Bad Attitude

Chapter 3 "Your Dark-Side" [KaiSoo Story]

.

EXO's fanfiction presented by Black Spica

.

.

HunHan|ChanBaek|KaiSoo|SuLay

Romance/Hurt/Angst

Mature rated for some adult scenes(Almost PWP)

Warning! Genderswitch for ALL ukes! Out of Character! No Children under 17! Complicated plot! Slight of crack pair but at least will be Official Pairings!

Copyright © Meira Hisaka's manga "How to Play a Honor Student" created at 2012 with some changes.

.

.

Enjoy reading!

.

.

.

.

.

Aku tahu tak ada satupun hal yang sempurna di dunia ini.

Begitu juga dengan kau dan segala sisi gelapmu.

Tapi aku tetap berusaha mencintaimu secara sempurna.

.

.

.

Tak pernah ada hal baik yang terjadi di hidupku.

Percaya atau tidak, aku nyaris bosan dengan kehidupan ini.

Bangun di pagi hari, kuliah, pulang lalu tidur dan kembali melakukan aktifitas yang sama esoknya. Terus berputar seperti itu.

Aku mulai mencoba melakukan sesuatu yang baru saat aku sampai di titik jenuhku

Menjadi seorang simpanan dari laki-laki beristri.

Aku tak sengaja bertemu dengannya melalui chat di sebuah SNS, dan setelah beberapa kali berinteraksi ia memutuskan untuk menjadikanku simpanannya.

Istrinya yang menjadi guru untuk kelas akhir sekolah menengah ternama di Seoul begitu sibuk dan selalu pulang malam sehingga ia butuh 'pelarian' lain.

Hubungan kami tak berjalan lama karena akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkanku karena kami ketahuan oleh istrinya—yang anehnya tak menyalahkan siapapun dari kami.

Selama menjalani hubungan itu aku sadar tak akan pernah ada sesuatu yang sempurna, bahkan jika kita sudah menikahi orang yang kita cintai.

Cinta itu belum tentu terisi sempurna setelahnya.

.

.

.

Gadis kecil minim ekspresi itu baru saja turun dari bus tepat di halte kampusnya. Sambil merapikan rambut hitam panjangnya yang sempat berantakan, ia berjalan seperti biasa melewati gerbang yang akan mengantarkannya pada kebosanan penuh selama lebih dari setengah hari itu.

Kakinya yang dihiasi flat shoes berwarna krem melangkah ringan hingga tiba di kelas, seperti biasa kelas itu begitu ribut.

Lagi-lagi tanpa ekspresi yang berarti, gadis itu menuju bangku kosong yang tersisa dan itu letaknya bersebelahan dengan kerumunan anak laki-laki yang sedang berbicara seru.

Salah satu dari mereka menoleh, menatap si gadis yang sibuk dengan sebuah buku di tangan.

Laki-laki itu hanya tersenyum.

Dosen mereka datang dan yang lain sibuk bubar sementara laki-laki tadi masih asyik menatap gadis di sebelahnya itu.

Menyadari Miss Anderson yang sudah ada di depan kelas akhirnya membuat si gadis dingin itu menutup bukunya, sekaligus menyadari bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang mengamatinya.

Ia menoleh dan mendapati laki-laki itu masih memperhatikannya.

"Jostein Gaarder? Kau menyukai buku-bukunya?" laki-laki itu membuka pembicaraan dengan senyum.

Si gadis hanya mengagguk, sedikit tertarik sebenarnya karena ternyata teman sekelasnya ini tahu tentang Jostein Gaarder yang ia idolakan.

"Aku juga membaca Maya dan the Alchemist.. Tapi aku tidak menyangka kau suka novel fisafat berat seperti itu, Do Kyungsoo.."

Laki-laki itu benar-benar mengambil perhatian Do Kyungsoo yang ingin sekali membuka mulut untuk bicara tentang karya-karya itu jika saja ia tak melihat Miss Anderson yang menatap tajam ke arah mereka.

Laki-laki itu tertawa renyah karena melihat ekspresi kecewa Kyungsoo.

.

.

.

"Orange Girl akan menjadi karya barunya..."

"Ya setelah Sophie's World... Aku suka semua karyanya."

Dan tebak, bagaimana bisa Do Kyungsoo yang minim ekspresi itu kini tersenyum bersama orang lain.

"Kau tahu banyak, Kai.. Aku tidak heran kau jadi anak kesayangan dosen-dosen kita."

"Kedua.. Setelahmu tepatnya." Mereka kembali tertawa. Untuk pertama kalinya sejak 3 semester terakhir, Kyungsoo menemukan hal menarik lain di kampusnya.

Dan itu adalah Kai.

.

.

.

Hari ini Kyungsoo memutuskan untuk tidak menaiki bus seperti biasa, ia pulang bersama Kai saat ini dan sepanjang perjalanan mereka bicara banyak.

Kyungsoo tak tahu ia akan bisa begini dekat dengan lawan jenis padahal ia tipe orang yang introvert dan jarang membuka diri pada orang sekitarnya. Tapi Kai benar-benar membuatnya merasa nyaman di saat pertama mereka memulai percakapan tadi.

"Kau tinggal dimana?"

"Apartemen kecil tak jauh dari taman kota.. Kau sendiri?"

