CHANBAEK FANFICT PARADE - SPECIAL UPDATE

TO CELEBRATE

#CHANBAEKID 4TH ANNIVERSARY

26.05.2012 - 26.05.2016

.

.

Bad Boy BaekYeol Side Story

Bad Girl

Cast :

ChanBaek

Park Sena

Others~

Disclaimer :

FF ini murni imajinasi dari sehyun sendiri. Jika FF sehyun memiliki kesamaan cerita silahkan dikomen atau kritik pedes sekalian juga gakpapa. So! NO PLAGIAT atau COPAS TANPA IZIN yah ChingudeulSaranghae!Semua cast milik TUHAN kecuali LUHAN yang punya hati Sehyun hehe~ ^_^

No Bash! Love and Peace! Don't forget!

Summary :

Cerita mengenai kehidupan keluarga Park dan anak perempuan ChanBaek yang bernama Park Sena.

.

.

.

.

We are One!

Enjoy

.

.

.

-BaekYeol Sena Area-


Bandara Incheon 15.31 KST

Seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut model kuncir kuda, berpita biru langit terus menggerakan kakinya sambil bersenandung kecil. Mata bulatnya di alihkan kesegala penjuru ruangan besar ini.

Sudah hampir tiga puluh menit lebih gadis mungil ini duduk diatas pagar pembatas berbahan besi yang tidak seharusnya dia duduki. Mengingat, besi itu bukan tempat duduk dan terlebih dihadapannya merupakan pintu kedatangan luar negeri yang cukup ramai dengan orang – orang yang baru saja melakukan proses check out setelah landing.

"Lama sekali" keluhnya dengan muka setengah kesal.

Seorang pria berjas hitam rapih dengan tegap berdiri di belakang anak kecil ini. Dia tetap setia menemani gadis mungil ini menunggu. Menunggu seseorang yang diharapkan majikannya. Meski dia sendiri khawatir anak kecil ini akan cepat lelah. Tapi dia sendiri hafal betul kalau Si Nona Kecil yang hyperaktif tidak mungkin kelelahan biarpun berlari seratus meter dalam usia sedini ini.

"Sabar, Nona. Mungkin sebentar lagi Tuan Besar akan segera datang" ucap Doyong— butler baru keluarga Park yang memang di khususkan untuk menjaga Sena.

Sena menekuk wajahnya.

Dia datang ke bandara dengan penuh harap. Alasan apalagi yang harus Sena lampirkan selain menjemput dia? Hampir dua minggu Sena tidak melihat sosok yang selalu mengajaknya bermain dan membacakannya dongeng sebelum tidur. Sosok yang selalu dia banggakan juga dia kagumi. Maka kali ini Sena berinisiatif untuk menjadi orang pertama yang akan ditemui oleh Tuan Besar alias Park Chanyeol.

Sebenarnya Chanyeol selalu meminta Doyong untuk tidak menghantar Sena ke bandara. Tapi anak kecil bertabiat keras kepala –sama seperti ayahnya- tidak mungkin mau menuruti segala perintah. Sena itu hidup bersifat liberal. Memang terkesan kritis untuk anak usia lima tahun. Salahkan Baekhyun yang memberinya gen cerdas di dalam otak Sena.

"Nona, lebih baik Nona turun. Apa Nona tidak lelah?" tanya Doyong sambil memegang pinggang Sena yang nyaris kehilangan keseimbangannya tadi.

Sena menggeleng cepat.

"Aniii! Kita tunggu sebentar lagi, Yongie!" tahan Sena dengan suara cemprengnya.

Tidak berapa lama, sosok bertubuh tinggi dengan jas lebar mengenakan kacamata berframe bulat keluar dari pintu paling ujung. Sena melebarkan bola mata melihat sosok itu. Dia segera turun dari pagar pembatas dan berlari menghampiri seseorang yang sedari tadi di tunggunya.

"Appaaaaa!"

Sahutan Sena membuat pria jangkung dengan wajah super tampan itu menoleh dari ponselnya. Chanyeol mengulaskan senyum manis. Dia sedikit berlari mendekati Sena yang sepertinya sudah tidak kuat menahan rindu.

"Appa! Akhirnya appa pulang jugaaa!" jerit Sena setelah Chanyeol memeluknya erat.

"Aigooo. Putri kecil appa ternyata sangat merindukan appa, eoh?" goda Chanyeol lalu menggendong Sena yang mukanya kembali tertekuk.

"Sena menunggu appa semalaman appa tidak keluar juga dari pintu itu!"

Chanyeol terkekeh.

"Berarti semalam Sena tidur di bandara? Wahhh! Daebak! Lalu apa kerja para satpam yang berjaga disini?" Chanyeol memasang ekspresi pura – pura terkejut membuat Sena mengangguk, berpikir sejenak, kemudian menggeleng cepat.

"Eh! Anniii! Sena tidur bersama eomma di rumah, appaaa!"

Chanyeol tertawa melihat reaksi menggemaskan putrinya. Dia mencium pipi gembul milik Sena sambil berjalan perlahan. Sementara Sena tertawa kegelian. Didepannya sudah ada Doyong yang membungkuk dalam menyambut kedatangannya. Chanyeol balas mengangguk.

"Maaf Tuan. Saya sudah melarang Nona muda tapi—"

"Iya aku tahu. Tuan Putri ini memang merepotkan" goda Chanyeol lagi dan Sena menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol.

"Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Tuan Baekhyun belum meninggalkan Caffe. Dia baik – baik saja, Tuan"

Chanyeol mengangguk.

"Baiklah. Kita pulang Sena. Kajja!"

"Tunggu appa!" Sena langsung mengangkat wajahnya.

Chanyeol berhenti berjalan. Dia memandang putrinya sejenak sambil mengelus rambutnya pelan.

"Wae?"

"Sebelum pulang kita mampir ke Paman Ice Cream! Sena lapar, appaa~" rengek Sena dengan wajah memelas.

"Aye, Kapten Sena!"

Chanyeol tersenyum lalu mengangkat tubuh Sena lebih tinggi. Beberapa wanita yang melintas terkagum – kagum melihatnya. Sosok yang tinggi dan tampan. Menggendong seorang anak perempuan mungil membuat mereka semua ingin tahu siapa orang beruntung yang menjadi pendamping hidupnya, hingga mempunyai anak secantik itu.

