You're mine™

Main cast : Baekhyun, Chanyeol ChanBaek

Other cast : Kyungsoo, Sehun, Kai, Luhan, Kris dll

Genre : Romance, Marriage, Drama

Rate : T

WARNING! typo(s) GS GENDERSWITCH, yang tidak suka GS mohon tidak membaca. No Bash No Blame

DISCLAIMER: Semua chara milik Tuhan, ibu, bapak, agensi masing masing, aku hanya meminjam nama doank (berharap Baekhyun jadi milik saya #plak)

...

Last Chapter

...

Baekhyun membenahi bajunya yang sangat berantakan, dua kancing teratasnya pun sudah lepas entah kemana. Tubuhnya bergetar hebat, dengan lemas ia maraih mantelnya yang tergeletak di bawah ranjang tempatnya duduk. Yeoja itu terus saja menangis meratapi apa yang baru saja terjadi. Kai sudah pergi setengah jam yang lalu, meninggalkannya dengan keadaan hancur.

Ceklek

Pintu kamar hotel itu terbuka menampilkan sesosok namja tinggi berkulit putih. Dia Sehun, Baekhyun lah yang menghubunginya setengah jam yang lalu.

Saat kedua obsidiannya menemukan yeoja yang baru saja menghubunginya, Sehun segera berlari menghampiri Baekhyun yang terduduk di atas kasur dengan keadaan berantakan.

"Baekhyunee, kau kenapa?" Tanya Sehun cemas begitu dekat dengan yeoja itu. Wajah Baekhyun beruraian air mata.

Baekhyun tidak menjawab, yeoja itu segera menghambur pada pelukan Sehun sambil terisak.

"Hiks, Aku mau pulang Hunnie."

.

Sehun menatap was-was pada Baekhyun yang duduk disamping kursi kemudinya. Sebisa mungkin ia menahan dirinyauntuk tidak memberondong Baekhyun dengan banyak pertanyaan, karena sepertinya yeoja itu sedang tidak baik.

Baekhyun duduk dalam diam, matanya terbuka tapi entah apa yang ia lihat. Pandangannya kosong.

Tapi ini membuatnya penasaran setengah mati. Dan juga, apa yang Baekhyun lakukan di kamar hotel dalam keadaan tak wajar pula. Bukankah yeoja itu punya rumah sendiri. Sudahlah, Sehun akhirnya memilih fokus pada kemudinya, setidaknya semua akan terjawab saat mereka sampai di rumah nanti.

Mobil itu akhirnya sampai di rumah Baekhyun. Sehun turun lebih dulu hendak membukakan pintu untuk yeoja itu, namun Baekhyun sudah lebih dulu keluar dan berlari menuju ke dalam rumahnya. Sehun menghela nafas sebentar dan segera menyusul Baekhyun kedalam.

Sehun mengetuk pintu kamar Baekhyun, setidaknya ia ingin tahu keadaan Baekhyun, dan sedikit menuntut penjelasan mungkin.

"Baekhyun, Apa yang kau lakukan? Boleh kah aku masuk?"

Tidak ada sahutan. Membuat namja putih itu lumayan cemas. Cemas, tentu saja, Sehun sangat mencemaskan keadaan Baekhyun dari tadi.

Dengan ragu Sehun memutar kenop pintu itu. Matanya diedarkan keseluruh penjuru kamar Baekhyun yang terbilang luas. Tanpa sengaja penglihatannya mendapati sebuah pas foto berukuran besar memenuhi dinding di atas ranjang Baekhyun. Seingatnya pertama kali dia memasuki kamar ini tempo hari, foto itu tidak ada. Oke, Sehun terlalu repot mengurusi itu, akhirnya ia kembali ingat niatnya kemari untuk mencari Baekhyun.

Tapi di kamar itu tidak ada keberadaan Baekhyun, dan cukup membuat Sehun semakin bingung.

"Apa jangan-jangan Baekhyun di kamar mandi?"

Sehun mencoba tidak berpikiran buruk, dia kira Baekhyun sedang membersihkan tubuhnya jika didengar dari gemericik air shower dari dalam kamar itu. Alhasil ia memilih keluar dari kamar itu.

Selama Baekhyun mandi (pikir Sehun) namja itu memutuskan menunggu di ruang tengah. Menonton tivi mungkin menghilangkan bosan, lagi pula mana ia sudi jika harus lama-lama di dalam kamar ini. Apa lagi melihat foto Chanyeol, lama-lama dia bisa rabun. Batin Sehun kesal

Duapuluh lima menit berlalu tapi Baekhyun belum juga ada tanda-tanda keluar kamar, Sehun penasaran, apa mungkin Baekhyun sudah selesai mandi dan tertidur. Namja itu beranjak lagi, setidaknya ia harus mengeceknya dulu. Jika memang Baekhyun sudah tidur maka ia akan pulang dalam keadaan tenang.

Lima kali dia mengetuk pintu, namun sama seperti tadi tidak ada jawaban. Karena sisa kesabaran Sehun sudah menipis, akhirnya dia langsung masuk. Keadaan kamarnya masih sama, tidak ada tanda-tanda tersentuh oleh siapapun. Sehun semakin khawatir, telinganya menangkap suara air shower yang masih saja mengucur. Dengan diliputi rasa cemas yang menghinggapinya Sehun menggedor kamar mandi itu.

Tidak ada jawaban. Dan Sehun sudah tidak bisa menunggu lagi, akhirnya ia memilih membuka pintu itu sekarang juga. Karena tidak dikunci lantas ia segera masuk.

"Baekhyun! Apa yang kau lakukan?"

Sehun membulatkan matanya mendapati Baekhyun duduk sambil memeluk lututnya di dalam bath up, dibawah air shower yang mengguyurnya. Tanpa pikir dua kali Sehun segera mematikan saluran air nya dan mengguncang tubuh Baekhyun, ternyata sedari tadi yeoja itu terisak, dan karena air shower tadi suaranya teredam.

"Baekhyun sebenarnya apa yang terjadi?"

Sehun benar-benar khawatir sekarang.

Baekhyun masih tidak menjawab, ia malah terisak kencang dan membuat Sehun semakin panik.

Sehun tidak tahu apa yang harus ia lakukan, langsung saja ia peluk tubuh basah Baekhyun, tak peduli lagi jika bajunya sendiri akan basah kuyup nanti. Sehun tetap mendekap Baekhyun erat-erat.

"Baekhyun ada apa ?" Tanyanya lagi, kali ini lebih lembut. Sehun hanya waspada dan terlalu khawatir.

Baekhyun bergetar dalam pelukannya, yeoja itu tidak bergerak, tapi malah menangis semakin pilu.

Sebenarnya Baekhyun menangis bukan karena nyaris diperkosa oleh Kai, ia menangis karena...

"Chanyeol... hiks, Wae? Apa salahku?"

Akhirnya Baekhyun mengeluarkan suaranya, berucap lirih yang cukup membuat Sehun semakin mengerut bingung.

"Chanyeol wae? Dia melukaimu? katakan padaku Baek!"

Sehun mengelus rambut tergerai yeoja itu, giginya bergemeretak, tidak bisa dipungkiri hatinya sedikit emosi mendengar nama Chanyeol disebut. Jika benar dugaannya bahwa Chanyeol lah yang membuat Baekhyun begini. Ia berjanji akan menghajar namja brengsek itu nanti.

.

Sehun memandangi tubuh Baekhyun yang terlelap dibalik selimut tebal itu. Lama ia menunggui sampai Baekhyun benar-benar tidur dengan tenang. Karena tadi sahabatnya itu sudah membuatnya cukup merasa gila dengan pingsang di dalam kamar mandi, dan alhasil dengan ragu, dia harus menggantikan baju Baekhyun yang basah kuyup sebelum membaringkannya diatas ranjang, atau yeoja itu akan sakit nantinya.

Tidak ada pilihan lain baginya. Dan tak ada niat buruk sedikit pun yang terlintas dibenaknya begitu melihat tubuh telanjang Baekhyun. Bagi Sehun, Baekhyun itu sangatlah berharga, dan ia tidak mungkin menyakitinya.

Setelah yakin Baekhyun baik-baik saja maka ia putuskan untuk pulang sekarang. Karena tidak mungkin dia menginap disana, sedangkan Baekhyun dalam posisi ditinggalkan suaminya, mau dikira apa dirinya nanti! Sehun yakin, Baekhyun akan segera siuman. Dengan gontai ia keluar dari kamar itu dan meninggalkan rumah Baekhyun.

.

.

.

.

.

Satu bulan berlalu lagi, semua proyek dan pembangunan rumah sakit baru di Jepang sudah selesai. Rencananya besok pagi ia akan melakukan penerbangan ke Seoul. Chanyeol sudah tak sabar ingin memeluk istrinya dan menyelesaikan semua permasalahan yang telah mereka alami. Namja itu sudah menemukan jalan keluarnya. Semua memburuk karena ia sadar betapa plin plan dirinya selama ini. Dan sekarang ia sudah benar-benar memantapkan hatinya.

Chanyeol sudah meyakinkan hatinya. Dan ini untuk yang terakhir kalinya.

"Park Chanyeol, mau kah kau mengabulkan permintaanku?"

Kyungsoo melepaskan pelukannya dan menatap manik Chanyeol. Memasang wajah memohon yang sangat besar, berharap namja itu mau mengabulkannya.

"Kembalilah kepadaku Yeol, kau mau kan?"

Chanyeol sempat terkejut mendengarnya. Namun secepat mungkin ia menggeleng.

"Itu tidak mungkin Soo. Aku sudah menikah, dan kau pun sama."

"Tapi aku menikah juga karena kehendak Appa Yeol, aku... tidak mencintai Jong In. Aku hanya mencintaimu,"

Sergah Kyungsoo masih bersikeras.

"Yeol, jawab. Kau mau kan? Kau masih mencintaiku kan?" Desak Kyungsoo sambil mengguncang tubuh kekar namja itu.

Cukup lama namja itu terdiam dan seakan memberi harapan pada yeoja disampingnya. Chanyeol tidak boleh diam terus, jika setiap kejadian begini dan berujung ia lari maka semua tidak akan pernah selesai. Namja itu mengutuk dirinya sendiri yang seperti tidak punya pendirian.

Chanyeol mengusap rambutnya frustasi. Dia tidak boleh menjadi pecundang lebih dari ini. Atau semua akan terluka karenanya.

Namja itu mendekat kearah Kyungsoo, membuat yeoja itu menatapnya sambil membulatkan matanya, untuk sesaat Kyungsoo tersentak ketika tangan Chanyeol menangkup kedua pipinya. Oh Tuhan! ini seperti mimpi untuknya, yeoja itu segera menyentuh kedua telapak tangan Chanyeol yang masih bertautan pada kulit tubuhnya.