"Rumahku dekat Hongdae, bersama keluargaku."

Kyungsoo mengangguk paham.

Mereka masih mengambil langkah pelan, membahas beberapa hal dan keduanya sangat tertarik karena banyaknya kecocokan di antara mereka.

"Wah.. Kita terlalu cocok rasanya..."

Kyungsoo tersenyum lebar, "Aku juga tidak tahu sama sekali kalau kita punya terlalu banyak kesamaan."

Kai tampak berpikir sesaat, "Uhm.. Ayo ucapkan bersama-sama eskrim yang kita sukai!" usulnya iseng karena ingin tahu sejauh apa kesamaan mereka.

"Satu.. Dua.. Tiga..."

"Banana Parfait./Banana Parfait!" Mereka berdua saling menatap dengan rasa tidak percaya lalu tertawa keras.

"Whoah.. Ini benar-benar hebat!"

.

.

.

Pagi di hari ke dua belas semenjak pertama kali Kyungsoo akrab dengan Kai. Dan Kyungsoo kini justru lebih bersemangat untuk datang ke kampus.

Dua belas hari sanggup merubah Kyungsoo yang dulu seperti bongkahan es menjadi lebih berekspresi jika bersama Kai.

"Kyungie!"

Kyungsoo menoleh dan mendapati Kai berlari ke arahnya. Gadis itu melambai ringan dan menunggu sampai Kai berdiri di sisinya.

"Huahh... Kau terlihat manis hari ini, Kyungie~" Kai mencubit pipi Kyungsoo dan entah bagaimana Kyungsoo sama sekali tidak protes.

"Dan kau terlihat semakin hitam, Kai-yah..."

Kai sempat memprotes tapi kemudian mereka terkekeh, sambil melanjutkan langkah menuju kelas.

.

.

.

Kyungsoo sekarang semakin memperhatikan seisi kelas, padahal itu adalah hal yang paling tidak ia sukai.

Ia kini tahu Kai dekat dengan beberapa laki-laki yang juga teman sekelasnya dan Kyungsoo merasa tak ada satupun orang yang tidak menyukai Kai.

Ditengah pelajaran Kyungsoo pernah memperhatikan Kai yang ditunjuk Mr Heo untuk menjawab soal dan ia sadar Kai begitu pintar.

Sadar atau tidak sejak hari dimana Kai menyebut nama penulis favoritnya, dunia Kyungsoo hanya dipenuhi tentang Kai.

.

.

.

"Kita punya banyak kesamaan, tidakkah itu membuatmu berpikir bahwa kita ditakdirkan bersama.. Err.. Berjodoh mungkin?"

Kyungsoo memasang raut bingung, hei kali ini hal bodoh apa yang dibicarakannya?

"Apa maksudmu?" Kyungsoo tertawa geli.

"Entahlah, kurasa kau tidak akan rugi kalau berpacaran dengan laki-laki ini..." jawab Kai penuh percaya diri.

Kyungsoo kembali tertawa, apa itu artinya Kai memintanya menjadi kekasihnya?

Gadis itu berdehem sesaat lalu memasang ekspresi seserius mungkin.

"Yah.. Kurasa aku tidak bisa menolak jika kau yang mengatakan.."

Dan selanjutnya Kai hanya tertawa senang karena ungkapan secara tidak langsung-nya itu diterima oleh Kyungsoo.

Hari itu, mereka resmi berpacaran.

.

.

.

Sebagai teman saja Kai begitu manis, bisa kau bayangkan bagaimana saat dia menjadi kekasih bagi Kyungsoo?

Tepat, Kyungsoo merasa hari-harinya kini sempurna. Ia bahkan selalu tak sabar untuk segera bertemu hari yang baru karena sekarang ia membenci saat-saat tidur malam karena itu membuatnya berpisah dengan Kai.

Si cantik Kyungsoo kini tak lagi murung ataupun pendiam, ia memiliki Kai.

Mereka berdua pasangan yang sempurna.

Dan yah.. Kyungsoo hampir lupa bahwa kesempurnaan itu tak ada.

.

.

.

Sore itu sepulang dari kampus Kyungsoo mampir di sebuah minimarket untuk membeli beberapa barang.

Hari mulai mendung dan ia harus cepat sampai ke rumah sebelum hujan turun.

Dengan terburu-buru ia menuju gang di samping taman menuju apartemen kecilnya.

Gadis berambut hitam itu berlari kecil ketika melewari tikungan dan tak sengaja menabrak seorang gadis lain yang sebenarnya berjalan pelan.

"Ah.. Maaf..." ucap Kyungsoo merasa bersalah karena ialah yang berlari dan menabrak anak itu. Tapi tak ada jawaban, anak itu hanya kembali berjalan seolah tak memiliki nyawa.

Kyungsoo mengerutkan dahi ketika melihat sudut bibir anak itu memar dan pipi kirinya sedikit lebam.

Ia ingat sempat membeli beberapa plester luka dan cairan antiseptik, mungkin benda-benda itu bisa membantu anak tadi karena bagaimanapun Kyungsoo tidak tega melihat keadaannya.

Melihat lebam kebiruan tadi saja Kyungsoo bisa merasakan bagaimana nyerinya.

