Sehun memperhatikan wajah Jongin yang begitu kusut malam ini. Padahal sebelum si hitam itu pergi wajahnya tak sekusut ini. Menurut Sehun wajah Jongin selalu kusut sih .. kkk

"Kau kenapa? Ada masalah?"

Jongin menggeleng pelan, "Tidak ada. Hanya sedikit lelah". Ia menatap Sehun lama, meski tatapan itu tidak diketahui oleh Sehun yang sedang menonton drama yang dibintangi Choi Siwon dan juga Lee Donghae. Wajah Sehun akan berubah senang dan terlihat mesum ketika melihat Siwon sedang bertelanjang dada. Tapi disaat aktor manis bernama Donghae itu muncul dan mulai bermesraan dengan Siwon wajah itu cemberut. Pipi digembungkan dan bibir dimajukan sambil menggumamkan kata –kata,

"Andai aku Donghae?" atau Sehun akan berteriak histeris, "KENAPA MEREKA SERASI?". Sambil meremas bantal atau bahkan menginjak –injaknya dengan sadis.

Ah –

Betapa menggemaskan Sehun dimatanya. Mau tak mau membuat Jongin mengulas senyum tipis. Ia juga menyadari hadirnya Sehun memberikan warna baru untuknya. Yeah –

Warna kelam yang lain. X_X

Namun senyum itu hanya sebentar terlihat, karna setelah itu wajah tampannya berubah serius. Perbincangan dengan Moonkyu beberapa saat lalu kembali terngiang. Tiba –tiba ia memikirkan Sehun –

Apa jadinya jika ternyata sosok itu adalah Sehun? Apa yang harus dilakukannya? Apa Sehun akan memaafkan kakak –nya? Memaafkan dirinya?


Title;

Don't Go

Main Cast;

Kim Jongin – Oh Sehoon

Main Pair;

Jongin!Seme Sehun!Uke

[Kaihun]

Genre;

Romance story, Yaoi, typo (s), abal

Rated;

T

Summary;

Ia berjuang untuk hidup kembali dengan meminta bantuan kepada seseorang yang menempati apartemen miliknya. Bisakah sosok itu membantunya bahkan menyelamatkannya?

-oOo-

"Aku. Tak. Mau!"

"Ku mohooon~~ Jonginiie"

"Sekali tidak, ya tidak!"

"Hanya kau yang bisa menolongku. Pweaseee ~~"

"Aku. Tidak. Peduli"

"Ok –baiklah. Aku akan terus mengusik hidupmu sampai kau mau membantuku!"

"Terserah! Aku tidak peduli"

"OK. BYE!"

"OH CAAADEEEEEELLLLLL!"

CREATED BY NAMI LAU

-Don't Go-

Chapter IV

Flasback =

Ia mengendarai mobilnya cukup pelan dijalan lenggang seperti ini. Sebenarnya, ia sedang mencari toko buku dipinggir jalan. Karena, ada satu buku yang harus dibelinya untuk bahan ulangan besok. Setelah beberapa menit berlalu lalang didaerah yang baru saja ia tempati beberapa bulan ini, akhirnya ia menemukan sebuah toko buku tepat disebelah gedung apartemen.

Setelah berkutat dengan beberapa buku, setelah 30 menit akhirnya ia mendapatkan buku yang ia cari. Dengan cepat ia membayarnya dan keluar dari toko buku yang mulai disesaki oleh orang –orang. Jongin tidak begitu suka dengan namanya keramaian. Itu akan membuat kepalanya mau pecah rasanya.

Namun dipertengah perjalanan, ia menghentikan mobilnya secara tiba –tiba ketika ia menyadari satu hal.

"Mana kalungku?". Ia meraba –raba dada –nya dan mendapati kalung yang begitu special untuknya hilang. Astaga –kalung yang hampir 10 tahun menemani harinya hilang!

Ia menghela nafas panjang, "Sudahlah, mungkin ia memang sudah bosan bersamaku" ujarnya dan kembali menjalankan mobilnya.

