FYI corner(?) : WBC adalah singkatan dari World Baseball Classic. Liga dunia untuk olahraga Bisbol, dan entah sejak kapan—aya kecanduan re-watching WBC haha.

Manhwa adalah sejenis manga (komik Jepang itu l— yang komikusnya adalah orang Korea. Yah garis besarnya sih, komik Korea. Ada sedikit perbedaan dari segi menggambar. Example, The Breaker: New Waves.


Disclaimer: FF ini punya saya, tokoh-tokohnya belongs to god and their fams. Terinspirasi dari anime 'Brothers Conflict', bedanya ini versi all x Jin /?

Brothers Conflict

.

.

Chapter i : Introducing Milady

.

.

Kim Seok Jin, 20 tahun, penulis muda yang cukup sukses di Korea Selatan. Alur kisah hidupnya normal seperti kebanyakan pemuda yang hampir dewasa sepertinya. Mengikuti kelas kuliah (entah mengapa ia tertarik dengan jurusan Sastra Jepang tepat ketika ia berhasil menamatkan enam semester di bidang Hubungan Internasional), berkumpul dengan rekan-rekan sebaya sambil menyesap minuman ringan, aktif di dunia maya untuk sekedar membagi sedikit ramuan diksi khasnya (dia penulis, ingat?!) dan beraktifitas seperti layaknya manusia pada umumnya.

Cara berpikirnya di dunia ini cukup realistis. Setumpuk judul novel karangannya hanya menyelipkan sedikit konten fantasi, selebihnya hanya fiksi duniawi biasa. Kebanyakan mengenai sudut pandang mendramatisir yang dicampur bumbu kriminalitas dan humor ringan, tetapi tidak sedikit juga yang menampilkan sisi romansa bercampur persahabatan manis layaknya Drama Korea yang dikemas sedikit lebih maskulin mengingat ia pemuda. Tapi dia sendiri tidak bisa dibilang gagal dalam membawakan cerita klasik mengenai psikopat yang terkesan terlalu 'berdarah'. Intinya, ia penulis serba biasa yang mampu merubah segunung huruf menjadi wacana apik.

Kim Seok Jin, 20 tahun, penulis muda yang dikenal dengan karya-karyanya yang menganut genre campur aduk, penggila komik dan animasi Jepang, pink freak dan seorang model untuk majalah bulanan universitas.

Dengan bangga mendeklarasikan dirinya sebagai cerminan pemuda normal yang klise.

.

.

Sebuah kondominium kecil rasanya sudah cukup menampung dirinya dengan teman sejawatnya, Kim Myung Soo. Mereka teman semenjak SMP, tidak heran kedua orangtua Seokjin yang tinggal di ujung kota Seoul mengenal sosok pemuda tinggi ini dengan baik. Saat ini keduanya menjadi teman satu jurusan, meski Myungsoo menyandang gelar 'senior' karena dua semester lagi pemuda tersebut harus menyerahkan skripsinya. Dan Seokjin telah bersumpah tidak akan membantu pemuda berekspresi dingin itu dalam mengerjakan skripsinya.

(Dan jika dilihat dari jauh, keduanya terlihat seperti pasangan homo yang harmonis nan romantis, abaikan persepsi barusan)

"Tulisan katakana-mu hancur."

Seperti saat ini. Seokjin melipat kedua kakinya secara menyilang di atas sofa, membaca sebuah majalah mingguan Seoul sementara Myungsoo duduk di bawah sofa sambil mulai mengerjakan tugas essai-nya yang mengharuskan pemuda bersurai kelam itu menggunakan bahasa Jepang, minimal seribu kata.

"Jangan hanya berkomentar saja," Myungsoo menatap sinis temannya yang flamboyan itu. "Aku tahu kau pernah salah menulis kanji kata 'Kuro'[1]. Memalukan, anak semester satu juga bisa kali."

Dan telak majalah di tangan Seokjin mendarat di pucuk kepala Myungsoo.