"Chogi~" Akhirnya ia berlari hendak menyusul anak tadi yang sudah berbelok ke arah taman.

Kyungsoo mencari-cari di sekitar taman, sepertinya ia terlalu telat bergerak jadi anak itu sudah menghilang. Ia berniat menyerah, tapi kemudian ia melihat gadis tadi sedang duduk di sebuah ayunan dengan raut sendu.

Kyungsoo merasa harus membantunya, tapi belum saja ia melangkah seseorang menghampiri anak gadis itu. Seorang laki-laki tinggi berkacamata yang sepertinya kekasih gadis itu.

Ia jadi hanya melihat dari kejauhan, gadis tadi memeluk pinggang kekasihnya dan kemudian mereka beranjak setelah sang laki-laki memberi kecupan singkat di dahi gadis itu.

Kyungsoo bersyukur setidaknya ada yang peduli pada gadis itu, ia sempat berniat membawanya kalau saja laki-laki tadi tidak datang.

Gerimis mulai turun dan Kyungsoo yang sadar kembali berlari menuju apartemennya.

.

.

.

Saat ini para mahasiswa sedang menikmati istirahat makan siang mereka.

Kai tentu saja segera menghampiri meja Kyungsoo dan menagih janji gadisnya itu kemarin.

"Mana bekalku? Kau tidak lupa membuatnya kan?" goda Kai, Kyungsoo tersenyum tipis dan segera mengeluarkan kotak makan dari dalam sebuah paper-bag.

"Jja... Makanlah, aku membuatnya khusus untukmu." Ia membuka kotak makan itu dan tak lupa menaruh sumpit di depan Kai.

Kekasihnya itu rupanya terlalu sibuk mengagumi makanan yang diberikan Kyungsoo. Kotak bekal itu terisi beberapa gulungan kecil kimbap, telur dadar, sosis dan beberapa sayuran. Tapi tataan cantik dan rapi itu membuat Kai tidak tega mengacak-acaknya.

"Kenapa?" Kyungsoo menyadari bahwa Kai hanya terdiam disana.

"Ng.. Hanya tidak tega menghancurkan karyamu.."

Kyungsoo kemudian tertawa geli mendengar ucapan itu.

"Astaga, kau ini kenapa? Aku membuat ini kan memang untuk dimakan.."

Kai hanya meringis kecil dan mencomot sepotong sosis.

"Kau tidak makan?" tanya laki-laki berkulit tan itu, ia sudah mulai menikmati acara makannya tanpa memikirkan bentuk bekal itu lagi.

Kyungsoo hanya menggeleng.

"Aku punya roti melon.." jawabnya.

Kai mengangguk dan membiarkan gadis pemilik mata besar itu kembali mengamatinya.

Ah, Kyungsoo jadi ingat soal gadis sore kemarin.

"Ohya, kemarin aku bertemu dengan seorang anak perempuan.."

"Apanya yang istimewa dari bertemu anak perempuan?"

"Aishh! Dengarkan aku dulu, Jongin bodoh!"

Kai terkekeh karena Kyungsoo menyebut nama aslinya yang jarang terdengar.

"Anak itu.. Kelihatannya sangat menderita dan sedih.. Aku tidak sengaja menabraknya ketika terburu-buru tapi ketika aku minta maaf ia hanya menoleh sebentar dengan tatapan kosong.."

Kai mulai tertarik, ia mengalihkan tatapan pada wajah Kyungsoo kini.

"Aku melihat pipinya lebam dan ujung bibirnya terluka, aku jadi kasihan.. Karena ingat membawa plester luka, aku berniat mengejarnya. Tapi untungnya ia bertemu dengan kekasihnya." Kai tersenyum menanggapi cerita Kyungsoo.

"Kyungie bukan hanya cantik tapi juga baik hati ya.." Godanya.

"Aishhh.. Jangan bicara seperti itu.." Kyungsoo hampir saja menjitak Kai yang terkekeh geli.

.

.

.

Hari inipun mereka berdua pulang dengan berjalan kaki, Kai bilang ini sehat tapi bagi Kyungsoo ini cukup melelahkan.

"Kau mau minum, Kyung? Aku ke sana sebentar.." Kyungsoo mengangguk saat Kai menunjuk sebuah mesin minuman kaleng.

Setelah Kai menjauh, gadis itu hanya berdiri diam di sisi trotoar sambil memegang tas-nya, mata bulatnya memperhatikan sekitar yang terlihat cukup lengang.

Hanya ada beberapa orang berjas yang berlalu-lalang dan ibu-ibu yang membawa banyak kantung belanjaan.

Sampai manik matanya menemukan sosok yang baru kemarin ia temui. Sosok gadis berambut coklat sebahu yang sempat membuatnya iba.

"Dia.." gumam Kyungsoo.

Gadis itu bersama pria kemarin—yang ia asumsikan sebagai kekasihnya dan mereka masih menggunakan seragam. Kyungsoo lega melihat plester menempel rapi di pipi gadis itu.

Pasti kekasihnya menjaga dengan baik.

Entah apa yang membuat Kyungsoo begitu bersyukur, hanya saja semenjak melihat ekspresi gadis itu kemarin ia jadi ikut sedih.

