LET HER GO, HUNNIE

Cast :

Oh Thehun

Xi Luhan

Wu Yi Fan/Kris

Huang Zi Tao

Cho Kyuhyun yang di paksa berubah marga menjadi Oh Kyuhyun

Genre :

Angst/hurt gitu deh kayaknya, pokoknya penuh air mata gitu lah.

Lenght :

Awalnya maunya Cuma oneshoot tapi threeshoot deh setelah di tulis segitu jadinya, hahah sok-sok kebanyakan ide

Rate :

Aman masih T

Desc :

Apa ya? Ya cast nya milik tuhan yang maha esa. Ceritanya punya saya terinsipirasi dari drama dadakan sehun, kyungsoo ama chanyeol.

.

.

"noona.. noonna... Luhan noonaa"teriak manja seorang namja milky skin dari kejauhan sambil melambai-lambaikan tangannya lucu. Yeoja bermata rusa itu tersenyum lebar melihat tingkah namja yang merupakan namjachingunya.

"hunnie.. " balasnya ikut melambai seolah terpengaruh oleh senyum polos namja-nya. Namja itu terus berlari imut menuju yeoja yang amat di cintainya. Dan..

Bruk!

Dengan tidak elitnya sang namja bernama Sehun menginjak tali sepatu sendiri dan terjatuh dengan lutut yang pertama menumpu kerasnya aspal dan sekarang membuatnya dalam posisi menelungkup. Aigoo, ganteng-ganteng clumsy eoh? -_-

Luhan langsung khawatir lalu menuju Sehun yang meringis duduk di tanah.

"gwenchana?" seorang namja tinggi menjulang yang berjalan di belakang Sehun lebih dahulu menanyakan keadaan Sehun di banding Luhan. Sehun mengerucutkan bibirnya sambil mengangguk membalas pertanyaan namja yang sudah meletakkan tangan di pundaknya.

Mata Luhan menuju namja itu, namja dengan rambut blonde, rahang tegas hampir serupa dengan Sehun, kulit milky skin, hidung mancung dan sorot mata tajam. Tatap matanya begitu teduh bertanya pada Sehun, raut wajahnya yang terkesan dingin berkerut khawatir, suara beratnya penuh wibawa. Luhan tak mengerti namja di depannya menjadi menarik baginya, sedikit menyita perhatiannya terlalu lama. Singkat kata, Luhan terpesona.

"noona.. Luhan noona.. "rengek Sehun sambil melebarkan tangannya petanda ingin memeluk.

"appo noona" Sehun merengek lagi dengan sedikit modus. Ia menghentak-hentakkan kakinya manja. Luhan sudah terbiasa, namjachingunya ini selalu begitu manja. Memeluknya dari belakang, menyender di bahunya, mencuri ciuman di pipi atau sekedar meletakan kepala tanpa ijin di pahanya. Luhan tersenyum tulus.

"kau ini .. " jitakan mendarat di kepala Sehun. Membuatnya meringis.

"aishh.. hyung"protes Sehun.

"kau mau membuat yeojamu susah huh? Kau kira badanmu ringan dan dia bisa memapahmu?"

Yang di panggil hyung oleh Sehun mengangkat sebelah tangan tubuh Sehun yang tadinya masih teduduk di tanah.

Sehun sedikit meringis karena merasa di perlukan seperti barang. Ia mendengus tubuhnya di seret Kris hingga masuk ke cafe. Luhan mengobati luka Sehun dengan obat-obatan yang ada di tas nya, tadinya ia gunakan untuk kegiatan bakti sosial kampusnya. Syukurah, kebetulan.

"kau bisa tidak berhati-hati huh? Tubuhmu apa terbuat dari besi huh sehingga dengan bodohnya kau terlalu sering ceroboh?" cerewet Luhan yang sibuk mengobati luka di kaki Sehun.

"ahh. Appo"pekik Sehun ketika Luhan menuang obat luka tepat pada lukanya.

