Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto


Trapped in Homo-moment

by Raja Kadal

Warning(s): typo(s), OOC, belum ada pairingan


Hakuo Basement – 19:35

Sakura mengetuk-ngetukkan boots hitamnya ke lantai basement. Di tengah temaramnya penerangan basement, Sakura dapat sekilas melihat rambut panjang perempuan yang ada di pelukan Sasuke. Sebuah pemandangan yang membuatnya sangat gerah.

Gerah bukan karena cemburu—lebih ke perasaan—gerah karena lelah menunggu lama.

"Hey, Sasuke! Cepatlah! Kita sudah terlambat, keparat!" teriak Sakura.

Dia makin gusar menunggu Sasuke—bassist di bandnya, yang saat ini sedang bermesum-ria di sudut parkir basement.

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Sasuke Uchiha itu orang yang suka tebar pesona sana-sini. Sakura juga tahu kalau pacar Sasuke banyak. Ia memaklumi hal itu karena selama ini hanya Sasuke yang ia tahu, memiliki keluarga yang berantakan. Mungkin Sasuke bertingkah seperti itu hanya untuk mencari perhatian yang selama ini tidak ia dapatkan.

Perempuan di pelukan Sasuke tampak terusik.

"Itu Sakura, ya?" tanya perempuan itu di sela-sela ciumannya dengan Sasuke.

"Mmmh … " Sasuke makin melumat bibirnya.

Sedetik kemudian melepaskan ciumannya dan menatap perempuan itu intens. Ada kekosongan di dalam matanya.

"Sana. Dia menunggumu, tahu."

"Oke. Kau bisa pulang sendiri, 'kan? Bye." ucap Sasuke, dia menyelipkan sesuatu di tangan perempuan itu dan pergi.

"Sudah kubilang, aku tak butuh uangmu, Sasuke-kun." bisik lemah perempuan itu, meremas uang yang diberikan Sasuke—jumlah uangnya melebihi biaya taksi manapun di kota itu.

Perempuan itu berjalan menuju mobilnya sendiri. Ia mulai merasa Sasuke memberinya uang bukan untuk biaya taksi—tapi memang untuk 'membayarnya'. Dan ia hanya bisa menghela napas panjang karena itu.

xxoxx

"Dasar buaya. Itu pacarmu yang ke berapa, hah?" maki Sakura segera setelah Sasuke duduk di bangku pengemudi. Ia segera memasang seatbeltnya.

"Ketigapuluh satu," kekeh Sasuke. "—lagipula itu 'kan bukan urusanmu."

"Kuperingatkan ya. Kau itu bisa kena AIDS kalau sering-sering—"

Cup.

Sasuke mencium pipi kanan Sakura cepat.

"Kalau aku kena AIDS, berarti kau juga." Sasuke memandang Sakura dengan tatapan yang sulit ditebak.

Bugh.

"Mati saja sana!" maki Sakura—lagi. Sakura kurang puas kalau hanya meninju perut Sasuke. Lagipula, Sasuke sendiri sama sekali tidak merasa kesakitan.

Sakura segera mengambil sapu tangannya dan mengelapnya ke pipi. Ia sangat kesal dengan perlakuan Sasuke yang tiba-tiba menyerangnya. Sasuke itu bukan pacarnya. Sakura sudah tidak tertarik dengan lelaki lagi semenjak ia menyadari kalau kakaknya lebih berharga daripada apapun.

xxoxx

Thousand Island Restaurant – 19:40

Naruto merasa frustrasi, gugup, dan enggan di saat yang bersamaan. Di kiri dan kanan, sudah duduk kedua orangtuanya. Mengapit Naruto, seolah ia bisa kabur kalau tidak dijaga. Lima bodyguard juga sudah berjaga di depan pintu restoran mewah itu. Mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk dan mengganggu acara penting—acara pertunangan.

"Kau pasti suka dengan gadis pilihan Ibu. Dia sangat cantik dan lembut. Persis seperti ibunya." ucap Kushina, mengelus lembut tangan Naruto yang mulai mendingin.

"Aku baru 14 tahun, Bu. Aku—"

"Umur bukan masalah, Naruto." ucap Minato—tegas.

"Bukan itu masalahnya. Masalahnya—"

"Apa?"

"—DIA 4 TAHUN LEBIH TUA DARIKU, YAH!" teriak Naruto, akhirnya.

"Itu juga bukan alasan."

Naruto hanya bisa pasrah. Ia tak akan kaget kalau calon tunangannya bergelambir, jelek, dan—bahkan Naruto tidak sanggup lagi membayangkannya.

Alasan? Ayahnya meminta alasan? Mungkin aku harus berpura-pura terkena epilepsi sekarang juga, pikir Naruto.

"Ah, mereka sudah datang. Cepat berdiri, Naruto."

Glek.

Naruto menelan ludah.

I-itukah calon tunangannya?

xxoxx

Neji's Apartment – 23:00

Bugh.

Bugh.

Buagh.

Naruto dengan penuh nafsu meninju satu-satunya samsak di ruangan itu. Stick drumnya sama sekali tidak tersentuh.

