Bakteri Cinta Konoha

Disclaimer Masashi Kishimoto Sensei

Cand hanya pengagum berat Naruto-kun saja

Pairing Utama : NARUTO x HINATA

Pairing Tambahan : SasuSaku, SaIno, ShikaTema, NejiTen

AR, Romance, Rate T, Mencoba untuk tidak ada typo, Bahasa sedikit tidak baku (Semoga semuanya benar)

Don't Like Don't Read ^^

Agar tidak bingung, Cand suka membedakan tanda kutip untuk percakapan.

'blablabla' Cand gunakan untuk percakapan dalam hati.

"blablabla" Cand gunakan untuk percakapan langsung dengan lawan bicara.

"blablabla" Cand gunakan untuk mengulang flashback percakapan langsung.

Semoga fanfic ini berkenan dihati para readers.

Happy Reading Minna-san ^^

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

"Apa kau yakin, Senpai?" Kerutan tipis terlihat di kening gadis bersurai pirang yang dikuncir kuda- Yamanaka Ino.

"Pasti!" Orang yang ditanya, Shizune Kato, mengangguk mantap.

"Berapa persen kemungkinan berhasil?" Tanya Ino kembali.

"Hmmm," Shizune mengetukkan jari-jari tangan kanannya di meja, sementara bibirnya menggigit-gigit jempol kirinya.

"Sekitar 98 persen," Jawab Shizune.

"Masih ada 2 persen kemungkinan gagal." Dengus Ino kecewa.

"Tapi jika berhasil, bukankah menyenangkan?" Gadis berambut coklat yang dicepol dua, Tenten, ikut bicara, matanya nampak berbinar-binar.

"Toh 98 persen itu sudah sangat mendekati sempurna, Ino." Tambah Tenten.

"Lagipula kita jadi tidak perlu susah-susah mempermalukan diri kita dengan menyatakan cinta lebih dulu di depan para laki-laki, bukan?" Tenten tertawa renyah.

3 orang gadis muda segera saja pundung di tempat duduk masing-masing dengan aura gelap menyelimuti tubuh mereka. Mulut mereka sibuk menggumamkan kata-kata yang tidak jelas.

"Are?" Tenten membulatkan mata, terkejut melihat keadaan teman-temannya.

"Haha, gomen ne minna, aku tidak punya maksud buruk." Tenten tertawa canggung.

"Sudah-sudah, Sakura, Ino, Hinata," Shizune menaik-turunkan satu tangannya, seperti gerakan memanggil orang untuk mendekat, mencoba menyeret kembali ketiga gadis cantik yang terserang penyakit depresi dadakan ini.

Malam itu kehebohan dan tawa renyah begitu jelas tercipta di meja 8 kedai yakiniku-Q. Rencana awal gadis-gadis muda, Ino-Sakura-Hinata-Tenten, untuk saling berbincang ringan mengungkapkan rasa kesal tiba-tiba saja berubah menjadi acara menyusun rencana jahat kepada para shinobi-shinobi teman angkatan mereka.

Shizune yang datang di tengah pertemuan dan membawa cerita tentang bakteri yang telah diam-diam dikembangkannya, membuat api dendam ketiga gadis, Ino-Sakura-Tenten, yang tengah dirundung galau ini semakin membara. Hinata sendiri lebih memilih sebagai anggota pasif saja.

Ya, bagaimana bisa para gadis ini tidak menaruh dendam. Perang dunia sudah lama berakhir, dunia ninja sudah kembali seperti sedia kala, walaupun masih ada saja pertempuran dan perselisihan. Konoha sudah kembali pulih. Dan para gadis sudah mulai tumbuh dewasa. Tapi laki-laki yang mereka sukai masih saja acuh pada perasaan mereka. Terlihat tak begitu peduli dengan perasaan para gadis yang sibuk bertanya-tanya dalam hati. Hey, apakah kau cinta padaku?

"Heh?!" Mata Sakura terbelalak lebar mendengar penjelasan Shizune tentang efek yang akan terjadi. Ino segera menutup mulut Sakura dengan salah satu tangannya.

"Sssttt!" Ino meletakkan jari telunjuknya yang bebas di depan mulutnya sendiri.

"Hey Sakura! Kau mau menarik perhatian banyak orang?!" Ino mendelik. Sakura segera menyingkirkan tangan Ino, pelan.

"Hehe, maaf-maaf." Sakura tersenyum kikuk.

"Ano," Hinata mulai memainkan tangannya di depan dada.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan bakteri itu untuk menunjukkan efeknya, Shizune-san?" Hinata sepertinya mulai tertarik juga.

"Bisa langsung. Bisa juga agak lama." Shizune menjawab tanpa kepastian.

"Tak masalah. Kita bisa memberi mereka banyak-banyak agar kemungkinan berhasilnya lebih besar." Tenten membuat seringai licik.