.

.

.

Sore ini suasana pengunjung agak ramai di Caffe milik ibu Baekhyun. Para pekerjanya pun tidak henti – hentinya melayani pelanggan. Termasuk Baekhyun yang ikut menjadi pegawai di Caffe ini.

"Baek, tolong kau antarkan pesanan ini ke meja tujuh" pinta Lay sambil menyodorkan nampan berisi sepiring chesse cake dan kopi hangat.

Baekhyun mengangguk dan mulai berjalan dengan hati – hati. Setelah selesai memberikan pesanan, Baekhyun melirik meja lain yang sudah kosong. Pemuda manis bersurai brunette itu segera membersihkan meja dan mengangkat nampan kayu itu berserta isinya.

Tidak sengaja saat berbalik tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang. Cangkir dan piring kecil itu bergoyang, hendak jatuh. Sebelum dengan sigap orang di depan Baekhyun terlebih dulu menahannya.

"Maafkan saya…" lirih Baekhyun sambil menundukan kepala.

"Kau tidak apa – apa?" tanya si pemilik suara baritone.

Baekhyun terkejut. Dia mengangkat kepala dan retinanya langsung menangkap postur tubuh tinggi yang menjulang. Satu kata untuk manusia dihadapannya. Tampan.

Baekhyun tidak bisa bersuara.

Kenapa pemuda yang dia kenal luar dalam ini sangat suka memberinya kejutan? Oh, Baekhyun nyaris tidak bisa berdiri dengan kakinya saat ini. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak menemuinya, melihatnya, bahkan menyentuhnya. Tapi sekarang. Seperti angin yang berhembus tanpa terlihat. Chanyeol sedang berdiri di hadapannya mengulaskan senyum lembut.

Baekhyun merindukan lekukan itu dibibir sang suami.

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol tadi. Baekhyun kembali berjalan seolah Chanyeol orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Wajahnya memanas hendak mengeluarkan air mata. Baekhyun sangat kesal. Sementara Chanyeol yang masih belum mencerna arti dari sikap Baekhyun malah tercengang.

Hell, dia baru saja pulang dari negara terbitnya matahari. Chanyeol rasa sambutan hangat atau bahkan senyuman manis Baekhyun bisa memulihkan rasa letihnya. Namu tidak ada.

Apa Baekhyun sedang marah?

"Baek" panggil Chanyeol ketika mereka sudah berada di depan meja barista.

Baekhyun menoleh malas. Raut manis yang tadi diberikan kepelanggan sirna sudah. Wajahnya tertekuk tidak jauh berbeda dengan Sena sambil melipat tangan di depan dada. Chanyeol sudah menduganya. Dua minggu lebih tidak bersua pasti membuat Baekhyun rindu.

Ah, ya. Rindu.

Chanyeol tersenyum.

"Kau marah karena aku pulang atau kau marah karena kau merindukanku?" pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun mengeryit tidak suka.

"Perlu kujawab?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya"

"Dua minggu lebih"

"Baek aku—"

"Tokyo, Jepang"

"Baek aku meri—"

"Sibuk dengan pekerjaan"

"Baek, dengar dulu. Kau tau aku merin—"

"Tidak ada kabar, email, bahkan kau tidak menjawab video call Sena?!"

"Aku bisa jelaskan hal itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindu—"

"Rindu?! Rindu apanya?!" potong Baekhyun dengan suara nyaring.

"YAK! Tidak bisakah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" sahutan Chanyeol membuat seisi Caffe terdiam.

Baekhyun terkejut dan segera meminta maaf pada pengunjung begitupun Chanyeol. Setelah suasana kembali seperti semula mereka kembali berhadapan. Tapi Baekhyun malah membalikan tubuhnya menghadap meja barista sementara Chanyeol tetap pada tempatnya.

"Aku tahu kau marah"

"…"

"Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek. Makanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan urusanku disana dan fuck aku bahkan baru sampai Korea! Apakah sikapmu yang seperti ini sepadan untuk kedatanganku yang penuh rasa letih sekarang?!"

Baekhyun masih diam tidak mau menjawab. Tangan cantiknya mengambil beberapa gelas dan membersihkannya. Pemuda manis itu memasang wajah murung. Sejujurnya dia sudah tidak tahan ingin memeluk Chanyeol. Tapi egonya berkata lain.

"Kau tahu kan aku bisa mati jika jauh darimu. Kau bahkan tahu, kalau kau dan Sena sangat penting untuk kehidupanku. Tidak bertemu sehari saja denganmu membuatku gila disana, Baek!"

Baekhyun menoleh sedikit.

"Memang sepenting apa pekerjaanmu daripada Sena sampai kau tidak bisa memberi kabar?"

Chanyeol menghela nafas berat. Dia cukup frustasi dengan perdebatan ini. Chanyeol benci saat dia mempunyai waktu luang bersama Baekhyun dan malah dihabiskan dengan pertengkaran sepele.

Maka Chanyeol berjalan mendekat, tepat di belakang Baekhyun dan memeluk erat tubuhnya dari belakang. Baekhyun terkejut. Dia tidak siap dan masih banyak pengunjung didalam Caffe.

Chanyeol memang selalu senang bersikap spontan.

"Kau ingin tahu sepenting apa pekerjaanku disana?" tanya Chanyeol dengan suara berat.

Baekhyun menelan ludah kemudian mengangguk. Wajahnya memerah. Jarak sedekat ini sudah memungkinkan bibir mereka menyatu tanpa perlu untaian kata lagi.

"Sepenting waktu yang akan kita habiskan bersama selama seminggu kedepan" bisik Chanyeol tepat didepan sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun tercengang. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang sangat penting bagi mereka bedua. Baekhyun bahkan melupakannya saking kesalnya. Benar – benar bodoh.

"Kau boleh berbangga hati kepada suamimu karena aku sudah menyelesaikan seluruh pekerjaanku lebih cepat. Mungkin aku tidak mengabarimu karena aku memang sengaja ingin membuatmu rindu padaku. Kurasa aku berhasil, tapi tetap saja tindakanku salah. Maaf, Baek. Tapi percayalah aku sudah melaksanakan tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Sekarang aku ingin melaksanakan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Yaitu dengan kembali bersamamu. Apakah boleh?" Chanyeol tersenyum pada akhir kalimatnya.

