"RED BRACELET"
Autor : GrenGren
Cast : Kyungsoo, Jongin, Xiumin, Sehun, Luhan,
Chanyeol and other cast (muncul sesuai jalan cerita)
Rate : T – M
Genre : Angst, Romance, Familly
Warning : OCC, Yaoi, Boy x Boy, MPREG
Inspiration By :
SILVER LETTER AFF
Disclaimer :
Ini FF Yaoi pertama yang aku bikin, agak Geje juga sih nulisnya. FF ini murni dari pikiran Si autor. Cuman jalan ceritanya hampir kayak SILVER LETTER tapi Cerita ama Konflik yang muncul disini bakalan beda banget ama SIVER LETTER. So buat siapa yang gak suka jangan BASH. Kita sebagai sesama autor ataupun reader mohon saling pengertian aja yah KEEP CALM Ok?
(HYAAAAAAA... Aku re-post ulang nih FF,, Maaf gegara yang kemaren ngepostnya masih asal... Banyak TYPO n Gak beraturan.. Banyak yang Rancu dan bikin binggung. Sooooooooo BIG THANKS buat yang kemaren dan nyempetin baca, review n ngasih saran... langsung Double UPDATE just for you... FULL LOVE from Me to YOU)
Special Thaks to :
Zfdhk
KyungKyung Kim
donutkim,
kim. .520 ,
dokydo91
HAPPY READING...
CHAP 1
Korea, Maret 2150
Awal bulan yang bagus untuk menyambut musim semi tahun ini. Aroma embun pagi yang masih tercium harum dengan jejak-jejak embun pagi yang menempel pada rerumputan meninggalkan bekas basah untuk setiap alas kaki yang menapaknya. Hal itu mungkin akan terjadi untuk musim semi 20 bahkan 50 tahun yang lalu.
Korea, beberapa tahun yang lalu merupakan cerminan salah satu kota termaju di Dunia. Memenuhi pasar global. Menjadi kota yang paling dicari akan keindahan dan keramahan penduduk serta teknologi yang begitu cangih. Manusia berkendara dengan mobil tanpa harus memegan stir kemudi maupun sopir pribadi.
Mobil berteknologi cangih yang didesain khusus untuk setiap pikiran pemiliknya. Mobil yang dapat bergerak sendiri tanpa bahan bakar. Mobil yang akan melaju ketempat tujuan setiap pemiliknya hanya dengan menggunakan sensor suara ataupun pikiran sang pemilik.
Setiap masyarakan diseluruh kota mulai dari kalangan elit sampai bawah akan dimanjakan dengan setiap fasilitas umum atau pribadi yang begitu menakjubkan. Mereka tak harus berjalan jauh hanya untuk menuju halte maupun stasiun. Karena tanah yang sudah dirancang untuk menjadi eskalator berlapis besi dan aspal. Begitu maju dan begitu modern.
Kemajuan dan kecangihan teknologi tak selamanya bekerja dengan baik. Banyaknya Robot atau Droid yang diciptakan dengan kemampuan yang sama dengan manusia mulai dari perilaku, gaya bicara, pikiran hingga hasrat.
Droid yang diciptakan tak hanya untuk menjadi pelayan namun sebagai teman, keluarga bahkan kekasih. Seiring berjalannya waktu, manusia menjadi malas dan mengandalakan Droid yang mereka miliki untuk beraktifitas. Droid yang mampu berpikir mampu memperbarui diri mereka sendiri hingga hasrat seksual.
Banyaknya Droid yang diciptakan sebagai lelaki oleh para ilmuan dan profesor sudah tak mampu lagi dikendalikan. Mereka rusak secara pikiran dan perilaku. Banyak wanita dan anak-anak yang menjadi korban karena keserakahan hingga akhirnya berujung pada kehancuran, kematian karena gencarnya pemerintah memerangi setiap Droid yang ada. Hancurnya Droid diseluruh korea sebanding dengan kehancuran Negara dan kematian yang menjadi akibatnya. Bahkan berefek lebih besar diseluruh dunia.
