Kalau bisa dibilang, menikah bukan jadi sekedar pemberian status pada sepasang anak manusia. Menikah berarti saling komitmen untuk sehidup semati. Harusnya tidak boleh ada kata bercerai.

Pernikahan harusnya dijalani atas dasar cinta dan logika. Tapi kadang cinta membutakan logika. Hanya hati yang bisa menuntun logika saat cinta membutakannya. Menuntun diri pada satu jawaban tepat.

Bagiku, pernikahan itu...

.

.

.

.

.

Kazuma House Production

proudly present...

.

.

.

Me Prometa 3 : How About Marriage?

® 2014

.

.

.

.

.

Ia memejamkan matanya. Menikmati sapuan lembut pada kelopak matanya. Membiarkan para makeup professional menanganinya meskipun ia sendiri sebenarnya bisa saja melakukannya. Tapi ini hari pentingnya, harus seorang professional yang menanganinya, kan?

Ia memandangi dirinnya yang baru selesai dirias. Rambutnya yang panjang dikepang fish tail ke sisi kiri dan ditambah dengan hiasan bunga mawar biru. Ia tersenyum menghadap pantulan dirinya sendiri. Terlihat sederhana namun menawan.

"Kau cantik sekali, Yixing-er," kata seorang wanita paru baya yang mengenakan pakaian putih. Ia berdiri di samping Yixing sambil memegang kedua pundak putri tunggalnya. Ia masih tidak menyangka akan benar-benar melihat putrinya naik ke pelaminan karena selama ini Yixing terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Sekilas kau akan merasa pangling melihat keduanya karena wajah Nyonya Zhang memang mirip sekali dengan Yixing. Hanya kerutan-kerutan di ekor mata yang menunjukkan bahwa ia adalah ibu dari Yixing. Mungkin benar apa kata ayahnya, Yixing adalah duplikat ibunya.

"Setelah menikah nanti, kau dan Jun Mian akan pindah ke New York?" tanya ibunya memastikan keputusan putri dan calon menantunya tempo hari. Yixing terlihat mengangguk membuatnya ingin bertanya lagi. "Kenapa?"

"Keluarga JunMyeon ada di New York, Ma. Aku harus mengikutinya." Yixing tahu, ibunya selalu berharap ia bisa tinggal di China karena sejak usianya masih tujuh belas tahun ia sudah tidak tinggal bersama orang tuanya akibat kegiatan training.

Ia menggenggam tangan ibunya, lalu mendongak sambil tersenyum. "Aku pasti pulang ke China, Ma." Mereka berpelukan sesaat.

"Jaga dirimu. Bertindaklah sebagai ibu yang baik bagi keluargamu kelak," pesan Nyonya Zhang. Yixing kembali mengangguk.

.

.

.

.

.

"Lu, ingat umurmu sudah masuk kepala tiga!" kata Xiumin sambil berjalan mengikuti Luhan di depannya. Ia masih tidak mengerti dengan jalan pikir Luhan yang berbanding lurus dengan wajahnya. Sama-sama masih seperti anak kecil. Pantas saja Luhan belum menikah sampai sekarang, batinnya.

"Umur boleh tua, tapi wajah dan jiwa tidak boleh!" canda Luhan sambil terus berjalan cepat.

"Eonnie, kalian mau ke mana?" tanya Kyungsoo yang berjalan di samping Xiumin. Gadis berusia dua puluh sembilan tahun itu mengenakan sebuah dress warna kuning lemon yang jatuh lembut semata kakinya yang kini terbalut stiletto setinggi tujuh senti.

"Kau harus menanyakan itu padanya, Kyungsoo-ah," kata Xiumin sambil menunjuk Luhan yang kini sudah membuka sebuah pintu di sisi kanan lorong kapal pesiar yang sedang mereka tumpangi.

Luhan masuk ke dalam. Ruangan itu cukup luas dengan banyak jendela-jendela persegi tak sempurna yang membuat cahaya matahari membantu penerangan di ruangan itu. Ia melihat seorang wanita cantik dengan pundak dan punggung yang terekspose jelas sedang berdiri memandang ke luar.

