WRONG REVENGE

Chapter 5

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Tragedy, Hurt/Comfort, Crime

Warning : Typo(s), mungkin ga kerasa tragedy-nya, OOC, alur cepat.

Pair : MinaKushi (always!)

Enjoy...

.

.

.

Pagi yang cerah dan sedikit dingin, menyergap Konoha yang masih terlihat sepi, ya hampir seluruh warga Konoha masih belum beraktivitas, termasuk Kushina, belum 1 bulan lamanya ia tinggal di apartemen milik almarhum kakaknya.

Dengan secangkir teh, Kushina membuka lebar-lebar jendela kamarnya, dan ia segera melihat warna semburat merah-orange diufuk timur, meski sang mentari belum menampakkan dirinya.

'Kenapa wajah si durian busuk itu selalu mondar-mandir dipikiranku?!' batin Kushina kesal.

Teh yang panas langsung diseruputnya, lupa kalau teh itu belum hangat. "Atsui ! buaahh!" Kushina berteriak kepanasan, dan langsung berlari mencuci mulutnya dengan air dingin. "Sial ! gara-gara mikirin si durian busuk, mulutku jadi terbakar!" Kushina marah-marah sambil mencuci mulutnya.

Namikaze Minato segera berangkat ke bengkel yang kemarin, tadi malam sebelum ia pulang, sudah memesan kaca untuk ganti yang kemarin, dan seharusnya pagi ini sudah siap untuk dipasang.

"Minato-sama..." Seorang karyawati sudah ada yang di bengkel.

"Jangan panggil aku dengan suffix itu, kita seumuran kan?" Minato tersenyum, melihat karyawannya yang rajin-datang lebih dulu dari dia-

"J-jadi, Minato-san?"

"Ya, seperti itu, terdengar lebih baik..."

"Aku kagum padamu, Minato-san, diusiamu yang masih muda ini, Minato-san sudah berhasil membuat lapangan pekerjaan untuk kami semua..."

Minato hanya tersenyum, "tapi...ada hal yang membuatku penasaran padamu, Minato-san"

"Apa itu?" Minato melirik karyawatinya.

"Aku tau kalau Minato-san adalah anak tunggal dari Namikaze-sama, pemilik Namikaze Corp. Tapi, kenapa Minato-san tidak bekerja di perusahaan, tapi malah membuka bengkel seperti ini?" rasa penasaran karyawati itu sangat besar, "Ta-tapi kalau Minato-san tidak mau menjawabnya, tidak apa-apa, aku minta maaf, sudah bertanya hal yang aneh-aneh..."

"Haha, tidak usah sungkan seperti itu, sebenarnya pertanyaanmu sangat bagus, kerana selama ini tak ada yang bertanya seperti itu padaku..."

"Em...Kenapa aku membuka bengkel sedangkan aku anak tunggal dari perusahaan ayahku..." Minato menatap langit-langit, lalu tersenyum.

"Pada malam itu, aku masih berada dibangku SMP, aku yang dikenal jenius dan tidak banyak tingkah, berubah menjadi seseorang yang suka berbuat onar, dan tak jarang mulai saat itu aku sering berkelahi dan tawuran, hal itu membuat keluargaku terkejut, terutama ayahku, ia sampai mengusirku dari rumah dan mencoret namaku dari daftar keluarga Namikaze, tapi ibuku yang masih memikirkanku, ia membelikanku apartemen dan selalu menjengukku, yah...meski 3 atau 4 bulan sekali. apa kau tau kenapa aku berubah? aku tidak mendapatkan kasih sayang yang sesuai hak ku sebagai anak..." Jelas Minato sambil memperhatikan pekerja yang memasang kaca.

Karyawan itu cuman manggut-manggut, lalu ia tersenyum, "tapi anda hebat bisa mencapai kesuksesan sendiri, tapa campur tangan orang tua anda, baiklah saya permisi..."

Karyawan itu pun pergi dan melayani beberapa pelanggan yang mulai berdatangan.

Minato mengambil secarik kertas, ia membacanya sekilas.

Minato melihat jam tangannya tak terasa sudah jam 08.30 ia belum sarapan,

"Ichiraku..."

Minato memesan Miso Ramen porsi sedang, ia menunggu sambil mengedarkan seluruh pandangannya ke penjuru arah, berharap gadis berambut merah ada di Ichiraku, entah kenapa tiba-tiba ia melihat lelaki berambut merah dengan luka dipipi kirinya, melaimbaikan tangan dan seolah berkata, "Yo! Minato..."

Minato mengucek matanya, ia tidak sedang bermimpi bukan? Ia melihat ke arah itu lagi dan, hampa, tidak ada apa-apa. Minato tersenyum...

"Teuchi Jii-san!" Teriakan melengking mengagetkan Minato (Ralat, maksudnya seluruh pengunjung) sontak Minato menoleh kearah pintu.

"Hoo...Pelangganku yang paling setia..."

Gadis berambut merah melangkah masuk dan segera memesan ramen kesukaannya.

"seperti biasa ya paman..."

ia mengedarkan pandangan, mencari bangku kosong, entah kenapa Minato melambaikan tangannya, "disini...Kushina..."

"Mi-Minato?"

Kushina menghampiri Minato dan duduk berhadapan dengan Minato.

"Tumben pagi-pagi sudah ada di Ichiraku?" Tanya Kushina.

"Ini sudah hampir jam 10, masih kau anggap pagi Kushina?" Minato tertawa.

"Urusai... itu urusanku, gak ada sangkut pautnya denganmu..." Nada Kushina berubah menjadi jengkel

"Baik, Baiklah, aku hanya bercanda Kushina..."

Lalu makanan mereka datang.