Tak berselang lama, ponsel miliknya berbunyi. Ia mengamati siapa yang menelponnya sekarang. Dan dilayar ponselnya tertera nama,

Moonkyu

"Ya, ada apa?"sapanya malas. Namun, untuk kedua kalinya ia mengentikan mobil yang dikendarainya dengan tiba –tiba setelah mendengar teriakan panik dari ujung telepon dari sana.

"Kau dimana?" tanya Jongin tak kalah paniknya. "Huh? Aku juga dijalan tol. Baiklah aku kesana". Jongin memutar balik arah mobilnya untuk menghampiri Moonkyu. Dalam hati Jongin mengumpat, selalu saja kakak satu –satunya itu selalu membuat masalah. Selalu dan selalu. Bahkan Moonkyu belum genap seminggu datang ke Seoul.

Jongin mengehentikan lanju mobilnya ketika melihat mobil Moonkyu ditengah jalan. Beruntung sekali, jalanan kini sangatlah sepi. Tak seperti biasanya –oh, ingatkan mereka kalau jalan tol yang sedang mereka lewati sedang ada diperbaikan diujung jalan.

"Apa yang terjadi, Hyung? Bagaimana bisa?"

"A –aku tak tahu. Tiba –tiba saja ia sudah muncul didepan mobilku". Jongin bisa melihat gurat ketakutan diwajah Moonkyu yang terkenal berandalan itu. Ia ingin mengampiri sosok yang ditabrak Moonkyu, namun dicegah.

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini"

"Kau gila?"

"Kau ingin aku dipenjara?"

"Dia butuh pertolongan sekarang, Hyung. Kau tidak boleh seperti ini". Bisa Jongin lihat sosok itu tergeletak tepat didepan mobil Moonkyu dengan bersimbah darah.

Moonkyu menatap adiknya tajam, "Akan ku urus dia nanti. Sebaiknya kita harus pergi dari sini dan bantu aku untuk menghilangkan darah dimobilku". Sebenarnya Jongin tidak mau. Hatinya merasa sakit ketika melihat pemuda yang memakai seragam sekolah itu tergeletak tak berdaya. Entah itu masih hidup atau tidak.

"Jongin, cepat!"

Moonkyu mendorong tubuh Jongin untuk kembali masuk mobil, dan ia juga berlari menghampiri mobilnya. Dalam hitungan detik kedua mobil mewah itu hilang dari tempat kejadian. Namun ketika mobil Jongin melintas melewati tubuh itu, hatinya mencelos saat ia melihat tubuh itu benar –benar dilumuri darah. Bahkan, ia sama sekali tidak bisa melihat wajah itu.

"Maafkan aku .. maafkan aku .. maafkan aku .."

Flashback off=

"Maafkan aku"

"Huh?"

"Eh?"

Sehun mengerutkan keningnya samar, "Kau mengatakan aku manis ya tadi?" selidiknya yang membuat Jongin memutar bola matanya malas. Pemuda tampan itu bangkit meninggalkan Sehun yang terdiam memandanginya.

Maafkan aku?

"Apa yang terjadi dengannya? Ah sudahlah –". Kembali ia menonton drama Siwon di tv. Mengabaikan misinya untuk menaklukan hati Jongin agar mau membantunya. Lagipula, kondisi hati Jongin sedang buruk. Daripada kondisi hati Jongin makin buruk dan benar –benar tidak mau membantunya jika ia memaksa saat ini. Bukankah itu akan gawat? Bisa –bisa Siwon akan benar –benar jatuh dalam pesona Donghae. Ih –tidak boleh –tidak boleh.

Ia kembali memfokuskan matanya untuk menonton adegan –adegan menjijikan yang diperagakan oleh Siwon –nya itu bersama Donghae. Okey –Sehun sudah mengklaim Siwon miliknya, hanya miliknya. Persetan dengan lamaran Siwon dan Donghae beberapa hari lalu yang ia baca dari majalah yang dibawakan Jongin untuknya. Mengingat itu Sehun terkikik geli, bagaimana akhirnya Jongin menuruti kemauannya setelah ia merengek –rengek sepanjang hari.