Hati Baekhyun melunak. Dia membalikan badan, berhadapan dengan wajah tampan milik suaminya. Jemari lentik itu bergerak kepipi Chanyeol dan menurunkan kacamata yang sedang Chanyeol kenakan.

Baekhyun masih merenggut. Tetapi Chanyeol tahu wajah itu adalah wajah malu – malu khas Baekhyun. Tidak pernah berubah. Masih sungguh menggemaskan.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan" ucap Chanyeol setengah tertawa.

"Terima kasih, Suamiku. Kau yang terhebat" ucap Baekhyun sambil memegang kedua pipi Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lagi. Dia memiringkan wajahnya mengikis jarak diantara Baekhyun dan dirinya setelah dua minggu lebih tidak menyentuh satu sama lain. Nafas hangat menerpa wajah manis Baekhyun. Kedua pasang mata yang terpejam serta debaran jantung seperti pertama kali mereka rasakan merupakan suatu hal yang aneh.

Menyenangkan dan menggelitik hati.

Baekhyun membuka kelopaknya saat bel pintu Caffe terdengar cukup kencang. Seseorang berlari masuk dengan tergesa – gesa. Baekhyun mengarahkan pandangannya pada pemuda itu dan Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria bernama Doyong ini karena telah merusak momennya.

"Tuan Baekhyun…" lirihnya dengan nafas terengah – engah.

"Ada apa Doyong?"

"Ck! Sial! Tidak bisakah aku menikmati waktuku bersama dirimu, Baek?"

Baekhyun langusung menyikut Chanyeol atas perkatannya.

"Diam! Ada apa Doyong? Kenapa wajahmu seperti ketakutan begitu?"

Doyong membungkuk dalam. Baekhyun semakin heran dan pikirannya tertuju pada sosok mungil yang keras kepala.

"Jangan bilang—"

"Nona muda menghilang lagi, Tuan Baekhyun"

.

.

.

Sena berjalan santai menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Anak yang nyaris berusia lima tahun itu memang tidak mengenal rasa takut ketika harus berpetualang sendiri. Termasuk jika berpetualang bersama es krim rasa coklat kesukaannya.

Orang – orang yang melihatnya juga heran. Tapi mereka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin orang tua Sena ada disekitar toko. Nyatanya tidak.

Sena sendirian dipusat perbelanjaan itu.

"Wah! Boneka!" pekiknya saat melihat boneka Barnie berukuran sedang terpajang di dalam toko.

"Wajahnya yang berwarna ungu mirip seperti appa!" komentarnya asal.

Sena terus berjalan hingga es krimnya habis. Tanpa gadis kecil itu sadari, dua orang sudah mengikutinya dari belakang. Kakinya berhenti ketika melihat bola kyrstal yang sangat cantik. Mata bulatnya berbinar memandangi benda memukau itu.

"Indahnyaaa. Aku ingin sekali membelikannya untuk appa dan eomma!" sahutnya dan hendak melangkah masuk sebelum akhirnya ada seseorang yang menarik tangannya.

Disisi lain.

"KENAPA KAU BEGITU BODOH CHANYEOL?!"

Tuan Park panik.

Dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Chanyeol dengan cepat menghubungi semua orang yang dia kenal, bahkan toko tempatnya membeli es krim tadi. Tapi nihil. Sena tidak ada dimana pun.

"Kenapa kau malah meninggalkan anak kita sendirian?!"

"Maaf Baek… Maaf. Aku sudah ingin mengajaknya pulang tadi. Tapi dia tidak mau. Kupikir dia sedang bersama Doyong karena dia bilang masih ingin melihat – lihat sesuatu"

Baekhyun frustasi. Dia bergerak gelisah. Jari – jarinya bermain dengan gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada butler keluarga Park. Doyong sudah menundukan kepalanya dalam.

"Dimana terakhir kali kau melihat Sena, Doyong?"

"Di depan toko boneka Tuan Baekhyun" lirih Doyong tanpa mengangkat kepalanya.

Baekhyun mengangguk. "Baiklah aku akan mencarinya"

"Aku ikut, Baek" Chanyeol segera berlari mengikuti Baekhyun sebelum akhirnya suara telponnya bordering.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun berhenti sejenak. Chanyeol mengabaikan nomor tidak dikenal itu. Tapi Baekhyun berhenti di depan pintu Caffe dan terlihat heran. Dia terus memandangi ponsel Chanyeol yang berbunyi sementara pemiliknya masih bertanya – tanya dengan idiot, nomor siapa ini? Presepsi buruk langsung menghantam pikiran Baekhyun. Jangan – jangan Sena memang sedang tidak baik – baik saja.

"Angkat!" titah Baekhyun.

"Baek, ini bukan saatnya berpikir negatif tentangku. Sena lebih penting. Sudahlah ayo!"

"Aku tidak berpikir begitu. Dan apa maksudmu dengan negatif?! Kau selingkuh?"

"Astaga, Baek! Tidak mungkin! Kau tidak percaya padaku? Mungkin ini telpon gila yang sedang marak lalu orang ini akan meminta pulsa padaku sekarang juga!"

"Oke! Oke aku tidak akan menuduhmu lagi! sekarang lebih baik angkat telpon itu!"

"Memangnya kena—"

"ANGKAT CHANYEOL!" Baekhyun menatap Chanyeol dengan raut cemas.

Chanyeol akhirnya menyerah. Dia menggeser layar ponselnya dan mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Jantung Baekhyun entah kenapa berdebar kencang. Dia mempunyai firasat buruk tentang ini.

"Yeoboseo?"

"Selamat Sore, Tuan Park" suara serak dominan berat disana membuat Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol.

"Tidak perlu berbasa – basi. Anakmu ada padaku saat ini"

DEG!

Baekhyun mendekat kepada Chanyeol dan memegang lengannya. 'Ada apa?' bisik Baekhyun dan Chanyeol hanya diam sambil mengangkat tangannya.

"Anakku? Aku tidak percaya padamu. Kau pikir aku akan tertipu? Berbohonglah lebih baik lain kali" ujar Chanyeol berusaha tenang.