"Maa, maa...[2] Setidaknya aku berpotensi besar menjadi cum laude," tanggap Seokin, kini mengalihkan atensinya ke essai Myungsoo. "Bukan sombong, ne?! Hanya saja kau terlalu fokus dengan lensa kameramu. Sebenarnya tujuan hidupmu itu apa." Seokjin memajukan bibirnya, mengoreksi essai Myunhsoo yang penuh dengan aksara non-hangul.

"Fotografer sekaligus pemain dorama Jepang, kurasa."

"Konyol. Kau sebenarnya belajar JLPT N3 tidak sih?! Ada beberapa pilihan diksi yang salah, dan apa-apaan dengan hangul di paragraf keempat?!"

"Aku stress, Jin-ah."

"Siapa suruh ambil Sastra Jepang," cibir Seokjin, merasa geli dengan kefrustasian teman masa kecilnya. Dia merasa beruntung bisa melihat sosok Myungsoo yang idiot, inilah yang dia suka. "Sasileun[3], Sastra Korea sebenarnya juga menyenangkan."

"Bahasa Jepang adalah bahasa yang menarik. Penuh lika-luku. Sudah jelas bagimu, ha?!"

Seokjin hanya tersenyum tipis. Myungsoo bisa menjadi tempramen, kadang-kadang. Bagaimana bisa banyak wanita mengidolakannya di sekolah tanpa mencurigai 'sisi' gelap Myungsoo?! Apa sebegitu mudahnya wanita menganggap Myungsoo adalah makhluk sempurna yang hanya Tuhan utus sepuluh tahun sekali?!

"Annyeong haseyo, Kim Seok Jin di sini menawarkan bantuan, gwangsimeul?[4]"

.

.

Kancing hoodie Seokjin telah terpasang sempurna. Di balik punggungnya terdapat Myungsoo yang menatapnya intens seolah berniat melubangi kepala sang penulis hanya dengan tatapannya. Seokjin hanya mendengus, tidak bisa menahan senyum di bibirnya.

"Jika tatapan itu bisa membunuh, dari lima menit yang lalu aku sudah ditemukan tidak bernyawa di tempat ini," Seokin bersiul kecil, membenarkan tali sepatu olahraganya. "Ja Myung[5], apa yang membuatmu terlihat begitu dingin?"

"Kau tidak ada kuliah hari ini. Jadi kau mau kemana?" tanya Myungsoo, menyesap isi cangkir antiknya.

Oh, apa Seokjin lupa memberitahu bahwa Myungsoo sedikit mengalami brother complex padanya? Padahal saudara juga bukan.

Rasanya lucu juga sih, dicemaskan oleh Pangeran Kampus. "Sedikit brieffing mengenai novelku yang akan launching minggu depan," jawab Seokjin, mematut tubuhnya di permukaan simetris cermin. "Yang berjudul 'Power-Shortstop'. Yang mengenai basket bercampur bisbol itu lho."

"Oh," Myungsoo melempar pandangannya ke televisi yang menyala. Oh, siaran ulang WBC toh. "Aku tidak tahu yang mana."

Neo Bulhaengyo Myungsoo-ya~[6]

Tetapi Seokjin tersenyum manis. "Mau aku belikan es krim? Atau manga?"

"The Breaker: New Waves volume empat, lima dan enam."

Sudah enggak tahu karya orang, enggak tahu diuntung pula.

Kadang Seokjin ingin menendang seluruh partikel dari Myungsoo dari rumah mini ini jika ia tidak mengingat sesuatu.

…Cicilan kondominium kan semuanya Myungsoo yang tanggung.

.

.

Rasa lelah jujur menyerang Seokjin lebih dari biasanya. Pembicaraan para redaktor membuatnya pusing. Hey, dia tidak akan peduli sampul novelnya akan seperti apa. Tidak penting. Hal yang terpenting adalah isinya.

Tangan kirinya memegang sebuah plastik kresek berisi manhwa pesanan Myungsoo. Topi bisbol putih-biru terpasang di kepalanya, jujur sih itu bukan topi miliknya. Melainkan topi milik adik dari Myungsoo.