Kyungsoo tersenyum, dugaannya bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih diperkuat saat melihat tangan mereka yang saling menggenggam dan menyatukan jari-jari. Ah, ia sedikit iri melihat itu, karena ia sendiri masih malu-malu untuk sekedar menyentuh Kai.

"Kyung~" Kai kembali dengan dua kaleng minuman jeruk di tangannya, buru-buru Kyungsoo mengajak Kai mendekat dan menunjuk gadis tadi.

"Kemarilah!"

"Apa?"

"Itu.. Gadis yang tadi aku bilang, ia sepertinya sudah lebih baik.."

Gadis yang ditunjuk Kyungsoo menoleh pada pria tinggi—kekasihnya itu hingga ia dan Kai bisa melihat jelas tawa di wajah gadis itu.

"See? Kurasa pacarnya benar-benar baik jadi—"

Kyungsoo terdiam saat menoleh dan mendapati ekspresi Kai yang justru menurutnya aneh.

Laki-laki itu menatap tajam pada sepasang kekasih yang Kyungsoo tunjuk dan rahangnya mengatup rapat.

Bahkan Kai sempat membuat kaleng minuman di tangan kanannya berubah dari bentuk semula.

Ada apa sebenarnya?

Kyungsoo menyentuh lengan Kai meski ragu, "Kai? Ke-kenapa?" ia takut karena ini pertama kalinya ia melihat Kai seperti bukan yang biasanya.

Tapi secepat itu pula Kai menoleh dan berubah ekspresi ketika melihat Kyungsoo. "Eh? Tidak ada.. Ayo.." ia merangkul Kyungsoo dan menyeret gadis yang masih kebingungan itu.

.

.

.

Tak lama, mereka sampai di apartemen Kyungsoo.

Kyungsoo meletakkan secangkir teh hangat di depan Kai, menatap pria itu masih agak bingung.

"Kai?"

"Uh?"

"Sebenarnya ada apa? Kau aneh sejak tadi.." tanya Kyungsoo khawatir, ia terlalu sensitif untuk merasakan perubahan mood kekasihnya itu.

"Anii.."

Kyungsoo menghela nafas lalu bangkit, "Kalau begitu kubuatkan makanan ya supaya kau mera—" Kyungsoo hendak menuju dapur namun tiba-tiba saja tubuh Kai menubruknya dari belakang, memeluknya erat-erat.

"Tidak perlu.. Aku tidak apa-apa Kyungie.." bisik Kai sambil memeluk erat tubuh Kyungsoo yang kelewat mungil.

Kyungsoo menghela nafas lagi, ia berbalik menghadap Kai hingga tangan laki-laki itu yang tadi mendekap perutnya berpindah jadi melingkari pinggangnya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Kai-ku yang tampan?" Kyungsoo mengusap poni Coklat Kai yang terasa halus menyentuh kulitnya. Dan kekasihnya itu mengulas senyum simpul.

"Aku tidak apa-apa, sayang... Percayalah.."

"Tapi—"

Kyungsoo tak jadi bertanya karena Kai sudah lebih dulu membungkamnya dengan sebuah ciuman.

Yah.. Apa boleh buat, sepertinya ia harus berhenti menginterogasi Kai karena bahasa fisik ini mengatakan Kai sedang tidak baik.

"Mnghh..." Kyungsoo menggeliat karena Kai memperdalam ciumannya, ia sungguh kaget karena ini pertama kalinya Kai melakukan hal sejauh ini.

Dan tautan itu terlepas setelah Kyungsoo benar-benar kehabisan nafas. Nafas gadis itu terengah begitu pula Kai yang bernafas pendek-pendek.

Tangan Kyungsoo menahan bahu Kai agar laki-laki itu tidak menciumnya dulu selagi ia mengambil nafas dan Kai mengerti.

"Kyung.." tangan Kai terulur mengelus pipi Kyungsoo dan membuat gadisnya itu menatap langsung ke dalam mata onyx Kai.

Ya, Kyungsoo mengerti apa maksudnya.

Kai sedang menginginkannya dan akhirnya Kyungsoo menjawab dengan sebuah ciuman di bibir Kai.

Kyungsoo tak lagi ingat apa-apa selain membalas ciuman Kai dan tubuhnya yang tiba-tiba diangkat.

.

.

"Mnghh.. Mmhhh.." Kyungsoo mengeratkan remasannya pada sprei saat Kai bergerak dengan begitu memabukkan.

Kaki kanan Kyungsoo dibawa Kai untuk bertumpu di bahu landai miliknya dan ia sendiri sibuk menggerakkan tubuhnya keluar-masuk di dalam tubuh Kyungsoo.

Kai bersumpah Kyungsoo sangat cantik saat ini dan ia tak bisa sedetikpun berpaling dari wajah itu.

Ia terus mengamati gadis itu, erangan dan desahan menggoda keluar dari bibir berbentuk hati milik Kyungsoo seiring hentakan Kai yang penuh semangat.

Tangan kanan Kai menyentuh pipi Kyungsoo dan memberi sugesti pada gadis itu, "Shh.. Buka matamu sayang.. Lihat aku, aku ingin melihatmu.."

Dan Kyungsoo membuka matanya perlahan, menangkap sosok Kai yang kini begitu seksi. Dengan poni basah yang terjatuh dan keringat yang meluncur pelan dari pelipis.