Seseorang disebrang sana menyunggingkan senyum licik. Tidak berapa lama terdengar suara ribut dan jeritan anak kecil. Chanyeol membulatkan mata.

"Appa!"

DEG!

Tubuh Chanyeol membeku.

"Se—Sena! KEPARAT! APA YANG—"

"Appa tolong! Paman gendut berkumis jelek ini jahat!"

PRANG! BRAK!

"SENAAA!"

"Sebenarnya ada apa Chanyeol?! Tolong loudspeaker ponselmu!" Baekhyun panik melihat raut Chanyeol.

Chanyeol mengganti mode teleponnya. Baekhyun segera berteriak memanggil nama anaknya. Sementara tidak ada suara disana, hanya kebisingian kecil yang mencekam bagi pihak Chanyeol dan Baekhyun. Membuat Tuan Park semakin geram.

Lay dan ibu Baekhyun yang melihat pasangan itu serta Doyong yang berwajah pucat, menghampiri mereka. Baekhyun meremas jaket Chanyeol kuat. Dia serasa ingin pingsan mengetahui kemungkinan Sena sedang berada ditangan orang jahat.

"BRENGSEK! LEPASKAN ANAKKU!" umpat Chanyeol lagi.

"Ckckck. Tidak semudah itu Tuan Park"

"Katakan apa maumu?!"

Suara pria itu tertawa.

"Sudah kukatakan aku ingin kau melakukan apa yang kumau. Itupun jika kau masih ingin melihat anakmu hidup"

"Manusia rendah! Cepat katakan berapa nominal yang kau butuh!?"

Pria itu menggeleng.

"Aku tidak membutuhkan uang. Aku hanya ingin kau menyerahkan salah satu aset perusahaanmu yang berharga mala mini di tempat yang telah ku atur"

Pikiran Chanyeol tertuju pada kolega (menyebalkan) yang memang memaksa untuk melakukan kerja sama dengannya. Tapi orang tersebut hendak mengajak Chanyeol melakukan cara kotor untuk meningkatkan mutu perusahaan Park. Tentu saja Chanyeol tidak setuju dan menolak mentah – mentah. Pantas tadi Sena menyebutkan pria gendut berkumis jelek. Chanyeol mempunyai tersangka, dalang dibalik penyekapan dadakan ini.

Ekspresi Chanyeol sangat tidak bersahabat, seolah ingin membunuh si penculik Sena hidup – hidup. Penculik itu terus berbicara sementara mata Chanyeol beralih pada Doyong. Butler itu dengan sigap menganggukan kepalanya dan berlari keluar Caffe. Sebenarnya Chanyeol muak harus mengulur waktu untuk mendengarnya berbicara mengenai negoisasi yang akan mereka lakukan.

"Jadi apakah kita sepakat Tuan Park?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia berusaha tenang. Dia sudah dewasa dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah secara fisik seperti dulu. Chanyeol melihat Doyong kembali kemudian membungkuk sambil menganggukan kepalanya sekali.

"Bisakah aku bicara pada Sena?" lirih Baekhyun memohon, tapi Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkannya.

Chanyeol kembali mendekatkan layar ponsel ketelinganya.

"Jadi kau ingin perusahaanmu hancur atau kepalamu yang kulubangi sekarang juga?" ancam Chanyeol mulai mengintimidasi.

"Apa?! Jadi kau masih belum mengerti apa yang kumau—"

"AKU TIDAK PAHAM KEPARAT!" Chanyeol berteriak keras membuat Baekyun dan orang – orang yang disana terkejut.

Dipikiran si penculil, Park Chanyeol memang benar – benar pria bodoh yang tidak mengerti ucapannya setelah panjang lebar dia berbicara. Bibir si pencuri terasa kering sekarang.

"CEPAT LEPASKAN SENA ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"

"Sena! Kau sedang ada dimana naaak?!" sahut Baekhyun tidak mau kalah karena panik.

"Eommaaaa!"

BRAK!

Suara bising itu terdengar lagi.

"Astaga! Senaa! Yaaak! Penculik brengsek! Cepat lepaskan Putriku!"

"Eommaa! Aku berada di bangunan dekat sekolah—KYAAAA!"

"SENAAA! BAJINGAN KAU! AWAS KALAU KAU BERANI – BERANINYA MENYAKITI SENA!"

BIIPPP BIIIPP BIIIPPPP

Nada dering menandakan ponsel terputus. Baekhyun lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya kebawah sebelum dengan sigap Chanyeol menahan tubuhnya.

"Chanyeol! Kita harus mencari Sena! Cepat! Sena dalam bahaya!" Baekhyun kalang kabut menarik – narik jaket Chanyeol. Matanya memerah menahan tangis dan dadanya sesak.

"Tenang saja Baek. Kita sudah menemukan Sena"

Baekhyun diam, memasang wajah tidak percaya. "Bagaimana bisa—"

"Aku melakukan hal yang dulu kulakukan untuk menemukanmu saat kau disekap. Tenang saja. Mereka sudah ketahuan. Apalagi anakku yang pintar telah menyembutkan lokasinya. Ini membuatnya semakin mudah"

"Tapi kita tidak boleh mengulur waktu Chanyeol! Sena masih dalam bahaya!"

Chanyeol mengangguk.

"Aku akan menjemputnya. Kau lapor saja pada polisi"

"Tidak! Aku ikut!" Baekhyun langsung berlari keluar Caffe dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang.

Chanyeol mulai menancap gas dan melajukan mobilnya cepat. Ketempat Sena berada sekarang. Sementara di dalam Caffe, Doyong menekan tombol kecil ditelinganya.

"Target sudah menuju lokasi anda Tuan"

.

.

.

Disebuah gudang tua belakang bangunan Sena duduk dikursi kayu dengan tangan terikat kebelakang. Dipipinya terdapat bekas lelehan air mata. Pipinya juga agak memerah karena terlalu banyak menangis. Tetapi sekarang Sena hanya duduk diam menunggu keputusan yang akan dibuat oleh penjahat yang menyekapnya.

"Kalian memang benar – benar tidak berbakat menjadi penjahat" komentar Sena dengan suara datar.

Salah satu pria bertubuh kurus menggunakan topeng hitam menoleh. Dia mendekati Sena yang menatap datar kedua pria desperate yang sedang melakukan aksi kejahatan terhadapnya.