Perempuan berusia tiga puluh dua tahun itu berjalan mendekat, berniat mengagetkan gadis itu. "Lay!" serunya sambil menepuk kedua pundak gadis tersebut.

"Jiejie? Kau tahu aku di sini dari mana?" tanya Lay bingung.

"Ya Tuhan! Lay! Kau cantik sekali!" seru Xiumin yang baru masuk ke ruangan tersebut diikuti Kyungsoo yang menutup pintu. Mereka mendekati Lay dan memperhatikan gadis berbalut gaun pengantin yang seluruhnya dihiasi dengan hiasan berbentuk bunga mawar.

Lay hanya tersenyum ketika lagi-lagi Kyungsoo juga mengatakan bahwa dia cantik sekali hari ini. "Gomawo," katanya.

"Kupikir semua gaun pengantin berwarna putih. Kenapa kau menggunakan warna ombre biru seperti ini?" tanya Luhan sambil menunjuk ekor gaun pengantin Lay yang berwarna biru tua. "Bukan karena designer-nya salah menumpahkan warna, kan?" candanya.

Lay tertawa. "Bukan. Aku dan JunMyeon Ge sengaja memilih warna ini."

"Supaya terlihat beda dari yang lainnya?" tanya Xiumin menggoda salah satu dongsaeng-nya.

"Bukan." Lay menggeleng. "Karena Junmyeon Ge menggunakan mawar biru saat melamarku dulu."

.

.

.

.

.

Two Years Ago

Wajah Lay sedang dibersihkan dari makeup ketika Suho masuk ke ruangan tersebut. Lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu bisa melihat Kai sedang bermanja-manja pada Kyungsoo yang memainkan rambutnya. Xiumin menggendong JongMin sambil berbicara dengan Chen. Luhan dan Chanyeol sibuk dengan ponsel masing-masing. Dan ia tidak melihat leader mereka.

Ia mendekati Lay dan duduk di sebuah kursi di sebelahnya. "Yixing-ah, bisa ikut aku setelah ini?"

Makeup artist yang tadi membersihkan wajah Yixing meninggalkan mereka agar mereka mendapat privasi. Yixing membuka kedua matanya. "Ada apa? Tumben sekali."

"Kencan?" canda Suho. Memang benar, ia dan Yixing sudah lama tidak pergi berdua. Kalaupun pergi bersama, pasti dengan member EXO lain atau manager mereka supaya tidak ada yang curiga dengan kedekatan keduanya. Tapi sepertinya akhir-akhir ini publik mulai menyadari kedekatan keduanya yang terasa lebih intens.

Yixing mengangguk menyetujuinya. "Baiklah. Ke mana?" tanyanya sambil bangkit berdiri dan meraih tasnya mengikuti Suho yang sudah lebih dulu melangkah di depannya.

Suho tidak memberi tahu. Mereka berpamitan pada yang lain, disusul dengan siulan dari Kai dan Luhan yang menggoda mereka. Mereka berjalan menuju basement di mana Audi Suho terparkir. Mereka masuk dan langsung melaju ke jalanan.

Lay hanya melihat keluar jendela selama perjalanan. Jalanan yang sepi membuatnya berani membuka kaca jendela mobil supaya dapat melihat pemandangan luar secara lebih jelas. Ia bisa melihat laut yang luas di seberang sana.

Kemudian Suho menghentikan mobilnya. Lay turun lalu berjalan mendekati bibir pantai. Sudah lama rasanya ia tidak merasa sebebas ini. Rasanya tenang tanpa ada kilatan lampu blitz, bunyi teriakan fans, ataupun kejar-kejaran dengan mobil-mobil sasaeng fans. Ia merentangkan tangannya. Angin berhembus meniup helaian poninya yang tidak ia jepit.