Seiring berjalannya waktu, Korea mencoba bangkit. Mendirikan pemerintahan baru menggantikan Pemimpin lama dengan yang baru. Merombak setiap Mentri beserta jajarannya. Namun semua itu tak semudah yang mereka pikirkan. Kini Korea hanya menyisakan ratusan penduduk. Minimnya masyarakat menghambat kebangkitan Korea. Banyaknya korban meninggal hanya menyisakan lelaki yang menjadi mayoritas sedangkan wanita menjadi minoritas.
Terpilihnya Pemimpin baru mempengaruhi setiap kebijak yang berlaku di Korea. Mendirikan militer baru sebagai tameng pelindung negara. Mengumpulkan para Profesor dan Ilmuan yang tersisa untuk mengembangkan teknologi baru. Bukan mesin atau robot bahkan Droid yang mereka kembangkan. Melainkan memaksa para Ilmuan dan Profesor untuk memeras otak menciptakan teknologi yang mampu memperkuat Negara sebagai manusia risetnya.
RUU baru yang disahkan serta dibentuk oleh Presiden, Mentri beserta parlemen mengharuskan untuk mempercepat pemulihan negar. Salah satunya adalah pertumbuhan penduduk. Minornya para wanita tak memungkinkan untuk mempercepat pertumbuhan penduduk. Para ilmuan dan Profesor di Persilahkan membuat bom bunuh diri dimana para penduduk memungkinkan untuk memberikan keturunan minimal seorang anak. Tak pandang bulu, para lelaki yang menjadi minoritas pun menjadi korbannya.
Ketatnya peraturan dan desakan untuk mendapat pengakuan Negara lain memaksa para Ilmuan dan Profesor menciptakan cairan kimia dan diledakkan di Korea. Keberhasilan yang besar dari efek zat kimia itu mampu memisahkan penduduk menjadi 3 golongan. Pemberi, Pembawa dan Steril. Dimana semua itu berefek pada setiap keturunan yang terlahir.
3 golongan akan terlihat berdasarkan hasil test yang setiap masyarakat jalani sejak berusia 10 tahun dan berakhir sebagai hasil observasi ketika mereka berusia 16 tahun dimana ketika mereka yang beruntung menerima Red Bracelet menjadi pihak Pembawa sedangkan pihak Pemberi hanya menerima pemberitahuan dan pihak steril akan menjadi yang terasingkan.
Mereka yang terbukti menjadi Pemberi dan Pembawa akan merasa bangga ketika mereka akan mendapatkan perlindungan dari negara seutuhnya serta pengakuan tentang adanya mereka disetiap kehadiran keturunan untuk membantu pembangunan negara.
Sistem kecocokan pada test lah yang akan menentukan siapa yang akan menjadi pasangan dari pembawa dan pemberi. Itulah peraturan Negara yang harus dituruti untuk mendapat pengakuan dan kebanggaan dari negara dan masyarakat.
RED BRACELET
Terlihat seorang namja mungil tengah berjalan menyusuri lorong apartemen tempatnya tinggal.
Setelah berdiri didepan pintu apartemennya dia segera menekan tombol kunci untuk membuka pintu.
Klik
Terdengar bunyi yang menandakan bahwa pintu apartemennya sudah terbuka. Dia segera membuka pintu dan masuk kedalam apartemen. Tak lupa dia melepaskan alas kakinya terlebih dahulu dan menaruhya diatas rak yang terletak disebelah pintu.
Diletakan dengan rapi sepatu berwana putih yang tadi dipakainya itu diatas rak. Berjajar dengan beberapa sepatu yang lainnya, kemudian menggantinya dengan sendal rumah berwarna hitam warna kesukaanya yang sering dia gunakan.
Melangkah masuk, dia berjalan melewati ruang tamu dan ruang tv menuju dapur. Tak dihiraukannya seseorang yang tengah duduk menonton siaran tv. Namja itu segera membuka kulkas dan mengambil botol berisi air mineral.
Ditengaknya air mineral itu secara langsung dari botol tanpa repot-repot mengambil gelas terlebih dahulu. Membuktikan betapa dehidrasinya dia.