Tubuh Kyungsoo terus terhentak oleh gerakan Kai, tapi itu tak menghalanginya untuk menikmati wajah Kai yang begitu tampan baginya.

"Anghh.. La-gih.. Kaihh.. Mhh..." Kyungsoo tak tahan dan berakhir dengan kembali memejamkan mata saat kenikmatan menjalar cepat di seluruh sistem syarafnya.

Kai menuruti permintaan gadis itu, menusuk terus dengan lebih brutal dan setelah tujuh atau delapan hentakan dalam, keduanya mencapai puncak tertinggi itu.

Tubuh Kyungsoo segera melemas begitupun Kai.

.

.

.

Kai memutuskan untuk menginap di apartemen Kyungsoo malam ini, dan mereka belum berganti posisi semenjak menyelesaikan 3 ronde yang spektakuler.

Bahkan tubuh mereka hanya terbalut selimut sejak dua jam ini.

Kai memeluk tubuh mungil Kyungsoo dan mengelus bahu putih tanpa cela milik gadisnya itu.

Untuk beberapa detik tak ada pembicaraan, mereka hanya saling tatap sambil mengagumi paras masing-masih, dan sekilas mengingat permainan mereka tadi.

Kai mengecup ujung hidung Kyungsoo.

"Apa kau suka yang kita lakukan tadi?" Sang gadis membuka pembicaraan terlebih dulu.

"Hum? Maksudmu" tanya Kai bingung.

Kyungsoo tersenyum tipis, ia mengalihkan tatapan ke ujung selimut yang mereka gunakan.

"Kau pasti bisa merasakannya tadi.. Kau pasti tahu kalau kau bukan yang pertama.. Aku sudah bukan—"

Chup..

Kai kembali mengecup bibir Kyungsoo.

"Lalu kenapa Kyung? Normal jika sebelumnya kau punya kekasih dan melakukannya.. Hanya saja.. Aku berharap aku bisa menjadi yang terakhir.."

Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, ada sebuah rasa bersalah saat mendengar itu dari mulut Kai. Haruskah ia menjelaskannya sekarang?

"Ng.. Kai..." cicit Kyungsoo.

"Hm? Ada apa?"

Kyungsoo masih ragu untuk mengatakan ini, pikirannya masih bergulat satu sama lain. Hingga akhirnya helaan nafas berat menjadi garis finish pikirannya.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu yang mungkin memang seharusnya kau tahu.."

Kai memperhatikan, sesekali mencium hidung kecil Kyungsoo yang menggemaskan.

"Uhm.. Aku.. Sebelum bertemu denganmu.. Aku.."

"Ya?"

Kyungsoo menatap ragu, jarang-jarang ia menjadi gugup seperti ini. Pelan ia menatap mata Kai yang penasaran menanti jawaban.

"Aku pernah menjadi simpanan laki-laki beristri.." Ucap Kyungsoo sebagai final, pelan tapi mampu ditangkap pendengaran Kai.

Bohong kalau Kai tidak kaget, masalahnya ini Kyungsoo! Seorang gadis introvert yang lebih senang membaca buku ketimbang bercanda dengan teman-teman lain.

Kyungsoo tahu ekspresi inilah yang akan ia dapat, "Kalau kau mau meninggalkanku setelah tahu hal ini, tidak apa-apa.. Aku hanya ingin kau tahu di awal dan tidak mengecewakanmu karena yang kau dapat hanya sebuah barang yang segelnya sudah rusak." Kyungsoo mencoba bersikap seolah tak apa-apa meski sebenarnya ia sangat berharap pada pria ini.

"Hei.. Kau bicara apa Kyungie..? Jangan berpikir terlalu berat.. Aku tahu setiap orang pasti punya sisi gelap, siapapun itu.. Jujur aku kaget.. Tapi kalau kau berharap aku akan mengundurkan diri setelah mendengar itu.." Kai menarik Kyungsoo ke dalam pelukannya, mendekapnya erat di dada bidangnya.

"Maaf aku tidak bisa, Kyung.. Aku bahkan nyaris gila mencintaimu.." bisik Kai.

Kyungsoo termangu, apa Kai serius?

"Ta-tapi aku sudah—"

"Ya, sayang aku tahu.. Aku tahu.. Sekarang coba kau pikirkan.. Jika aku ada di posisimu, atau bahkan aku memiliki rahasia yang lebih mengerikan dari itu, apa yang akan kau lakukan?"

Kyungsoo diam menatap ke dalam mata itu. "Tentu saja tetap mencintaimu.."

Kai tersenyum teduh, mengecup bibir Kyungsoo dan memeluknya lebih erat. "Kalau begitu kita punya jawaban yang sama.."

Kyungsoo pun tersenyum lega, ia sempat khawatir mengatakan hal itu pada Kai tapi akhirnya Kai memberi jawaban yang bisa membuatnya tenang.

Ohya ngomong-ngomong soal tenang, sejak tadi masih ada satu hal yang tidak bisa membuatnya tenang. Kyungsoo masih penasaran tentang gadis tadi dan ekspresi Kai.