Suho memeluknya dari belakang. Tahu-tahu saat membuka mata, Lay mendapati sebuket mawar biru di depannya. Ayolah, siapapun tahu mawar biru bukanlah warna natural sebuah bunga mawar. Itu hanya hasil rekayasa genetik yang hanya diproduksi oleh Jepang dan Australia.

"Nǐ yào jià gěi wǒ ma?" bisik Suho di telinga Lay.

"Rúguǒ yǒu yīgè lǐyóu lái jùjué nǐ?" tanya Lay balik.

"Méiyǒu." Suho merogo kantung celananya dan mengeluarkan sebuah cincin platina dengan batu safir biru sebagai matanya. Ia meraih jemari tangan kiri Lay lalu menyematkannya pada jari manis perempuan yang sudah dikencaninya selama tujuh tahun lebih.

Lay bersandar pada Suho. "Kupikir kau akan melamarku setelah wajib militer," kata Lay sambil melirik wajah tampan Suho yang hanya terlihat siluetnya karena cahaya redup bulan.

"Sudah kubilang tadi, aku tidak ingin memembuatmu menunggu lebih lama lalu meninggalkanku," kata Suho meskipun ia tahu berapa lamapun Lay akan menunggunya. Namun ia ingin membahagiakan kekasihnya, kan? "Lusa kita berangkat ke China."

"Untuk?"

"Tentu saja menemui orang tuamu, Chagiya."

.

.

.

.

.

Suho terlihat sempurna dengan jas putih dan sebuah mawar biru tersemat di dadanya. Ia sudah berada di bagian outdoor kapal yang sudah dihias untuk pernikahannya dengan Yixing hari ini. Para tamu sudah terlihat ke luar dari kamar mereka menuju tempat acara akan berlangsung.

Meski sudah melihat Yixing dalam balutan gaun pengantin saat fitting pakaian, tetap saja Suho merasa gugup dan penasaran dengan penampilan Lay sekarang. Hatinya berdegup kencang ketika memikirkan sebentar lagi ia akan mengganti statusnya menjadi seorang suami.

Semalam—tanpa sepengetahuan Yixing—karena mereka tidak boleh bertemu, Suho diajak ke bar kapal pesiar ini bersama Kris, Chanyeol, dan Kai. Ketiga keong racun itu mencekoki Suho dengan banyak jenis minuman yang semuanya dibayar oleh Kris. Mereka bilang pesta melepas masa lajang. Untung saja Suho memiliki toleransi yang cukup tinggi pada alkohol, kalau tidak ia pasti takkan bangun sampai sore. Tadi pagi saja ia dibangunkan dengan paksa oleh ibunya.

Suho membayangkan, apa mungkin Lay juga dicekoki hal yang sama oleh Luhan, Xiumin, dan Kyungsoo? Ah iya, Kyungsoo mungkin tidak. Tapi tidak tahu juga dengan Luhan dan Xiumin. Bisa jadi keduanya mengerjai Yixing semalam.

"Yang sebentar lagi jadi suami…" ledek Chanyeol sambil merangkul Suho.

"Kau masih bisa bangun? Kupikir acaranya akan diundur," kata Kris dengan kejamnya.

"Ha. Ha. Ha," Suho tertawa sinis. "Kalian membuatku merasa jadi seperti anak SD lagi pagi ini. Terima kasih pada ibuku membangunkanku. Selamat, rencana kalian sukses."

Kai mendengarnya tertawa. Ternyata Suho, member EXO-K yang paling dewasa dan bisa bangun paling pagi di antara mereka, dibangunkan di hari pernikahannya sendiri. "Terakhir kali, Hyung. Kan besok-besok yang membangunkanmu Lay Noona."

Tao yang sejak tadi bersama Kris melirik buket bunga mawar biru yang sejak tadi dipegang lelaki itu. "Kenapa kau memegang bunga itu, Ge? Biasanya kan perempuan yang memegang," kata Tao polos.

"Dia nanti bertukar pakaian dengan Lay Noona," canda Kai. Suho menonjok lengannya. "Kasar sekali, Hyung. Semoga nanti malam kau lembut dengan Noona."