Setelah selesai minum kemudian dia mengembalikan botol air mineral yang masih bersisa ke dalam kulkas. Membalikkan tubuhnya, namja itu kemudian melangkah menuju ruang tv. Dia mendudukan dirinya disebelah seseorang yang masih fokus pada siaran tv yang membahas tindak kriminal yang akhir-akhir ini terjadi.
Kehenigan menyiram suasana mereka malam itu. Hanya pancaran sinar dari tv serta suara seorang pembaca berita yang manaungi mereka.
"Hyung?" Akhirnya namja mungil bermata bulat berambut hitam memulai.
"Hmm." Minseok, yang sedari duduk menatap layar datar didepannya hanya berdehm.
"..." hening.
"Wae? Apa yang ingin kau bicarakan Kyungsoo-ya?
Yah, namja bermata bulat itu adalah Kyungsoo, adik kandung dari Do Minseok. Kembali diam Kyungsoo hanya mengigit bibir bawahnya tanpa memandang Minseok yang kini sudah mengalihkan pandangannya menatap Kyungsoo.
"Kalau kau tak berniat bicara lebih baik diam atau kau bisa masuk kekamarmu dan beristirahat Soo." Beralih menatap layar tv, Minseok meraih remot tv diatas meja didepannya dan segera menekan tombol off kemudian mulai bangkit dari sofa. Namun langkahnya terhenti ketika Minseok merasakan Kyungsoo memegang pergelangan tangannya. "Wae?"
Minseok mulai merasa binggung dengan sikap adiknya beberapa hari ini. Sudah hampir seminggu Kyungsoo bertingkah aneh. Terkadang terlihat murung walau senyum selalu dia tampilkan. Lingkaran hitam dimatanya semakin memperjelas betapa bocah itu tertekan. Meskipun Kyungsoo tak pernah bilang dan Minseok juga tak mau memaksanya bercerita namun Minseok tahu benar keadaan adiknya saat ini.
Menarik nafas Kyungsoo seperti ingin memantapkan kata-katanya. "Ba..Bagaimana rasanya menjadi pembawa dan mengandung serta melahirkan Hanseok. Hyung?" sedikit ragu Kyungsoo bertanya.
Menghela nafas Minseok mencoba menerka apa yang membuat perubahan sikap adiknya beberapa hari ini. "kenapa Soo? Kau akan tahu jika kau ditakdirkan menerima Red Bracelet sepertiku Soo."
"Apakah rasanya asing? Maksudku, kita ini namja tapi harus berurusan dengan takdir sebagai wanita." Kyungsoo terlihat sedikit frustasi. Akhirnya permasalahan yang dia pendam dan membuatnya sulit tidur terucap juga. Walaupun awalnya dia berpikir koyol ketika dia menanyakan hal yang jelas akan menjadi kewajibannya jika keputusan itu sudah dia terima. Tapi entah mengapa dia hanya merasa takut. Takut untuk menjadi pasangan seseorang yang sama sekali dia tidak tahu siapa pasangannya kelak.
"Aku hanya mencoba yang terbaik, aku tak bisa menolak ataupun bersembunyi. Aku hanya memberikan kontribusiku kepada negara serta memenuhi takdirku sebagai si penerima Red Barcelet. Soo" Jawab Minseok sedikit menekan kan kata Red Barcelet. Akhirnya minseok tahu. Pasalnya adiknya sedang merasa asing dengan takdir yang akan dia terima.
"Hyung. Kau Bahagia?"
"Aku harus bahagia Soo. Hunseok membutuhkanku dan Sehun. Kau tahu, waktu itu usiaku baru 21 tahun ketika aku pertamakali menerima Red Barcelet, sedangkan Sehun, dia dua tahun dibawahku ketika dia menerima surat pemberitahuan. Meskipun Sehun lebih muda dariku tapi dia mampu melindungiku dan mencoba memberikan yang terbaik untuk kami selama 3 tahun ini. Apa lagi sekarang aku sedang mengandung anak kedua kami." Minseok melepaskan tangannya dari genggaman Kyungsoo kemudian menyentuh pundak Kyungsoo dengan lembut.
"Aku tak mau memungkiri, karena aku memang bersyukur menjadi pasangan Sehun." Minseok mengelus lembut perutnya yang sedikit menonjol kemudian dia bangkit dan berjalan meninggalkan Kyungsoo dengan pikirannya. Namun sebelum Minseok masuk kedalam kamar, dia berbalik.