Ia tidak bodoh untuk menyadari Kai yang mengeluarkan ekspresi aneh. Ia yakin Kai punya sesuatu yang disembunyikan dan Ia ingin sekali bertanya. Tapi sepertinya ia tidak boleh merusak momen ini.

'Tanya besok saja, masih banyak hari' pikir Kyungsoo.

.

.

.

Kyungsoo menyuapi sepotong telur dadar untuk Kai.

Laki-laki itu tersenyum menyadari betapa manisnya Kyungsoo.

"Makananmu selalu enak.." puji Kai yang hanya dijawab dengan senyum tipis dari kekasihnya.

"Kalau begitu cepat habiskan.." dan Kyungsoo kembali menyumpit sepotong daging ayam.

Tapi sepertinya momen manis itu harus terusik karena seorang teman dari kelas lain memanggil Kai dari depan pintu kelas dan memintanya kesana.

"Tunggu sebentar ne?" Kai mengusap pipi Kyungsoo lalu beranjak setelah menerima anggukan dari sang gadis.

Kyungsoo menoleh untuk memperhatikan Kai dan teman-temannya yang sedang mengobrol, ia menunggu sambil menggigit sepotong daging ayam saat matanya menangkap ponsel Kai yang tergeletak begitu saja diatas meja.

Kyungsoo berkutat dengan pemikirannya untuk membawa ponsel itu ke tangannya atau tidak.

Dan keputusan final Kyungsoo adalah mengambil ponsel itu. Rasa penasaran sudah terlanjur menggerogotinya.

Beruntung Kai hanya menggunakan screen-lock geser bukan password dan itu membuat Kyungsoo sedikit berjengit senang, apalagi melihat home-screen laki-laki itu yang ternyata salah satu foto mereka. Tapi rasa senang itu tak berlanjut lama hingga Kyungsoo membuka foto-foto milik Kai.

.

.

.

Kai kembali duduk di depan Kyungsoo dengan senyum cerah.

"Kau tidak menghabiskan makananmu?"

Kyungsoo hanya terdiam menahan perasaannya yang campur aduk, ia mampu mengontrol emosinya dengan baik saat mengembalikan ponsel Kai sambil menunjukkan foto yang membuat laki-laki itu begitu terkejut.

Foto seorang gadis yang sedang duduk di ranjang hanya dengan sebuah bathrobe, ia menggeser layar untuk memperlihatkan yang lain.

Ada banyak foto yang berbeda namun dengan objek yang sama.

Gadis yang kemarin mereka temui. Gadis berambut coklat yang membuatnya kasihan kemarin.

"Bisa kau jelaskan apa ini?" suara Kyungsoo bergetar.

Kai melotot tak percaya kalau Kyungsoo bisa menemukan foto-foto itu.

"Siapa yang jadi selingkuhan mu disini? Aku? Atau dia?" Kai masih bungkam, hanya menatap sendu pada ujung meja dan itu membuat Kyungsoo semakin kesal.

"Baiklah kalau kau tidak mau menjawab.." Akhirnya gadis itu beranjak dan meninggalkan Kai sendiri, ia butuh tempat untuk menenangkan diri sekarang.

Sungguh, ia tak menyangka Kai seperti ini.

.

.

.

Siang itu Kyungsoo pulang sendiri, ia tak mau masuk di mata kuliah terakhir karena tak ingin melihat wajah Kai dulu untuk saat ini.

Hatinya terasa benar-benar hancur karena tahu Kai sudah mengkhianatinya. Jadi itu alasan dibalik ekspresi Kai kemarin?

Kyungsoo terus berusaha menenangkan pikirannya, sementara kaki kecilnya terus berjalan dan tanpa sadar kini ia berada di sekitar Seoul International High School.

Ia tak bermaksud apa-apa sebenarnya tapi kemudian ia melihat gadis yang kini ia benci itu baru saja keluar dari gerbang sekolah bersama laki-laki tinggi yang biasanya.

Kyungsoo yang merasa sangat emosi karena kejadian tadi memutuskan untuk mengikuti gadis itu. Orang seperti apa sebenarnya gadis itu?

.

.

Kyungsoo terhenti di tepi trotoar, matanya tak lepas menatap pasangan yang kini tengah menikmati makan siang di restoran yang letaknya di seberang jalan.

Berbagai asumsi melayang-layang di kepalanya tentang siapa sebenarnya gadis itu dan bagaimana Kai mempunyai puluhan fotonya sementara gadis itu sudah mempunyai kekasih.

Kyungsoo mendecih ringan saat melihat adegan mesra antara sepasang kekasih itu, dimana si laki-laki mengusap bibir sang gadis.

Hampir saja Kyungsoo menyerah dan menyelesaikan kegiatan menguntit ini kalau saja tidak melihat keduanya sudah berdiri dari tempat semula.

Dan Kyungsoo harap mereka akan pulang.

.

.

.

Benar saja!

Kyungsoo berhasil mengikuti gadis itu hingga masuk ke sebuah rumah setelah laki-laki tinggi berkacamata itu pergi.

"Jadi disini rumahnya.." Ia bersembunyi di balik sebuah tiang listrik dengan lengan terlipat di depan dada.

Ia tak bisa berada terlalu dekat dengan rumah itu dan tak bisa melihat sebenarnya orang seperti apa gadis itu.