Ia mengerucutkan bibirnya, ketika ia sama sekali tidak fokus dengan adegan di tv. Pikirannya terfokus pada keadaan Jongin saat ini. Meski belum genap dua minggu ia tinggal bersama Jongin, namun ia paham betul jika Jongin ada masalah. Tangan –tangan mulus nan pucat itu saling menggenggam, "Tidak. Jongin tidak boleh ada masalah. Jika Jongin ada masalah, dia pasti semakin tidak mau membantuku." Pemuda yang susah mengucapkan hurup 's' itu berdiri sambil menatap pintu kamar miliknya –yang saat ini ditempati Jongin dengan wajah memerah.

"Pokoknya Jongin hanya boleh memikirkan aku. Tidak boleh memikirkan hal lain". Tubuhnya menghilang setelah ia menghentakkan kakinya kesal.

-Don't Go-

Jongin mengusap kasar wajahnya. Sekali lagi ia membasuh wajah tampannya dengan air. Lantas, memandangi wajahnya dicermin kamar mandi.

"Tidak mungkin. Dia tidak mungkin Sehun". Ia memejamkan matanya dalam. Mencoba membuang pikiran –pikiran yang berkelebat masuk didalam pikirannya. Masih dengan memikirkan hal yang sama –

"Ah, semoga saja bukan dia"

"Siapa?"

"WUUAAA"

Sehun tidak bisa menahan tawanya ketika melihat ekspresi konyol Jongin ketika berteriak. Haha –sungguh alay dimata Sehun. Jongin yang melihat Sehun begitu bahagia melihat penderitaan dirinya hanya bisa mendengus kesal.

"Huu .. Jonginiie kau benar –benar lucu", tawa itu masih saja bisa didengar oleh Jongin meski kini tubuhnya sudah berada diatas tempat tidur. Jongin merubah posisi tidurnya ke arah kanan, dan tepat saat itu wajah menyebalkan milik Sehun berada dekat dengan wajahnya.

"AAARRGGHHH"

Okey –

Itu tadi bukanlah teriakan alay dari Jongin, melainkan teriakan kesakitan dari bibir mungil Sehun.

Sehun menjauhkan kedua tangan Jongin dari kedua belah pipinya, setelah itu ia bangkit dan mengusap pipinya yang baru saja menjadi korban 'pencubitan'.

"Sakit Jonginiie"

Jongin hanya tertawa kecil melihat Sehun cemberut. Ah –

"Kenapa kau mencubitku hitam?"

"Hey –kemana panggilan Jonginiie yang biasa kau ucapkan?"

Sehun tersenyum sinis, "Kau nakal, jadi aku tidak akan mengatakannya". Ia menjulurkan lidahnya ke arah Jongin, setelah itu ia merebahkan tubuhnya.

Jongin tersenyum tipis, lalu merebahkan tubuhnya disamping Sehun. Ia melirik sekilas ke arah Sehun yang saat ini memejamkan matanya.

"Apa hantu juga bisa kelelahan?"

"Aku bukan hantu, ingat?"

" –okey"

Hening sejenak, sebelum akhirnya Sehun membuka matanya untuk menatap ke arah Jongin yang saat ini sedang memejamkan matanya. Bibir mungil itu terangkat, membuat mata kecilnya menghilang membentuk bulan sabit.

Jongin terlihat sangat tampan dan mengagumkan. Apalagi, garis wajahnya yang begitu tegas dankulit tan eksotisnya yang semakin mempesona dibawah lampu remang kamarnya.

Ia menyentuh dadanya –

Ada apa? Kenapa dadaku berdetak begitu cepat?

"Mau sampai kapan kau memandangiku?"

"Eh?"

Sehun menggelengkan kepalanya cepat, lalu kembali menutup matanya. "Tidak –tidak, aku dari tadi memejamkan mata. Jangan terlalu percaya diri". Jawaban Sehun sukses membuat Jongin meledakkan tawanya.

