.: Title:.

Love-Hate Partner

.: Pairing :.

KrisTao, one sided HunTao

.: Genre :.

Angst, drama

.: Warning :.

Evil!Jerk!Kris, adult contents

.: Summary :.

3 tahun berlalu semenjak Kris memutuskan kontraknya dengan SM. Kini Kris dan Exo sama-sama telah menjadi artis ternama di Asia dan global, namun mereka tidak pernah kontak sekalipun. Apa yg terjadi ketika Tao dan Kris terpilih menjadi pemeran utama sebuah gay movie? All hell breaks down!

.:.

.:.

15 Mei 2014

Sebuah pukulan mental dengan telak menghancurkan ikatan-ikatan yang selama ini terlihat kokoh tanpa cacat, menyisakan untaian-untain kesedihan, keputusasaan, kehilangan dan kemarahan yang terjuntai tanpa arah.

Tautan antara dua ikatan yang terputus tersebut telah menyisakan kepedihan dan luka yang mendalam. Satu tautan melambai tertiup angin, sementara tautan di seberang hanya diam membisu. Sekuat apapun angin berhembus, lambaian itu takkan tersampaikan padanya yang membisu. Karena ia telah memutuskan untuk menapaki jalan dimana semua harapan tergantung tanpa pencapaian.

.:.

.:.

.:.

.:.

.:: Chapter 1 ::.

.:.

.:.

.:.

.:.

.: China World Summit Wing Hotel :.

"Kau tahu hanya tubuhmu yang akan kurengkuh seerat ini."

Jari-jari yang kokoh dan panjang perlahan menjalar di atas kulit polos tanpa busana, bergerak dengan pola menurun, mengabsen habis liuk tubuh yang terpampang tak berdaya di atas sebuah ranjang hotel. Sejengkal, dua jengkal, hingga jemari itu menghilang di balik jeans yang masih dikenakan tubuh yang tergolek pasrah tersebut—tubuh suci milik seorang pria muda yang tengah tak sadarkan diri. Rambut sekelam malamnya berantakan, matanya tertutup dengan alis berkerut tak nyaman, dadanya naik turun dengan nafas memburu, wajah memerah dan peluh tampak membanjiri pelipisnya.

"Pa-nas.." Lenguh pria itu tiba-tiba, membuat jari-jari yang hendak melanjutkan petualangannya membeku detik itu juga. Pemilik jemari itu tersenyum sinis sembari menarik kembali jari-jarinya dan membawanya untuk mencakup pipi kiri pria tersebut yang sehalus batu pualam.

"Kau tidak berubah. Sangat polos, Huang Zitao." Bisiknya di telinga pria yang ternyata bernama Zitao itu. Namun Zitao tetap tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya sedang memegang kontrol penuh akan kesadarannya. Matanya masih terpejam, nafasnya masih tak beraturan, bahkan ia nampaknya sama sekali tidak menyadari eksistensi seorang pria yang kini sedang menindih tubuhnya dan memberi usapan-usapan lembut di pipinya.

"Hanya karena sedikit alkohol, kau jadi mabuk begini." Bisiknya lagi.

Seperti halnya Zitao, pria tak dikenal itu juga tidak mengenakan busana atas. Dada bidangnya terekspos nanar, sebuah tattoo ghotic terukir artistik di lengan kirinya, sementara otot-otot kekarnya mengunci pergerakan minim yang sekali dua kali diisyaratkan oleh tubuh Zitao, mendekapnya ke dalam kungkungan hangat—yang bagi Zitao sukses menaikkan panas tubuhnya.

"Ngh..panas.." Desahan nafas Zitao menggema memenuhi ruangan hotel dimana pria itu sedang membebani tubuh kurus Zitao dengan gravitasi tubuhnya. Sebuah seringai mengembang di bibir seksi si pria, sebelum akhirnya bibir itu mengklaim bibir merah muda Zitao yang terbuka sedikit.