"Diam kau! Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk melangsungkan kehidupan kita. Bukankah begitu Hyung?" tanyanya pada pria gendut yang sedang duduk sambil mengasah pisaunya.

"Tepat sekali dongsaengku!"

Sena memutar bola matanya ketika kedua manusia tengil itu tertawa. Dipikirannya pasti kedua orang tuanya sedang menuju kemari. Sena masih harus bertahan demi hidupnya.

Pria bertubuh gendut itu bangkit dan menaruh kain bekas mengelap pisau yang dipegangnya. Penjahat itu hendak berjalan mendekat sementara Sena melebarkan mata melihat ujung tumpul menyeramkan itu.

"Kurasa waktumu habis Tuan Putri. Lebih baik cepat menghabisimu lalu perlahan – lahan mengeruk kekayaan orang tuamu"

'Sial!' umpat Sena dalam hati sambil menggerakkan tubuhnya mencoba membuka ikatan menyebalkan ditangannya.

Pria gendut itu semakin mendekat dan mulai mengangkat pisaunya hendak menghujamkan benda laknat itu kearah Sena. Tidak berapa lama terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semakin keras suaranya dan semakin keras seolah mobil itu tidak akan berhenti dan—

BRAAAAAK!

Kedua penjahat itu terhempas kebelakang sampai tertimbun pintu kayu yang baru saja diterobos oleh mobil berwarna hitam. Tubuh Sena terguling dan posisi kursi menjadi jatuh kesamping. Sena terbatuk akibat asap yang ditimbulkan dari kekacauan disini. Dan gudang tempat Sena disekap sudah tidak berbentuk.

Mata gadis kecil itu terbuka dan dia mendapati sosok jangkung yang sedang memegang tongkat besar. Kedua penculik itu tidak bisa bergerak lantaran tubuh mereka terhimpit balok kayu.

"Sena! Kau tidak apa – apa?!" sahut Baekhyun dari jendela mobil sambil terbatuk – bantuk.

Ternyata yang menabrakan mobil ke gudang ini adalah ibunya.

'Heol' Sena membatin speechless.

Baekhyun berusaha keluar dari mobil dan berjalan mendekati putrinya. Dia segera melepaskan ikatan ditangan Sena kemudian memeluknya erat.

"Astaga! Kau selamat syukurlah kami tepat waktu. Oh, Tuhan terima kasih" Baekhyun tidak henti – hentinya mengucapkan itu sambil menciumi wajah Sena.

"Eomma.. Sudahlah aku baik – baik saja dan—"

Mata Sena beralih pada pemuda jangkung yang berwajah geram tidak jauh dari tempatnya. Chanyeol memegang tongkat baseball besar dan berjalan mendekati kedua pemuda yang masih mengenakan topeng itu.

"Jadi kalian yang berani menculik putriku hah? Sudah bosan terhadap hidup kalian didunia, bukankah begitu?" suara baritone itu membuat kedua penculik menciut dan pasrah karena tersudutkan.

"Kalau begitu biar kubuat menyenangkan sekarang juga!" bentak Chanyeol lalu mengangkat stik itu hendak menghabisi mereka.

"Appaaa hentikannn!" Sena menjerit.

Gadis kecil itu berlari dan berhenti tepat didepan kedua penjahat sambil merentangkan kedua tangan—menghalau Chanyeol menghukum mereka. Suasana seketika hening dan Chanyeol maupun Baekhyun terdiam—tidak percaya.

"Sena, apa yang—"

"Mereka bukan orang jahat, appa! Mereka hanya orang yang kusuruh untuk berpura – pura melakukan permainan ini" aku Sena sambil mengigit bibirnya.

"Per—permainan?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Sena katakan.

Sena menundukan kepala dan mengangguk kecil.

"Ta—tapi itu hanya pura – pura eomma"

"Park Sena kenapa kau begitu nakal!? Apakah kau tahu seberapa khawatir kami berdua kepadamu?! Permainan katamu?! Nyawamu bisa saja dalam bahaya! Pura – pura atau tidak, kami benar – benar khawatir! Ini tidak lucu Sena!" Baekhyun berseru frustasi.

Sena mengigit bibirnya lebih kencang dan akhirnya menangis kejar.

Chanyeol yang melihatnya menghela nafas lelah. Astaga semua ini bagaikan mimpi buruk. Kenapa anaknya bisa – bisanya mengerjai kedua orang tuanya seperti ini?

Chanyeol membuang stik yang dipegangnya dan berjalan mendekat kepada Sena. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh putrinya sambil berjongkok. Sementara Sena masih menangis histeris.

"Sudah, Sayang jangan menangis ya"

"Maaf appaa"

"Iya appa maafkan. Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau memang tidak memikirkan perasaan kami yang sangat khawatir kepadamu?" tanya Chanyeol dengan lembut lalu memeluk anaknya.

"Hiks… habisnya… Sena hanya ingin menunjukan sesuatu kepada appa dan eomma"

"Eh, menunjukkan apa?" Chanyeol terheran.

Sena mengusap airmatanya dan menyuruh Chanyeol untuk melihat kesekeliling. Mata Chanyeol membulat lebar. Tempat ini sangat dia kenali. Tempat dimana masa muda menguasai dirinya.

Tempat dia menjadi pemimpin disaat itu.

"Ini—"

"Ini gudang sekolah appa bukan?" tanya Sena dan Chanyeol tidak menjawab karena masih tercengang.

Sena melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berjalan keluar. Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan kemudian mengikuti putrinya. Sena masih berjalan menjauhi gudang yang baru saja orang tuanya hancurkan.

"Sena kau mau kemana nak?" cemas Baekhyun berlari mengikuti Sena.

Sedangkan Chanyeol merasa seperti bernostalgia sendiri saat melihat bagian luar gudang tersebut. Tempat itu adalah markas Para Penguasa Sekolah jika ingin membolos. Tapi karena sudah tidak terpakai saat mereka lulus gudang itu sekarang kosong.

Chanyeol bahkan tidak sadar bahwa bangunan yang dia masuki dengan mobil tadi adalah sekolah lamanya. Dia terlalu panik akan kondisi anaknya.

"Astaga… Ini SM SHS" ucap Baekhyun saat melihat bangunan itu dari depan.