"Ish –hentikan tawa bodohmu itu hitam"

"Okey, okey ". Jongin mencoba menghentikan tawanya meski gagal. Bagaimana tidak gagal jika kini Sehun memandanginya dengan tatapan lucu seperti itu. Sebaiknya ia harus keluar dari kamar ini sebelumnya ia tewas secara mengenaskan hanya gara –gara tertawa terlalu berlebihan. Bukankah itu tidak lucu?

"Hey –kau mau kemana?"

Sehun bangkit dan mengikuti langkah Jongin menuju balkon apartemennya. Ia tersenyum melihat Jongin kini terdiam sambil memandangi langit malam yang begitu indah. Sangat indah.

"Malam yang sempurna" gumam Sehun pelan. Ia menolehkan wajahnya kembali ke arah Jongin, "Jonginiie .."

"Hm"

"Malam yang indah ya?"

"Ya – ". Jongin melirik sekilas ke arah Sehun yang kini juga memandanginya, "Dan akan lebih indah jika kau tidak ada disampingku" lanjutnya yang membuat Sehun mendengus sebal mendengarnya. Bisa tidak Jongin mengatakan hal yang indah –indah saja kalau didekatnya?

Sehun menyilangkan kedua tangannya didepan dada, menatap sengit ke arah Jongin yang kini tengah tersenyum mengejek ke arahnya. Wajah cemberut milik Sehun hanya sebentar terlihat, karna selanjutnya wajah itu menampilkan wajah santai.

"Yeah –bercanda untuk menutupi masalah akan lebih baik"

"Maksudmu?"

"Sudah lupakan saja". Sehun menatap jauh ke atas langit sana. Ia menggenggam pinggiran pagar balkon apartemennya.

"Aku mempunyai keinginan. Aku ingin melihat malam indah seperti ini, disini, dengan orang yang aku cintai nantinya. Jadi –". Ia menolehkan wajahnya ke arah Jongin. Merasa dipandangi ia juga menolehkan wajahnya ke arah Sehun. Hingga kini mata mereka saling beradu dengan sangat dalam.

"Jadi tolong aku ya?"

"Tidak"

"Ehh? Kenapa Jonginiie?"

"Karna aku –"

Karena aku takut menerima kenyataan jika sosok itu memang benar kau. Aku takut …

"Pokoknya aku tidak peduli, kau harus membantuku besok!"

"Mana bisa begitu?"

"Aku ingin hidup kembali Jongin"

Aku ingin terus bersamamu ….

Jongin menguap lebar, lantas menyeka air mata yang berada dipelupuk matanya. Ia menatap Sehun yang kini sedang menunggu tanggapannya. Ia menghela nafas panjangnya. Tanpa menanggapi perkataan Sehun ia melenggangkan pergi dan masuk ke dalam kamar. Membuat Sehun berteriak –teriak seperti orang gila disana.

"Astaga – kau hanya tampan, tak ku sangka kau tidak punya hati". Meski begitu Sehun tetap suka sih -..-

Ia menghentakkan kakinya berulang kali, "Menyebalkan –menyebalkan, Jongin hitam menyebalkan !". Ia terus saja mengumpat sampai tubuhnya merosot ke bawah secara tiba –tiba.

"Uh" ringisnya pelan. Ia menyentuh tubuhnya dan disaat itu ia bisa merasakan hawa lain ditubuhnya. Terasa berbeda dan –

Lebih hangat.

"Apa yang terjadi denganku?"

-Don't Go-

Jongin hanya terdiam, lebih mempertajam pendengarannya. Hah –

"Akhirnya berhenti juga" ucapnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutupi hampir seluruh tubuhnya. Hawa mala mini benar –benar dingin daripada biasanya. Dan ia benar –benar mengantuk. Namun, sebelum ia menutup mata ia kembali menggumamkan kata –kata yang sama –

"Aku hanya takut kau membenciku"

Yeah –

Jongin masih saja dirundung rasa takut sejak ia bertemu dengan Moonkyu. Bagaimana kejadian dua tahun lalu tentang kecelakaan itu, tentang Sehun dan tentang hatinya saat ini. Bagaimana kalau ternyata sosok itu benar –benar Sehun? Ia belum siap untuk menerima semuanya. Ia tak sanggup kalau nantinya, Sehun akan membencinya. Sungguh –

Ia teramat suka panggilan manis Sehun untuknya. Ia tak memungkiri jika ia sangat menyukai senyum Sehun yang kekanakan itu. Dan ia tidak membohongi dirinya jika ia memang jatuh dalam pesona seorang Sehun. Meski ia belum mengerti sepenuhnya dengan hatinya.