"Dasar mesum!" kata Suho nyengir.

Kris melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ia menepuk-nepuk punggung Suho. "Lima belas menit lagi, Bro. Persiapkan dirimu. Aku tahu ini pasti menyesakkan," kata Kris yang sudah pernah mengalaminya saat menikahi Tao dulu. Suho dan Chanyeol saja yang tidak tahu karena keduanya sedang wajib militer saat itu.

Suho memegangi dada kirinya. Ia bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia menarik napas panjang-panjang lalu menghembuskannya. Rasanya baru kemarin ia melamar Lay, tahu-tahu tinggal lima belas menit saja menjelang ia dan Lay yang resmi menjadi suami-istri.

Setelah Kris, Tao, Chanyeol, dan Kai berlalu menuju deretan kursi yang sudah disusun di depan altar, Suho melihat hampir semua undangan yang ikut naik kapal pesiar bersamanya kemarin siang sudah hampir semuanya berkumpul. Tidak banyak yang ia undang dalam pernikahannya, hanya keluarga, teman-teman dekat, beberapa kru, dan artis satu management mereka yang jumlahnya tidak sampai tiga puluh orang karena jadwal masing-masing.

Suho kembali menghembuskan napas. Ia berjalan menuju altar, menghadap pendeta. Ia tidak diijinkan menoleh ke belakang meski sangat penasaran dengan penampilan Lay hari ini.

Pemain piano dan biola mulai memainkan wedding march, menandakan kedatangan Lay yang tepat jam sepuluh pagi. Lay datang dengan menggandeng ayahnya yang hari itu menggunakan jas hitam dan sebuah mawar biru ikut tersemat di dada kirinya. Para hadirin berdiri menyambut kedatangannya.

Lay dan Suho saling tersenyum ketika Lay sudah berdiri di samping Suho. Lelaki itu seakan melihat seorang bidadari turun dari langit. "Kau sangat cantik," bisik Suho sambil berlutut menyerahkan buket bunga yang seharusnya Lay bawa sejak tadi. Tapi ini ide dari Suho sendiri yang ingin seperti itu.

Setelah mendengar kotbah dari pendeta, mereka tiba di acara utama. "Apakah kau, Kim Jun Myeon, bersedia menerima Zhang Yi Xing sebagai istrimu dalam senang maupun susah, sehat maupun sakit, kaya ataupun miskin, menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab, hingga maut memisahkan?"

"Ya, saya bersedia," kata Suho mantap sambil menggenggam kedua tangan Yixing dan menatap mata perempuan itu.

"Apakah kau, Zhang Yi Xing, bersedia menerima Kim Jun Myeon sebagai suamimu dalam senang maupun susah, sehat maupun sakit, kaya ataupun miskin, menjadi pendamping yang seimbang, merawat dan mendidik anak-anak kalian nanti, hingga maut memisahkan?"

"Ya, saya bersedia," jawab Lay.

"Kalian bisa memakaikan cincin pada pasangan kalian," uap Sang Pendeta.

Suho mengambil salah satu cincin dari dalam kotak kaca yang dipegang orang tuanya. Itu cincin emas putih yang dililit dengan emas kuning yang terlihat seperti sulur tanaman rambat, ditambah batu berlian sebagai matanya.

Setelah Suho menyematkan cincin itu di jemari Lay, giliran perempuan itu yang melakukannya. Bentuk cincinnya mirip denganya hanya tanpa berlian di atasnya.

"Kalian boleh mencium pasangan kalian."

Suasana yang mulanya tenang dengan bunyi deburan ombak dan burung-burung di udara berubah riuh. Tamu yang datang saling mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen ini. Bukan berarti tidak ada fotografer. Hal sepenting itu tentu saja ada.

Setelah pemberkatan, mereka disuguhkan dengan makan siang yang hampir semuanya adalah hidangan laut. Tentu saja Kris tidak bisa makan karena dia alergi seafood. Jadi lelaki tinggi itu hanya makan beberapa makan yang aman untuknya.

