan tempat terakhir janjian mereka.

.

Aku tak apa kehilangan semuanya..

Asalkan ada Taehyung, aku tak apa kehilangan semua yang aku punya!

Tapi..

Apa gunanya aku kehilangan semuanya tapi tak ada kau?!

"UGH!"

Tiba-tiba saja Jungkook mengingat semua kenangannya bersama Taehyung disini.

Saat pertama kali dimana mereka tak sengaja bertemu saat Jungkook membuang sampah.

Saat Taehyung menyuruh Jungkook memungut bola dan melemparkan kearahnya.

Saat janji Jungkook akan membantunya latihan pagi-pagi sebelum sekolah.

Saat Jungkook untuk pertama kalinya menyadari bahwa yang ia cinta adalah Taehyung.

Saat Taehyung menggenggam erat tangan Jungkook untuk menenangkannya saat Junhong tahu fakta tentang mereka.

Dan.. Saat Taehyung berkata bertemu disini jam 10..

Ia tak datang..

Tak akan pernah datang..

.

Tuhan..

Aku tahu..

Kau benar-benar mengabulkan permohonanku..

Aku memohon padamu untuk memberi waktu satu hari bersama dengan Taehyung..

Satu hari bisa bersama dengannya..

Satu hari bergandengan tangan dengannya..

Hanya satu hari..

Tapi mengapa secepat ini kau memisahkan aku dengannya?

.

Tuhan...

Aku ingin bertemu dengannya..

Sekali lagi..

Aku mohon..

Aku ingin bersama Taehyung..

Selamanya..

"TAAEEHYUUUUNNNGGGGG!"

"AKU AKAN MENUNGGUMU DISINIII!"

"JADI CEPATLAH DATANGGG!"

"HAAAAHHH... TAEHYUUUUNNGGG! Huhuhu.. Hiks.."

.

END

.
.

Taehyung inside

Hei Jungkook!

Jangan menangis…

Aku tak suka melihatmu menangis!

.

Kau tahu bukan tentang akibat dari penghapus ramalan itu?

Jika terbaca oleh orang lain, maka kau akan menderita.

Dan takkan pernah bisa bersamanya..

Itu benar terjadi...

Pada kita bukan?

Jungkook-ah..

Jimin telah membaca nama dibalik penghapus milikku tanpa pengetahuanku..

Kau tahu siapa yang aku tulis?

Tentu saja namamu..

.

Jungkook-ah!

Aku bisa mengenalmu, bukankah itu takdir?

Aku senang sekali bisa bersama denganmu..

Bahkan sebelum kau menyukaiku, aku sudah jauh lebih dulu menyukaimu..

Aku sengaja menjahilimu hanya untuk bisa kau kenal..

Setidaknya berkat kejahilanku, kau jadi menghafal namaku bukan?

Itu membuatku senang..

.

Jungkookie..

Terimakasih..

Terimakasih sudah hadir dikehidupanku..

Terimakasih sudah mau mengenalku..

Terimakasih sudah membalas cintaku..

Terimakasih sudah membuat duniaku lebih terang dan berwarna..

.

Kookie-ya..

Aku sudah berkata takkan meninggalkanmu bukan?

Aku akan selalu ada dihatimu..

Sampai kapanpun..

Jadi, jangan tunggu aku..

Jeon Jungkook..

Saranghae..

.

.
FIN

.
.

BIG THANKS FOR

FOLLOWERS

usuinoakay, tifagyeomi97, tetangga jimin, she3nn0, .94, retaetch, mikyou44, .7, jungie noona, crowncloud, btskthblank, Zahee, XOXOChikaLee, Valencia Byun, TaeYoonMin, Reiki123, Park Byun Soo, Nadin88, Haiiro-Sora, CookingCookies.

FAVORITE

tifagyeomi97, tetangga jimin, .94, sogogidobi92, retaetch, mpiwkim3022, mikyou44, jungie noona, ekariskiana21, crowncloud, chachatasia, btskthblank, btskookies, aiayanaa, Zahee, Valencia Byun, Tiara Esanda, TaeYoonMin, Park Byun Soo, Nadin88, MrsDoubleV, Krasivyybaek, Han YuRi - MilkHunHan, Haiiro-Sora, Fukuzatsuna Ai.

REVIEW

Krasivyybaek, she3nn0, Nadin88, Rapp-i , aiayanaa, Guest, Enjieee, Guest, Jeonyul

A/N

Annyeong~ maaf ya ini kelamaan ;-; aku baru sempet on pc jadi baru di share deh.. oh ya, apa ada yang gak kesebut diatas? Tolong maafkan kesalahan manusia biasa ini oke hehehe

Aku minta maaf kalau endingnya gak sesuai harapan kalian. Tapi inilah endingnya. Terimakasih sudah mau membaca dan nungguin ff yang membosankan ini^^

Kita bisa ketemu di ff aku yang judulnya 'LET ME KNOW'

Oke sekian dan terimakasih.

MAKNAEVISUAL


REVIEW PLEASE