Monochrome: Hai

.

Sebuah pop up notifikasi muncul. Aku melirik tak niat.

Heh -cuma sekata? Benar-banar menyebalkan.

.

Goldendrago: Hn, apa?

Monochrome: mana yang lebih berharga, warna abu-abu atau hitam pekat?

.

Tidak salah tanyakan?

.

Goldendrago: Untuk apa?

Monochorme: aku cuma tanya. Kupikir, aku sedang butuh saran.

.

Monochrome. Satu warna, solid. Aku kenal orang ini via aplikasi chat dua bulan lalu. Dia pelukis. Pelukis close up. Aku suka karyanya. Tapi orang ini menyebalkan. Tiap chat, yang dia tanyakan hanya soal warna.

.

Goldendrago: abu-abu.

Monochrome: kenapa tidak hitam?

Goldendrago: apa perlu kuberi alasan?

.

Semenit berikutnya...

Tak ada balasan.

Khas sekali. Mister Monochrome tidak tahu diri. Begitu dijawab kau langsung menghilang dan kembali lagi seenaknya nanti.

.

Goldendrago: Aku off, G'night.

Goldendrago is off

Monochrome: Iya, selamat malam. Akan ada lukisan baru besok.


Monochrome

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Summary: Mereka tidak pernah sadar siapa yang mereka hadapi di balik layar. Yang ada di depan mereka cuma kata 'omong kosong' yang megantar surat kematian.

Warning: AU, Typo(s), OOC, dll


Malam datang lebih cepat hari ini. Aku sudah duduk di depan laptop. Ngobrol via dunia maya dengan Mister Monochrome.

.

Monochrome: Aku sudah upload. Bisa kau lihat di timeline.

Satu baris kalimat tertera di layar begitu aku sign-in. Lagi-lagi si Mister Monochrome.

Goldendrago: Lukisan apa?

Monochrome: Perempuan telanjang.

.

Hah? Orang ini tidak sedang mabukkan? Lukisan perempuan telanjang? Di timeline yang dilihat ratusan orang?

Huh –dasar sinting. Dia ini benar-benar pelukis nyentrik.

.

Goldendrago: Kau bercanda.

Monochorme: Aku tidak tahu.

Goldendrago: tolong ingatkan aku kenapa aku mau jadi teman ngobrol mu.

Monochrome: Entahlah. Aku lupa.

.

Bagus, sialan. Aku menyesal bertanya padamu.

.

Monochrome tagged you on one of his picture –sebuah pop up muncul dari sudut layar.

.

Dia serius? Men-tag-ku di lukisan perempuan telanjang. Sinting. Apa sih maunya? Ini kedua kalinya si idiot itu membuatku naik pitam dalam sebulan.

.

Goldendrago: WTF? Buat apa kau men-tag-ku di lukisan vulgarmu itu HAH?

Monochrome: Kau belum lihat.

Goldendrago: tapi aku sudah bisa bayangkan! Untag aku bodoh.

Monochrome: lihat dulu. Aku akan terima komentarmu nanti.

Monochrome: Besok. Aku ada pekerjaan.

Monochrome: mana yang bagus, biru atau merah muda?

Monochrome: Tidak jadi. Malam.

.

Apa maunya si nyentrik ini? Aku menggeram pelan. Menekan bagian notifikasi. Sekali lagi mengklik ke pemberitahun yang tadi baru masuk.

Loading beberapa detik.

Layar laptop sekarang diisi gambar besar –close up seorang wanita tanpa pakaian. Sialan, dia serius?

"Beautiful Muse" –Monochrome. Kurasa proporsi tubuhnya lumayan bagus. Matanya indah.

Aku balik menatap lukisannya. Kalau dilihat ulang. Wanita itu tidak benar-benar telanjang. Bagian kemaluan dan payudaranya ditutupi semacam kain merah. Dan mata si perempuan diganti dengan dua bunga mawar beda warna. Abu-abu dan hitam.

Kacau.

Tapi itu nilai lebihnya.

Dan wajah wanita itu. Sial, dia cantik.

.

Monochrome: Tidak perlu berterimakasih untuk lukisannya. Anggap ini hadiah ulangtahunmu Mister Drago.

Goldendrago: Aku tak bilang suka lukisanmu. Warnanya kacau. Apalagi bunga mawar itu.

Monochorme: Kau suka. Sudahlah. Jangan banyak protes.