"Ittadakimasu..." Kushina mulai memakan Ramen asin-nya

"Oishii..." ia berkata lagi, sementara Minato anteng dengan Ramen Miso nya.

"Ini..." Minato menyodorkan secarik kertas.

"em? apa ini?" Kushina mengelap mulutnya.

"itu...mungkin bisa membantumu..." Minato meletakkan sumpitnya.

Kushina membaca kertas itu.

"I-ini..."

"Yap. Alamat seseorang yang menjadi saksi mata saat Taka meninggal waktu itu..." Minato berkata tenang, Kushina membeku ditempat.

"Ah, aku sangat kenyang! aku harus segera kembali ke bengkel..." Minato beranjak dari tempat duduknya, lalu ia membayar ramennya.

"Jaa ne, Kushina..." Minato hendak melangkahkan kakinya keluar kedai.

"Tu-tunggu..." Kushina menarik jaket yang dipakai Minato. Minato gelagapan, ia hampir jatuh, Kushina menyeretnya ke kasir,Kushina membayar ramennya, lalu menyeret Minato keluar.

"A-ada apa sih?! pake seret-seret segala!" Minato membenahi jaketnya yang hampir lepas,

"Te-temani aku ketempat ini..." Kushina memalingkan wajahnya, wajahnya sedikit memerah. gengsi dong kalau seorang Kushina meminta bantuan cowok dengan kata-kata yang manis, oh no! Kushina bukan cewek seperti itu.

"Kau bisa kesana sendiri bukan?"

"A-aku...buta arah..." Kushina mengecilkan suaranya.

"Ap-apa? Buta arah?" Minato tertawa.

"Sudahlah! pokonya kau harus menemaniku ke tempat ini ! karena kau yang menyerahkan alamat ini padaku! kau harus ikut!" Kushina menggembungkan pipinya. Kushina langsung menyeret Minato berjalan ke arah timur.

Setelah berjalan beberapa meter, dengan Minato yang masih diseret oleh Kushina...

"Kushina...sebenarnya alamat itu ada disebelah barat Konoha, kenapa kau menyeretku ke arah timur?"

N-Nani? Kushina langsung menghentikan langkahnya, ia membaca alamat itu sekali lagi. wajahnya memerah karena malu.

"B-baka Minato! kau sudah tau aku buta arah! kenapa kau membiarkan aku berjalan ke arah timur! kau sengaja ya?!" Kushina ngamuk.

"haha... tentu tidak Kushina! kau saja yang langsung ambil arah timur, padahal di alamatnya sudah jelas menandakan Jl. Konoha Barat...Hahaha.. kukira buta arahmu tidak separah ini...ternyata-"

Bletak- ***

"I-ittai..." Minato mengelus ubun-ubunnya.

"Menertawaiku sekali lagi, kau dapat bogem manis dariku, Minato..." Kushina tersenyum manis, dengan mengepalkan tangannya.

"H-hai..."

Mereka pun berjalan ke arah barat.

"Jl. Konoha Barat, No. xxx..." Kushina memeriksa alamat itu lagi,

Lalu mereka berhenti disebuah rumah yang sepertinya toko servis alat elektronik, ya meski tidak teralu besar. Di tembok terdapat papan nama yang bertuliskan 'Kaname Hansa' dengan kayu.

"Inikah rumahnya?" Kushina memandang rumah itu lagi.

"Entah...aku juga baru pertama kali kesini..." Minato memasukkan tangannya ke saku celananya.

Kushina memencet bel, Ting-Tong... memang sedikit aneh untuk bel sebuah toko.

"Hai..." Suara teriakan dari dalam.

"Selamat siang. ada yang bisa-" Lelaki kaget, melihat Minato.

"Mi-Minato...san?"

"Yo! Kaname-san, bagaimana kabarmu?" Minato angkat bicara.

"B-baik. Lalu, siapa gadis ini?" Lelaki itu memandang Kushina.

"Warna rambutnya merah, matanya violet, mirip dengan-"

"Ya, seperti Taka, namanya Uzumaki...Kushina...adik Taka." Minato memandang tajam Kaname.

Kaname seperti membeku. Ia terlihat sangat syok.

"Kenapa kau, Kaname?"

"Ti-tidak. Ayo, kita berbincang didalam saja..." Kaname mempersilahkan Minato dan Kushina masuk.

Hanya dibatasi oleh sekat, bagian depan rumah Kaname adalah toko, dan belakangnya adalah ruang tamu. Ia menyajikan teh.

"Silahkan..."

"Terima kasih..." Kushina menyesap tehnya perlahan.

"Aku tau, kalian berdua memiliki tujuan, untuk datang ke rumahku." Kaname memulai pembicaraan.

"Tentang...kejadian beberapa bulan lalu...bukan?" Mata Kaname menyendu.

Ia menatap Kushina. "Bagaikan imitasi, kalian sangat mirip, hanya saja, rambutmu lebih panjang dan kulitmu lebih putih, dan juga kau tidak memiliki luka pipi seperti kakakmu..."

"Be-begitu. jadi bisakah anda menceritakan kejadian detil nya? anda saksi mata bukan?"

Kaname menelan ludah. ia membenahkan tempat duduknya. Lalu mengambil napas dalam-dalam, lalu dihembuskannya pelan.

"Aku..aku bukan saksi mata, tapi aku juga termasuk korban, tapi tak mengalami luka, Taka meninggal...karena menyelamatkanku..."

.

.

.

To be Continue...

.

.

A/N :

Hallo Minnaa... maaf ya updatenya lamaaaaaaaaaa banget, banyak halangan sih... gomennasai... #bungkuk

aku harap Minna bisa sedikit terhibur dengan cerita diatas...

arigato...

~Hanami