"Kau harus bisa menerima apapun takdirmu Soo, meskipun awalnya aku juga merasakan hal yang sama denganmu, serta keraguan akan masa depanku. Tapi Appa dan Eomma memberitahuku bahwa semua akan baik-baik saja dan akhirnya aku sadar bahwa aku tak seharusnya menjadi egois. Kita harus merasa dibutuhkan, bukan hanya merasa membutuhnkan. Karena bagaimanapun nantinya dan siapapun yang akan menjadi pasanganmu kelak dia akan sangat membutuhkanmu disetiap waktu. Kalau kau masih ragu, bertanyalah kepada Appa dan Eomma, aku yakin jawaban mereka akan sama sepertiku. Tapi semua itu kembali pada dirimu sendiri Soo. Kau akan lebih bersyukur lagi jika kau tak akan menerima tadikmu sebagai Steril. Kau tahu jelas apa artinya Steril kan. Dunia akan menjauhimu. Memang terdengar kejam. Tapi itulah kenyataannya." Mengakhiri ucapannya Minseok segera masuk kedalam kamar.
Mendengar ucapa Hyungnya, Kyungsoo hanya terdiam. Memang benar apa yang dikatakan Minseok. Kyungsoo memang merasa takut, gelisah dan ragu akan takdirnya. Meskipun terkadang pilihan untuk menjadi steril masih memenuhi otaknya diusianya yang ke 21. Tapi menjadi Steril memang terlihat lebih menakutkan. Bagaimana pandagan masyarakat serta kejamnya dunia akan diskriminasi dan Kyungsoo membenci itu selama ini. Kyungsoo menghela nafas sekali lagi sebelum dia bangkit dari sofa dan mengarah masuk kedalam kamarnya.
RED BRACELET
"SooSoo. Irona.!"
Mendengar panggilan sayang dari suara kecil serta merasakan tangan mungil disekitar wajahnya, Kyunsoo mengerang. Mencoba membuka matanya. Menyadari siapa yang membangunkanya dari tidur panjanganya, Kyungsoo sedikit berpikir jahil. Dia mencoba untuk menggoda malaikat kecil Hyungnya denga berpura-pura tak mendengar suara yang sedari memanggilnya mencoba untuk membangunkannya.
Mengerjai keponakan kesayangannya dipagi hari memang tak ada salahnya. Kyungsoo kembali menutup matanya serta menarik ujung selimut yang dia gunakan hingga menutupi seluruh bagian tubuhnya.
"SooSoo, SooSoo irona." Hunseok kembali mencoba membangunkan Kyungsoo.
Yah, Hunseok selama ini memang memanggil Kyungsoo dengan sebutan "SooSoo" bukan Paman ataupun panggilan formal lainnya. Karena Hunseok hanya akan tertawa remeh atau mengembungkan pipinya marah jika dia dipaksa memanggil Kyungsoo dengan sebutan Paman.
Entah apa alasan Hunseok menolak memanggil Kyungsoo dengan panggilan Paman tak ada yang tahu alasanya.
Seperti mendapat perhatian lebih, Kyungsoo justru merasa senang keponakannya yang berusia 2,5 tahun itu memanggilnya "SooSoo", karena menurut Kyungsoo itu artinya Hunseok menyukainnya lebih dari apapun.
Menyadari Paman kesayangannya itu tak mau bangun dari tidurnya, Hunseok tak kehabisan cara. Dia memang tumbuh menjadi anak yang cerdas seperti Appanya. Anak kecil itu mulai merangkak naik keatas ranjang Kyungsoo kemudian menaiki tubuh Kyungsoo yang terbalut selimut.
"SooSoo." Hanseok kembali memanggil Kyungsoo. Merasa tak ada respon, Hunseok kemudian membuka selimut yang menutupi wajah Kyungsoo dan menepuk lembut kedua pipi Pamannya kemudian menciuminya berharap Pamannya akan bangun.