.

Kenapa aku bisa tahan tetap omong kosongnya yang membuat naik pitam?

Cepat-cepat aku mengetik untuk membalas,

Dengar ya aku-

.

Monochrome is offline.

.

Brengsek.

Mataku melihat layar lain. Lukisannya. Wanita berwajah cantik tanpa mata. Rambut ikal tubuh kecil. Mulus.

Sial, dia benar. Wanita ini memang cantik, aku tak bisa bohong.


Hari mendung, hujan turun. Mayat seorang wanita hanyut di hulu sungai. Tanpa mata. Tanpa darah. Bibirnya membiru dan rambutnya habis terpangkas.


Akashi Seijuuro, Aomine Daiki, Kise Ryout, Kuroko Tetsuya, Midorima Shintarou, Momoi Satsuki dan Murasakibara Atsushi.

Tujuh orang muda-mudi duduk melingkar di meja bundar dalam ruangan putih.

"Nggak bisa liat orang senang sedikit, Akashi?" Aomine Daiki mendengus kesal.

Akashi membalas dengan tatapan jengah. "Berhenti meracuni otakmu dengan pornografi, Daiki," balasanya.

"Akashi-kun, bisa tolong katakan ada apa kau mengumpulkan kami di sini? Ini tengah malam," Kuroko Tetsuya menengahi, suaranya pelan. Tangan di mata yang masih setengah terpejam.

Tuhan, dia ngantuk berat.

Mata Akashi memicing tajam, dia menyahut "Tapi sebagian dari kalian belum tidur." Tangan mengetuk meja polymer.

Sayangnya tatapan yang biasa membuat orang langsung tegang itu tak berfungsi baik. Sebagian mahluk hidup di ruang itu malah hilang dalam gelap kelopak mata.

Sebut saja salah satunya Kise Ryouta. Atau contoh lain yang lebih lelap, Murasakibara Atsushi.

Akashi menggeram.

"Ryouta, Shintarou, Atsushi. Bangun atau ku kuliti kalian satu-satu."

Satu ancaman ampuh. Ya, ancaman ampuh.

Kise berjengit kaget. Mata terbuka lebar-lebar dan langsung gelagapan di atas kursi.

Midorima, di samping Kuroko, langsung duduk tegap dengan kacamata melorot.

Murasakibara, masih tidur. Si giganatisme itu masih lelap dengan air liur di sudut mulut.

Wajah Akashi masam. Tapi setidaknya, ini lebih baik.

"Aku mau kalian semua serius," ucap Akashi. Pelipisnya berkerut menahan kantuk yang juga menyerang.

Kalau bukan karena atasan idiot yang menghubunginya tiga menit sebelum tengah malam, ini tidak akan terjadi.

Reo brengsek, awas kau nanti.

Satu tangan terangkat –Momoi Satsuki, wanita itu menguap pelan, "Akashi-kun, tak bisa kita bahas ini besok? Kalau cuma gara-gara Dai-chan kau jadi memanggil kami semua. Itu nggak adil. Kalau ada kasus baru, suruh saja Dai-chan yang nggak punya kerjaan," dia meracau setengah mengigau. Seditik saja bertemu bantal, bisa dipastikan dia langsung lelap.

"Kau bisa salahkan Daiki," ketukan di atas meja berhenti, "memang salah si idiot itu pekerjaan ini dilimpahkan pada kita."

Aomine langsung memasang wajah protes. Dia tidak terima, "Hoi! Yang salah perhitungan itu Midorima bukan aku!"

"Kau pikir aku akan percaya Shintarou bisa salah perhitungan?"

"Dia kan manusia, pasti bisa salah."

"Ya, kau benar. Tapi dalam misi itu, yang jadi keledainya kau."

Dibalas dingin begitu, Aomine diam, "Maksudumu?" otaknya masih belum pulih dari foto eksotis Mai-chan di majalah terbaru.

"Akashicchi mau bilang kalau kau bodoh," Kise membalas setengah niat. Membagi fokusnya untuk mempertahankan fungsi mata yang tinggal beberapa watt.

Kuroko yang melihat keadaan si pirang menydorkan permen rasa mint. Bisa bahaya kalau Kise sampai ketiduran. Dia tidak mau kehilangan patnernya karena ancaman ketua mereka -Akashi. Kise lebih baik daripada Aomine.

"Hei!"

