Aku sering berkhayal kalau kita menjadi seperti mereka

Menjadi orang biasa yang bebas

Tidak terikat pada kontrak bodoh

Tidak terikat pada ekspektasi publik

Tapi nyatanya kita memang terikat.

.

.

.

.

.

Kazuma House Production

proudly present

.

.

.

Me Prometa 3 : How About Marriage?

® 2014

.

.

.

.

.

Baekhyun mungkin tidak mengenal Lay sedekat member EXO-M, tapi beberapa kali mendapat project bersama wanita itu membuat keduanya cukup dekat—dan tentunya spazzing tertahan. Wanita baik berhati lembut dan keibuan itu akhirnya bersama pangeran berkuda putih yang selama ini sering dibicarakan oleh kalangan dalam perusahaan.

Baekhyun tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika melihat kedua pasangan yang baru resmi menjadi sepasang suami-istri tadi pagi itu berdansa di tengah ruangan mengikuti alunan melodi pemusik. Tidak ada yang mengganggu mereka, seakan dunia hanya milik Lay dan Suho.

Dalam hati Baekhyun iri melihat keduanya. Dia membayangkan dirinya yang berada di posisi Lay saat ini dan Chanyeol di posisi Suho. Hanya sekedar membayangkan. Baekhyun tidak berani menanyakan hal itu pada Chanyeol sekalipun ia tahu ia sudah kembali menjadi milik si Park Junior itu.

Baekhyun menyentuh gelang kristal yang membantunya untuk menutupi sebuah tato kecil yang ia buat bersama Chanyeol. Sebuah tato sederhana yang menandai kepemilikan mereka. Di sisi dalam pergelangan tangan kiri Baekhyun bertuliskan "PCY's Property. Don't disturb." Bila diingat-ingat, ia akan tertawa sendiri mengingat betapa posesifnya Chanyeol.

"Baekhyun-ah, kau mau mencoba ini?" Luhan menawarkan sepotong kue padanya. "Tenang saja, tidak akan buat gemuk."

Baekhyun tertawa mendengar candaan Luhan. "Tidak, terima kasih. Aku sudah kenyang." Ia menunjuk piringnya, menandakan dia baru saja menghabiskan banyak dimsum.

Baekhyun tidak mengerti kenapa ia ditempatkan semeja dengan member EXO. Jujur saja ia gugup. Sampai hari ini dia masih menjadi fans EXO. Sehun yang seharusnya hadir malah tidak ikut karena ada fan meeting di Thailand. Sementara Tao tidak ikut makan malam. Kata Kris, Tao mabuk laut. Dia jadi seperti orang hilang.

Sampai hari ini, baik Baekhyun maupun Chanyeol masih menutup rapat perihal hubungan mereka. Tidak ada yang tahu kecuali keluarga dan Sehun serta Tao tentunya. Entahlah, Baekhyun tidak berani umbar cerita sana-sini.

"Gelangmu bagus," puji Luhan kemudian. Baekhyun melirik satu-satunya gelang yang ia pakai saat ini. Gelang kristal pemberian ibu Chanyeol. "Beli di mana?"

"Ini hadiah." Baekhyun membiarkan Luhan memperhatikan gelang berkilauan itu lebih teliti.

"Gelang lamaran, eoh?" tebaknya tepat sasaran. Wajah Baekhyun tidak kuasa menahan darahnya mengalir deras ke kedua pipinya. Luhan tertawa lebar. "Jadi benar, kau sudah dilamar? Oleh siapa? Dia pasti pria yang beruntung mendapatkan perempuan secantik dirimu."

"Bu-bukan," elak Baekhyun tergagap. "Dia belum melamarku. Hanya keluarganya saja sudah menerimaku."

"Apa bedanya?"

"Ya…" Baekhyun kesulitan menjelaskannya. "Dia belum bilang ingin menikahiku."

"Kau harus mengatakan padanya, Baekhyun-ah! Sayang sekali kalau kau sudah diterima keluarganya tapi belum juga menikah. Kalau kau tidak berani, kau bisa bicara degnan calon mertuamu. Biasanya mereka akan membantu kalau sudah menerimamu," Luhan memberi saran. "Benar tidak, Min?"