Kyungsoo sebenarnya sadar bahwa tingkahnya ini tidak benar, toh ia bisa bertanya langsung pada Kai kan?

Tapi bagaimana bisa Kyungsoo hanya diam sementara objek yang membuatnya penasaran justru lewat di depan matanya.

Dan rasa penasaran Kyungsoo terjawab begitu saja saat rumah itu ribut dengan sebuah teriakan "Byun Baekhyun! Kau masih berani pulang ke rumah huh?!" Kyungsoo buru-buru pergi ke arah sumber suara. Beruntungnya ia bisa melihat objek yang membuatnya penasaran karena kini gadis itu dan seseorang yang ia duga sebagai ibunya justru bertengkar di ruangan dengan pintu geser kaca yang besar.

Kyungsoo tak tahu harus berekspresi apa, terutama saat gadis yang diteriaki dengan nama "Byun Baekhyun" itu menerima tamparan keras dari tangan lain.

Yang ternyata milik sosok yang ia kenal.

"ANAK TIDAK BERGUNA! KENAPA MASIH BERANI PULANG KERUMAH! SURUH LAKI-LAKI BRENGSEK ITU BERTANGGUNG JAWAB, BODOH!"

Kepala Kyungsoo mendadak terasa pusing saat melihat pertengkaran itu, bukan.. bukan karena ributnya tapi karena sosok Kai yang ternyata ada disana.

Ba-bagaimana bisa?

Kai..

Itu benar-benar Kai-nya...

Tunggu.. Byun Baekhyun.. Marga Kai juga.. Byun. Tidak mungkin kan ini rumah...

"KELUAR SEKARANG JUGA! JANGAN KEMBALI! ADIK TIDAK TAHU DIRI!"

Kyungsoo berjengit kaget saat tahu kini suara itu terdengar dekat dan benar saja, Kai menyeret gadis bernama Baekhyun itu sampai di depan pagar rumah mereka, tak peduli kenyataan bahwa gadis itu menangis dengan dahi terluka.

"AKU TIDAK AKAN KEMBALI KE RUMAH INI SELAMA KAU MASIH HIDUP! KAU KAKAK TERBURUK YANG PERNAH ADA!" Baekhyun berlari begitu saja setelah Kai melepas tangannya.

Kyungsoo masih melotot kaget dan mematung di tempatnya. Situasi apa sebenarnya yang tengah terjadi di depannya ini? Kai.. Kakak? Gadis itu.. Adiknya kan? Lalu...

Tapi gadis berambut hitam itu justru berhenti berkutat dengan pikirannya saat matanya dan sepasang mata milik Kai saling bertemu.

Gawat! Kai melihatnya!

Kaki Kyungsoo yang gemetar mengambil satu langkah ke belakang sebelum akhirnya berbalik dan berlari dengan wajah ketakutan.

Ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

.

.

.

Dan kejadian itu berhasil membuatnya tak bisa tidur semalaman.

Dugaan-dugaan tentang Kai terus menyerang pikirannya hingga ia tak bisa memejamkan mata sedangkan hari ini ia harus kembali masuk kuliah.

Kyungsoo bahkan tak tahu harus memasang ekspresi seperti apa saat ia bertemu dengan Kai nantinya.

Mengacuhkannya atau justru harus meminta jawaban yang jelas?

Semua kejadian ini begitu tiba-tiba dan membuat Kyungsoo frustasi.

'Aku tidak bisa mengambil kesimpulan..' pikir Kyungsoo sambil terus berjalan menuju kampusnya.

Tapi, lagi-lagi jantung Kyungsoo hampir saja mencelos keluar saat melihat sosok Kai yang berdiri di depannya.

"Bisa ke rumahku sebentar, Kyungie?"

Ia mengatakan itu tanpa beban dan seolah tidak tahu bahwa saa ini Kyungsoo merasa takut—sekaligus penasaran.

.

.

.

Kyungsoo mengekor di belakang Kai, ia sungguh takut saat mendengar Kai mengatakan bahwa ia akan menjelaskan semuanya pada Kyungsoo.

Kai membawanya ke lantai dua rumah itu, Kyungsoo sempat melirik ke beberapa sudut sepertinya keluarga Kai sedang tidak ada. Rumah itu sangat sepi sekarang.

Cklek..

Bahu Kyungsoo menegang saat Kai membuka pintu sebuah ruangan dan memberi isyarat agar gadis itu masuk.

Kamar Kai... Lumayan rapi meski jelas lebih rapi kamarnya. Aish.. Bukan waktunya memikirkan itu.

Kai menuju sebuah pintu lain di dekat lemari besar miliknya, lagi-lagi Kyungsoo hanya mengekor. Dan sepertinya Kai belum puas memberinya kejutan tiga hari belakangan ini.

Sesuatu di balik ruang kecil di dalam kamar Kai ini adalah sumber keterkejutan Kyungsoo yang lain.

Gadis itu menutup mulutnya sendiri dan matanya terbelalak saat melihat foto-foto gadis bernama Baekhyun itu tertempel penuh di salah satu sisi dinding.

Ruangan itu hanya memiliki sebuah kursi dan meja. Dan Kai perlahan duduk di satu-satunya kursi yang ada disana, sementara Kyungsoo masih tak percaya menatap seluruh foto-foto itu.