"Chanyeol kau..." Kyungsoo sudah berharap setengah mati, bahkan kini yeoja itu sudah menjatuhkan berbutir-butir air matanya. Senyuman terlukis dibibirnya sebelum...

"Maaf kan aku Kyungsoo, tapi aku tidak bisa meninggalkan Baekhyun. Kita tidak akan mungkin kembali bersama, maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf."

...Balati dari Chanyeol menusuk tepat di jantung nya. Ini sungguh membunuh nya, Kyungsoo menggeleng kasar. Dengan cepat ia melepaskan tangan Chanyeol dari wajahnya.

"Tidak Park Chanyeol, kau tidak bisa seperti itu!"

Kyungsoo berteriak seperti kesetanan, dan ini lah yang Chanyeol takutkan. Yeoja itu... mengamuk.

"Kyungsoo, kumohon tenangkan dirimu," Pinta Chanyeol dengan raut khawatirnya, dialah yang membuat semua menjadi sekacau ini.

"TIDAKKK... TIDAK! KAU TIDAK BISA MELAKUKAN INI PADAKU, KAU TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU, ARRRRRRRGHHHH...!"

Kyungsoo menjatuhkan dirinya dilantai dan mengacak rambutnya persis seperti orang gila. Dia terus saja berteriak tidak menerima keputusan Chanyeol.

Chanyeol ikut bersimpuh dan memeluk Kyungsoo lagi, sebisa mungkin ia harus menenangkan Kyungsoo dengan caranya.

"Kyungsoo cukup! jangan seperti ini, jebal!" Chanyeol semakin mengeratkan pelukan nya lalu mengelus lembut tubuh yeoja yang pernah mengisi seluruh hatinya. Dia juga ikut menangis.

"Chanyeol. hiks... aku tidak mau, hiks... aku mau kau kembali Yeol."

Kyungsoo masih meraung dalam tangis nya, yeoja itu sedikit kesusahan untuk berontak ketika tubuh Chanyeol mendekap nya semakin erat. Untung nya mereka makan ditempat tertutup dan hanya ada dua orang itu saja.

"Kyungsoo apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Sungguh aku tidak ingin menyakiti orang lain lebih dari ini."

Chanyeol melepaskan pelukannya lalu kembali menangkup kedua pipi Kyungsoo lagi.

"Kyungsoo kumohon mengertilah!"

Perlahan-lahan yeoja itu sudah sedikit tenang. Tetapi isakan dibibirnya masih saja memilukan.

"Kita tidak boleh egois. Kau tahu, jika itu terjadi maka semakin banyak orang yang terluka. Kita harus menghentikan ini!"

Kyungsoo mennggelangkan kepalanya keras-keras, walau bagaimana pun kehilangan Chanyeol itu tidak akan pernah mau ia terima. Ia ingin Chanyeolnya kembali.

"Tidak, Yeol!"

Yeoja itu membentak lalu melepaskan paksa tangan Chanyeol dipipinya, tapi tidak berhasil. Karena Chanyeol menangkupnya sangat erat.

"Ku mohon..."

.

.

.

.

.

Baekhyun sedang duduk di kantin menantikan kedatangan Luhan. Sahabatnya barusaja mengiriminya pesan mengajak makan siang bersama.

Ngomong-ngomong Luhan setiap hari datang kerumah sakit untuk terapi. Memulihakan fisiknya akibat kecelakaan yang dialaminya dua bulan lalu. Tapi saat ini keadaannya sudah sangat baik. Walau saat berjalan Luhan bilang masih sering merasakan nyeri pada kaki atau pinggangnya.

Cukup lama menunggu akhirnya orang yang sedari tadi Baekhyun tunggu menampakkan dirinya juga. Niatnya ingin mengomel tapi ketika melihat wajah Luhan yang ditekuk Baekhyun mengurungkan niatnya.

"Wae gurae? Kau kenapa, kenapa wajahmu jelek sekali?" Tanya Baekhyun berniat bercanda.

Luhan mendengus sebentar sebelum menatap malas kursi yang akan ia duduki.

Seenak kepalanya sendiri ia lalu menyambar jus alpukat milik Baekhyun dan meminumnya sampai tandas. Seketika itu juga berhasil membuat Baekhyun menatapnya mendelik.

"Ya! Lu, itu kan baru kuminum sedikit!"

Protes Baekhyun setengah berteriak mendapati minumannya berakhir di tenggorokan Luhan.

"Aaahhh segar sekali," Acuh Luhan sambil menyeka sisa jus yang menempel di bibirnya.

"Mianhae, Aku sangat haus. Kau pesan lagi gih," Ujar Luhan sambil nyengir bodoh.

Dan Baekhyun semakin melebarkan matanya mendapati penuturan kurang ajar dari sahabatnya itu.

"Aku tidak bisa menebak apa yang sudah membentur kepalamu hari ini? Kau sama saja dengan Oh Sehun!"

Ujar Baekhyun sambil mendesis. Ia tidak habis pikir dengan Luhan yang datang dengan wajah cemberut, menghabiskan jusnya, lalu dengan seenak jidatnya menyuruhnya memesan kembali, dan Oh! jangan lupakan cengiran barusan. Baekhyun kira Luhan mulai gila.

Luhan yang awalnya tersenyum senang kini gantian berubah cemberut lagi.

"Jangan membicarakan Oh galak itu,"

Jawab Luhan cepat sambil menyilangkan tangannya didada.

"Kanapa? kau pasti malas-malasan lagi kan?" Tanya Baekhyun mengintimidasi. Baekhyun sering sekali menerima aduan dari Luhan soal Sehun yang memarahinya saat di tempat terapi.

Dan saat ia bertanya pada sahabat laki-lakinya, Sehun menjawab bahwa Luhan itu malas sekali melakukan terapi. Ugh, mirip sekali dengan adik si Oh Sehun, Taeyong.

Oho! Baekhyun ingat, Luhan kan sekarang berteman baik dengan adik dari Sehun. Mungkin karena itu Luhan jadi ketularan malas seperti Oh Taeyong. Tebak Baekhyun asal.

"Mana ada? Dia saja yang terlalu penyuruh."

Protes Luhan tidak terima di hina oleh sahabatnya sendiri.

"Jangan berbohong!"

"Tidak!"

Tanpa sadar Luhan malah berteriak, membuat beberapa pengunjung kantin menoleh kearah mereka. Baekhyun memutar kepalanya sebentar.

"Ya Tuhan, jaga tingkahmu Lu!"

"Habisnya kau menyebalkan Baek."

Baekhyun sungguh frustasi menghadapi tingkah Luhan yang kini berubah menjadi terlalu kekanakan seperti remaja lagi.

"Apa yang kau lakukan di tempat terapi hari ini?"

"Tentu saja berolahraga. Apa lagi," Jawab Luhan acuh tak acuh. Demi Tuhan, dia sebenarnya sudah malas sekali pergi terapi jika Baekhyun tidak selalu menelponnya setiap waktu ketika berada di rumah.

"Setidaknya kau tidak kesepian disini Nyonya Lu..."

Luhan memutar bola matanya malas mendengar ocehan sahabatnya.

Setelah perdebatan kecil tadi akhirnya mereka memutuskan memesan makan siang mereka. Selama makan tidak ada suara dari kedua yeoja itu. Mereka memilih menikmati makanannya dengan diam.

Sebenarnya banyak hal yang berputar-putar di kepala Baekhyun saat ini. Tidak bisa dihitung berapa jumlahnya hal-hal itu. Selain masalahnya sendiri, tetapi juga banyak masalah yang menyangkut Luhan.

Luhan sudah resmi bercerai dengan Kris dua minggu yang lalu. Baekhyun ingin menahan keputusan Luhan, jika saja ia bisa. Namun Luhan sudah tidak bisa dihentikan. Dan Kris... Baekhyun bisa melihat betapa hancurnya namja itu, disamping penyesalannya yang dalam terhadap Luhan tentu saja.

Kepusingan Baekhyun bertambah saat mengetahui fakta bahwa Tao benar-benar hamil dengan Kris. Dan Tao harus meninggalkan dunia ke artisannya karena itu.

Baekhyun juga tahu betul itu bukan sepenuhnya kesalahan sepupunya, mengingat disana masih ada Kris di pihak yang bersalah.

Luhan pun akhirnya juga mengetahui semuanya. Tapi Luhan terlihat baik-baik saja.

Yang jelas Luhan sangat lihai menutupi rasa kecewa dengan topengnya.

"Besok Chanyeol pulang kan?" Tanya Luhan sambil melahap suapan terakhir dipiringnya.

Baekhyun hanya menanggapinya dengan mengangguk kecil. Tapi wajah itu berubah murung.

Luhan menatap Baekhyun cukup lama, ia sungguh pintar membaca raut gundah sahabatnya.

"Baekhyun! percayalah pada Chanyeol pasti akan memilihmu,"

Ujar Luhan mantap, ia bisa menyemangati Baekhyun. Padahal permasalahan yang mereka hadapi adalah kurang lebih sama. Jika ia bisa meyakinkan Baekhyun untuk percaya, kenapa untuk dirinya sendiri tidak?

Dan Jawaban nya adalah... karena Luhan lebih mengenal Chanyeol dari pada mantan suaminya, Kris.

Baekhyun sudah menceritakan semua padanya. Termasuk kenapa selama ini Kyungsoo masih terus mengejar-ngejar Chanyeol. Dan tentang Chanyeol yang menghamili Kyungsoo.

"Aku tidak bisa seyakin dirimu Lu," gumam Baekhyun lirih. Dan Luhan tidak mendengarnya.

.

.

.

.

.

Hari ini adalah hari terakhir Chanyeol di Jepang sebelum kembali ke Korea. Dan hari ini juga kencan terakhirnya dengan Do Kyungsoo. Yang saat ini resmi Chanyeol nobatkan sebagai mantan kekasihnya. Kyungsoo yang memintanya, meminta persyaratan ini tempo hari sebelum yeoja itu benar-benar rela melepaskannya.

Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Ini adalah yang terakhir, dan ia tidak akan menjadi sosok brengsek lagi untuk mengingkari sumpahnya.

Obisidian itu menatap lembut seorang yeoja manis bermata doe yang sedang tersenyum kearahnya. Kyungsoo sudah menyerah mempertahankan keegoisannya. Yeoja itu bersedia melepaskan Chanyeol untuk hidup barunya.

"Apa kau sudah siap?" Tanya Chanyeol sembari tersenyum dengan wajah cerah, tidak pernah membayangkan jika hari ini akan datang.

Ketika mendapati anggukan yakin dari Kyungsoo, dengan lembut ia menggandeng tangan yeoja itu. Lalu mulai mengajak nya berjalan.