Xiumin yang sedang meminum soju mengerutkan kening, tidak mengerti. "Apa?"

"Baekhyun, dia sudah diterima keluarga pacarnya, tapi pacaranya belum juga melamar dia," kata Luhan.

"Biasanya mertua perempuan jauh lebih berkuasa dalam membujuk putranya untuk menikahi perempuan. Apalagi perempuan itu sudah menjadi kekasihnya. Pasti akan lebih mudah." Xiumin ikut-ikutan memberi wejangan pada Baekhyun membuat gadis itu salah tingkah.

Baekhyun akhirnya memutuskan untuk kembali lebih dulu ke kamarnya. Dia tidak tahan kalau harus ikut-ikutan bergadang bersama member EXO lainnya. Biar saja mereka menghabiskan malam merayakan pernikahan teman mereka.

Ranjang rasanya sudah memanggil-manggil Baekhyun, memintanya untuk segera berbaring dan berlindung di balik selimut hangat nan tebal dari hembusan angin AC.

.

.

.

.

.

Pagi ini Baekhyun menghabiskan sarapannya sendirian. Managernya sedang pergi bersama manager lain entah ke mana. Ia melempar pandangan ke arah langit biru sambil mengunyah bacon dalam mulutnya. Ia menikmati liburan singkat yang diberikan perusahaan padanya dan hampir seluruh artis perusahaan mereka.

"Hei."

Baekhyun menoleh, ia mendapati Chanyeol di depan wajahnya sedang meletakkan senampan sarapan seraya duduk. Baekhyun menyulingkan senyum lebar. "Annyeong! Bagaimana kemarin malam?" tanyanya. Ia tahu Chanyeol pasti begadang bersama member EXO lain.

"Seru!" Chanyeol meminum jus jeruknya. "Harusnya kau jangan buru-buru tidur. Kau harusnya ikut kami menguntit Suho Hyung dan Lay Noona bemesraan di luar."

Baekhyun tertawa renyah dibuatnya. "Kalian sudah dewasa, tapi tingkahnya masih seperti ABG labil." Ia geleng-geleng kepala.

Chanyeol sibuk bercerita tentang Suho dan Lay sementara Baekhyun mendengarkan. Orang-orang tampak tidak peduli pada kedekatan mereka. Satupun member EXO belum menampakan batang hidung mereka termasuk sang pemilik pesta.

Selepas sarapan Baekhyun mengikuti Chanyeol yang mengajaknya berkeliling. Rasanya sayang kalau waktu libur mereka hanya disalurkan pada ponsel atau mengobrol dengan sesama rekan artis, apalagi hari sedang cerah.

"Ada apa?" Baekhyun menggumam begitu melihat satuan unit kesehatan datang tergopo-gopo menuju salah satu ruangan.

"Itu kamar Kris Hyung dan Tao."

Tanpa perlu pikir dua kali, Baekhyun langsung melangkah, ingin tahu kondisi temannya. Ia melihat Tao berbaring dengan wajah pucat pasi di kasur. Dokter memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya. Kris berdiri di samping Tao sambil mengelus surai hitam istrinya.

"Tao-ya? Gwaenchanha?" tanya Baekhyun panik. "Ya! Naga kurang ajar! Apa yang kau lakukan pada temanku, hah?!"

Alis Kris berkerut tajam tapi tidak sampai hati mengomel pada Baekhyun mengingat di sana ada Tao dan Chanyeol. Dia memilih bungkam dan mendengarkan instruksi dokter yang menyerahkan sesuatu ke tangan Tao sebelum istrinya beranjak ke kamar mandi.

"Tadi apa?" tanya Kris ingin tahu.

"Tunggu sebentar, Tuan Wu," jawab Sang Dokter penuh misteri.

Baekhyun menunggu dengan gusar, bahkan lebih panik daripada Kris. "Apa sih yang kalian lakukan sebelum ini?" tanya Baekhyun ingin tahu. Seingatnya Tao tidak punya alergi pada apapun. Tao kan omnivora—begitu Baekhyun menjuluki Tao.

Bunyi ceklek pintu membuat mereka semua terjaga dari pergulatan benak masing-masing. Tao keluar masih dengan wajah pucatnya, namun wanita itu tak kuasa menutupi senyum sumringah di wajahnya sambil menunjukkan sebuah test pack bergaris merah dua pararel.