"Sekarang Appa dan Eomma EXO bukan lagi Kris dan Lay, tapi Suho dan Lay," kata Luhan sambil menghampiri Lay dan Suho yang baru selesai mengobrol dengan tamu lain. Ia memeluk Lay erat. "Aku tidak menyangka akan dilangkahi oleh Xiao Mei-ku sendiri!" katanya.

Suho tertawa. "Makanya cepatlah menikah, Noona," celetuk Kai yang tiba-tiba datang sambil merangkul Kyungsoo. "Kalian pintar sekali memilih kapal pesiar sebagai tempat pernikahan kalian. Menghindari wartawan dan fans, eoh?" tanyanya.

"Tentu saja," kata Suho. "Mereka tidak mungkin mengejar kami sampai sini. Kecuali mereka mau bermodal besar menyewa helikopter."

"Yo! Yo! Man!" seru Chanyeol datang membawa kerusuhan. Ia langsung merangkul Lay. "Noona, kenapa kau malah memilih namja pendek sepertinya? Kenapa bukan aku?" tanya Chanyeol bercanda sambil memberikan tatapan memelas.

"Habisnya kau tidak terlihat mencintaiku," jawab Lay menanggapi gurauan Chanyeol.

"Kalian terlihat seperti memperebutkan Lay dari belakang," kata Manager mereka yang baru bergabung. "Suho memeluk pinggang Lay, sedangkan Chanyeol merangkulnya."

"Tapi pas. Chanyeol juga memakai jas putih," kata Xiumin.

Chanyeol melihat penampilannya sendiri. Ia memakai kemeja biru langit, dasi pita warna putih, celana serta jas berwarna putih. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkan pada Kris yang berdiri di sebelah Xiumin. "Foto kami!"

Kris mendengus pasrah dijadikan fotografer dadakan. Lay berdiri di antara Suho dan Chanyeol, masih dengan posisi seperti tadi. Bukan hanya sekali ambil, Chanyeol meminta Kris untuk memotret mereka lagi, kali ini dengan wajah konyol.

"Ada yang mau di foto?" tanya sang fotografer yang tiba-tiba menghampiri.

Tentu saja mereka mau. Kedelapan member EXO langsung berbaris dengan Lay dan Suho berada di tengah. Awalnya biasa saja sampai Lay memanggil Manager dan Coordi Noona(Eonnie) yang mendampingi mereka sejak sebelum debut. Kali ini mereka foto dengan tingkah yang konyol. Suho menggendong Lay dengan bridal style, dikelilingi member lain yang memberikan tatapan seolah jijik dengan tingkah Suho.

BLITZ…

.

.

.

.

.

Hari hampir pagi ketika pesta benar-benar usai. Pesta tidak hanya berhenti sampai makan siang. Ketika makan malam, mereka semua mengerjai Lay dan Suho untuk berdansa di tengah ruang makan. Tentu saja hal itu mudah bagi Lay, namun tidak bagi Suho. Lelaki itu tidak bisa berdansa. Makanya Lay melepaskan sepatunya lalu menjinak kaki Suho—atas perintah Suho yang takut kalau menginjak kaki istrinya—supaya lelaki itu yang bergerak mengikuti musik.

"Suho-ah," kata Lay ketika Suho memakaikannya jaket hitam untuk melindungi tubuh Lay yang hanya terbalut gaun ungu yang sedikit terbuka.

Mereka ada di bagian luar kapal saat itu. "Yixing-er, kenapa ada di sini? Kau tidak lelah?" tanya Suho sambil memeluk Lay. Sungguh, setelah resmi ia sangat senang memeluk tubuh istirinya yang dulu tidak bisa ia lakukan karena kontrak.

"Aniyo," jawab Lay. Ia berbalik sambil melingkarkan lengannya di leher Suho. "Sejak kapan kau memanggilku Yixing-er?"