Namun yang pasti –

Ia takut.

Sangat takut –

"Hunna .." dan setelah itu ia terlelap dan mimpinya.

-Don't Go-

Pagi yang sangat cerah hari ini. Bagaimana terik matahari pagi telah menyapa beberapa menit lalu meski –embun pagi tak kunjung hilang. Pagi yang amat sempurna dinikmati oleh setiap orang kecuali –

Jongin.

Bagaimana tidak? Disaat matanya belum terbuka, ia bisa mendengar teriakan cempreng dari bibir Sehun yang nyaris membuatnya tuli permanen. Tidakkah si cadel itu sadar, kalau teriakannya itu benar –benar berisik? Sangat berisik. Hingga Jongin ingin mati saja. Eh? Kalau ia mati, pasti Sehun akan merana .. kkkk

"JONGINIIE!"

Tak ada sahutan dari Jongin. Hanya ada suara gemericik air didalam kamar mandi. Sehun tidak menyerah, meski dari saat Jongin bangun tidur hingga mandi, si hitam itu belum menanggapinya sedikitpun. Bahkan, seingatnya … Jongin sama sekali tidak meliriknya. Itu yang membuat Sehun geram sampai ingin mencekik si hitam itu. Pasti Jongin adalah salah satu orang yang paling merugi didunia ini karna telah mengabaikan kecantikan Sehun (?)!

"JONGINIIE!"

"Kau berisik cadel" sahutan malas terdengar, meski itu berhasil membuat Sehun tersenyum tipis. Ia menyentuh dadanya perlahan. Dan tepat seperti dugaannya. Jantungnya berdegup amat kencang. Dan ia tahu apa artinya. Ia –

Mulai jatuh cinta. Tidak tahu sejak kapan. Yang pasti, ketika ia mendengar suara Jongin, meski itu mengejek atau memarahinya. Ia suka. Sangat suka –

Senyum Jongin –

Tawa Jongin –

Ia menyukai hal yang ada pada diri Jongin. Semuanya –

Maka dari itulah ia ingin Jongin membantunya. Ia ingin hidup kembali. Ia ingin hidup bersama Jongin ..

Hidup nyata –

"BANTU AKU YA?"

" Aku. Tak. Mau!"

"KU MOHON JONGINIIE". Kali ini teriakan cempreng Sehun dibarengi oleh gedoran pintu kamar mandi. Yang membuat Jongin didalam sana terkejut luar biasa. Hampir saja ia tergelincir ke dalam bath tube.

"Sekali tidak, ya tidak!"

"Hanya kau yang bisa menolongku. Pweaseee ~~". Kali ini suara Sehun melemah, terkesan manja dan sedikit menjijikan ditelinga Jongin. Dan itu membuat Jongin geram karnanya,

"Aku. Tidak. Peduli"

"Ok –baiklah. Aku akan terus mengusik hidupmu sampai kau mau membantuku!"

"Terserah! Aku tidak peduli"

"OK. BYE!"

"OH CAAADEEEEEELLLLLL!"

Teriakan Jongin akhirnya terdengar juga. Bukan karna dentuman pintu yang ditendang secara brutal oleh Sehun melainkan karna –

Sehun baru saja mematikan aliran listrik didalam apartemennya. Yang tentu saja membuat Jongin harus ikhlas menghentikan acara mandinya. Dan itu sukses membuat Sehun tertawa hingga terguling –guling diatas lantai. Rupanya saat ia tertawa, ia tidak melihat adanya botol minuman milik Jongin diatas lantai. Hingga ia terjatuh dan terguling –guling diatas lantai. Meski begitu ia tetap saja tertawa kkkk ~

-Don't Go-

Jongin ingin rasanya menendang bokong Sehun karna telah membuatnya seperti ini. Oh –

Untung saja wajah Sehun sangat manis. Jika tidak? Tamatlah riwayatmu cadel !