"Mmph!" Entah karena insting atau kesadaran yang tersisa, mata Zitao refleks terbuka—meski hanya sedikit. Ia berusaha menekan tubuh di atasnya untuk menjauhinya. Kedua telapak tangannya yang tak bertenaga menekan dada bidang si pria namun sia-sia, tubuh si pria bahkan tak bergeming sedikitpun.

"Jangan melawan. Kau tahu hanya bibirmu yang kan kupagut seperti ini."

Apa yang terjadi detik berikutnya membuat Zitao menggeliat tak nyaman, sensasi panas dan basah yang diiringi pagutan dan permainan lidah di rongga mulutnya ditambah cubitan kasar pada tonjolan di dadanya merupakan hal asing bagi tubuhnya. Sakit, geli, membuat bulu kuduk di sekujur tubuhnya berdiri. Namun lidah itu tak juga berhenti mencecap setiap inci bagian dalam mulut Zitao, bergulat dengan lidah Zitao yang sama sekali tidak berpengalaman.

Liur mulai mengalir dari sela-sela bibir yang berpagut tersebut, membentuk aliran baru dengan keringat Zitao yang tak henti-hentinya mengucur. Hanya ketika Zitao hampir pingsan sajalah bibir pria itu meninggalkan bibir Zitao yang telah memerah dan membengkak.

"Manis."

Pria itu berkomentar seraya menjilat bibirnya sendiri. Adegan yang terlampau sexy. Orang-orang yang melihat tingkahnya barusan pasti akan langsung melorotkan celana mereka di hadapan si pria, apapun akan dilakukan untuk mendapatkan tubuh menggairahkan si pria menghangatkan ranjang mereka, sayangnya bagi si pria yang bersangkutan, hanya tubuh ramping Zitao yang bisa membangkitkan insting animalistik dalam dirinya.

Zitaonya yang tercinta.

Dan malam ini, ia bebas memainkan tubuh seksi Zitao. Mengetes seberapa jauh tubuh atletis itu bisa melengkung, seberapa ketat rektum Zitao yang selama ini tak terjamah tangan-tangan kotor, dan bagaimana merahnya darah segar ketika ia berhasil menembus dan mengoyak sucinya lapisan keperawanan Zitao.

.:.

.:.

.:.

Meski Zitao tak menginginkan hal ini sekalipun..

Ia tak peduli.

Tiga tahun merupakan waktu tersulit sepanjang hidupnya.

Hidup terluntang-lantung tanpa rasa cinta.

Dengan dendam mengakar di dada.

Ia bendung segala rasa.

Malam ini, akan ia bayar habis semua pengorbanannya.

Biarkan iblis di dirinya bebas—

dan mengklaim malaikat di bawah tubuhnya

.:.

.:.

.:.

.:.

Suasana senyap masih kental di sebuah ruang tidur bergaya minimalis. Wajar saja karena jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Si empunya kamarpun masih tampak terhanyut di alam mimpi, hal ini bisa dilihat dari bungkahan berselimut tebal tergulung di pinggir sebuah ranjang medium sized dengan dengkuran halus mengalun dari balik selimut itu. Tapi sepinya suasana akhirnya pecah ketika sebuah ponsel di pinggir tempat tidur mendadak bergetar.

'Drrrt.'

.

.

'Drrrt'

.

.

'Drrrt'

.

.

"Argh! Berisik!" Teriak si pemilik kamar seraya menendang selimutnya hingga tersingkap, menampakkan seorang pria muda berkulit seputih susu dengan wajah tak bersahabat dan pandangan yang masih berkabut rasa kantuk.

"Siapa yang berani meneleponku pagi-pagi buta begini, hah!" Rutuknya kesal sambil mengacak-acak rambut pirangnya yang sudah berantakan dan berdiri ke berbagai arah. Diraihnya ponselnya yang sedari tadi menuntut untuk dijawab dengan gaya ogah-ogahan—bersiap untuk membentak siapapun yang telah menganggu tidur cantiknya tersebut—

"Eh? Tao?"

Si pria berkulit susu membelalakkan matanya sedikit ketika mendapati bahwa sahabatnyalah yang meneleponnya. Jujur saja, ia pikir yang menelponnya itu manajernya atau siapa, tanggung jawab yang berat sebagai seorang artis.