"gwenchanayo?" Luhan panik dan mendongak menatap Sehun. Ia meniup-niup luka Sehun berharap mengurangi rasa sakitnya. Sehun tersenyum sambil meringis menahan sakit.

"otte? Apa sudah tidak sakit lagi? Mianeyo" Luhan khawatir Sehun masih kesakitan. Sementara, Sehun malah tersenyum sambil menahan sakitnya. Menurutnya wajah Luhan khawatir Luhan sangat imut. Ia suka melihatnya.

Cup.

Sehun mencuri ciuman di pipi Luhan. Tentu saja Luhan sudah terbiasa dengan sikap namjanya ini ya walaupun masih merona karenanya.

"hm.." namja yang membantu Sehun tadi, datang dengan nampan berisi pesanan.

"kau sudah baik-baik saja?"tanyanya pada Sehun. Sehun mengangguk.

Luhan tak tau kenapa dia harus salah tingkah karena ulah Sehun. Ia merasa sesuatu tidak benar terjadi. Ia merasa salah karena namja itu melihatnya. Ia merasa seharusnya namja itu tak melihat hal itu. Entahlah apa yang membuat Luhan harus merasa seperti itu, padahal namja-nya yang menciumnya dan itu sudah biasa.

"noona, kenalkan ini Kris Hyung, orang yang sudahku anggap sebagai hyungku sendiri" Sehun mengenggam tangan Luhan mengulurkan tangannya pada Kris.

"dan ini Xi Luhan, yeoja-nya Sehun. Kyeopta? Majayo?"ucapnya bangga.

Kris mengangguk dan tersenyum tipis, menyambut tangan Luhan.

"aku Kris, hyungnya Sehun. Kau tak perlu sungkan padaku. Jika ada apa-apa silahkan menemui dan meminta bantuanku, ara?"

Luhan mengangguk "ne, Kris sii" balasnya sambil menunduk, ia tak bisa menatap mata tajam Kris yang berada di hadapannya.

"ah.. Kris hyung seumuran dengan Luhan noona. Berada di universitas yang sama juga. Wah, kalian bisa jadi teman yang baik" kata Sehun dengan senyuman di bibirnya.

"benarkah?"tanya Kris pada Luhan.

"ne, aku jurusan kesehatan masyarakat"

"wah, berarti kita akan sering bertemu aku jurusan kedokteran"

"benarkah?" Luhan semakin kagum saja, selain memiliki visual yang mempesona, style yang keren ternyata Kris juga memiliki otak yang cerdas.

"tentu noona, Hyung ku ini pintar"jawab Sehun bangga. Kris hanya bisa tersenyum menanggapi pujian dongsaengnya.

.

.

"Luhan sii" teriak seseorang dengan suara beratnya. Luhan membalikan badannya mencari suara yang rasanya, ia kenali.

"annyeonghaseyo~ .." Luhan masih terpana.

"annyeong.. Kris sii " balasnya. Luhan di buat beku oleh penampilan keren Kris dengan jas prakteknya. Jantungnya berdegup cepat. Pipinya berubah kemerah-merahan. Ia tersenyum canggung namun imut.

Kris juga tak bisa memungkiri ada getar lain yang terjadi, sejak Sehun mempertemukannya dengan Luhan. Apalagi sekarang pemilik mata rusa itu memberinya Cuma-Cuma senyuman manis. Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang jelas tak gatal.

"wah, Luhan dengan namjachingunya. Hey Luhan kenalkan pada kami"teriak sahabat-sahabat Luhan, mereka fangirl ria melihat Kris yang sedikit tersipu. Luhan mendeathglare sahabat-sahabatnya, memaksanya masuk ke ruang kelas lagi.

"hahah, miane. Mereka tak tau apa-apa"kata Luhan yang malu.

"gwenchanayo, Luhan sii" kekeh Kris.

"kalau seandainya Sehun mendengarnya, bisa-bisa dia marah padaku karena merebut yeoja-nya" canda Kris.

Deg.

Seolah alarm peringatan berbunyi di otak mereka.

SEHUN

"hahha.. benar juga mungkin dia akan ngamuk padaku" kekeh Luhan canggung.