"Kau…" Kris bergegas menghampiri Tao dan memeluk istrinya itu erat-erat. Ungkapan-ungkapan cinta baik itu dalam bahasa Korea, Mandarin, dan Inggris mengalun keluar dari mulut Kris.

Berangsur-angsur mereka meninggalkan Kris dan Tao yang sudah larut dalam kebahagian mereka sendiri. Chanyeol sudah menarik Baekhyun sebelum pacarnya sempat memeluk Tao dan membawa gadisnya keluar kapal.

"Kau kenapa menghalangiku, sih? Aku kan ikut bahagia mendengar dia sudah mengandung!" keluh Baekhyun sambil berpegangan pada railing.

"Kau ini. Nanti saja kalau kita punya sendiri!" Chanyeol berdecak kesal. Tanpa ia tahu perkataannya membuat pipi Baekhyun bersemi.

Gadis itu menundukkan kepala dalam-dalam. Mata coklatnya memandangi buih ombak yang menghantam dinding kapal. Ia kembali ingat dengan kata-kata Luhan kemarin. Sedetik setelahnya ia mendengus, menganggap semua itu akan sia-sia saja.

Lihat saja, sekarang Chanyeol sibuk tebar pesona sambil membenahi rambutnya yang mulai memanjang dan berantakan diterpa angin.

Kadang pertanyaan itu datang menghampiri Baekhyun, apa benar Chanyeol adalah pria yang ditakdirkan untuknya?

"Ada apa?" tanya Chanyeol begitu ia mendapati mata coklat sipit Baekhyun tengah memandanginya. "Ganteng, ya?" candanya. Baekhyun membuat gesture tubuh seolah sedang muntah. Chanyeol tertawa lebar. "Jangan begitu. Gini-gini aku pacarmu." Tangannya dengan ringan menarik Baekhyun mendekat padanya. Ia mengecup ubun-ubun Baekhyun.

Baekhyun tidak menolak maupun menerima, hanya mengikuti arus Chanyeol. Tangannya meraih tangan kiri Chanyeol lalu menggeser gelang hitam pemberiannya dulu, menemukan kalimat yang hampir serupa miliknya.

"Byun Baek," panggil Chanyeol. Ia sudah merubah posisinya, berdiri di belakang Baekhyun, mengungkung gadis itu di antara railing.

"Hm?"

"MENIKAHLAH DENGANKU, BYUN BAEK HYUN!" Chanyeol berteriak nyaring, mengalahkan debur ombak, membuat semua orang beralih padanya.

"Jangan berteriak di kupingku, Do Bi!" bentak Baekhyun balik.

Chanyeol di belakangnya nyengir lima jari. Ia mundur dua langkah ke belakang sambil menyodorkan sebuah cincin emas putih yang tahtakan berlian besar di atasnya. Berlian tersebut membiaskan cahaya mentari menjadi tujuh piksel warna menarik dan berkilau.

"TERIMA! TERIMA!" suara Kai berkumandang. Tahu-tahu seisi kapal sudah mengikuti apa yang Kai lakukan, menyoraki Baekhyun dan Chanyeol.

Chanyeol masih menunggu Baekhyun menyodorkan tangannya. "Ayolah, jangan buat aku menggu lebih lama."

Alis Baekhyun naik satu, tidak terima dikata seperti itu. "Bukannya kau yang membuatku menunggu, huh?" Chanyeol memberi ekspresi malas, tanda ia sedang tidak ingin main-main sekarang. Baekhyun mengulum senyum. "Akupun tidak akan membuatmu menunggu lama."

Chanyeol segera menyematkan cincin tersebut di jari manis Baekhyun. "SEMUANYA! TUNGGU UNDANGAN KAMI!"

"YA! PARK CHANYEOL! KAU MASIH TERIKAT KONTRAK!" seru Manager setengah bercanda. "KAU JUGA BAEKHYUN!"

"TENANG SAJA, OPPA! KONTRAK BISA DIURUS BELAKANGAN!" Baekhyun tertawa.

Dan bagi Chanyeol, tidak ada yang lebih indah daripada melihat mata itu tenggelam dalam alunan tawa manis yang terdengar dari mulut Baekhyun.

