Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.


Tan Skin


Naruto melangkah sangat perlahan menuju kamar mandi seakan-akan dia sedang menyembunyikan sesuatu. Bahkan sebelumnya dia sempat memastikan jika Sasuke sedang sibuk, sehingga tidak peduli dengan apa yang akan dia perbuat.

Sekotak besar susu bubuk instan milik Sasuke yang sengaja diambil dari dapur, kini disembunyikan di balik handuk oranye miliknya.

Hari ini, sama seperti biasa. Dia kembali melakukan rutinitas pagi yang sudah dijalaninya selama seminggu terakhir. Yaitu merubah kulit kecoklatan miliknya, menjadi putih pucat—atau setidaknya sedikit lebih putih.

.

Kardus susu di tangannya dirobek cepat-cepat, kemudian menuangkan semua isinya ke dalam bathtub berisikan air hangat. Jika boleh jujur, sesungguhnya dia merasa repot dengan semua hal ini, tetapi tidak punya pilihan lain.

Baru hendak mencelupkan kakinya ke dalam, ketukan terdengar dari balik pintu cukup keras.

"Dobe, buka pintunya."

Naruto tahu siapa pemilik suara itu. Wajahnya yang pucat menunjukkan jika dia berada dalam bahaya.

"Apa mungkin Sasuke mengetahuinya?!" batin Naruto gelisah. "Menghabiskan waktu di kamar mandi selama ini, selalu mengenakan baju lengan panjang, untuk seorang pria terasa aneh, bukan? Aku juga tidak pernah lagi mengajaknya makan siang bersama."

"Dobe, kubilang cepat buka pintunya!"

Netra biru menatap ngeri ke arah pintu. Dia melilitkan handuk di pinggul, selagi mencabut plug dari dasar bathtub. Cepat-cepat membuang semua bungkus kardus yang berserakan ke tempat sampah, lalu memutar knop pintu dengan wajah datar yang terlihat sangat memaksa.

"Kau ini kenapa? Mau mandi bersama seperti malam itu?"

"Kau." Sasuke mengernyit. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di dalam?"

Naruto sengaja memajukan tubuh saat Sasuke menyelidik lebih jauh, tapi dia menyerah saat Sasuke memberinya tatap membunuh yang mengintimidasi.

"Itu ..., uh ... mandi susu."

Sasuke menatap Naruto tidak percaya.

"Aku ..., aku selalu ingat apa yang dikatakan Sakura di bar malam itu." Naruto menggaruk belakang kepalanya gugup. "Saat kau mengambil ponselmu yang tertinggal di mobil, Sakura mengatakan jika pria sepertiku tidak pantas berada di sebelahmu. Aku tahu jika sebenarnya Sakura hanya bergurau karena mabuk, tetapi itu cukup membuatku ..., sedih?"

Sasuke menatap ke arah Naruto yang menundukkan wajahnya dalam. Dia paham jika sebenarnya Naruto hanya ingin terlihat serasi saat bersamanya, tapi terkadang si pirang itu bisa menjadi sangat bodoh.

"Apa aku pernah mengatakan kalimat 'aku tidak menyukaimu' karena fisik?"

Naruto mengangkat wajahnya, lalu menatap netra hitam Sasuke ragu-ragu.

"Kau tahu?" Sasuke mendekat, mengalungkan kedua lengannya di leher Naruto, menatapnya dengan menggoda. "Aku lebih menyukai kulit kecoklatan sepertimu, dibandingkan putih pucat sepertiku."

Wajah Naruto memerah sempurna, jantungnya berdegup kencang, dan telinganya tergelitik. Begitu banyak hal yang dilakukan Sasuke padanya hanya dalam satu menit, hingga membuatnya tidak bisa merespon dengan baik.

"Kulit kecoklatan membuatmu terlihat sexy, dan aku menyukainya," bisik Sasuke, tepat di telinga Naruto.

Mari lupakan tentang kulit putih idaman—omong kosong—wanita bersurai merah muda bernama Sakura! Sasuke di hadapanya terlihat sangat menggoda untuk disentuh, dan Naruto tidak akan melewatinya begitu saja.

.

End