Karena seperti kebiasaanya, Hunseok akan selalu mencium pipi Kyungsoo setiap pagi hari. Bahkan kebiasaannya memberikan morning kiss hanya untuk Kyungsoo sering membuat Sehun Appanya cemburu.
Kyungsoo yang merasakan dingin disekitar wajahnya akibat dari kecupan-kecupan keponakannya hanya mengulum senyum tanpa sedikitpun membuka kelopak matanya.
"SooSoo. Bangun. Kata Eomma, SooSoo harus bangun." Huseok masih tetap mencoba membangunkan Kyungsoo dengan posisinya yang masih berada diatas tubuh kyungsoo hingga akhirnya merasa lelah dan mata indahnya mulai berair. "Eomma. Hiks, SooSoo tidak mau bangun. Hiks." Menyerah akhirnya Hunseok menangis.
Menyadari Hunseok yang menangis, Kyungsoo segera membuka kedua matanya. Kyungsoo bangun dan segera memeluk keponakannya yang kini kedua pipi tembam bak kue bakpao itu sudah basah dengan air mata yang Kyungsoo akui sebagai kekalahan.
"Sttt, Uljima. Mianhae Hunseokie." Sedikit menyesali perbuatannya yang konyol dipagi hari Kyungsoo mengelus lembut punggung Hunseok kemudian menyeka air mata diwajah imut Hunseok.
"Wae? Kenapa kau suka sekali membuatnya menangis soo?" Minseok masuk ke kamar Kyungsoo dan berdiri didepan pitu dengan menyenderkan tubuhnya pada dinding serta menyilangkan kedua tangannya didepan dada setelah mendengar teriakan putra sulungnya.
Kyungsoo hanya tersenyum canggung dan mengusap bagian belakang kepalanya. Sedangkan Hunseok masih sedikit sesengukan dipangkuan Kyungsoo menampilkan wajah puppynya kepada sang Eomma dan hanya dibalas uluran tangan Eommanya.
Sebenarnya Kyungsoo memang sering membuat Hunseok menangis maksudnya tak berniat membuat Hunseok menangis, tapi karena terkadang dia terlalu bersemangat saat bercanda, Hunseok yang notabennya memang cengeng seperti Minseok waktu kecil, jadi dia hanya akan mengeluarkan senjatanya jika dia sudah merasa lelah ataupun kalah. Minseok, Luhan dan kedua orang tua mereka mengerti akan sikap manja Hunseok tersebut.
"Sudah, Hunseok kemari. Dan kau Soo, apakah kau tak kuliah hari ini? Segeralah keluar karena Sehun sudah menunggu dimeja makan untuk sarapan."
Pintu tertutup setelah Hunseok turun dari pangkuan Kyungsoo dan menghampiri Minseok yang berada didepan pintu kamar Kyungsoo kemudian keduanya pergi meninggalkan Kyungsoo.
RED BRACELET
Kyungsoo melangkahkan kakinya menyusuri koridor kampus menuju kelas, karena kelas pertamanya akan dimulai pukul 9 pagi, sedangkan dia berangkat pukul 8 pagi. Jadi dia memutuskan untuk mampir ke perpustakaan sekedar membaca buku.
"Chanyeol.!" Teriak Kyungsoo saat melihat Sehun, sahabatnya sejak di bangku sekolah menengah yang akan masuk ke dalam perpustakaan. Kebetulan sekali batin Kyungsoo.
Chanyeol yang mendengar namanya dipanggi segera menoleh dan tersenyum ketika menyadari siapa yang memanggilnya. "Kyungie." Teriak Chanyeol ketika Kyungsoo sudah berjalan kearahnya.
"Apa kau sudah mengerjakan tugas yang diberika Mr. Han Chanyeol?
"Wae? pasti kau tak mengerjakannya lagi kan? Hmm dasar."
"Anio, aku sudah mengerjakan. Tapi... aku belum yakin apakah tugas yang ku kerjakan itu benar apa salah.!" Jawab Kyungsoo sambil menundukkan kepalanya.
Chanyeol yang sudah hafal dengan gelagat sahabatnya itu hanya menghela nafas. Canyeol segera meraih pergelangan tagan Kyungsoo dan mengajaknya memasuki perpustakaan.