"Ta-tapi kita butuh waktu yang pasti untuk tahu, Tenten-san." Sanggah Hinata.

"Hinata benar." Sakura mengangguk setuju.

"Kita harus tahu waktu yang pasti agar saat mereka kembali sadar kita tidak berurusan dengan kemarahan mereka, Shizune-san." Kata Hinata. Shizune dan yang lain manggut-manggut.

"Terlalu beresiko jika kita harus bermain-main dengan emosi mereka, Shizune-san." Sakura bergidik ngeri jika membayangkan dirinya harus berurusan sekali lagi dengan chidori Sasuke.

'HELL NO!' Inner Sakura menjerit sembari menjambak-jambak rambutnya frustasi.

"Tentu saja kita hanya harus sedikit berakting." Kata Tenten sembari mengedipkan salah satu matanya.

"Kita bisa berpura-pura tidak mengerti maksud kemarahan mereka?" Usul Tenten.

"Tidak, itu tetap terlalu beresiko." Ino bersidekap.

"Kau kenapa sih, Tenten?!" Tanya Sakura.

"Apa?" Tanggap Tenten tak mengerti.

"Kau terlalu bersemangat seperti Lee. Kau jadi terlihat menyeramkan. Kau tahu?" Sindir Sakura.

"Lagipula mereka bukan laki-laki yang bodoh, Tenten!" Kepala Ino bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri dengan cepat.

"Hhh…" Tenten menghela nafas kasar. Badannya ditumpukan sepenuhnya pada kedua tangannya yang dijadikan penyangga. Kepalanya didongakkan ke atas, menatap atap kedai yang terang.

"Aku benar-benar ingin tahu bagaimana perasaan Neji selama ini padaku." Gumaman yang ditujukan pada dirinya sendiri, tapi terlalu keras untuk tidak di dengar teman-temannya.

"Setelah aku hampir kehilangan dia, rasanya semakin berat saja untuk bersikap biasa seperti sebelumnya." Gumaman Tenten membuat Sakura, Ino, dan Shizune meneguk ludah. Mengamini kata-kata Tenten dalam hati masing-masing.

"Ano, Tenten-san." Panggil Hinata. Tenten melirik Hinata melalui ekor matanya.

"Aku rasa Neji nii-san menyukaimu." Hinata tersenyum manis.

"Ya, tapi hanya sebagai teman. Aku tahu itu." Elak Tenten namun semburat merah tak dapat disembunyikan dari pipi chubbynya.

"Hhmpp…" Tawa Shizune yang coba ditahan menjadi pemecah keseriusan di wajah-wajah cantik yang sedang serius ini.

"Kalian serius sekali," Shizune menatap satu per satu gadis-gadis muda itu.

"Tentu saja, Shizune-san. Kau pikir sudah berapa lama aku memendam rasa penasaran tentang perasaan Sasuke?" Sakura memasang wajah sebal.

"Heh? Seperti Sasuke menyukaimu saja!" Sindir Ino.

"Apa katamu, Ino-PIG?!" Sakura menatap Ino sengit.

"Belum tentu Sasuke-kun menyukaimu, JIDAT!" Ino membalas tatapan Sakura tak kalah sengit.

Detik berikutnya dahi mereka sudah saling berbenturan dan dari mata keduanya tercipta kilatan-kilatan menyilaukan.

"Sakura-san, Ino-san, jangan bertengkar." Hinata mencoba memisahkan Sakura dan Ino yang sedang perang mata itu.

"Kau sendiri tidak penasaran, Hinata?" Tanya Shizune mengabaikan pertengkaran kedua adik seperguruannya.

"Tentang apa, Shizune-san?" Hinata balik bertanya.

"Tentu saja tentang Naruto." Tenten yang menjawab. Meletakkan sebelah tangan di meja untuk menopang dagunya dan menatap Hinata penuh rasa penasaran.

"Ehhh?!" Hinata sedikit terkejut juga, walau seharusnya dia tahu jika pertanyaan ini akan muncul dari salah satu temannya. Kulit wajahnya yang semula berwarna putih seketika menjadi merah padam.

"A-ano," Sebuah senyum tipis terukir di wajah ayunya.

"Aku tidak ingin memaksakan perasaanku pada Naruto-kun." Hinata mencoba mempertahankan senyum tipis di wajahnya.

"Aku tahu, Naruto-kun, menyukai Sakura-san." Suara Hinata terdengar bergetar.

Cukup tersentuh juga hati para gadis itu. Siapa yang tidak tahu cinta tulus Hinata kepada Naruto. Bahkan walaupun sudah jelas-jelas menyatakan cinta dengan tegas sampai hampir mengorbankan nyawanya, walaupun saat perang dunia Naruto sempat menggenggam tangan Hinata, tak ada satupun kata yang terucap sebagai jawaban atas pernyataan cinta Hinata dari laki-laki berambut jabrik itu.