"Kemana kita akan pergi Soo?" Toleh Chanyeol kesampingnya.

"Aku juga belum tahu, apa kau tahu tempat yang bagus?"

Chanyeol memasang wajah berfikirnya sebentar. Namja itu melepaskan tautan tangannya dan menghadap kearah Kyungsoo.

"Aku tahu, banyak malahan. Tapi sayang semua tempat itu tidak ada di Tokyo, Eotte?"

Kyungsoo balas menatapnya serius. Menunggu Chanyeol melanjutkan berbicara.

"Tapi kita juga tidak mungkin kesana, itu pasti memakan banyak waktu", Lanjut Chanyeol lagi.

"Kemana pun aku mau," Putus Kyungsoo final. Ia tidak akan menuntut banyak lagi. Mendapati Chanyeol memenuhi ajakan kencannya saja sudah membuat ia senang bukan main. Sekarang ia sudah sadar dan menerima bahwasanya Chanyeol bukanlah miliknya lagi.

Akhirnya hari itu ia habiskan berkencan di taman bermain sampai sore. Chanyeol senang melihat wajah Kyungsoo yang sangat bahagia. Senyum dan tawa lepas yang dulu pernah ia lihat dari yeoja itu akhirnya bisa ia nikmati lagi.

Yeoja itu memang sangat menawan, maka dari itulah ia bisa jatuh cinta pada sahabatnya sendiri dulu. Kyungsoo sangat cantik dan natural. Seorang yeoja mungil yang tidak bisa marah lama-lama pada sahabatnya. Yeoja yang mau mengalah, dan selalu memperhatikan kawan lainnya.

Mungkin Kyungsoo banyak berubah beberapa tahun belakangan ini disebabkan terlalu tertekan olehykehidupannya. Karena Chanyeol tahu bahwa Kyungsoo sebenarnya adalah Yeoja yang sangat baik.

Kyungsoo dan Chanyeol mencoba berbagai wahana mainan di dalam taman bermain itu sampai puas. Kyungsoo benar-benar berbeda hari ini. Dia sungguh seperti Kyungsoo sahabat sekaligus cinta pertama nya yang dulu. Yeoja ceria dan sedikit berisik.

Setelah puas menaiki segala jenis wahana permainan. Lalu mereka memutuskan bermain salju, membuat sebuah bola kecil sampai bulat dan saling melempar satu sama lain.

Berkali-kali Chanyeol terjatuh karena terkena lemparan Kyungsoo yang sangatlah akurat. Sedangkan untuk membalas, mana mungkin Chanyeol bisa melakukan itu pada wanita. Walau Kyungsoo berkali-kali juga menantangnya.

"Ayo, balas aku Park Chanyeol... Kau payah! hahahhaha"

Tawa Kyungsoo menggelegar karena lemparan Chanyeol tidak bisa mengenainya satu pun. Padahal itu sengaja.

"Hahahaha kau sungguh payah Yeol!"

Kikik Kyungsoo lagi. Ia mengira Chanyeol memang benar-benar tidak bisa membalasnya.

Kyungsoo merasa seperti hidup. Nafasnya memburu karena sibuk berlarian. Tetapi hatinya sangat gembira. Ia sangat senang bisa bermain bersama seseorang yang pernah sangat berarti pada hidupnya.

Walau setelah ini semua akan berakhir, namun itu tak mengurangi rasa bersyukur nya. Bersyukur karena Chanyeol masih mau melihatnya.

Karena terlalu bersemangat berlari alhasil Kyungsoo terpeleset salju dan mengakibatkan tubuhnya jatuh terguling. Chanyeol yang melihat itu secepat mungkin segera menghampiri tubuh Kyungsoo dengan wajah paniknya.

Chanyeol mengguncang tubuh Kyungsoo pelan. Takut-takut kalau yeoja itu pingsan atau terbentur sesuatu. Raut khawatir jelas tergambar di wajah tampannya.

"Kyungsoo ya kau tidak apa-apa?"

"..."

"Kyungsoo!"

Berkali-kali Chanyeol mengguncang tubuh yeoja itu. Tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan(?) dari Kyungsoo.

Chanyeol semakin panik.

"Ya! Kyungsoo, bangun!"

Baru ketika ia membalik tubuh Kyungsoo. Yeoja itu mengejutkannya.

"Bwaaa! HAHAHAHAHAH!" pekik Kyungsoo mengagetkan si namja tinggi, setelahnya yeoja itu tertawa sangat keras begitu mendapati wajah panik Chanyeol. Kyungsoo mengerjainya.

"Do Kyungsoo!" Teriak Chanyeol marah karena telah dipermainkan.

Tetapi bukannya takut Kyungsoo malah semakin tertawa kencang.

"HHHHH Kau lucu sekali Park Chanyeol," Kekeh nya lagi, kini bangun dari posisinya. Terlihat sekali ia menikmati wajah kesal Chanyeol. Perutnyan sampai sakit karena tertawa.

"Do Kyungsoo itu tidak lucu!"

Setelah selesai bermain Kyungsoo memutuskan mengajak jalan-jalan sebentar melewati bawah pepohonan yang di selimuti salju. Beberapa kali Kyungsoo menggosok-gosok tangan nya karena kedinginan. Hari sudah semakin larut dan lampu-lampu jalan sudah menyala menghiasi pemandangan di sekeliling nya.

Mereka sudah pergi dari tempat bermain satu jam yang lalu. Tapi masih enggan untuk pulang sekedar menghangatkan diri di dalam kamar hotel masing-masing.

"Kau kedinginan Soo?"

Tanya Chanyeol yang sedari tadi melihat yeoja itu sibuk dengan telapak tangan nya.

"Tunggu disana!" Tunjuk Chanyeol pada bangku kayu panjang di sebelah pohon besar yang tinggal rantingnya saja. "Aku akan membeli kopi sebentar."

Setelah menyelesaikan kalimatnya Chanyeol lalu berlalu pergi seperti yang dikatakan barusan.

Kyungsoo masih menunggu Chanyeol yang pergi membeli kopi beberapa menit lalu. Matanya sibuk mengedar ke sekelilingnya. Jujur ia tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Ia sangat bahagia, bahkan sampai tidak bisa mendeskripsikan itu dengan kata-kata.

Saat sibuk mengamati sekitar, mata besar nya tidak sengaja menangkap sebuah pemandangan yang membuat hatinya berdesir. Sebuah keluarga kecil yang terlihat bahagia dengan buah hatinya.

Terlihat seorang balita sedang bercanda dengan si pria dewasa, yang ia asumsikan sebagai ayah dari bocah itu.

Kyungsoo tersenyum pahit. Lama memandangi moment itu membuatnya iri. Ia hanya menghela nafasnya berat.

Walau sekalipun ia belum pernah melihat bayinya. Namun ia yakin anak nya itu akan semanis Chanyeol. Bahkan ia sedikit ragu untuk mengira anak itu masih hidup atau sudah tiada.

Tiba-tiba matanya mulai berembun mengingat betapa kejam ayahnya sendiri yang dengan tega memisahkannya dengan bayi tak berdosa itu.

Chanyeol akhirnya datang membawa dua gelas kopi yang terlihat mengepulkan asap panasnya. Namja itu mengikuti arah pandang yeoja yang sedang duduk itu. Dahinya berkerut melihat Kyungsoo memperhatikan dengan intens tiga manusia yang tidak jauh dari tempatnya berada. Chanyeol mengira Kyungsoo pasti juga menginginkan sebuah keluarga kecil bahagia nan lengkap seperti itu.

Lama ia menunggui Kyungsoo yang masih sibuk dengan aktifitasnya, ide nakal tiba-tiba menghinggapi otaknya.

Dengan usil ia menyodorkan gelas kopi itu tepat di samping wajah Kyungsoo. Jadi jika Kyungsoo menoleh sedikit saja maka akan mengenai hidung mancung yeoja itu.

Tapi Chanyeol salah, Kyungsoo sudah menyadari keusilannya. Yeoja itu sudah mengetahui bahwa Chanyeol kembali. Akhirnya Kyungsoo meraih gelas kopi itu tanpan menoleh.

"Jinjja Park Chanyeol, kau ini selalu saja. Tidak sopan!"

Desis Kyungsoo begitu gelas kopinya sudah berpindah tangan. Membuat Chanyeol terkekeh mendengar penuturannya.

"kkkkk~~ Habisnya kau melamun saja."

Balas Chanyeol kemudian duduk disamping Kyungsoo.

Kyungsoo menoleh sambil berdecak. Lalu menunjukan kepada Chanyeol seorang bocah kecil yang sedang bermain bersama keluarganya.

"Kau lihat itu Yeol." Tunjuk Kyungsoo pada si balita.

Chanyeol mengikuti arah telunjuk yeoja itu.

"Hhmmm wae?" Tanya Chanyeol penasaran.

"Anak itu, jika ia masih ada... Mungkin sekarang dia sudah sebesar bocah disana itu,"

Gumam Kyungsoo lirih. Chanyeol menoleh untuk melihat Kyungsoo. Ia tentu tahu siapa yang dimaksud 'Anak itu'

"Mianhae Soo."

Kyungsoo menggeleng kecil.

"Aku baik-baik saja."

lalu tersenyum tipis.

"Setidaknya aku harus bersyukur karena Jongin masih menyelamatkan nyawaku waktu itu"

Kyungsoo menghembuskan nafasnya. "Aku berharap bisa memiliki keluarga yang bahagia suatu hari nanti," Sambung Kyungsoo.

Chanyeol meletakkan gelas kopinya dan memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan yeoja itu.

"Berjanjilah untuk mulai mencintai Jongin setelah ini. Dan mulailah hidup baru dengannya," Ujar Chanyeol lembut.

Kyungsoo berkaca-kaca. Yeoja itu sadar selama ini dirinya memang terlalu egois, telah mencampakan orang yang benar-benar mencintainya dengan tulus dan menerima kekurangannya tanpa protes sedikit pun. Ia sadar terlalu buruk untuk Kai. Mulai hari ini ia akan membuka hatinya untuk namja bermarga Kim itu.

Kyungsoo akan berjanji pada nya untuk merelakan semua yang sudah terjadi.

"Aku berjanji padamu Park Chanyeol."

.

.

.

.

.

Baekhyun mengamati sekumpulan anak-anak yang sedang sibuk bermain bersama-sama. Senyum tak henti-henti menghiasi bibir nya ketika mendapati bocah kesayangan nya yang mulai mau bersosialisasi dengan teman-teman nya di panti.

Hari ini minggu, dan ia libur dari pekerjaan nya. Makanya ia memutuskan kemari untuk menemui Chandoo.

"Gomawo" Ucap Baekhyun disertai senyum ramah saat Yixing memberikannya secangkir kopi.