"Bisa kaubayangkan Neji?! Aku baru kelas 8 dan dia sebentar lagi masuk universitas! Mau ditaruh di mana harga diriku?!"

Bugh.

Bugh.

Neji menghembuskan rokoknya ke udara. Tersenyum senang.

"Umur memang bukan masalah, Naruto."

Naruto melirik gadis kecil yang berada di pangkuan Neji dengan sinis. Naruto sendiri tidak tahu siapa gadis kecil itu.

"Yeah. Umur memang bukan masalah bagimu. Dasar pedofil."

Neji hanya terkekeh. Di umurnya yang menginjak 19 tahun, Neji masih saja bermain dengan anak kecil—hal ini membuat anggota band lainnya merasa risih dan berpikir macam-macam.

Bugh.

Bugh.

"Ke mana sih Sakura dan Sasuke? Kita harus latihan untuk perform besok malam, nih."

Naruto sebenarnya hanya mengkhawatirkan Sakura—ia takut Sasuke berbuat yang macam-macam pada Sakura. Sebanyak apapun pacar Sasuke, Naruto tahu kalau Sasuke tidak akan pernah puas.

Bunyi gaduh pun muncul dari depan pintu. Dua orang yang ditunggu pun muncul.

"Maaf, kami terlambat. Si bodoh ini salah jalan." kata Sakura terengah-engah.

"Neji-nii, itu anak siapa? Anak siapa lagi?" Sakura mengernyit memandang gadis kecil berambur pirang yang sekarang tertidur pulas di pangkuan Neji.

"Anak tante sebelah. Dia memang sering main ke sini."

"Biar kuantar pulang dia." kata Sasuke datar.

Entah kenapa, Sasuke tahu kalau Neji berbohong.

"Yak! Ayo latihan!"

xxoxx

09:00 AM

ONION! — adalah grup band beraliran pop-rock yang beranggotakan Sasuke, Sakura, Neji, dan Naruto. Grup band ini cukup terkenal di Tokyo.

Markas tempat latihan mereka adalah studio musik di apartment Neji yang sekaligus juga rumah Sakura. Neji adalah kakak tiri Sakura dan mereka tinggal serumah karena mungkin—Sakura terobsesi dengan Neji. Mereka sering latihan dini hari dan akhirnya malah menginap di apartment Neji.

Dan biasanya yang menyiapkan mereka sarapan setiap pagi adalah Sasuke. Ya, kau tak salah membaca. Sasuke Si Playboy ini sebenarnya sangat gemar memasak. Ia bisa menjadi chef handal jika ia mau, tetapi ia malah memilih terjun ke dunia musik.

"Hoahmm … Neji-nii ke mana?" tanya Sakura begitu tiba di ruang makan. Ia menguap sambil merentangkan kedua tangannya. Aroma masakan Sasuke-lah yang membangunkannya.

Sakura hanya mengenakan gaun tidur berwarna putih yang sangat tipis. Bukannya Sakura tidak malu di hadapan teman-temannya, tapi sulit sekali merasa malu pada teman-teman yang sudah kau kenal dari SD.

"Masih di kamarnya," jawab Sasuke, cuek. Ia memotong-motong asparagus dengan cekatan menggunakan pisau. Kalau sedang memasak, Sasuke bisa menjadi orang lain—bukan dia yang biasanya.

Sakura segera masuk ke kamar Neji.

Di sana ia menemukan Naruto sudah berada di dalam pelukan Neji.

"What the—"

Sakura mendengus kesal. Sudah lama ia mencurigai Naruto memiliki perasaan lain terhadap kakaknya, Neji. Namun ia sering menepis tanggapan di luar nalar tersebut. Tapi kalau melihat mereka sudah masuk dalam taraf 'tidur bersama' seperti ini sih, Sakura bisa-bisa naik pitam.

Naruto membuka matanya perlahan. Dadanya terasa berat. Saat ia sepenuhnya terjaga ia bisa melihat Sakura—menatapnya marah dari tepi tempat tidur—dan tangan kekar Neji yang merengkuhnya ke dalam pelukannya.

"Jelaskan padaku. Apa maksudnya semua ini?" Sakura membuka mulut.

"A-aku … Neji … semalam—" Naruto terbata-bata.

"Kau mau bilang apalagi, Naruto-kun? Kau hanya memakai jeans." Sakura menekan setiap kalimatnya sambil tersenyum. Senyum yang membuat Naruto bergidik ngeri.

Benar.

Naruto tidak memakai kaosnya. Ia hanya mengenakan jeans. Seingatnya, semalam Neji yang menyuruhnya membuka baju. Dengan tololnya Naruto mengiyakan tanpa sadar.

Sekarang Naruto menatap wajah polos Neji—yang sedang tertidur—dengan ngeri.

"Tenang Sakura-chan! Aku akan jelaskan!"

xxoxx

A/n: Keseringan nonton PV One Ok Rock jadi kayak gini gue. Huhuhu—gue sangat pengangguran nih sekarang. Ngerasa ga produktif di dunia nyata. Trus gue dengan tololnya mau rencana bikin ini rate M -_-Kenapa gue malah curhat? Eniwei babei hehei, beri gue review, kritik, atau komentar ya! Tereme kaseh!