"wah, Kim Saemsangnim..aku ke kelas dulu, Kris sii" Luhan langsung mengambil langkah pergi.

Grep.

Kris mengenggam lengan Luhan, membuat Luhan berhenti dan menoleh pada Kris. Jantung keduanya berdegup cepat. Dua buah onyx hitam legam menantang mata coklat terang di hadapannya. Getar-getar sentuhan itu mengirimkan sinyal-sinyal yang menggelitik, membuat seolah kupu-kupu akan berterbangan keluar dari mulutnya.

"pulang nanti, kau ada waktu?" Kris terbata-bata, Luhan menganggukcepat.

"nanti aku jemput"

. . .

To : My LuHoney 3

Deer noona, aku akan menunggumu, hehhe ^^

Jam 7 malam di bawah pohon maple taman kota. Dandan yang cantik,.

Sehun terus-terusan tersenyum sedari di sekolah tadi, mengkhayalkan apa yang bisa terjadi nanti malam. Dua minggu lalu, mereka berjanji akan sama-sama meluangkan waktu di hari ini. Luhan yang sibuk dengan tugas kuliah yang menumpuk sebelum ia praktek lapangan dan Sehun yang berstatus siswa kelas 3 SMA membuat mereka sulit untuk bertemu. Tak heran Sehun sangat bahagia walau sekedar membayangkan.

To : My LuHoney 3

Noona~ aku sudah sampai duluan.

Siap-siap ne, bertemu pangeranmu yang tampan ini.

Sehun sudah berada di bawah pohon maple tempat pertama mereka bertemu dulu. Tempat dimana Sehun dengan segala keberaniannya menyatakan perasaannya. Tampan? Tentu saja, apalagi sekarang ia jas yang menambah ketampanannya.

Hari ini akan aku buat indah untukmu, noona.

Sehun menyiapkan pertunjukan kecil di cafe langganan mereka, ya tak bisa di bilang kecil sih. Ia akan memainkan piano untuk Luhan, memang ia tak ahli tapi ia bisa. Mungkin ia akan sedikit bernyanyi dengan suara khasnya. Tak hanya itu ia juga menyiapkan view yang indah, kerlap kerlip lampu yang di dominasi warna ungu terang seperti kesukaan Luhan. Bertanya apa itu tidak mahal? Sehun punya uang? Jawabnya singkat jika itu tentang Luhan dia bisa mengusahakan apa saja. Sekarang ia mencari kejutan lain bunga mawar merah.

Huh? Tidak mungkin.

To : My LuHoney 3

Noona? Odieso?

Sehun merasa sedikit tidak tenang. Memang baru 7 menit berlalu dari waktu mereka janjian tapi, Sehun merasa perlu bertanya. Ia memang terbiasa merengek atau mengeluh pada Luhan tapi menunggu asalkan itu untuk Luhan, ia akan menjalankannya dengan ikhlas. Ia menenangkan dirinya sendiri, kembali mengecek semua persiapan. Tersenyum sendiri melihat sebuket bunga mawar merah segar di tangannya.

To : My LuHoney 3

Noona? Kau tak lupa hari ini kita janjian kan? Palli..

Sehun sudah bergerak-gerak gelisah sedari tadi. Mendongak pada semua arah yang memungkinkan datangnya Luhan, berlatih cara menyapa Luhan dengan bunga di tangannya, merapikan jas hitam yang membuatnya sedikit tak nyaman atau pun sekedar mendehem membersihkan kerongkongannya. Ini sudah lewat 45 menit.

To : My LuHoney 3

Noona, kau baik-baik saja,kan? Tak usah terburu-buru, aku masih menunggumu kok.

Walau penuh dengan kegelisahan yang menyeruak, ia masih mengkhawatirkan Luhan. Ia memeluk tubuhnya sendiri, reflek dari udara yang semakin dingin saja. Ia tak akan beranjak ia sudah berjanji.

To : My LuHoney 3

Luhan noona, kau dalam perjalanan? Semoga kau membawa baju tebal atau jaket, disini benar-benar dingin.