.

.

.

.

.

Keenam orang dewasa itu saling melempar gurau, membuat salah satu bilik restoran mahal itu terdengar ramai. Begitulah keadaannya kalau Keluarga Park dan Byun sudah bertemu. Mereka akan menjadi ribut tentang hal-hal sepele.

Baekhyun senang melihat orang tuanya dan Chanyeol nampak akrab. Jadi seharusnya, niatan Chanyeol tidak ada hambatan apapun. Malam ini Chanyeol terlihat sangat tampan dalam balutan jas biru gelap dan kemeja abu-abu. Rambut Chanyeol sudah kembali ia hitamkan dan dipotong lebih rapi dari sebelumnya. Untuk bertemu calon mertua, kata Chanyeol tempo hari.

Chanyeol meletakkan sumpit makannya di atas mangkuk sebelum meraih segelas minuman dan menandaskannya.

"Kau tidak makan lagi? Tumben sekali," kata Miyoung melihat putra bungsunya sudah selesai makan. "Jangan jaim begitu. Baekhyun juga pasti sudah tahu aib-aibmu." Kalimat ringan itu mengundang tawa orang tua Baekhyun.

"Sebenarnya ada hal serius yang ingin kubicarakan dengan kalian semua," kata Chanyeol lamat-lamat. Ia memperhatikan mereka semua satu per satu.

Andai bisa keluar, mungkin jantung itu bisa saja menerobos keluar dari dadanya saking kuatnya ia berdetak. Baekhyun gugup bukan main. Ini penentuan. Meskipun ia sudah yakin pada pernyataan akhir mereka, tapi tidak ada yang tahu kalau hal itu tiba-tiba berubah, kan?

"Appa, Eomma, Abeonim, Eomeonim," begitu Chanyeol memanggil orang tuanya dan orang tua Baekhyun. "Aku ingin menikahi Baekhyun. Kuharap kalian bisa merestui kami."

Sesaat bilik itu menjadi hening seketika. Baekhyun sudah berharap-harap cemas karenanya.

"Kau masih minta ijin kami?" tanya ayah Chanyeol. "Tentu saja kami merestui kalian. Malah kami sudah merencanakan akan memaksa kalian berdua menikah kalau sampai tahun depan kalian belum ada tanda-tanda akan naik pelaminan." Pria tua itu tertawa lebar sambil menepuk-nepuk punggung Chanyeol.

"Kalian ini, biar sudah dewasa tetap saja malu-malu kucing seperti anak kecil," kata ibu Baekhyun.

"Sudah sana kalau kalian mau keluar. Kurasa ini akan jadi pembicaraan orang tua," kata Ayah Baekhyun mengusir mereka secara halus.

Baekhyun dan Chanyeol menurut. Mereka membungkuk beberapa derajat dan beranjak dari sana.

Hari itu bulan Desember. Tumpukan salju menggunung di sisi-sisi jalan. Langit gelap dihiasi lampu-lampu natas yang bersinar dari berbagai sudut kota, menghiasi malam. Baekhyun dan Chanyeol sudah tidak lagi ragu menunjukkan kedekatan mereka pada publik meskipun belakangan baru dianggap isu oleh banyak orang.

Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun dan diselipkan ke dalam saku mantelnya, memastikan kekasihnya tetap merasa hangat. Ia bisa melihat uap-uap napas putih keluar dari hidung dan mulut Baekhyun.

"Sedingin itu, kah?" tanya Chanyeol.

"Tidak. Karena kau ada memanaskanku," balas Baekhyun sambil tersenyum lebar. Ia menyandarkan kepalanya di lengan Chanyeol.

Keberadaan mereka di tengah taman mengundang perhatian banyak orang. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapati orang-orang di sekeliling mereka sudah mengangkat ponsel terang-terangan dan mengabadikan momen mereka berdua.

"Menurutmu, apa mereka akan menerima status kita sekarang?" bisik Chanyeol di telinga Baekhyun.

"Siapa yang tahu? Kau tidak akan tahu sampai kau mencoba."