Ini lebih terlihat seperti ruangan seorang... Psikopat?

Tanpa menatap Kyungsoo, Kai mulai membuka mulutnya untuk menjelaskan.

"Seperti yang kau lihat.. Dia adik kandungku.. Byun Baekhyun. Adik perempuan yang harusnya aku lindungi tapi aku justru mencintainya.. Sebagai seorang wanita."

Kaki Kyungsoo mendadak lemas, ia sudah menduga itu sejak kemarin sebenarnya. Tapi tetap saja mendengarnya langsung dari mulut Kai membuatnya shock berat.

"Sejak aku menyadari perasaanku sampai sekarang tak ada seorangpun yang kuijinkan masuk kesini.. Kau lah yang pertama."

Kai harus rela ketika Kyungsoo menatap nanar padanya seolah ia melakukan suatu hal yang sangay hina. Yah, meski kenyataannya memang begitu.

"Aku sangat tahu bahwa perasaanku ini tidak wajar, tak ada satupun yang tahu bahwa aku mencintai Baekhyun. Dan demi menyembunyikan hal itu aku terus mencacinya lebih kasar dari siapapun selama bertahun-tahun.."

Kai tertunduk dan mengusap dahinya sendiri. Kyungsoo masih terdiam di ambang pintu.

"Selagi aku terombang-ambing dalam ketidak wajaran-ku, aku terus berusaha terlihat sempurna dalam berbagai hal, pelajaran... Juga pergaulan.. Ayah dan ibu menganggap aku berhasil dan menjadi kebanggaan mereka, dengan predikat itu aku terus memusuhi Baekhyun dan memperlakukannya seolah dia produk gagal.."

Entah perasaan apa itu, tapi Kyungsoo justru merasa begitu prihatin dengan keadaan Kai. Dalam kalimat-kalimat itu tersirat beban yang begitu berat.

"Baekhyun berubah menjadi anak yang susah diatur dan selalu melawan, aku sadar itu semua karena sikapku.. Aku tahu dia hanya ingin dicintai meski sebenarnya disini aku lebih mencintainya dari siapapun. Tapi beberapa hari yang lalu Baekhyun membuatku tertampar keras.."

Kai menghela nafas sesaat.

"Dia telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dengan seorang laki-laki, saat itu aku benar-benar merasa ditampar.. Kejadian itu menyadarkanku bahwa Baekhyun tidak akan pernah menjadi milikku dan aku yang marah pada diriku sendiri justru menamparnya untuk yang pertama kali seumur hidupku.. Aku hanya merasa kecewa dan menyesal karena perbuatanku selama ini.."

Kali ini Kai menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, pemandangan itu membuat hati Kyungsoo makin tidak tega dan memutuskan untuk mendekati Kai yang kini terlihat rapuh.

Pelan, dibawanya kedua tangan mungilnya ke belakang kepala laki-laki itu lalu mendekapnya erat agar Kai bisa lebih tenang.

"Tapi kau salah Kyung... Aku sama sekali tidak menjadikanmu pelarian atau apapun itu.. Aku justru bisa mulai melupakan perasaanku pada Baekhyin setelah bertemu denganmu.. Aku baru memulainya dan berharap suatu saat nanti benar-benar hanya kau yang kupikirkan.. Tapi kau justru tahu lebih dulu.. Dan aku yakin setelah ini kau berniat meninggalkanku dengan segala sisi burukku ini.."

Kyungsoo membawa wajah Kai menatapnya lalu mengecup bibir itu sesaat.

"Apa aku terlihat semudah itu menjauh darimu?"

Kai hanya terdiam dengan dahi berkerut samar atas sikap Kyungsoo. Gadis itu segera memberikan senyuman terbaiknya meski matanya berkaca-kaca.

"Kalau aku adalah satu-satunya orang yang bisa kau percaya untuk membantumu.. Aku pasti akan melakukannya, Kai.. Kau ingat? Aku akan menerimamu seburuk apapun sisi gelapmu.."

Kyungsoo memeluk erat kekasihnya itu dan Kai sungguh tak menyangka akan mendapatkan ini.

"...Asal kau berjanji untuk tetap berusaha melupakan adikmu.. Dan mencoba mencintaiku sepenuhnya.." lirih Kyungsoo.

Dan satu pelukan erat di dapat gadis itu, Kai memeluknya erat-erat lalu mencium seluruh wajah gadisnya.

"Aku janji, Kyungie.. Aku berjanji.."

Dan Kyungsoo tersenyum lega.

Ia harap setelah ini, ia dan Kai benar-benar bisa memulai awal yang baru.

.

.

.

to be continued

Chapter 3! Kaisoo!

Oke katakan saya bodoh karena bikin Kai Out of Character banget dan maafkan saya, Baekhyun-ah karena udah bikin kamu tersiksa T-T

Chapter depan punya SuLay dan itu chapter kuncinya.

Maaf buat alur yang kecepetan dan saya ingetin lagi, semua tokoh di fanfic ini ada di satu timeline yang sama dan cerita mereka bakal saling berkaitan.

Thanks buat kalian yang masih baca ampe chapter ini, & mohon reviewnya yaa..

.

.

Sign.

Black Spica.