Perasaan kesalnyapun hilang entah kemana, tautan di alisnya mengendur dan pandangan si pria melembut. Tapi perasaan janggal segera menyergapnya. Tidak biasanya Tao menelponnya pagi-pagi buta seperti ini. Sahabatnya itu juga hanya akan menelepon kalau perlu, paling sering ya sms. Sebuah perasaan tak enak terbersit di benak si pria, tanpa sadar ia menggigit bibir. Namun ia cepat-cepat menggelengkan kepala, berusaha menepis perasaan negatif apapun yang berusaha mengambil alih pikirannya.

"Halo? Ada apa, Tao?" Tanyanya to the point tepat setelah menekan tombol untuk menjawab pangggilan sahabatnya itu.

Tidak ada jawaban diseberang sana, hening. Namun samar-samar si pria bisa menebak suara gemerisik seprai yang tergesek. Alis si pria kembali berkerut, heran. Perasaan janggal yang tadi lenyap kembali muncul, detak di dadanya juga semakin kentara.

Tenang.

Tenanglah, Oh sehun, gumamnya dalam hati.

"Hei, Tao? Kau disana kan? Jawab aku."

Masih hening.

Sehun mulai meneguk liurnya kasar.

"Hei jangan main-main Ta—"

"Hu-hunnah—"

Sehun kembali membelalakkan mata untuk yang kedua kalinya. Akhirnya Tao menjawab!

"Tao!?"

"Hu..nnah.."

Ya Tuhan pada saat itu juga Sehun merasa seperti ditendang di perutnya! Perasaan negatif itu semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak, Tao, hyung tercintanya itu memanggil namanya dengan suara serak dan lemah. Tao juga seperti menahan tangis.

"Kau kenapa Tao!? Kau baik-baik saja?"

Mencengkram erat ponsel di genggamannya, Sehun mulai bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi.

"...Cepat datang kesini..Hiks." Tao menjawab dengan isakan, sukses membuat Sehun yang kaget karena tangisannya hampir tergelincir di lantai kamar mandi.

"Tu-tunggu. Apa yang terjadi!? Kau tidak apa-apa kan?" Bagus. Sehun kini mulai panik.

"Sakit.." Tao kembali menjawab di tengah isakannya.

"Sakit? Apanya yang sakit?"

"Semua.."

DEG

Ok. Ini bukanlah pertanda bagus.

"Dimana kau sekarang? Di dorm M, kan? Aku segera kesana." Sehun mulai berkemas dan mengambil jaketnya.

"Bukan."

"Eh?"

"Aku—aku tidak ada di dorm." Tao meneguk ludah. Sehun merasa suara Tao tercekat di tenggorokan.

"Apa maksudmu!?" Perasaan was-was Sehun sudah membuncah tak karuan. Ada yang aneh pada gelagat Tao—dan apa yang diucapkan tao selanjutnya berhasil membentuk berbagai macam gambaran negatif di otaknya.

"Aku.. aku ada di China World Summit Wing Hotel."

.:.

.:.

.:.

.:.

.:.

.:.

A/N PLEASE READ

Nihao!

Pertama, thanks udah mampir dan membaca. Ini fanfic pertamaku di fandom dan tak kusangka aku pilih EXO out of my other fandoms yay \o/ *throws confettI* maaf kalau bahasanya aneh dan banyak kekurangan.

Baru-baru ini tertarik sama Exo. Di exo bias aku ada banyak~! Tao, Luhan, Sehun, Kai, Kris, Lay (Chinaline dan maknaeline)

Mudah-mudahan Kris balik ke exo plisssss

Fic ini fokus Kristao dan Huntao, mungkin pairing lain bakal jadi cameo tapi ga janji yaa, expect banyak adegan mesumnya juga

I'd be drowning in feels if u at least drop a review, that means a lot to me but please NO FLAMES, NO SHAMEFUL ACT SUCH AS PLAGIARISM, be ashamed!

Ok. See u in next chap (kalau responnya bagus, aku lanjut kalau menurutku tidak ya tidak)

Bye!