Yixing ikut mendudukkan dirinya di bangku kosong samping Baekhyun. Yeoja berlesung pipit itu tersenyum mengikuti arah pandang Baekhyun yang sedari tadi tak lepas dari bocah laki-laki yang sedang asyik bermain mobil-mobilan tidak jauh dari tempatnya berada.

"Kau jadi membawa Chandoo bersamamu hari ini?" Tanya Yixing pada Baekhyun lirih.

"Aku akan membawanya, maaf karena menculik anak kesayanganmu lagi"

Yixing terkekeh kecil menanggapi perkataan lucu Baekhyun.

"Kau bisa menculiknya kapan pun kau ingin Baekhyun, aku masih mempunyai banyak" Jawab Yixing ikut bercanda.

"haha Majaseo"

"Aku tidak menduga Chandoo mulai mau bermain bersama anak-anak yang lain"

Karena seingat Baekhyun, bocah itu kan sangat sulit disentuh oleh orang lain.

"Aku yang meracuninya" Jawab Yixing sambil meringis.

Baekhyun menoleh lalu mengerut, tapi juga ikut tersenyum.

"Mwo? Apa yang kau katakan padanya?"

Baekhyun tentu penasaran. Ia juga kagum, Yeoja di sampingnya ini benar-benar pintar menakhlukan anak-anak.

"Aku bilang pada Chandoo, bila ia tetap tidak mau bermain dengan yang lain. Maka ia akan besar sampai tua sendirian. Tidak punya teman,"

Oceh Yixing menjelaskan, diakhiri dengan menggedikkan bahu.

Baekhyun dibuat tertawa karena ceritanya.

"Aku tidak bisa menjelaskan wajah takutnya kala itu,"

Sambung Yixing lagi.

Baekhyun menyeruput kopi dicangkirnya sebentar. Lalu kembali menatap Yixing.

"Tapi Yixing, bisa aku megajak Chandoo pergi sekarang? sepertinya sebentar lagi Chanyeol sampai di rumah" Ujar Baekhyun sambil mengamati jam tangan nya. Ia tentu tidak lupa bahwa suaminya hari ini pulang. Setidak siap pun ia bertemu suaminya, tapi Baekhyun juga tidak mungkin, tak ada dirumah ketika namja itu tiba.

Yixing mengangguk mengerti.

"Baiklah, akan kusiapkan perlengkapan Chandoo dulu, lalu aku akan memanggilnya"

Yixing lekas berdiri tetapi Baekhyun segera mencegahnya.

"Tidak usah. Nanti aku berencana akan mengajaknya berbelanja. Kau tidak perlu khawatir."

Baekhyun dan Yixing kini sudah berada di depan gerbang panti. Chandoo sudah siap berangkat ke rumah Baekhyun. Bocah itu lucu sekali dengan jacket bulu yang menenggelamkan tubuh mungilnya hingga hampir tak terlihat. Berkali-kali Yixing dibuat terkekeh akan ulah Chandoo yang kerepotan berjalan dengan pakaian kebesarannya.

Baekhyun yang semula menggandeng tangan mungil bocah itu lalu membukakan pintu untuknya.

"Jaa~ Chandoo ya, ayo pamit dulu pada Yixing eomma."

Baekhyun mengingatkan si bocah kecil sebelum memasuki mobilnya.

Balita itu sangat mengerti dengan penuturan Baekhyun, karena kesopanan sangat diajarkan oleh Ibu asuhnya di sini.

Chandoo mengangguk lalu menoleh kearah Yixing, bocah itu menunduk dan mengucapkan salam.

"Thandoo pergi dulu ya... jaga diri eomma," Tukas Chandoo imut.

Yixing tidak bisa menahan senyum bangganya, tangannya terulur untuk mengusak kepala bocah yang tertutup kupluk kucing itu.

"Arasseo, Chandoo juga jaga diri eoh! Tidak boleh nakal, dan merepotkan Sonsaengnim, mengerti!?" Balas Yixing sambil menyampaikan nasihat.

Chandoo mengangguk patuh. Lalu Baekhyun segera mengangkatnya ke kursi penumpang dan memasangkan sabuk pengaman. Tidak lupa Baekhyun juga berpamitan kepada Yixing sebelum menyusul masuk kedalam mobil dan melajukannya pergi.

"Apa Chandoo senang hari ini?" Tanya Baekhyun sambil menoleh sebentar kearah Chandoo yang duduk tenang disamping nya. Balita itu tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi mungilnya yang baru tumbuh.

"Thenang thekali!" Jawab nya semangat.

Baekhyun juga iku tersenyum lebar setelahnya, ia sangat bahagianya ia bisa bertemu dengan bocah itu. Chandoo memberinya semangat besar dan sangat berdampak pada kehidupan nya.

Baekhyun sudah membicarakan tentang rencana untuk mengadopsi Chandoo pada Yixing. Dikarenakan ia tidak bisa membiarkan Chandoo di ambil orang.

Hari ini ia akan memberi tahu Chanyeol tentang keinginannya itu. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakin kan Chanyeol agar tidak menggagalkan niat nya lagi. Baekhyun rasa sudah cukup menahan diri selama hampir dua tahun karena tak kunjung mendapat kan momongan. Ia harus mendapatkan Chandoo, secepatnya.

.

.

.

Chanyeol pulang dalam keadan sangat lega. Seperti terlahir kembali. Rasanya semua beban yang menaungi otaknya sudah sirna. Pikirnya hari ini adalah harapan baru. Harapan untuk pernikahan nya. Ia sudah merancang sebuah masa depan yang pernah ia janjikan di altar waktu ia mengikrarkan sumpah nya di hadapan Tuhan. Chanyeol berharap, semua ini belum terlambat.

Ketika taksi yang membawanya tiba dirumah. Segera ia turun dan menarik kopernya kedalam. Wajah tampannya tersenyum tatkala mendapati mobil Baekhyun terparkir rapi di garasi halaman mereka. Yang berarti bahwa istrinya sedang tidak bekerja.

Chanyeol sebenarnya bisa saja meminta Baekhyun menjemputnya, tapi mengingat permasalahannya belakangan ini, ia jadi merasa sungkan untuk sekedar menyuruh Baekhyun menjemputnya.

Hah, sudahlah, toh sekarang Chanyeol sudah kembali. Dan ia akan segera menyelesaikan semuanya.

"Aku pulaaaangggggg!" Teriaknya nyaring sekali begitu memasuki rumahnya.

Cukup lama ia menunggu tetapi tidak ada tanda-tanda seseorang menyahutnya. Pintu rumah itu tidak terkunci makanya Chanyeol bisa langsung masuk. Dahinya mengernyit bingung.

"Apa Baekhyun tidak mendengarku?" Tanya nya pada diri sendiri. Akhirnya ia putuskan menuju ke ruang tengah.

Barulah disana ia menemukan Baekhyun. Yeoja itu terlihat sedang di dapur. Chanyeol menebak kalau Baekhyun sedang memasak, jika dilihat dari apron berwarna orange membalut tubuh langsing itu.

"Baekhyun" panggil Chanyeol begitu menghampiri Baekhyun. Si yeoja sempat berjingkat karena kaget, tapi segera mungkin memutar tubuhnya untuk melihat suaminya.

"Chanyeol kau sudah pulang?"

Chanyeol mengangguk lalu berjalan mendekati istrinya.

"Kau tidak mendengar tadi aku berteriak dari depan?"

"Maaf aku tidak mendengarmu, aku sedang menggoreng ikan," Jawab Baekhyun sekenanya.

Chanyeol semakin mendekat dan menarik pinggang Baekhyun agar merapat padanya.

"Begitukah..." Tanya Chanyeol sambil tersenyum nakal. Berniat menggoda Baekhyun. "Aku sangat merindukanmu~"

Tapi respon yang Chanyeol terima sangat diluar dugaan. Ia mengira Baekhyun akan membalas memeluknya, atau jika sebaliknya. Yeoja itu pasti akan mendorongnya sekuat tenaga dan marah-marah. Namun kali ini berbeda, Baekhyun menghindarinya. Dia melepaskan tangan Chanyeol yang melilit pinggangnya dengan halus. Tanpa membentak ataupun marah-marah seperti biasa.

"Chanyeol, aku sedang memasak dan aku juga belum mandi. Lebih baik kau istirahat saja dulu."

Baekhyun berbohong. Padahal ia sudah mandi dari pagi, bukankah tadi ia juga sudah pergi ke panti menjemput Chandoo.

"Oh iya, jika kau ingin istirahat kau gunakan kamar depan dulu. Aku belum membereskan kamar. Ada Chandoo yang sedang bermain disana."

"Chandoo?" Tanya Chanyeol memastikan. Wajahnya yang sempat bingung, kini semakin bertambah bingung. "Dia menginap disini lagi?"

"Tidak, tadi pagi aku menjemputnya. Ya sudah aku masih harus memasak," Putus Baekhyun lalu kembali menyibukkan diri dengan mengiris daging.

Chanyeol menggendikkan bahunya sebentar. Sepertinya Baekhyun memang sedang sibuk. Dan ia tidak boleh mengganggu. Akhirnya ia putuskan pergi dari sana.

Chanyeol memasuki kamar dengan pintu yang sedikit terbuka itu. Matanya mengamati seorang bocah laki-laki sedang bermain. Bocah itu memunggungi pintu dan tidak tahu bahwa ada seseorang telah masuk kesana.

"Halloooo!"

Niat awalnya Chanyeol ingin menyapa bocah itu, tapi respon yang ia dapatkan sangat mengejutkan.

Chandoo tersentak kaget ketika mendengar seseorang memanggilnya sampai tidak sengaja menyenggol puzzle menaranya yang sudah sangat tinggi itu hingga berhamburan kelantai semua.

Bocah itu segera berdiri. Kepalanya tertunduk mendapati Chanyeol disana. Tubuhnya mundur terus sampai menabrak ranjang.

Chanyeol mengernyitkan dahinya bingung melihat ekspresi ketakutan bocah dihadapan nya. Namja itu memiringkan kepalanya sebentar lalu menghampiri Chandoo yang masih menunduk sambil memainkan jari-jari mungil nya gusar.

"Mi-mianhae Ahjucci, Tha-thandoo tidak thengaja,"

Ucap Chandoo terbata, takut namja dewasa itu akan marah padanya karena telah memberantakan kamarnya dengan mainan yang tersebar disana sini. Kalau pada Baekhyun sih bocah itu tidak takut. Tapi pada Chanyeol... Dia kaget saja, tidak menyangka suami dokternya akan pulang.

Chanyeol terkekeh sebentar lalu duduk sejajar dengan Chandoo. Ia ingin terbahak ketika mendapati wajah Chandoo yang sudah pucat dengan bibir yang mencembik lucu. Hampir menangis.