Sehun masih terus menunggu, meski tak ada jawaban dari pesan atau pun telponnya. Ia masih percaya Luhan akan datang. Ini sudah 1 jam 12 menit ia menunggu.

To : My LuHoney 3

Lulu Noona, odiesoo? Sekarang hujan, berteduhlah dulu. Aku akan menjemput ketika hujan teduh nanti. Lulu noona, hati-hati ne.. tak perlu khawatir aku sudah berteduh kok.

Bohong! Sehun berbohong, ia tak berteduh. Ia duduk memeluk dirinya di bangku taman itu bersama hujannya yang ramai menyapa tubuhnya. ia menyembunyikan kepalanya pada lututnya. Tak ada lagi senyuman manis tadi, sekarang raut dinginnya kembali seperti sebelum bertemu Luhan. Ia masih menunggu, walau sekarang ia sudah runtuh. 2 jam 4 menit, Luhan belum juga datang.

To : My LuHoney 3

Luhannie chagi, dimana kau sebenarnya? Kenapa tak menjawab telponku? Kenapa tak membalas pesanku? Kau baik-baik saja? Luhan noona, saranghae .

Sehun sudah tak peduli lagi dengan waktu yang terus mengalir, entah sudah berapa lama ia menunggu dalam hujan. Ia sudah bertanya pada semua orang yang di kenalnya dimana Luhan. Tak ada di rumah, kata Xi ajjumma. Sudah pulang sedari tadi, jelas baekhyun sahabat Luhan, tak ada les, jelas kyungsoo, naik kendaraan menuju taman kota, kata Chanyeol. Kemana lagi Luhan akan pergi kalau bukan menemuinya? Kecelakaan bus? Tidak ada berita itu sedari tadi. Luhan tersesat? Jangan bodoh, ia bisa berjalan sambil menutup mata kesini. Kemana Luhan?

Tidak mungkin. Tidak mungkin. Luhan melakukannya.

Bukan pilihan bagus bagus baginya manusia untuk berhujan-hujan ria di cuaca dingin dengan suhu yang terus turun ini, apalagi sudah berjam-jam dan hanya memakai kemeja tipis bersama jas pembalutnya. Bukan hal baik lagi apalagi bagi penderita asma seperti Sehun, memang tidak akut tapi merasa kehilangan udara dan tercekik karenanya juga cerita sedih yang lain.

Sehun tercekat, ia tahu ini. Ia sudah terbiasa, tapi itu sewaktu kecil tidak sekarang. Ia merasa tercekik udara serasa menghilang di sekelilingnya. Hujan masih turun lebat, bayangan di depan Sehun sedikit memudar.

"sehunna .." seseorang dengan baju onepiece merah bersama payung berada di tepat di depannya. Ia berusaha menggapai lengan yeoja itu, ia berusaha meminta tolong.

"noonaa... "

Duk!

Sehun jatuh tak sadarkan diri. Dunia gelap baginya sekarang.

. . .

Sehun membuka matanya yang terasa silau saat sinar lampu langsung menerpanya, ia sedikit meringis kepalanya masih terasa sakit, ia sedikit kesal juga aroma yang pertama kali menyapanya adalah wangi menyengat khas rumah sakit, dan ia tak suka tak seorang pun duduk menungguinya.

Ia terbiasa dengan appanya yang seolah tak peduli dengannya, selalu sibuk di luar sana, entah itu masalah perkerjaan atau pun sekedar melarikan diri bersenang-senang bersama teman-temannya. Ia tak masalah dengan itu, ia kasihan dengan appaanya yang selalu berusaha demi dirinya semenjak eommanya meninggalkan mereka karena selingkuh. Hanya saja saat di Rumah Sakit seperti inilah yang dia kesalkan appanya tak pernah di sisinya, beliau cenderung menyuruh seseorang menjaga Sehun entah itu siapa.