"Dai-chan memang bodoh,"

"Ya, itu salahmu. Kegagalan dalam khasus Hanamiya disebabkan otak dengkulmu."

"Mine-chin lebih sering pakai otot,"

Murasakibara menguap lalu tidur lagi.

"WOI!"

Akashi bisa merasakan denyut nyeri di kepalanya.

Anak buahnya ini memang abnormal semua.

"Cukup," geram si ketua. "Aku mengumpulkan kalian bukan untuk adu mulut," sungutnya emosi.

Semua bungkam. Tanda warning mengaung dalam kepala. Jangan buat Akashi Seijuuro marah atau gaji bulanan mereka bisa dipotong habis. Lebih parah, mereka bisa langsung tutup buku dari agensi.

"Kasus ini akan diproritaskan pada Tim Omega, dan Beta. Setelah kegagalan Alpha, kalian bertindak jadi back up, mengerti?"

Kise langsung membuka mata lebar-lebar. "Aku nolak! Kemarin aku baru selesai misi gabungan sama Momocchi! Kurokocchi juga bar-"

"Perintahku, absolute. Kau mau melawan?"

"Tidak,"

"Kalau begitu, selesai."

Kise merengut. Tapi tidak berani komentar. Dia, Aomine, Momoi, Midorima dan Murasakibara langsung pergi keluar pintu setelah Akashi bilang selesai. Cuma Kuroko yang tersisa di dalam dengan Akashi yang menyender ke kursi.

Kelihatan sekali kalau si ketua lelah.

"Akashi-kun, ada masalah dengan Furihata-kun?" tanya Kuroko tiba-tiba.

Akashi diam. Tangan di dahi, pria itu melirik Kuroko sebentar. "Itu tidak ada hubungan dengan pekerjaan Tetsuya."

"Aku bisa mengurus diriku sendiri," tambahnya tanpa melihat Kuroko. "Pastikan saja kau bisa membuat Ryouta tidak berulah di tugas kalian berikutnya."

Kuroko hanya mengangguk paham.


Joker: Hai, Mr. MC, apa kabar?

.

Pria di depan layar tertegun sebentar. Beberapa saat senyumnya melebar.

.

Monochrome: Imayoshi? Well, tak pernah lebih baik.

Joker: Hei :9 no real name term. Sudah lupa?

Monochrome: Aku cuma memastikan kalau ini acc mu. Terakhir kali, acc-mu berhasil di hack bodoh.

Joker: Serius? Pantas tiba-tiba kau menghilang dari friend list-ku.

.

Semangkok kentang goreng di taruh di atas meja. Si pria di depan layar menggumankan kata 'bodoh' sebelum mengambil kentang gorengnya.

.

Monochrome: Punya kenalan menarik? Aku butuh inspirasi baru untuk lukisan.

Joker: Lukisan? Untuk pameran?

Monochrome: Hobi

Joker: Keh –masih zaman eh?

.

Sudut bibir si pria di depan layar berkedut. Tidak terima.

"Dasar brengsek," umpatnya. Dia melirik sudut kamarnya yang gelap.

Sebuah kanvas besar bersender di pojok dinding.

.

Monochrome: ...

Monochrome: Kau tidak mengerti hobiku

Joker: Ma, ma, aku mengerti Mr. MC. Aku punya satu kandidat kalau kau mau.

Monochrome: Siapa? Aku mau yang punya mata abu-abu.

Joker: Abu-abu ya...

Monochrome: ?

Joker: Haizaki .S

.

"Haizaki?" lampu layar menerangi pipi pucatnya. Pria itu meneguk kopi dalam gelas dekat mangkok.

Otot wajahnya menengang. Muka tanpa ekspresi itu berubah jadi ekspresif.

Apalagi, setelah beberapa saat kemudian, sebuah foto muncul di layar.

.

Joker: Ini yang namanya Haizaki.

.

Pria di depan layar menjilat bibir atasanya yang terasa kering.

.

Monochrome: Aku ambil. Mau ditukar apa?

Joker: Biasa, info. Kirim data agensi SG bagian divisi pimpinan Akashi Seiuujuro.

Monochrome: Ku kirim e-mail lima menit lagi.


To Be continue


Aku punya pertanyaan.

Apa kesan kalian waktu pertama kali baca fanfic ini?

Ini bener nggak masuknya rated T?

Untuk semua yang sudah menyempatkan diri untuk baca, terimakasih :D