"Aigoo~ Kau menangis?"

Chandoo tidak menjawab, bocah itu ingin melarikan diri dari sana. Namun Chanyeol lebih dulu menangkap tangan nya hingga bocah itu berhenti.

"Hei, Mau kemana? Lanjutkan bermainnya!" Ujar Chanyeol sambil menunjuk mainan Chandoo yag berserakan dilantai.

Chandoo menggeleng keras. "Ani,Thandoo mau ke Thonthaengnim."

"Waeyo?" Tanya Chayeol bingung, apa setakut itu Chandoo padanya.

"Ya!, Sonsaengnim sedang memasak, daripada mengganggunya lebih baik kau bermain saja eum dan... hei, kenapa kau takut padaku? Apa Ahjussi ini menyeramkan?" jelas Chanyeol panjang lebar, diakhiri dengan menunjuk wajahnya sendiri.

Chandoo semakin menunduk saja dan Chanyeol sudah tau jawabannya.

"Ahjussi ini orang baik, jangan takut eoh! Jaa~ Lebih baik sekarang kita bermain saja ok! Ahjussi akan menemanimu bermain"

Chanyeol menarik Chandoo agar kembali pada permainannya. "Tunggu sebenatar. Ahjussi punya sesuatu untukmu"

Bocah itu hanya mengikuti apapun yang disuruh Chanyeol pada akhirnya. Sebenar nya tadi ia hampir menangis bukan karena takut, tapi karena kaget, bukankah anak kecil memang seperti itu.

Chandoo menatap polos Chanyeol yang sedang menggeledah laci dalam lemari seperti mencari sesuatu. Ia duduk kembali dan mulai menggapai-gapai puzzle mainannya yang berserakan. Mencoba menyusun nya kembali.

Ia menoleh saat Chanyeol berbalik dan menenteng sebuah pesawat mainan lumayan besar, Chandoo segera berdiri lagi dengan mata berbinar.

"UUUwaaaah,, bethar thekali!" Pekiknya takjub oleh benda yang kini berada di tangan Chanyeol.

Chanyeol menunduk mendekati Chandoo.

"Kau mau main ini" Tanya Chanyeol sambil menyodorkan mainan pesawat terbang itu. Tentu saja si bocah mengangguk semangat.

"Kemarilah!"

Chanyeol duduk di tempat bermain Chandoo tadi.

"Ayo kita bermain bersama."

.

.

.

.

.

Baekhyun sedang berada didalam kamarnya sendiri Selama ia menunggu Chanyeol menidurkan Chandoo dikamar sebelah Baekhyun sibuk membenahi beberapa mainan yang bercecer dilantai kamar nya. Mereka sudah selesai makan siang dan Chandoo baru saja tertidur karena kecapek'an bermain.

Jantungnya berdebar-debar tidak karuan, menunggu Chanyeol datang. Sebenar nya ia tidak tahu harus memulai dari mana. Baekhyun tidak bisa berfikir dengan jelas. Ia terlalu takut membayangkan semua yang akan terjadi.

Chanyeol memasuki kamarnya, namja itu menutup pintu teramat pelan lalu berjalan menghampiri istrinya yang sibuk berkutat membersihkan mainan Chandoo. Baekhyun juga menyadari kedatangan Chanyeol, tapi masih memilih sibuk pada pekerjaan nya. Begitu semua mainan itu sudah masuk ke keranjang dengan rapi akhirnya Baekhyun mengangkat kepalanya.

Entah kenapa atmosfir diantara keduanya menjadi begitu canggung. Chanyeol juga merasa ada yang ganjil disini. Padahal tadi Chanyeol pulang dengan wajah secerah matahari, berharap bisa memberikan kehangatan untuk Baekhyun. Tetapi mendapati Baekhyun yang menatapnya intens membuat rasa percaya dirinya hilang.

"Baekhyun..."

Panggil Chanyeol lirih.

Baekhyun hanya menapnya, menunggu sang namja menyampaikan apa yang ingin namja itu katakan.

"Aku yakin kau sudah mendengar semuanya," Terka Chanyeol takut-takut. Ia tentu bisa menebak hanya dengan melihat gesture tubuh Baekhyun. Dan sikap istrinya itu semenjak kedatangannya beberapa jam yang lalu.

Chanyeol mendekati Baekhyun saat langkahnya hampir sampai tiba-tiba Baekhyun menghentikannya dengan ucapan dari bibir tipis istrinya.

"Dan kau tentu tahu seberapa besar rasa kecewaku padamu"

Balas Baekhyun tegas dan tepat sasaran dihati Chanyeol, hingga membuat namja itu tak berkutik seketika.

"Tidak ada yang akan baik-baik saja setelah semua yang telah aku dengar. Bahkan seburuk-buruknya kabar itu, aku tak pernah membayangkan akan seburuk ini"

Setelah melanjutkan kalimatnya, kristal bening itu akhirnya lolos dari pelupuk mata Baekhyun. Seketika itu pula Chanyeol ingin segera merengkuh yeojanya dalam dekapan.

"Maafkan aku..."

"Apa hanya maaf yang bisa kau ucap!?"

Chanyeol tersentak ketika Baekhyun memotong ucapannya barusan.

"Baekhyun, kau mau mendengarkan penjelasanku kan? Aku memang brengsek, aku mengetahuinya. Tapi asal kau tahu. Aku tidak pernah menyangka jika Kyungsoo akan mengandung anak ku. Dia pergi begitu saja setelah hal itu terjadi. Lalu bagaimana mungkin aku tahu bahwa ia akan mengandung, dia juga tak pernah memberi kabar apapun kepadaku"

Chanyeol menjelaskan apa yang terjadi. Tak mengapa jika Baekhyun masih menuntut nya untuk bercerita sampai malam. Ia pasti akan melakukannya. Karena sekarang yang ada di benaknya hanya mengembalikan rasa percaya istrinya.

"Lalu apa keputusanmu?"

Baekhyun memandang nya lamat-lamat, pasti yeoja itu sangat tersiksa. Untuk sesaat Chanyeol merasa terintimidasi oleh sorot mata Baekhyun.

"Maafkan karena selama ini aku begitu tak tahu diri. Bahkan aku tidak bisa mengambil keputusan dengan tegas. Tapi hari ini aku akan mengatakan padamu Baek. Aku dan Kyungsoo sudah sepakat dengan ini."

Bagi Baekhyun, ini seperti menunggu bom waktu yang kapan saja bisa meledak dan memporak-porandakan semua. Semuanya termasuk hati Baekhyun.

Ia semakin tak berani membuka telinganya, entahlah hatinya benar-benar berdenyut sakit. Antara kecewa dan harapan cemas.

"Aku sudah menyiapkan diri untuk mendengar itu Chan, tapi... rasanya masih saja perih. Kau tahu... ini seperti pisau berkarat yang mengirisku sedikit demi sedikit"

Bahkan kalimat itupun tak berhasil lolos dari bibirnya. Baekhyun hanya bisa menelannya dalam batin.

Tapi mata membeliak kala Chanyeol sudah berlutut di depannya dan meraih jemarinya. Bisa yeoja itu lihat wajah percaya diri namja itu sangat kentara.

"Maaf kan aku Baek... Tapi aku memilihmu!"

Rasanya jantung Baekhyun hampir copot.

"Aku sudah mengatakannya pada Kyungsoo, aku memilihmu"

Ulang Chanyeol yang semakin jelas di telinga Baekhyun.

"Aku memang bodoh karena baru menyadari bahwa hanya kau yang benar-benar memiliki hatiku. Bukan Kyungsoo, yeoja dimasa laluku itu"

Tiba-tiba saja Baekhyun kehilangan kata-katanya. Ia ingin berucap tetapi rasanya untuk berbicara saja ia membutuhkan bantuan.

Apa ia tidak salah dengar? Chanyeol memilihnya. Lalu bagaimana dengan yeoja yang telah melahirkan anaknya...?

"Chann... Kau-"

"Kyungsoo menerima keputusanku" Ujar Chanyeol terus melanjutkan kata-katanya, ia tidak ingin berhenti sampai semuanya selesai.

Chanyeol tersenyum mengetahui kegundahan Baekhyun. Ia tahu Baekhyun pasti sulit percaya dengan apa yang ia sampaikan.

"Dan dia melepaskanku untuk mu. Untuk sesorang yang telah memenangkan hatiku"

Air mata Baekhyun semakin bergerombol keluar.

'Seseorang tolong sadarkan aku ini bukan mimpi' Batin Baekhyun kalang kabut. Yeoja itu masih dikejutkan lagi ketika Chanyeol memasangkan sebuah cincin putih pada jari manis nya. Lagi-lagi ia membulatkan mata sipitnya semakin lebar.

"Dengan ini, ijinkan aku mengikatmu sebagai milikku yang sesungguhnya. Aku yang menginginkanmu dari dalam lubuk hatiku sendiri. Bukan atas dasar perjodohan kita. Aku sangat mencintaimu. Maukah kau menerimaku kembali? Sebagai seorang Pria yang menginginkan wanitanya. Would You?"

Baekhyun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terisak. Seingatnya keajaiban itu hanya ada di bulan Desember. Tapi hari ini... Benarkah ini nyata?. Bahkan membayangkan keajaiban pada hidupnya seperti inipun ia tidak berani. Ia mengira hari ini adalah akhir dari semuanya, tetapi ia salah. Ini adalah awal dari segalanya.

"Chanyeol, aku... Aku..."

Baekhyun semakin sulit untuk berucap. Yeoja itu menelan saliva nya berkali-kali. Ia ingin segera mengatakan 'iya' tetapi bibirnya sangat kelu akan rasa tak percaya. Ini sungguh hari paling menakjubkan dalam 25 tahun ia lahir kedunia.

Akhirnya Baekhyun menganggukkan kepalanya kecil merespon pernyataan Chanyeol, yang 'mengikatnya'.

Chanyeol berdiri dan segera meraih tubuh Baekhyun dalam dekapannya.

"Gomawo..." Ucapa Chanyeol senang, dan Baekhyun menganggukkan kepalanya lagi. Yeoja itu masih menangis, tapi kini adalah air mata kebahagiaan.

"Jeongmal gomawo."

Chanyeol melepaskan pelukannya untuk menatap manik Baekhyun. Tangan besar nya menangkup kedua pipi istrinya.

"Terimakasih banyak, karena telah menerimaku... lagi"

Baekhyun kembali hanya bisa mengangguk. Namun tiba-tiba Baekhyun teringat sesuatu. Dan tidak tahu mengapa untuk hal ini, ia bisa berbicara dengan lancar.

"Aku ingin kita mengadopsi Chandoo"

.