"Bagaimana mandi tanpa air Tuan Jonginiie?"

Jongin mendengus sebal, "Terimakasih"jawab sekenanya sambil menggigit roti berisi telur dan keju yang dibuat oleh hantu –coret – manusia diambang kematian Oh Sehoon. Pemuda tampan itu melirik dari ekor matanya, bisa ia lihat kini Sehun tengah menundukkan wajahnya dalam sambil memegangi jantungnya. Ia ingin bertanya, namun hatinya berkata lain. Ia terlihat ragu –

Cobalah untuk tidak peduli dengannya!

"Jonginiie". Sehun mengeluarkan suaranya sangat pelan, seperti cicitan. Untung saja Jongin mendengarnya hingga ia tidak jadi bangkit dari kursi dan bergegas untuk pergi ke sekolah.

"Kenapa jantungku berdetak begitu cepat bila didekatmu?". Pertanyaan Sehun membuat Jongin diam seribu bahasa. Apa yang harus ia jawab? Haruskah ia juga menjawab, 'Aku juga sama. Kita pacaran yuk?'. Oh –

Demi ubur –ubur, ia tidak mungkin mengatakannya juga. Ia terlalu pengecut untuk itu. Ia telah merenungi hal ini semalaman penuh. Ia sama sekali tidak tertidur. Bahkan ia tahu kalau Sehun tadi malam sedang melakukan goyang Jiyeon di MV 'Never Ever'. Terlihat amat sexy dimata Jongin. Namun karna ada hal lain yang harus dipikirkan, makanya ia mengabaikan goyangan erotis itu. Meskipun menyesal sih kkkk ~

"Jonginiie ~~"

"Akan ku pikirkan nanti. Kau dirumah saja. Jangan kemana –mana"

Mata Sehun berbinar, "Kau ingin membantuku?". Jongin hanya diam dan melenggang pergi. Walaupun begitu, Sehun tahu apa arti diamnya Jonginiie –nya itu. kkkkk ~~ (Ssstt … Sehun tidak hanya mengklaim Siwon miliknya, tapi juga Jongin. Baginya, sebelum janur kuning melengkung, Siwon dan Jongin hanya miliknya (?)).

Sehun tersenyum sangat lebar. Ia bangkit dan berlari mengejar Jongin. Menubrukkan tubuhnya pada punggung Jongin. Yang membuat Jongin nyaris saja terjatuh ke depan.

"Umh … terimakasih Jonginiie. Terimakasih"

Jongin hanya diam, sama sekali tidak menyahut. Matanya kini hanya terfokus pada kedua lengan Sehun yang melingkar erat dipinggangnya. Bahkan, ia bisa mendengar degupan jantung Sehun yang amat cepat. Sama seperti yang Sehun katakan sebelumnya.

Sejenak ia memejamkan matanya ketika kehangatan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Aku tidak akan pulang dalam beberapa hari ini"

Sehun menyamankan posisi kepalanya dipunggung Jongin. Ia tersenyum, "Kau akan menginap dirumah temanmu?". Jongin mengangguk ragu sebagai jawaban. Meski, Sehun tidak mengetahuinya. Sehun tidak mengetahui jawaban ragu Jongin saat ini. Dan ia juga tidak tahu kalau raut wajah Jongin begitu sedih. Sangat sedih –

Ia menyentuh jari jemari Sehun. Terasa begitu hangat dan lembut. Dan ia sangat menyukainya –

"Jangan dilepas. Sebentar saja .. biarkan seperti ini dulu. Umh, lima menit lagi ya?". Jongin tersenyum tipis mendengar permintaan Sehun. Kini ia hanya diam sambil menggenggam erat tangan Sehun diatas perutnya sambil mengusap punggung tangan itu perlahan.

Sehun memejamkan matanya sambil tersenyum penuh arti,

Tuhan, izinkan aku untuk hidup kembali ….