Sena mengangguk manis didepan kedua orang tuanya.

"Ini sekolah appa dan eomma dulu kan? Sena tahu karena Paman Sehun yang mengatakannya pada Sena" gadis kecil itu tersenyum.

"Maafkan Sena. Appa… Eomma… Sena salah. Sena tidak seharusnya berpura – pura diculik. Sebenarnya Sena hanya ingin membawa appa dan eomma kesini. Tetapi dengan cara memberi kejutan karena Sena tahu hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan Appa dan Eomma" jelas Sena sambil memainkan jarinya.

"Astaga kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini. Kau memang benar – benar perempuan nakal Sena…" ucap Baekhyun tidak habis pikir.

"Tetapi terima kasih, Sayang. Eomma rasa ini adalah kado yang terbaik darimu untuk kami" ucap Baekhyun dan memeluk Sena serta memberikannya ciuman.

"Anak appa memang sangat hebat! Appa sampai tertipu dengan kejutanmu, Sayang"

"Itu karena kau memang idiot, Park Babo" ejek Baekhyun dan Chanyeol merenggut.

"Sudah. Daripada appa dan umma masih disini lebih baik masuk kedalam sekolah. Sena mempunyai kejutan lain didalam!" seru Sena dan gadis kecil itu segera berlari menjauhi kedua orang tuanya menuju Doyong yang sudah berdiri didepan pagar sekolah.

.

.

.

Matahari sudah menghilang tergantikan dengan sinar senja yang sedikit demi sedikit naik kepermukaan langit. Chanyeol dan Baekhyun berjalan disekitar lorong sambil bergandengan tangan. Melihat – lihat suasana yang tidak berubah meski sudah enam tahun ditinggalkan.

"Masih seperti dulu" ucap Chanyeol yang dibalas dengan anggukan Baekhyun.

"Ya. Seperti dulu"

Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol. Memperhatikan lapangan luas yang terlihat dari kaca lorong jendela. Lapangan tempatnya diguyur oleh Chanyeol saat hari pertama masuk sekolah ini.

"Aku tidak percaya bahwa dimasa depan pada akhirnya aku menikahi seorang berandal yang paling ditakuti oleh seisi sekolah" kekeh Baekhyun.

Chanyeol menoleh kebelakang dan berhenti melangkah sejenak.

"Jadi apa kau menyesal?" tanya Chanyeol sambil tersenyum miring.

Baekhyun menggeleng dan mereka kembali berjalan pelan.

"Tidak. Untung saja aku menumpahkan seember air penuh dari kelasku waktu itu. Jika aku tidak menumpahkannya. Mungkin garis takdir kita tidak akan seperti ini, Yeol"

Tuan Park tersenyum tanpa terlihat Baekhyun. Dia ingat ketika amarahnya memuncak akibat anak pecundang seperti Baekhyun berani melawannya. Bahkan menyiramnya dengan air hingga menjatuhkan harga dirinya. Tapi entah mengapa Chanyeol tidak marah dan malah semakin penasaran dengan Baekhyun saat itu.

"Baek kemari" Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju suatu tempat.

Aroma pintu kayu tidak pernah berubah membuat Baekhyun terpaku pada kilas balik saat itu. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol menutup pintu dan mulai berjalan menjauhinya. Tubuh pemuda mungil itu masih berdiam diri didepan pintu. Sementara kaki Chanyeol melangkah perlahan.

"Kuhitung sampai tiga jika tidak keluar maka kau akan habis, Pendek!"

Baekhyun tersenyum.

"Satu"

"Dua"

"Dua setengah—"

"Oh ayolah kau terlalu baik Chanyeol" komentar Baekhyun sambil berjalan mendekati suaminya.

"Baiklah. Tiga—"

CHU!

Kedua bibir itu menyatu setelah sekian lama waktu mengulurnya. Kaki Baekhyun berjinjit setelah menabrakkan belahan bibirnya kepada bibir Chanyeol. Baekhyun memegang kedua pipi Chanyeol dan melumat lembut milik Chanyeol. Mata mereka terpejam menikmati momen yang sedari tadi mereka harapkan.

Chanyeol membawa tangannya menuju pinggang dan leher Baekhyun. Menarik tubuh ringkih Baekhyun mendekat kedalam dekapannya. Baekhyun mengalungkan lengannya dileher Chanyeol. Mengusak rambut hitam legam milik Chanyeol sambil terus menggerakkan bibirnya perlahan. Menyesapi rasa yang selalu membuat dia selalu rindu akan kehangatan dari rengkuhan suaminya.

Ciuman manis mereka semakin berlarut – larut sampai akhirnya Chanyeol mengelus paha Baekhyun dan menariknya naik kesamping pahanya. Chanyeol sama sekali tidak memberi jeda pada Baekhyun untuk bernafas dan Baekhyun menyukai hal itu.

Ciuman memabukan, dominan sensual terasa panas didalam ruangan besar ini.

Baekhyun menarik diri terlebih dahulu tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol" bisiknya penuh kelembutan pada setiap kata.

Chanyeol tersenyum dan meraih bibir Baekhyun kembali.

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Baekhyun"

Dan malam kembali menemani momen mereka berdua.

.

.

.

Diluar gedung SM SHS.

"Shun, apakah kau tahu kalau tempat ini appa dan eommaku bertemu dan saling jatuh cinta?" pertanyaan Sena membuat anak berambut hitam disampingnya menoleh.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apakah appaku menceritakan segalanya kepadamu?"

Sena mengangguk mantap.

"Sampai kedetail dimana Paman bertemu dengan Babamu pun dia ceritakan"

"Astaga kau pasti bertanya yang aneh – aneh, Sena. Sampai ayahku menceritakan semuanya. Aku tahu bagaimana kau begitu menyukai Appaku"

Sena terkikik geli. Pipinya memanas dan hatinya menghangat memikirkan pria yang disukainya. Diatas cap mobil yang terparkir didepan halaman sekolah. Kedua anak itu masih memandangi gedung sekolah besar yang sudah gelap.

Sena memainkan stik baseball yang ada ditangannya.

"Shun. Kau tahu kata paman. Appa dulu adalah Ketua Penguasa Sekolah ini" ucap Sena tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lalu?" tanya anak berwajah datar ini.