Keningnya berkerut ketika mendapati sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap terparkir di halaman bangunan kondominium kecil yang salah satu bagiannya ia tempati dengan Myungsoo. Ada orang baru di kondominium ini?! Seokjin berniat menanyakannya pada Myungsoo, pemuda penggila kemeja tersebut selalu tahu apa yang terjadi di lingkungannya.

Matanya melebar ketika menemukan pintu flat miliknya dan Myungsoo kini diawas ketat dengan dua pria tinggi tegap berpakaian serba hitam. Mengingatkannya pada organisasi Mafia yang sering ia tonton di anime, oh abaikan.

"Selamat sore, milady Kim Seok Jin."

Sebuah suara bernada rendah terdengar. Seokjin nyaris terlonjak, ia yakin itu bukan suara Myungsoo. Ia tidak bisa mengorganisir siapa pemilik suara itu, tidak dikenal.

"Sudah saatnya untuk pulang ke rumah."

Sesosok pemuda tinggi dengan rambut yang memiliki warna aneh pun muncul dari lorong di barat Seokjin. Ia terlihat lebih muda dari Seokjin, tapi lebih tinggi beberapa inchi darinya. Seokjin memasang wajah aneh, bingung akan semua ini.

Pemuda di hadapannya juga bisa dibilang keren sih, dia mengenakan seragam sekolah mewah yang Seokjin tidak tahu di mana. Pin sewarna perak (atau ternyata memang logam mulia asli?!) berbentuk rompi anti peluru dengan hiasan dua gandum di pinggirnya membuat alis Seokjin terangkat sedikit. Pin macam apa tuh?!

Sebelum Seokjin bisa sadar sepenuhnya, pemuda tersebut tersenyum tipis lalu berlutut di hadapan Seokjin. Meraih tangan kanan Seokjin dengan hati-hati seolah menyiratkan tangan Seokjin terbuat dari kaca berlapis emas yang rapuh.

Iris Seokjin melebar sempurna ketika pemuda itu mengecup pelan punggung tangannya lalu tersenyum-bukan, agak menyeringai pada Seokjin.

"Aku Kim Taehyung. Selamat datang di Bangtan Famiglia, milady Jin."

Tanpa bertanya pun Seokjin tahu arti 'milady' apa. Ini aneh. Sebuah anomali dalam kehidupannya.

Jurang enigma baru pun ditemukan.

Kim Seok Jin, 20 tahun, penulis berbakat, menyukai seni-budaya Jepang beserta anime dan manganya, tinggal berdua dengan Kim Myungsoo dan kini tengah mengalami kejadian paling membingungkan di kehidupannya.

.

.

[1] : Hitam (Japanese)

[2] : "Yah yah" atau "Nah nah" (Japanese)

[3] : Sejujurnya (Korean)

[4] : "Tertarik?!" (Korean)

[5] : Bisa diartikan sebagai "Come on Myung" (Korean). Tapi kalau dilihat dari arti Jepangnya, juga nyambung kok.

[6] : 'Kau sialan, Myungsoo~'

.

.

End of Chapter i : Introducing Milady

.

.

Next Chap Spoilers!

.

"Jadi Bangtan Famiglia itu apa?"

.

"Kami adalah adik-adikmu, Jin hyung sayang!"

.

"Buku Berries on Top adalah novel dengan tema romansa implisit terbaik tahun lalu. Kishoi Jina adalah nama pengarangnya, tapi ternyata itu kau ya..."

.


A.N : FF apa iniiii *headbangs* Sumpah ane lagi gemes sama uke!Jin, dia unyu soalnyaaaaa. Dan cantik juga. Dan manis. Ah sudahlah.

FF ini gak akan terlalu fokus ke VJin aja kok. All x Jin, tapi mungkin ada satu member yang not-interested with Jin. Yeah, you'll know soon *grins*. OOC?! Biarlah/?

This is what a writer-block author can bring. Berkontribusi lagi buat fandom Screenplays setelah menyesap ke fandom Anime dan nyaris gila sama prompts unik mereka, saya kangen nulis Bangtan Fic huh.

So, mind to RnR? :9