-Don't Go-

Malam ini sangat sunyi. Sangat –sangat sunyi. Tak ada suara apapun kecuali suara Siwon ditv –abaikan. Seperti malam –malam sebelumnya, ia hanya duduk ditepi tempat tidurnya sambil menunggu kepulangan Jongin yang katanya menginap dirumah temannya. Sehun dirundung rasa takut yang sangat berlebihan. Bagaimana kalau Jongin menginap dirumah kekasihnya? Menghabiskan malam berdua sepanjang malam. oh TIDAK ! Itu tidak mungkin. Ayolah –

Jongin bukanlah lelaki seperti itu ..

Ia memeluk dirinya sendirinya sendiri. Kenapa ia begitu kesepian? Padahal sebelum ia bertemu dengan Jongin ia memang sudah sendiri. Tidak ada yang bisa melihatnya. Tidak ada yang bisa mendengarnya. Tapi sekarang –

Saat ini –

Ia memang butuh Jongin untuk melengkapi kesepiannya. Yeah –ia sangat merindukan Suho dan Junhao, tapi ia jauh merindukan Jongin. Tak tahu kenapa …

Ia menatap kosong kea rah luar jendela yang begitu gelap. Ia tidak tahu, ini adalah malam ke berapa Jongin tidak pulang. Yang pasti –

Ia benar –benar bosan menunggu. Kapan Jongin akan menolongnya? Membantu menemukan seorang yang telah menabrak dirinya hingga seperti ini. Ia sudah tak sanggup bertahan dengan keadaan seperti ini lebih lama lagi.

Ia sudah tak sabar ingin bersama Jongin dalam hidup yang sebenarnya. Oh entahlah – ia tak tahu perasaan Jongin seperti apa terhadapnya. Ia tak tahu –

Namun ia menyadari kalau Jongin mulai bisa menerima keberadaannya. Terbukti dengan Jongin yang mau membantunya. Jongin pasti menyukainya. Kan ia cantik ? -_-'

"Ah, sebaiknya aku ke rumah sakit saja". Memantau keadaannya lebih baik saat ini. Meski –bisa ia tebak kalau memang tidak ada hal yang baik terjadi. Malah sebaliknya. Terakhir ia berkunjung kemarin–detakan jantungnya sempat hilang kemudian muncul kembali. Ia tahu kondisinya semakin lemah. Apalagi dengan hilangnya kesadaran dirinya beberapa hari ini di Rumah Sakit. Sungguh –

Itu membuat dirinya merasa sakit. Bukan fisik –

Tapi hal lain.

Disini –

Hatinya.

Ia juga tahu kalau ia bertahan hidup hanya karna alat –alat bantu itu. Ia memejamkan matanya, ketika ia merasakan gemuruh dihatinya. Perlahan, air mata itu kembali terjatuh. Mengalir dan membasahi pipi mulusnya.

"Suho Hyung ..". Semoga saja Suho tidak menyerah atas dirinya. Namun sekali lagi –

Ia meragu.

Sangat ragu.

-Don't Go-

Pemuda tampan itu terus saja berlari. Setelah menjadi orang bodoh beberapa hari ini dengan menunggu seseorang yang lebih bodoh daripada dirinya di apartemen dan meninggalkan orang yang begitu berarti di apartemen yang ia sewa. Kali ini ia tidak boleh menjadi orang yang lebih bodoh –bodoh – bodoh lagi. Setelah pulang sekolah ia langsung pergi ke apartemen Moonkyu, namun orang gila yang menjabat kakaknya itu sama sekali tidak ada disana. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi sama sekali. Hingga setelah beberapa hari, si orang gila itu menelponnya dan mengatakan ia dirumah sakit.

Tebak apa yang terjadi?

Kecelakaan? Bukan –bukan. Si orang gila itu tidaklah luka atau sakit. Melainkan ia sedang menjaga orang lain disana. Seseorang yang dulu sempat singgah dihati Jongin.