"Aku dan kau jika sudah besar. Mari kita bersekolah disini dan membuat sekolah ini menjadi lebih baik, Shun!" papar Sena dan anak laki – laki itu terkejut.

"SM SHS?"

Sena mengangguk dengan senyuman manis.

"Dan aku ingin menjadi seperti Appa! Ketua Penguasa Sekolah SM SHS"

.

.

.

.

A/N :

Annyeonghaseyo! Nihao!

Lama sehyun tidak menulis sekalinya menulis senang sekali bisa ikut berpartisipasi bersama author chanbaek lain untuk update serempak dihari 4th Anniversary CIC ! /bersorak/

Kalian pasti gak percaya kalo side story ini selesai cuma dalem waktu dua hari karena sehyun gak tahu dan Dee Eonni ngomongnya juga baru hari senin huhu :') Tapi syukurlah ffnya selesai huwaaa /nangis bareng Sena/

Big Thanks for all readers yang sudah mau menunggu ff ini. Maaf sehyun selalu update lama termasuk kasus plagiat yang bikin mood nulis jadi turun drastis. Tapi sehyun akan berusaha selalu menulis ff ChanBaek yang lain. Jia You!

I LOVE YOU ALL! :* :* :* {}{}{} /heart sign/

Haha Last!

.

.

.

13 tahun kemudian.

Suasana dipagi hari seperti biasa sangat sejuk dan membuat seluruh siswa siswi menjadi mengantuk. Padahal pelajaran belum dimulai tapi rasa kantuk itu sudah menjalar disetiap nadi para pelajar.

Lain halnya dengan beberapa siswi yang sudah berjajar didepan gedung utama sekolah. Mereka menantikan seseorang yang hadir dipagi yang cerah ini.

Tidak memakan waktu lama dua mobil sport berwarna hitam dan merah memasuki pekarangan sekolah. Para siswi itu menunggu setengah histeris. Ketika mobil telah selesai diparkir beberapa orang keluar dari kendaraan tersebut.

Mereka langsung berjalan kedalam area sekolah. Mengabaikan fakta bahwa mereka adalah biang ribut dipagi hari. Kelima orang itu melangkahkan kaki dengan para siswi yang masih mengikuti kemanapun mereka berjalan.

Namun tidak berapa lama setelah kelima orang populer tadi memasuki gedung. Sebuah mobil mahal berwarna hitam juga terlihat memasuki area pekarangan sekolah. Seorang gadis berambut coklat terang panjang keluar setelah dibukakan pintu oleh butlernya. Tidak sedikit siswa yang berhenti sejenak melihat pesona hebat yang diberikan oleh aura anggun miliknya.

"Semoga pagi Anda menyenangkan, Nona" ucap sang butler dan gadis itu mengangguk sambil berjalan masuk kedalam gedung utama.

Disisi lain kelima orang tadi sudah sampai di lorong kelas. Mereka benar – benar menjadi pusat perhatian. Belum lagi seseorang yang berjalan paling depan layaknya seorang pemimpin kelima orang paling disegani satu sekolah.

Ada beberapa siswa yang menyingkir karena takut. Lain halnya dengan yeoja yang menyapanya dengan manis. Dia pun tidak sungkan membalas sapaan pagi. Ibunya bilang membalas sapaan pagi seseorang itu akan membuat paginya baik.

"Kenapa kita datang terlalu pagi? Aku masih sangat mengantuk" cibir salah satu namja yang berjalan di belakangnya dengan tangan dibelakang kepala.

"Jangan ribut. Kau mau kuhajar?" desisnya tanpa menoleh kebelakang.

Namja tampan berambut coklat tadi hanya meringis kecil. Dia menutup mulutnya rapat. Sepertinya orang yang baru saja mendengar keluhan paginya sedang temperament saat ini.

Begitu mereka tiba di depan kelas. Semua murid perempuan masih menyapanya. Berbeda dengan beberapa murid laki – laki yang terlihat menghindar. Kelima orang itu duduk dikursi mereka masing – masing.

"Ahhhh~ Kursi kesayangan. Saatnya menidurimu~" sahut namja berambut coklat tadi.

"Minjae, ini tahun ketiga kita. Jangan bermalas – malasan. Kau ingin lulus dengan nilai baik tidak?" seorang gadis berambut coklat pendek yang mirip seperti dirinya memperingati.

Minjae hanya mengibaskan tangannya acuh dengan muka yang sudah terbenam dikedua lengannya. Gadis tadi hanya menghela nafas lelah. Namja yang memiliki wajah sepertinya memang sudah diatur.

"Biarkan saja dia. Sudah bagus dia mau bangun pagi, Minyoung" papar namja tampan berambut pirang dengan tindikkan ditelinganya.

Minyoung menatap namja yang terbilang paling tinggi dan paling cool dikelompok mereka. Namja tadi mulai duduk di belakangnya. Sementara bibir Minyoung mengerucut lucu.

"Tapi tetap saja kita harus mati – matian membangunkannya . Jika saja Ketua tidak memukulnya dia tidak akan bangun" tambah namja lainnya dengan surai hitam sambil duduk dengan tenang.

PLAK!

"AKH!" Minjae memekik ketika kepalanya dipukul dengan buku tulis oleh Ketua mereka.

"Dilarang tidur apalagi saat pelajaran nanti Kim Minjae! Seriuslah sedikit! Kau kan penerus keluarga Kim! Jika kau tidak bisa diandalkan seperti ini mau jadi apa kau?!" sahutnya dan Minjae duduk tegap dengan wajah lesu.

"Astaga kenapa kau begitu kaku seperti orang tua?! Masih ada Minyoung yang bisa menggantikanku!" jeritnya gemas.

"Jangan mentang – mentang kau kembarannya Minyoung kau dapat berbuat seenaknya. Minyoung tidak bisa jadi penerus perusahaan bodoh!"

Minjae mencibir mendengar hal itu dan Minyoung menggelengkan kepala.

"Jika saja otakku dapat kupergunakan sebaik saat aku memuaskan wanita diranjang mungkin akan lebih baik" celoteh Minjae sambil melirik kearah dua namja lainnya yang ikut tersenyum jahil.

"Kau masih sering bermain?"

Minjae mengangkat bahunya dengan senyuman. "Apa lagi yang bisa kulakukan, Will?"