"Kadang aku iri denganmu, Hinata." Sakura yang sudah menarik diri dari dahi Ino, menatap kosong pada gelas tanpa isi di depannya.

"Aku tak pernah bisa setegar kau. Aku selalu berharap Sasuke membalas perasaanku." Sakura menundukkan wajah, tiba-tiba matanya terasa panas.

"Sakura…" Ino menepuk bahu Sakura pelan. Walaupun suka sekali bertengkar dengan Sakura, walaupun Ino juga menyukai Sasuke seperti Sakura, tapi Ino tetap menyayangi Sakura seperti adiknya.

"Sakura-san…" Hinata menatap Sakura, merasa tak nyaman membuat gadis bersurai merah muda itu sedih. Hinata sendiri merasa pengorbanan Sakura kepada Sasuke lebih besar daripada pengorbanannya untuk Naruto.

Hinata sudah mendengar dari ceritas Kiba bagaimana Sakura pernah memutuskan untuk membunuh Sasuke dengan tangannya sendiri saat Sasuke terjebak dalam dendam demi kakaknya dulu, walau akhirnya Sakura gagal. Hinata sendiri jika berada di posisi Sakura, tak tahu apakah sanggup memiliki niat untuk membunuh Naruto dengan tangannya sendiri.

"Aku pikir kau juga hebat, Sakura!" Shizune angkat bicara, disunggingnya sebuah senyuman hangat.

Sakura segera menghapus setitik air mata yang belum sempat terjatuh. Tak enak juga gara-gara dia suasana jadi tak seceria tadi.

"Dan kau Hinata, teruslah berjuang!"Shizune mengepalkan tangan kanannya di depan Hinata, membuat Hinata tersipu malu.

"Ya, Hinata. Buat Naruto mengungkapkan perasaannya padamu." Ino terkikik geli. Hinata mengangguk pelan.

"Lalu bagaimana cara kita memberi mereka bakterinya?"

"Kita bisa menaburkannya pada makanan mereka. Tapi jangan sampai salah orang!" Kata Shizune mantap.

"Dan mengambil resiko dikejar-kejar laki-laki aneh!" Sakura bergidik ngeri membayangkan jika bukan Sasuke malah Lee yang mengejar-ngejarnya walaupun hanya selama 1 minggu cukup bagi Sakura untuk angkat tangan.

"Ya." Shizune tersenyum lebar dan mengedipkan sebelah matanya sekali.

"Tak ada usaha tanpa resiko bukan?"

"Tidak!" Tenten mengacungkan jempol kanannya dan ikut berkedip membuat Sakura semakin bergidik karena mengingatkannya pada Guru Gai dan Lee. Sepertinya Tenten sudah benar-benar tertular semangat muda mereka.

"Hihihi." Hinata terkikik geli melihat ekspresi Tenten dan Sakura yang berbeda 180 derajat. Dalam hati Hinata sempat membayangkan bagaimana jika Neji yang tenang ikut tertular virus semangat masa muda Guru Gai dan Lee juga. Pasti sangat lucu.

"Baiklah! Demi cinta!" Ino mengacungkan tangannya di tengah meja. Menatap penuh tekad pada teman-temannya.

Blug. Blug. Blug.

"Demi Cinta!" Sakura-Shizune-Tenten mengucapkannya berbarengan. Suara penuh semangat dan kilatan menyilaukan pada mata mereka menunjukkan tekad yang sedang terisi penuh.

Tak segera merapatkan tangannya yang berkeringat dingin, Hinata mendapat tatapan penuh intimidasi dari Sakura, Ino dan Tenten. Hinata sedikit ragu namun akhirnya ikut meletakkan tangannya di atas tangan Tenten.

"Demi cinta." Kata Hinata malu-malu.

"1 minggu lagi kita akan mulai menyerang mereka." Shizune memutuskan dan dijawab anggukan mantap oleh keempat gadis remaja di sekelilingnya.

Tak lama kemudian tawa renyah dan kata-kata saling sindir mulai kembali terdengar dari meja 8 tempat mereka berkumpul. Jangan lupa juga untuk menyebutkan kehebohan mereka membayangkan keberhasilan rencana mereka.

"Ngomong-ngomong, Shizune-san. Jangan-jangan Kakashi Sensei melamarmu karena bakteri ini?" Pertanyaan Sakura membuat Shizune kagok dan butuh waktu beberapa lama untuknya bisa menjawab.

oOo TBC oOo

Sebelumnya Cand mau nitip salam buat Ayzar-san lewat fic ini, Arigatou gozaimasu untuk review-review positifnya ya ^^

Dan untuk semua readers baik yang bernama maupun tanpa nama, hehe, arigatou gozaimasu too :*

Review kalian menjadi semangat tersendiri buat Cand.