Pintu lift terbuka dan tepat didepan pintu ia bisa melihat Moonkyu tengah berdiri didepan sana. Dengan cepat ia menghampirinya,

"Keadaanmu memprihatinkan adikku. Apa kau mencemaskan dia?" tanyanya dengan raut wajah tidak suka dengan senyuman mengejek itu. Jongin tidak peduli dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Moonkyu. Ada hal yang lebih penting saat ini. Tentang Sehun –

Alis Moonkyu terangkat sebelah saat menerima sebuah map yang diberikan Jongin kepadanya. "Apa ini?". Jongin memutar bola matanya jengah. Kapan kakaknya ini berhenti bodoh sih?

"Kau lupa siapa dia?"

"Oh Sehoon? Aku tidak mengenalnya". Jongin mengeram tak suka ketika Moonkyu membuang map tersebut ke dalam tong sampah. Ia kembali mengambil map tersebut dan memegangnya dengan sangat kuat –seperti meremas.

"Tentu saja kau tidak mengenalnya. Karna setelah kau menabraknya, kau meninggalkannya begitu saja". Tubuh Moonkyu menegang seketika. Mata tajam itu menatap takut kea rah Jongin. Ingatan tentang dua tahun silam kembali terbayang dalam otaknya.

Tentang tabrakan yang dilakukan olehnya.

"A –pa maksudmu? Aku tak mengerti"

"Kau menabraknya Hyung! Kau menabrak Sehun!"

"A –aku tak mengerti ucapanmu Jongin. Aku tak mengerti"

"Cukup untuk bersandiwara Hyung. Kau sangat mengerti ucapanku. Kau menabrak seseorang dua tahun lalu Hyung. Dan kau meninggalkannya begitu saja. Itu adalah Sehun. Oh Sehun. Siswa dari SM High School yang saat ini sedang koma". Bisa Moonkyu lihat kilatan api kemarahan dimata Jongin. Ini adalah kali pertama ia melihat kemurkaan seorang Jongin. Karna setahunya, Jongin bukanlah orang yang peduli terhadap sekitarnya.

"Kau berbohong padaku, kau berjanji akan mengurusnya. Tapi? Apa yang kau lakukan setelah itu, Hyung? ?"

-Don't Go-

Sehun meremas dadanya yang begitu sakit. Tubuhnya sangat lemah. Sangat –sangat lemah. Hingga kini ia terduduk diatas lantai rumah sakit dengan tubuh yang bersandar pada pintu ruang rawatnya. Air mata itu terus saja mengalir sedari tadi. Terus saja mengalir tanpa henti.

"Jadi, yang menabrakku adalah Hyung dari Jongin. Dan Jongin menutupi hal ini dari pihak kepolisian. Juga –"

Ia sama sekali tidak membantuku saat aku terluka. Dan pergi meninggalkanku begitu saja …

"Uh –sakit". Ia meremas dadanya yang tiba –tiba terasa nyeri juga panas. Ia berusaha bangkit namun sama sekali kakinya tak mampu menopang beban tubuhnya. Sekilas ia bisa melihat layar monitor yang menunjukkan detakan jantungnya melemah.

Apa ia akan mati?

Atau ia akan kembali hidup ketika ia sudah mengetahui siapa pelaku yang telah menabrak dirinya hingga koma seperti ini?

Dan apa ia akan memaafkannya …?

Ia tidak bisa berpikir lebih untuk saat ini ketika matanya terlalu berat untuk dibuka dan tubuhnya semakin lemah …

"Jonginiie …."


-TBC-

Wuaaah - gk nyangka respon kalian begitu positif dengan ff ini. Makasih banyak yaa ^^ ! Apalagi teman –teman baikku ikut ngereview . dduh, terharu jadinya …

Gimana? Gimana? Makin aneh aja ya ff-nya? #pundung

Maaf ya … hanya ini yang bisa ku berikan untuk Kaihun Shipper atau Hun!bottom shipper sekalian …

Untuk yang sudah ngereview, thanks a lot to you all ~~ you're my beloved readers –deul. Kkk ~~

Btw, sosok 'dia' akan muncul dichap depan yaaaa ….

.

Ditunggu chap selanjutnya yaaa …

'MIND RNR PWEASE?'