Will— namja berambut pirang setengah bule tadi tertawa sambil menggelengkan kepala. Dia juga memang suka bermain bersama wanita. Tapi untuk menidurinya? Will masih sibuk memikirkan urusan perusahaan yang sudah dilimpahkan padanya di usia delapan belas tahun ini.

PLAK!

Sekali lagi kepala Minjae mendapat pukulan keras dari seseorang didepannya. Minjae berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya. Sementara saudara kembarnya hanya tersenyum puas.

"YAKK! PARK SENA! Bisakah kau tidak menganiyaya orang dipagi hari?!" kesal Minjae dan Sena menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Sampai kelakuanmu berubah"

"Oh Jinwoo! Kenapa kau bisa tahan harus satu atap bersama dengan gadis iblis ini?!" pekik Minjae frustasi.

"Aku juga satu atap dengannya" tambah Will santai dengan tangan terangkat.

"Aish! Aku tidak membicarankanmu Will. Sena dan Jinwoo itu sudah seperti pasangan suami istri! Mungkin saja mereka pernah tidur bersama"

"YAKKKK!" Sena berteriak lalu meminting kepala Minjae sampai pria itu minta ampun.

Jinwoo hanya memasang wajah datar. "Suami istri ya"

"Shun! Jangan dipikirkan! Minjae memang gila!"

"Dan kau iblis neraka Park Sena" bisik Minjae dan Sena kembali memintingnya lagi karena bisikannya terdengar.

Murid – murid dikelas itu hanya menatap mereka dengan penuh takjub. Ada diantaranya yang sedih melihat Minyoung yang selalu paling sabar menanggapi teman – temannya. Ada juga yang terpesona oleh tiga namja tampan didalam kelompok itu, namun ada juga yang takut akan Ketua Penguasa SM SHS.

Kim Minjae dan Kim Minyoung, anak kembar keluarga Kim yang sangat terkenal karena mereka terlihat berbeda. Minjae namja playboy setengah pemalas yang selalu menggoda wanita dengan rayuan mautnya. Sedangkan Minyoung lebih kalem dan ramah. Ibarat wanita pemalu yang lemah.

Sementara pria yang selalu menjadi sorotan semua siswi SM SHS adalah William Wu. Will hampir mirip dengan Minjae. Sering pergi keklub dan karena wajah tampannya tidak susah mendapatkan wanita untuk one night stand. Dia yang terlihat paling dewasa dari teman – temannya dan semua yeoja menjadikannya kriteria idaman.

Kemudian Oh Jinwoo putra tunggal keluarga Oh yang sifatnya sangat cuek juga berwajah datar. Jinwoo lebih banyak diam dan less talk. Tapi dia juga tidak luput berbincang – bincang dengan teman sekelompoknya. Siswi memujanya sebagai Smart Prince karena otak Jinwoo sangat encer juga pembawaannya yang sangat tenang.

Lain halnya dengan Ketua Penguasa Sekolah (baru)— Park Sena. Gadis berusia delapan belas tahun dengan kuncir kudanya yang sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Minyoung. Sena ditakuti hampir semua siswa SM SHS karena kebengisannya. Meski perempuan tapi Sena tidak pernah bersikap anggun. Malah sebaliknya. Namun Sena disukai oleh semua gadis. Mereka menganggap Sena keren dan baik hati. Sayangnya hal itu tidak terlihat oleh para siswa.

Namun kelompok yang berisi murid – murid istimewa itu tidak lengkap tanpa kehadiran gadis yang bertolak belakang dengan kepribadian Sena.

"Dari luar terdengar sangat ribut. Kalian harus tahu itu" seorang gadis berambut bergelombang berdiri bersedekap diambang pintu. Para siswa langsung berseri – seri melihat Queen SM SHS memasuki kelas yang berbeda.

"KAU! Keluar kau!" sembur Sena dan gadis itu hanya mengeryit berjalan masuk.

"Oh, Come on Sena. Don't be so strict. Anyway you torching Minjae again" ucapnya lalu mengelus rambut Minjae.

"Hey, babe. Semalam kau tidak kutemui diranjangku" goda Minjae tanpa melepaskan seringainya.

Gadis itu terkekeh lalu mengalihkan pandangan pada pria yang duduk disamping jendela. "Sorry honey. Tapi ranjang Jinwoo lebih menarik"balasnya dan Minjae mendesah kecewa.

"Yak! Kimberly Wang dasar wanita murahan!" geram Sena.

Gadis itu acuh dan memilih duduk dikursi kosong disebelah Jinwoo. Yang tidak lain adalah kursi Sena.

Yap! Kimberly Wang. Gadis cantik yang menyandang gelar Queen di SM SHS begitu dipuja para siswa. Selain cerdas dan memiliki aura anggun. Tidak ada siswa maupun siswi yang tidak menyukai Kimberly terkecuali Sena, karena gadis cantik ini adalah saingan hidupnya

Kisah Para Penguasa Sekolah SM SHS yang baru selanjutkan akan dimulai.

.

.

.

.

.

END

Yehet!

Ahirnyaaa bisa ikut update jamaah sebelum puasa bareng Author lainnya,

Amie Leen, JongTakGu88, Baekbychuu (uke-sehyun yang ganjen/gakdeh wkwk), Blood Type-B, Flameshine, Hyurien92, Kang Seulla, MykaReien, Oh Yuri, PrincePink feat Oh Lana, Pupuputri, Railash61, RedApplee, uri senpai Sayaka Dini, dan SilvieVienoy69.

hiks jadi terharu. Sepertinya sehyun yang paling akhir updatenya nih wkwk. Thank You Dee Stacia Eonni yang udah ngijinin dan kasih semangat sehyun buat ikutan /hiks terharu lagi :')

Wish sehyun untuk CIC semoga Berjaya terus dan bisa terus memberikan momen – momen kobam ChanBaek buat seluruh ChanBaek Shipper all around the world~ hehe

Oya, jangan lupa dibaca juga yahh author yang sudah sehyun sebutkan diatas. Dijamin FFnya lebih bagus dari FF sehyun

Happy reading guys! Selamat puasa bagi yang merayakan. Sehyun minta maaf kalo ada salah yaaa

#ChanBaekisReal!

Review? XD