.

.

.

.

Baekhyun terbangun dari tidur siangnya dikarenakan suara dering ponselnya di atas nakas. Diluar sedang hujan dan ia sedang berada seranjang dengan namja yang saat ini memeluknya posesif. Dengan pelan Baekhyun melepaskan pelukan Chanyeol pada tubuhnya, yeoja itu meraih ponsel dan menjawab panggilan itu.

"Yoeboseyo. Yixing ah, ada apa ?"

Baekhyun sangat penasaran kenapa Yixing menelpon nya.

"halo Baekhyun, Apa kau berada dirumah?"

"Ne, aku ada dirumah. Apa ada sesuatu?"

"Kim Sonsaengnim baru saja kemari. Mencari Chandoo"

Baekhyun mengerutkan keningnya. Kim Sonsaengnim itu Kai, tapi untuk apa Kai mencari Chandoo.

"Jeongmal? Ada masalah apa?"

"Aku tidak bisa menjelaskan padamu Baekhyun, tapi sekarang Kim sonsaengnim sedang menuju kerumahmu"

Tanpa banyak bertanya lagi Baekhyun akhirnya hanya mengangguk meng'iya'kan saja.

"Ah, baiklah aku mengerti"

Setelah sambungan teleponnya terputus, Baekhyun lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia menengok kekamar sebelah untuk melihat Chandoo. Bocah itu masih tertidur pulas dibalik selimut tebalnya.

Sebuah pertanyaan yang menghinggapi otaknya. Untuk apa Kai mencari Chandoo.

.

.

.

.

.

"Kai, apa kau yakin dia anakku?"

Entah sudah berapa kali Kyungsoo bertanya hal itu pada namja yang saat ini sedang sibuk dengan kemudinya.

Kai baru saja memberitahunya sesuatu yang membuat Kyungsoo ingin pingsan.

"Aku lumayan yakin tentang itu Kyung. Aku teringat kalung berbandul Sunshine milikmu yang dipakai anak itu"

Namja itu akhirnya teringat tentang kalung yang pernah ia lihat pertama kali di Rumah sakit waktu lalu. Kalung yang Baekhyun tujukkan padanya. Itu adalah kalung milik Kyungsoo yang di ambil oleh tuan Do sebelum menyerahkan bayi Kyungsoo kepada orang.

Kyungsoo merasa sangat deg-degan. Benar kah ia akan bertemu dengan anaknya. Yeoja itu bergerak gelisah berkali-kali dalam duduknya.

Mereka baru saja dari panti tempat anak itu di asuh, namun begitu Kyungsoo mendengar nama Baekhyun disebut-sebut, tidak bisa dipungkiri. Hatinya sedikit takut. Takut Jika bayi itu tidak mau dengannya.

Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Jika bayi itu tinggal bersama Baekhyun, bukankah Chanyeol harusnya tahu.

Ah, Kyungsoo sangat pusing sekarang. Ia ingin segera bertemu anak itu. Dan memastikannya sendiri.

Kai dan Kyungsoo tiba di rumah Baekhyun. Namja itu lebih dulu berjalan menuju ke dalam. Kai memencet bel rumah itu. Sebenarnya dia sedikit sungkan kemari mengingat apa yang pernah ia perbuat pada si pemilik rumah ini tempo hari.

Tak selang berapa lama pintu itu akhirnya dibuka. Baekhyun tidak terlalu terkejut lagi melihat Kai datang. Kai sangat kikuk hanya untuk berucap lebih dulu. Tetapi Kyungsoo lebih dulu datang dan menghampiri kedua orang itu.

"Baekhyun ssi, A-aku ingin bertemu anakku?" Ujar Kyungsoo to the point.

Baekhyun yang awalnya kaget itupun kini beralih memasang wajah bingung.

"Anak...? Anak apa maksudmu?" Tanya Baekhyun masih dengan raut wajah penuh kebingungan.

.

Baekhyun menyuruh Kai masuk dan duduk di dalam rumahnya. Sedangkan Kyungsoo sudah ijin untuk bertemu Chandoo.

Yeoja itu terus saja menunduk mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Kai. Baekhyun meremas tangannya kuat-kuat. Tidak mau menerima kenyataan ini.

"Apa yang kau katakan Kai, mana mungkin Chandoo adalah anak Kyungsoo" Baekhyun masih bersikeras membantah setiap pernyataan Kai.

"Aku memang belum yakin sepenuhnya Baek, maafkan aku tapi mungkin kita harus melakukan tes DNA. Karena..."

"Kenapa kau berkata begitu? Kau tidak punya bukti," Sergah Baekhyun cepat.

Kai merasa sangat bersalah pada yeoja itu. Tapi ia tidak mungkin diam untuk selamanya.

"Maafkan aku Baekhyun. Tapi kalung itu menguatkan semuanya. Kalung milik Chandoo itu adalah kalung Kyungsoo."

Chanyeol terkejut melihat Kai berada disini. Ia baru saja terbangun karena mendengar keributan di rumahnya. Namja itu semakin mengkerut bingung mendapati istrinya manangis sesenggukan.

"Baekhyun, ada apa ini?" Tanyanya bingung sekaligus cemas. Lalu mendekati Kai dan Baekhyun dan yang duduk berhadapan.

"dan Jongin, Apa yang kau lakukan kemari?"

Pernyataan Chanyeol tidak terjawab malah menimbulkan pertanyaan lain begitu mendapati Kyungsoo keluar dari kamar tamu dan menggendong Chandoo sambil menangis. Sungguh Chanyeol seperti orang bodoh disini. Ia hanya menolehkan kepalanya pada setiap manusia disana. Tapi tidak ada satupun yang menjawabnya.

"Kyungsoo ya, Apa yang kau lakukan disini?"

Tanya Chanyeol akhirnya pada Kyungsoo dengan mata membulat.

"Chanyeol... Dia, dia adalah anak ku. Anak ku yang telah appa buang."

Deg~

Chanyeol seketika membeku. Telinganya mendengar tangisan Baekhyun semakin pilu. Ia bingung mana yang harus di respon lebih dulu.

.

.

.

.

.

Semua pertanyaan sudah terjawab, dan tes DNA sudah dilakukan. Hasilnya 99% DNA Chandoo sama dengan Kyungsoo. Yang berarti Baekhyun tidak bisa bertindak apa-apa lagi untuk membantah. Walau bayi itu juga anak Chanyeol, namun tentu hak asuh anak itu tidak jatuh pada suaminya. Karena Kyungsoo dan Chanyeol sama sakali tidak menikah.

Baekhyun hanya bisa meratapi nasibnya. Baru saja kebahagiaan memeluknya, tapi rasanya kini semua sudah akan direnggut darinya lagi dengan paksa. Kehilangan Chandoo, itu sama saja ia kehilangan semangat hidupnya. Baekhyun hancur, seharusnya ia membenci anak itu setelah mengetahui hal ini. Tapi Baekhyun tidak. Dia tidak bisa melakukan itu, karena dari awalpun ia sudah merasa terikat dengan Chandoo. Darah daging suaminya sendiri, tapi... dengan wanita lain. Bukan dirinya.

Hari ini hari terakhir Baekhyun mengajak Chandoo menginap di rumahnya. Karena besok Kyungsoo akan kembali ke Paris yang tentu saja Chandoo juga ikut bersamanya.

Sekuat apapun Baekhyun mencoba mencegah kepergian Chandoo, ia tak akan berhasil. Karena ia bukan apa-apa nya bocah itu.

Semakin lama ia juga sadar. Baekhyun tidak boleh egois, jika Chandoo sudah bertemu dengan ibu kandungnya maka sebisa mungkin ia juga harus ikut bahagia.

Chanyeol selalu menenangkannya agar tegar, walau dilain sisi Chanyeol juga sedih harus berpisah dengan putranya dalam waktu dekat ini.

.

.

.

Chandoo selesai mandi. Bocah itu berlarian di dalam kamar Baekhyun tanpa busana karena Chanyeol yeng terus mengajak nya bercanda.

Baekhyun uring-uringan mendapati itu kedua namja beda generasi yang sangat berisik itu. Dengan perangai sadisnya, Baekhyun menarik kerah baju Chanyeol sampai namja itu berhenti berlarian. Dan memekik karena lehernya tercekik.

"AAkkhhh Baekk,, Akkhh... Aku bisa mati," rutuk Chanyeol merasakan kesulitan bernafas akibat keanarkisan istrinya.

"Park Chanyeol, Chandoo harus segera berganti baju. Kau mau membuatnya masuk angin eoh!" Marah Baekhyun menatap tajam Chanyeol sambil bertolak pinggang.

Sedangkan bocah yang sedari tadi main kejar-kejaran hanya bisa menatap polos pemandangan absurd di hadapannya.

"Chandoo kemari! Cepat pakai bajumu."

Chandoo pun hanya menurut saat Baekhyun memakaikan baju untuknya yang di iringi omelan dari bibir tipis itu.

Entah belajar dari mana bocah itu, cara akurat menutup mulut dokternya yang terlampai cerewet, Mungkin telinganya panas juga mendengar ocehan panjang lebar dari Baekhyun. Dan ide nakal itu tiba-tiba saja muncul dari kepala si mungil.

Chandoo mencium bibir Baekhyun sekilas. Yang berhasil membuat Baekhyun berhenti mengomel.

"Ya! Park Chandoo! Belajar dari mana kau?" Pekik Baekhyun melotot sadar akan apa yang baru saja terjadi.

Sedangkan Chanyeol yang sedari tadi menonton pun sudah terbahak-bahak kencang. Membuat bocah kecil itu ikut-ikutan tertawa.

Baekhyun segera menoleh kearah Chanyeol dengan tatapan membunuh. "Pasti 'si pervert' Appamu itu yang mengajarimu eohh!"

.

Baekhyun membenarkan jaket bocah imut dihadapannya. Sebentar lagi Kyungsoo akan datang menjemput Chandoo untuk dibawa pergi ke Paris. Mati-matian Baekhyun menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sudah cukup semalaman ia menangis, Baekhyun tidak mau membuat Chandoo ikut bersedih karenanya.

Chanyeol mengelus bahu Baekhyun sebentar, lalu ikut berjongkok seperti Baekhyun mensejajarkan dirinya dengan tubuh pendek anaknya. Namja itu menepuk kepala anak laki-lakinya pelan.

"Park Chandoo anak appa, Tidak boleh nakal eoh disana. Tidak boleh menyusahkan eomma, Arajji?"

Tukas Chanyeol menasehati putranya lembut. Chandoo mengangguk kecil, membuat Baekhyun tidak bisa lagi menahan air matanya. Yeoja itu kembali menangis lagi. Bahunya bergetar, bibirnya tak berhasil meloloskan kata-kata yang ingin ia ucapkan untuk anak tersayangnya.