Sepertinya pagi ini pagi yang tak indah buat Chanyeol karena sudah dipastikan dia akan berakhir dengan mengerjakan tugas Kyungsoo bukan membantunya meneliti ulang.
Yah memang sudah dipastikan karena Kyungsoo memang membenci mata Kuliah akuntansi. Karena seperti yang dikatakan Kyungsoo kalau saja dia tak dipaksa Ayahnya untuk mengambil jurusan Akuntansi dia pasti sudah mengambil jurusan musik. Karena Kyungsoo memang memiliki suara yang merdu sekaligus bakat yang tak akan diakui ayahnya. Karena menyanyi tak akan bisa membantu Kyungsoo untuk bekerja di Kantor kakak iparnya Sehun.
"Kau tak usah memasang wajah memelas seperti itu Kyung. Rayuanmu itu sudah kadaluarsa. Kau sudah terlalu sering menggunakannya." Ucap Chanyeol setelah mendudukkan dirinya dihadapan Kyungsoo.
Kyungsoo yang merasa senjatanya tak mempan hanya tersenyum nyengir sambil mengangkat tangan kanannya dan membentuk huruf V dengan kedua jarinya.
"Bab berapa yang belum kau kerjakan? Sini biar aku yang mengerjakan.!"
"Whaaaaa...kau memang sahabatku yang paling pengertian Chanyeolie." Kata Kyungsoo semangat kemudian mengeluarkan buku tugas dari dalam tas dan memberikannya cepat-cepat pada Chanyeol.
"Ck, kebiasaan. Kapan kau akan berhenti malas Kyung. Akan Aku tak selamanya bisa berada disampingmu." Ucap Chayeol sedikit mencoba untuk serius setelah mengambil buku tugas dari tangan Kyungsoo.
"Kenapa kau tak akan disisiku lagi? Kau pasti selalu disisiku." Kata Kyungsoo yang tak melihat perubahan pada raut wajah sahabatnya dan hanya menampilkan senyum heart shapenya.
Melihat Kyungsoo tersenyum Chanyeol merasa hatinya sedikit bergetar. "Karena, Karena suatu saat nanti kau akan membutuhkan yang lainnya dan yang lainnya akan lebih membutuhkanmu dibanding denganku Kyung." Chanyeol balas tersenyum gugup kemudian segera mengalihkan pandangannya dari wajah Kyungsoo.
Kyungsoo meraih tangan Chanyeol, kyungsoo merasa Chanyeol sedikit bertingkah aneh hari ini, bukannya yang bertingkah aneh selama beberapa hari ini dirinya seperti yang Minseok katakan padanya.
Apa tingkah anaehnya menular pada Chanyeol hari ini?
"Ani, Kau harus bersamaku terus, dan tak ada yang lain seperti yang kau ucapkan Chanyeolie." Kata Kyungsoo mencoba menghilangkan keseriusan dalam percakapannya dengan Chanyeol. Meskipun sebenarnya dia mengetahui maksud dari perkataan Chanyeol. Tapi untuk saat ini dia hanya ingin melupakan tentang ketakutan akan tadirnya yang mungkin bisa saja dia terima setelah pulang ke apatemennya.
"Kenapa aku harus bersamamu terus?" Chanyeol bertanya. Matanya kembali memandang wajah Kyungsoo begitu lekat. Berharap jawaban Kyungsoo sama seperti apa yang dia pikirkan selama ini.
"Karena Chanyeolie Cuma satu dan Chanyeoli hanya untukku." Seperti final Kyungsoo mengatakan dan dia tersenyum bangga kepada Chanyeol akan kata-katanya.
"Aku bukan untukmu." Jawab Chanyeol lirih sebelum dia bangkit dari duduknya untuk mengejar Kyungsoo. Meskipun kenyataanya dia berharap Kyungsoo mendengarknya walaupun Kyungsoo sudah meninggalkannya 5 menit yang lalu setelah untuk memasukki kelas pertamanya. "Meskipun aku berharap kau akan menjadi milikku."
TBC...
Ok..Ok..udah TBC,,lanjut aja baca Chap 2 nya... dan terimaksih dah mo baca jangan lupa juga...REVIEW JUSEYO..!BOW pay..pay