Suho tersenyum. "Mulai hari ini." Ia mengecup ujung hidung Lay.

"Sampai sekarang, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu," kata Yixing, "kenapa kau menggunakan mawar biru? Biasanya orang-orang memakai mawar merah. Memang apa artinya?"

Suho membenarkan poni Lay yang tertiup angin. "Karena mawar biru tidak mainstream," candanya.

"Hanya itu?" tanya Lay dengan alis naik. Dia pikir mawar biru memiliki satu arti yang wah seperti mawar merah atau mawar-mawar lainnya. "Kalau tidak mau mainstream, kau bisa menggunakan raflesia arnoldi, Junmyeonnie. Tidak ada yang memakainya." Lagi-lagi lelaki itu hanya tertawa. "Aku ingin mendengar jawabannya darimu."

"Pertama," Suho mengangkat telunjuknya. "Tidak mainstream." Baru Lay ingin protes, Suho melanjutkan, "Kedua, mawar biru memiliki beberapa arti. Misteri, usaha, dan tidak mungkin. Bagiku, kau seperti mawar biru."

"Mawar biru? Kenapa?"

"Kau ingat waktu pertama kali kita bertemu?" Lay tampak mengingat-ingat. "Saat aku membantumu naik tangga." Setelah itu Lay menangguk dan membiarkan Suho melanjutkan. "Kau terlihat pendiam sekali, padahal aslinya cerewet. Lalu saat tahu kita akan menjadi bandmate, aku senang sekali."

Lay mengangguk, membiarkan Suho bercerita. "Aku berusaha mendekatimu, hingga akhirnya kita menjadi sepasang kekasih. Kau mungkin tidak pernah tahu, aku pernah menyerah dalam hubungan kita." Lay masih diam. "Aku pikir, kita takkan mungkin berakhir di pelaminan. Kau bisa saja memutuskanku, lalu mencari pria lain. Tapi aku bertahan sampai akhirnya hari ini aku benar-benar menjadi suamimu."

"Sekarang jadi kenyataan, kan?" tanya Lay sambil tersenyum lebar.

Lagi-lagi Suho larut dalam senyum manis istrinya. Ia tahu, sepuluh tahun mengencani Yixing secara diam-diam bukanlah hal yang mudah—mengingat banyak sekali "mata-mata" di sekelilingnya. Ia senang, keputusannya untuk terus bertahan bersama Yixing akhirnya berbuah manis. Akhirnya ia memiliki Yixing seutuhnya.

"Xing."

"Hm…"

"Nan neol jeongmal, jeongmal, jeongmal, jeoooongmal saranghae!"

.

.

.

.

.

Yixing seperti mawar biru.

Langkah, mahal, dan tak terjamah oleh banyak kalangan.

Bertahan dalam hubungan rumit seperti ini tidaklah mudah.

Namun lagi-lagi karena senyumnya, aku bertahan.

Dia membuatku kuat. Membutku berusaha. Membuatku percaya pada ketidakpastian.

Membuatku yakin bahwa takdirku memang dia.

.

.

.

.

.

DONE

2.590 words

Endingnya agak ngebuat saya... er...

Yak. Hari ini pertepatan dengan bertambah tuanya pemilik akun ini. Juga sekalian satu tahunan era Wolf (3 Juni). Hah... I miss that moment so badly.

Saya punya pertanyaan yang amat sangat penting. Menurut kalian Me Prometa kalo sampe serial ketiga gini lebay gak, sih? Atau ngebosenin, gak? Kalau iya, saya akan berhenti. Anyway, kalo ada yang mau ChanBaek untuk MP3, saya udah ada sih... ._.

Terima kasih untuk semua yang mendukung MP1-2. Semoga MP3 ini memuaskan^^

Sign,

Uchiha Kazuma Big Tomat

Finished at :

July 8, 2013

03.45 P.M.

Published at :

June 4, 2013

06.04 P.M.

Me Prometa 3 : How About Marriage? © Kazuma House Production ® 2014