"hunnie ... "

Suara itu membuat Sehun menarik senyum manis di bibirnya, sakitnya seolah dapat menghilang begitu saja setelah bertemu dengan malaikatnya, Luhan. Yeoja yang teramat ia cintai, kasihi dengan sepenuh hati. Sehun berusaha mendudukan tubuhnya, berusaha memberi sambutan terbaik untuk yeoja-nya.

"tetaplah berbaring, hunnie" larang Luhan.

Sehun mematuhinya, apalagi melihat ekspresi tak terbaca di wajah Luhan. Seperti sedang marah tapi terdapat raut khawatir, seperti merasa bersalah tapi ada kekesalan, seperti sedang sedih tapi terlalu dingin.

"kau demam"

"tidak, noona" Luhan menjauhkan tangannya dari kening Sehun.

"itu pernyataan bukan pertanyaan, kau kira aku tak bisa membedakan kau sedang demam atau tidak"

Sehun terkekeh bodoh, walaupun di matanya Luhan tak seperti Luhannya. Tatapannya terlalu dingin, tuturnya terlalu menusuk. Sehun hanya menahan.

"apa yang kau lakukan di sana huh? Kau gila! Kau sudah merasa kuat eoh? Bisa tidak kau sedikit berpikir. Percuma kau punya otak tapi tak di gunakan"

Sakit, hati Sehun sakit. Walaupun Luhan sering memarahinya, menceramahinya ataupun sekedar beradu pendapat dengannya, Luhan tak pernah berkata sekasar ini. Luhan mungkin saja amat khawatir sehingga mengeluarkan kalimat sekasar itu, tapi Sehun menyadari kalau kata-kata Luhan tengah mengandung kalimat menyalahkannya.

"aku menunggumu, noona"

"aku menyuruhmu menungguku huhh? Apa aku menyuruhmu? Kau saja yang bodoh, kau mau membuatku di salahkan orang-orang"

Bukan kalimat itu yang ingin di dengarnya, sungguh bukan itu. Ia menantikan kalimat lembut Luhan atau pelukan Luhan yang menenangkannya. Ia membutuhkannya.

"kau kenapa kekanak-kanakan sekali. Menunggu seperti orang bodoh. Kau pikir ini drama? Kau tau kau punya penyakit asma, kau mau mati konyol. Dewasalah Oh Sehun"

Sehun merasa seperti sudah di tusuk ribuan kali oleh kata-kata Luhan. Sakit sungguh menyakitkan. Ia juga tak bisa menangis melampiaskan sakitnya. Bisakah menerima alasan dia menunggu seperti orang bodoh karena rasa cintanya. Ia masih 17 tahun memang tapi cinta yang dimilikinya juga sama dengan orang yang berusia sama seperti Luhan, tak ada bedanya cintanya tulus.

"kau berhentilah menyusahkan orang, Sehun. Kau bukan bayi yang harus di perhatikan setiap saat. Aku benci harus terikat denganmu"

Deg.

Satu kata benci terucap dari mulut Luhan, Sehun menatap sendu mata rusa Luhan yang masih berkilat-kilat marah dengan mata elangnya. Ia tak tau, ia tak menemukan kenyamanan di mata itu lagi. Ia berusaha menggapai tangan Luhan.

"miane noona, jeongmal mianee" ujar Sehun lemah.

"ah sudahlah" ketus Luhan menampik tangan Sehun. Seolah ketakutan atau jijik pada tangan Sehun.

Luhan menunduk, ia menghela nafas.

"aku pikir lebih baik kita akhiri saja hubungan kita ini"

Deg.

Deg.

Seseorang di Rumah Sakit silahkan bawakan Sehun setabung oksigen, sekarang ia merasa oksigen menghilang di sekitarnya. Dadanya terasa tak berdenyut, apa Sehun juga membutuhkan alat pacu jantung sekarang..?

TBC

Sera bener-bener gak tau tiba-tiba aja FF ini hilang gitu aja di akunnya Sera. kira-kira kenapa ya? masa kehapus? hmm...

baca lagi aja yaaa.. maaf..

Readers deul, tinggalin review ya! Jeball #buingbuing

Saranghaeee...