Chanyeol tahu, inilah saatnya ia terbuka pada publik. "Semuanya, aku minta restu kalian untuk menikahi idola kita yang satu ini, Byun Baekhyun! Sebentar lagi namanya akan berubah menjadi Park!" seru Chanyeol tak urung membuat banyak orang berjengit kaget. Ia menunjukkan tatonya yang selama ini selalu menjadi pertanyaan publik, "Baekhyun's. Take me if you dare."

Baik Chanyeol maupun Baekhyun sudah tidak lagi peduli dengan pikiran orang-orang. Mereka hanya tahu bila mereka saling memiliki. Hati keduanya terikat dan sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka.

Tidak apapun. Tidak pula siapapun.

Dan pagutan bibir itu menyegel semuanya. Menyegel janji mereka yang mungkin tidak terucap di bibir, namun mereka tahu.

.

.

.

.

.

Kau tahu, kenapa seusai mengikat janji pernikahan pasangan-pasangan itu berciuman?

Tidak, memangnya kenapa?

Untuk menyegel janji mereka. Menyegelnya dengan cinta sejati dan tidak mungkin dihapus.

Banyak hal sudah kita lalui. Perkenalan, pertemanan, pacaran, bahkan putuspun kita pernah.

Kali ini aku benar-benar ingin putus darimu.

Putus menjadi kekasihmu agar aku bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi.

Menjadi soulmate.

Menjadi sahabat sehidup semati yang menemanimu sampai hari-hari akhir kita nanti.

Sampai helai-helai di kepala ini memutih.

Sampai kedua tungkai ini tidak mampu lagi menopang.

Sampai mulut ini tak mampu berucap cinta.

Tapi aku tahu, kau akan selalu tahu.

Aku mencintaimu.

Selalu.

Selamanya.

.

.

.

.

.

DONE

2.009 words

To be honest, saya kehilangan feeling dengan EXO. Sejak kasus Kris dan sekarang Baekhyun, it seems like SM's trying to play on us. Saya udah nulis 5 FF EXO dan semuanya berhenti di tengah jalan (oke, yang terakhir masih on going, tapi entah bagaimana nantinya). Saya punya 1 FF HunHan udah selesai (waktu itu saya udah bilang) tapi saya nggak yakin. So... yah. Mungkin ini chapter terakhir yang bisa saya publish sebelum akhirnya berubah jadi setan (that's how most FFn Author called silent reader. But I never call them like that).

Saya berniat menghapus Summer Fault karena cerita yang terlalu berantakan. Baru niat. Belom dijalanin. Masih mikir-mirkir. Tapi kemungkinannya 60:40. Kalo nggak dihapus, paling nge-stuck begitu aja. Nyampah di page saya. And I'm not sure I can continue MP3 too.

I lost my sense of writing! It's gone. The saddest part is I don't know how to get it back. May be it's time to break for a while. :)

Saya akhirnya sadar, saya nulis bukan sekedar karena khayalan yang numpuk di otak. Saya nulis karena hati saya mau. Mungkin terdengar kekanakan dan agak moody, but seriously, my mind is so blank without that feeling. I wanna show you my masterpiece, not only a bunch of words.

Semua orang bisa nulis. Tapi nggak semua orang bisa ngebuat kalimat simpel tapi menghanyutkan tanpa memanfaatkan keadaan tertentu. Because in fact, if you wanna be a real author, you cant use those characters. You need to build your own world and situation. That's why I called them The-Blessed-People.

Anyway, kemaren Kazuma B'tomat 4th anniversary. Yehet! Sekalian ultah ke-42 Eomma-nya yang punya akun ini.

I really thankful for your love, wishes, support, and every comment : devimalik, exindira, Tabifangirl, lee chan hyun, zhangurls, BabyMoonLay, EXOST Panda, cloud's, fallforhaehyuk, chenma, Alexara, Chaoi Arang, Guest, B-Magnae, lovexing, meyy-chaan, Kang Hyun Yoo-ie, Reyna Bee, dhiraad, byunnie, Reezuu608, byong, chindrella cindy, guardian-xing, all people who already read, review, fave, and follow this FF. Thank you so much and I apologize for everything I'd done.

Sign,

Uchiha Kazuma Big Tomat

Finished at:

June 3, 2014

04.15 P.M.

Published at:

June 20, 2014

10.23 P.M.

Me Prometa 3 : How About Marriage? © Kazuma House Production ® 2014