Untuk ukuran bocah semungil Chandoo, balita itu cukup cerdas. Chandoo sangat mudah memahami situasi, dan ketika melihat Dokter yang paling ia sayangi menangis maka dengan cepat bocah itu memeluk tubuh Baekhyun erat.

Baekhyun adalah ibu pertama yang Chandoo punya.

"Thontaengnim Uljima... Thandoo akan pulang kok"

Celetuk balita itu polos namun masih mendekap Baekhyun. Baekhyun semakin terisak kencang. Dan Chanyeol tersenyum haru, antara sedih dan bangga.

Baekhyun melepas pelukan itu dan menangkup wajah Chandoo dengan lembut. Yeoja itu mengangguk lalu tersenyum.

"Sonsaengnim akan menunggu Chandoo Ok!"

Balas Baekhyun lirih. Kemudian menciumi pipi bulat Chandoo berkali-kali.

.

.

.

.

.

16 month later...

.

.

.

.

.

Luhan mondar-mandir dengan gelisah di depan sebuah gereja megah yang akan dijadikan tempat pernikannya. Yeoja itu mengigiti kuku nya yang terbalut sarung tangan panjang.

Sungguh ia tidak habis pikir bagaimana ia bisa seceroboh ini melupakan buket bunga di kamar hotel nya tadi.

"Kau memang bodoh Luhan" Rutuk nya pada diri sendiri.

Tak lama berselang datanglah Chanyeol sambil menggendong putri kecil nya. Ia datang sedikit terlambat dikarenakan harus mampir kerumah ibu nya lebih dulu. Sedangkan Baekhyun sudah berangkat dari tadi, karena menemani Luhan merias wajah nya.

Chanyeol dibuat heran oleh tingkah sahabat wanitanya seperti setrikaan yang sedang dipakai begitu.

"Luhan apa yang kau lakukan disini?" Tanya Chanyeol membuat Luhan menoleh cepat.

"Bukankah pemberkatan nya akan dilakukan sebentar lagi?" Sambung Chanyeol lagi.

"Dan dimana Baekhyun?"

Pertanyaan Chanyeol tidak terjawab, karena pekikan seorang yeoja berlari kearah nya.

"Eonni, pendetanya sudah datang"

Chanyeol tahu yeoja itu adalah pacar dari adik calon suami Luhan.

"Adduh, bagaimana ini" Perkataan gadis barusan sukses membuat Luhan semakin kalang kabut.

Chanyeol lagi-lagi hanya bisa menjadi semakin kepo karena pertanyaan nya di acuhkan.

Saat sedang sibuk dengan pikiran nya masing-masing. Baekhyun datang sambil berteriak dari kejauhan.

"Luhaaaaaaaaaaaaaaen, aku mendapatkan bunganya!" Seru Baekhyun terlampau bersemangat.

Chanyeol memelototkan matanya selebar mungkin melihat Baekhyun mengendarai sepeda ugal-ugalan kearah mereka. Tapi berbeda dengan Chanyeol, kedua yeoja disampingnya malah tampak berbinar menyambut kedatangan istrinya.

Setelah memarkirkan sepeda nya Baekhyun segera berlari menghampiri Luhan dan menyerahkan buket bunga yang baru saja dibelinya.

Begitu bunga itu sampai ditangan Luhan, Joy segera menarik Luhan memasuki gereja.

"Eonni... kita harus segera masuk kedalam, ayo!"

Luhan yang ikut berlari menoleh sebentar kearah Baekhyun.

"Jeongmal Gomawoyo Baek" Ujar Luhan setengah berteriak. karena gadis yang menarik tangan nya membawa ia berlari cukup kencang.

Akhirnya Baekhyun bisa menstabilkan nafasnya juga. Demi Tuhan, Baekhyun mempertaruhkan dua nyawa untuk pernikahan kedua sahabat nya itu.

"Kau sadar apa yang kau lakukan Byun Baekhyun?"

Ucap Chanyeol yang berada disampingnya dengan ketus.

Dan Baekhyun baru sadar bahwa Chanyeol ada disana bersama putri cantiknya. Baekhyun nyengir lalu memilih mengacuhkan Chanyeol dengan meraih anaknya yang tadi digendong oleh sang suami.

"Aigoo~ Nabi... Eomma merindukanmu sayang"

Ucap Baekhyun dibuat-buat semanja mungkin lalu berjalan memasuki gereja. Heol, Melarikan diri lebih tepat nya.

.

Ini adalah pernikahan ke dua Luhan.

Entahlah Baekhyun tidak tahu darimana jalinan cinta antar sahabatnya itu terajut. Tapi dalam hatinya tak berhenti bersyukur. Karena Luhan menemukan orang yang tepat, begitu pun sebaliknya. Baekhyun menobatkan bahwa pernikahan ini sangatlah sempurna.

Baekhyun menghampiri kedua mempelai yang baru saja melakukan pemberkatan itu dengan mengapit lengan Chanyeol, sedangkan Nabi, putrinya sedang ikut dengan Joy dan Taeyong.

"Oh Sehun, akhirnya kau laku juga"

Ujar Baekhyun sambil menepuk lengan sahabatnya keras. Dan suka sekali menikmati wajah cemberut Sehun saat ia menggodanya.

"Kau ini apa-apaan Baek, Kau kemari hanya mau mengejekku eoh?" Balas Sehun sewot.

"Hei, jangan marah! Nanti wajah tampanmu luntur loh" Lanjut Baekhyun semakin gencar menggoda Sehun.

"IIsshh... menyebalkan."

Baekhyun terkekeh.

"kkkkk~Selamat atas pernikahanmu"

Baekhyun segera memeluk sahabatnya itu. Karena sedari tadi Chanyeol sudah menyenggol lengannya agar berhenti bercanda.

Setelah mengucapkan selamat pada sahabat laki-lakinya, kini Baekhyun beralih pada Luhan.

"Selamat atas pernikahanmu Lu, Kau beruntung mendapatkan Dokter muda yang sangat tampan itu!" Ucap Baekhyun sedikit melirik kearah Sehun dan memberi sahabatnya kedipan mata, tak lupa memeluk Luhan juga.

"Gomawoyo Baek."

Selanjutnya Chanyeol juga ikut menyalami dan mengucapkan selamat pada Sehun. Walau pada awalnya ia merasa bahwa Sehun itu adalah rivalnya, namun begitu hari ini terjadi. Ia akan mencabut pedoman itu.

"Selamat untuk pernikahanmu Oh Sonsaeng, ku harap kau menjaga Sahabatku yang paling cerewet itu. Tapi kau adalah namja paling beruntung karena bisa memilikinya"

Sehun tersenyum tipis. Merasa seperti dejavu, kurang lebih ia pernah menjadi pihak seperti Chanyeol pada pertunangan Baekhyun dulu.

"Gamsahamnida."

.

Taeyong sedang sibuk bermain dengan putri pertama keluarga Park di bangku taman. Bayi mungil bermata sipit lucu mirip ibunya itu kini sedang dipangku oleh kekasihnya.

Joy terlihat gemas sekali melihat tingkah menggemaskan Nabi.

"Oppa, dia cute sekali ya" Ujar gadis itu sambil menampilkan eyesmile manisnya.

Taeyong ikut tersenyum lalu meraih tengan bayi mungil itu untuk ia mainkan.

"Iya, Anak ini lucu sekali dan juga cantik"

Namja itu lalu menoleh kearah kekasihnya.

"Chagi, apa kau mau membuat yang seperti ini?" Tanya Taeyong sambil menaik turunkan alisnya.

Joy pun segera menoleh dengan wajah cengo.

"Maksudmu, kau mau menikahiku?"

Taeyong mengangguk bersemangat. "Dan membuatmu hamil" Lanjutnya sambil nyengir lebar.

Yeoja itu memasang wajah berfikir. "Tapi kurasa aku akan menjadi janda sebelum kau melihat anak mu lahir" Jawab Joy polos.

"Kau tentu tidak lupa dengan Sehun oppa kan?"

Mendengar itu membuat Taeyong sweatdrop seketika.

Oh iya,

Taeyong lupa bahwa ia masih memiliki kakak tertua sesadis Oh Sehun. Jika ingin menikah sekarang mana mungkin ia di ijin kan, dan kalau nekat menghamili kekasihnya duluan sudah pasti ia akan di penggal oleh kakak kandungnya sendiri.

.

.

.

.

.

Chanyeol sedang duduk bersender pada kepala ranjang sambil membaca buku, sedangkan istrinya sedang tiduran sambil bersender pada pundaknya. Yeoja itu terpejam tetapi tidak benar-benar tidur. Beberapa kali Baekhyun bergerek kecil, sengaja untuk mengganggu suaminya.

"Wae Baek? Tidurlah jika ingin tidur, lagi pula ini sudah malam"

Ujar Chanyeol menyadari Baekhyun yang ingin merecohkan konsentrasinya.

"Aku merindukan Chandoo, Chan. Sedang apa kira-kira anak itu sekarang," Ucap Baekhyun yang terdengar sangat manja di telinga suaminya.

"Mwo? Bukankah baru kemarin sore kau melakukan video call dengannya hem? Kyungsoo dan Jongin juga sibuk Baek, tidak bisa setiap saat menemani Chandoo menelponmu."

4bulan yang lalu Chanyeol dan Baekhyun mendapat kabar bahwa Kyungsoo sudah resmi menjadi presdir di perusahaan Ayahnya, dikarenakan Tuan Do sudah tidak memungkinkan untuk memimpin lagi. Dan Kai, namja itu pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai Dokter.

Baekhyun jadi sedikit mengeluh.

"Seharusnya Chandoo tidak usah ikut mereka, bukankah kedua orang itu super sibuk"

Celetuk Baekhyun lagi. Chanyeol menyerah, akhirnya namja itu meletakkan bukunya dan memutar tubuhnya menghadap Baekhyun.

"Kau ini bicara apa?"

Baekhyun memilih mengacuhkan pertanyaan itu. Yeoja itu kemudian bangun dan mengambil sesuatu didalam sakunya.

"Kalung ini. Aku penasaran maksud dari ini"

Baekhyun menunjukkan kalung berbandul Sunshine milik Chandoo yang sengaja ditinggalkan untuknya.

"Kau memberikan ini untuk Kyungsoo dulu, tentu ada maksudnya kan?" Tanya Baekhyun penuh ke ingin tahu'an. Jujur saja sebenarnya Baekhyun ingin mendengar kisah cinta antara Chanyeol dan Kyungsoo. Ia sangat penasaran.

Chanyeol meraih kalung itu dan memandanginya lekat.

"Kalung ini sangat spesial" Balas Chanyeol singkat.

"Spesial bagaimana?" Baekhyun semakin memasang wajah penasaran yang besar.

"Kalung ini adalah sejarah kami sewaktu SMA,"

Lanjut Chanyeol lalu membalik bandul itu, menunjukkan ukiran nama disana.

"Kau lihat ini, disini tertulis ChanDo0 kan?"

Baekhyun ikut memperhatikan lalu mengangguk.

"Itu berarti Chanyeol dan Do Kyungsoo, dan angka 0 disini berarti hubungan yang tidak ada akhir"

Sesaat Baekhyun menoleh kearah Chanyeol dengan wajah cemberut, apa itu maksudnya...

"Ini adalah kalung tanda persahabatan kami yang ku berikan padanya"

Baekhyun membulatkan matanya.

"Mwo? Persahabatan? Berarti Luhan juga memiliki benda ini?"

Chanyeol mengangguk pasti. Dan seketika Baekhyun bernafas lega, ia sudah salah mengartikan, Baekhyun mengira bahwa kalung itu adalah tanda abadi Cinta Chanyeol dan Kyungsoo.

"Tapi bedanya, milik Luhan adalah Moonlight dan bertuliskan ChanLu0"

"Kenapa tidak sama? lalu kau apa?"

Chanyeol terkekeh geli mendapati istrinya yang sangat ingin tahu itu.

"Kenapa kau ingin tahu sekali eoh?" Tanya Chanyeol sambil menyentil kecil hidung bangir istrinya.

Baekhyun mendesis. "Aiishh cepat ceritakan saja jangan banyak tanya!"

Chanyeol terkekeh sebelum menjawabnya.

"Aku adalah langitnya. Dan aku yang melindungi kedua yeoja itu"

Lanjut Chanyeol meneruskan ceritanya.

Chanyeol sungguh ingin memakan Baekhyun saat ini juga ketika melihat yeoja itu memasang wajah kaget yang sangat lucu.

"Benarkah Chanyeol dulu semenakjubkan itu?" gumam Baekhyun sambil menyentuh dagunya, pura-pura berpose penasaran.

Chanyeol memilih mengacuhkan pertanyaan yang satu itu. ia memilih mendekat pada wajah Baekhyun dengan tatapan intens.

"Kau tahu Baek, sebenarnya aku tadi siang ingin marah padamu?"

Ucap Chanyeol tepat beberada beberapa senti saja di depan wajah Baekhyun. Sambil menikmati rona merah yang menjalari pipi mulus istrinya.

Dengan jarak sedekat dan tatapan sekuat itu, membuat Baekhyun tak bisa berkutik. Yeoja itu hanya bisa mengerjap-ngerjap polos.

"Wae, Kenapa begitu?"

"Kau tahu kan kalau kau sedang hamil, kenapa kau menaiki sepeda ugal-ugalan seperti tadi, kalau kau sampai kenapa-napa bagaimana eoh?"

Baekhyun yang mendengar penuturan dengan nada marah Chanyeol barusan jadi teringat di acara pernikahan Luhan tadi. Tapi kan ia hanya ingin membantu Luhan, itu bukan sepenuhnya sebuah kesalahan.

"Dan karena itu kau harus dihukum" Putus Chanyeol seenaknya sendiri.

Ketika Chanyeol semakin mendekatkan wajahnya. Baekhyun hanya bisa memejamkan mata. Yeoja itu sudah mengira-ngira sendiri hukuman macam apa ini. Ck! Dasar Chanyeol terlalu pintar memanfaatkan keadaan.

Chanyeol menempelkan bibirnya dengan miliknya, hanya menempel dan tak melakukan lebih, karena tak lama berselang dahi Baekhyun berkerut merasakan ada yang mengganjal di sela-sela ciuman itu. Mau tak mau membuatnya membuka matanya kembali.

Baekhyun memicing mendapati sebuah kalung berbandul cincin tepat di depan wajahnya. Baekhyun meraih bandul kalung itu dan menatapnya lamat-lamat.

"Ige Mwoya?"

"Interlocking Necklace!"

Jawaban singkat Chanyeol masih belum bisa ia mengerti.

"Kau tahu makna dari bandul kalung cincin yang bersatu ini?"

"Mworago?"

"Artinya Byun Baekhyun ah Ani, maksudku, Park Baekhyun hanya milik Park Chanyeol seorang!"

Setelah mengucapkan itu, lalu Chanyeol merebahkan tubuh istrinya hingga terlentang. Lama Chanyeol mengamati Baekhyun yang kini semakin merona oleh ulahnya. Ia bersumpah pada dirinya, tidak akan membuat wajah cantik itu beruraian air mata karena kebodohannya lagi.

Dulu Baekhyun pernah dua kali kehilangan janinnya. Hingga membuat yeoja itu sempat merasa tidak berguna sebagai seorang wanita. Namun sekarang semua kenangan pahit itu telah mendapatkan gantinya. Baekhyun kini sedang mengandung lagi setelah melahirkan seorang putri cantik yang ia beri nama Park Nabi, 10 bulan lalu.

Walau awalnya ia sempat mengamuk pada Chanyeol karena telah menghamilinya lagi bahkan sebelum Nabi berumur 1 tahun. Tapi Chanyeol tahu dalam hati Baekhyun, sangatlah bahagia menerima kenyataan itu. Ini adalah anugrah terbesarnya. Dan bukan kah Tuhan itu begitu adil.

Chanyeol menyeringai menang mendapati Baekhyun yang terlihat begitu pasrah padanya.

"Setelah ia lahir nanti aku berencana membuat satu lagi" Celetuk si jantan lagi.

Tapi pernyataan Chanyeol barusan berhasil membuat Baekhyun mendelik tajam. Lihat saja kata-kata pedas yang baru keluar dari bibir mungil itu.

"Mwo? APA KAU GILA? Kau tidak tahu rasanya mengandung. Itu melelahkan Pabo!"

Namja itu menutup kuping karena teriakan tiba-tiba istrinya. Tapi Chanyeol masih tidak mau menyerah. Dengan licik namja itu mengunci tangan Baekhyun sangat erat lalu melesakkan kepalanya pada perpotongan leher Baekhyun.

"Tapi aku suka melihatnya, kau jadi sangat manja padaku" Bisik namja itu seductive.

"YA! Park CC-Channhhnnyeeol!"

Teriak Baekhyun susah payah karena bagian sensitive nya sudah tersentuh. "EEuuuughh... Parkk Channnhhhyeolllh enyahh kkauuh...!"

"HAHAHAHAHAHA!"

BERAKHIR DENGAN TAWA MENGGELEGAR SI IDIOT, DOBI.

...

Kau tahu Park Chanyeol! Byun Baekhyun itu terlalu mencintaimu. Bahkan ia berfikir jika suatu hari nanti berpisah darimu, maka ia lebih memilih hilang dari dunia ini selamanya...

Kau tahu Byun Baekhyun. Park Chanyeol itu memanglah bodoh, namja paling bodoh yang pernah ada di dunia ini. Karena kebodohannya itu hingga ia tega menyakiti yeoja yang sangat berarti dalam hidupnya.

Tapi kini percayalah. Bahwa aku, Park Chanyeol, hanya akan melihat pada satu wanita. Dan itu adalah dirimu, Byun Baekhyun!

Aku tidak akan pernah membiarkan mu berusaha keras untuk mencintaiku seorang diri lagi...

.

Because YOU'RE MINE too.

...

~FINAL~

Yehet. Yehet. Yehet ! Akhirnya Tamat juga /tarikingus/ Eotteohke? Gaje kah? Bingung kah? Tidak percaya kah? atau Kurang puas kah?

Hahahaha saya tahu, pasti jawaban nya 'semua' nya! -_-

Pertama-tama saya mau mengklarifikasi, jika kalian berfikir bahwa Chap ini terlalu 'maksa' maka jawabannya adalah SALAH! Demi Tuhan, ini udah semaksimal mungkin mikirnya, Duh!

Kan kemarin-kemarin itu konflik udah panjang banget kaya kereta tuh, jadi emang udah niat dari awal kalo Chap terakhir adalah happy storynya. Karena pan gak lucu, kalo di chap ini masih ada konflik lalu tiba-tiba saja End!

Sebenarnya juga ada satu lagi maksud hati saya. Setelah saya bikin End nya sejelas ini, itu berarti tidak perlu cerita tambahan alias sekuel dong. hihihi Peace yah! saya bener-bener merencanain ini. TIDAK MENERIMA REQ SEKUEL Ok! *jahat

tolong harap maklum. Nulis ini udah bikin saya mau meledak, dan saya sudah berusaha sekeras mungkin untuk bikin End yang memuaskan. Walau kenyataan nya tidak memuaskan sama sekali, tapi saya tetap mau ucapin TERIMAKASIH BANYAK buat kalian semua Readers-nim yang sudah setia mengikuti cerita abal saya ini. Saya senang melihat partisipasi kalian. You're All is the Best Dears... /throwlove/

Kalu ada yang nanya kenapa saya pake nama Nabi buat jadi anak nya ChanBaek. (*reders : kaga nanya!) *me: -_- tapi tetap saya jawab. *maksa

Saya lagi addict dengerin lagu EXO yang Don't Go. Belakangan ini sering ke puter di play list ching, so jadi kepikiran deh buat ngambil nama itu. Nabi yang berarti kupu-kupu. Dan Chanyeol bilang kalu lagu, Nabi Sonyeo itu adalah 'Lagu Bagus' duh kepedean nya itu loh, bikin enggak tahan! Yeol~ Yeol~

Bytheway

Thank you so much :

LynKim | welcumbaek | younlaycious88 | devrina | CussonBaekBy | Baeklinerbyun| narsih hamdan | mpiet lee
baekkiepyeon | VAAirin | IYou | ruixi1 | hunhanrakaisoo | bambideer | Park Sena | GIRLIEXO | Parkbaekyoda | Yeollbaekk | fanoy5 | byunyeolliexo | saturnusXOXO | thestarbaek0506 | Fionny13 | Guest1 | JungKimCaca | sniaanggrn | Rina972 | chanbaekshipp | Syifa Nurqolbiah | 90Rahmayani | Bunga654 | wolfire88 |KCON | Guest2 | Guest3 | KyuraCho | aprilbambi | kris'sWife | rachel suliss | nia aries | jandy86 | ChanBaekLuv | Myllexotic | Uchiha Tachi'4'Sora | Guest4 | BabyChanBaekYeol | aryo bangun 739 | chanyurrr | exojr | and happines delite.

Thanks juga buat yang udah follow and favorit.

Salam perpisahan dari saya, I LOVE U ALL... see you next time... #deepbow90°

Review for Last juseyo

Annyeong!~~

TTD

407bubleblue's kiss :*