Title: Your Happiness Is My Priority

Disclaimer: Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi. Tapi cerita ini milik saya yang entah dapet ide dari petir mana. Jangan lupa para OC juga punya saya.

Summary: jika aku di tanya apa yang paling berharga bagiku. Mungkin aku akan menjawab 'kebahagiaan orang yang ku sayangi'. Naïve bukan? –chapter 1– "Maaf, anak anda mempunyai cacat jantung."/ "TOMO(KO)-CCHI/CHAN/CHIN, AWAS!"/"Kau curang *piiip*."

Warning: Salah satu anggota GOM x OC/ BL (di chapter mendatang)/ Typo berterbangan/ GAJE/ EYD hampir nihil/ merusak mata, otak, jiwa dan lain sebagainya/ OC/ OOC/ umur yang di ubah-ubah oleh Author/ alur suka-suka Author/ Author yang baru keluar dari RSJ/ dan masih segedung lagi yang perlu di ingatkan tapi sekarang Author bingung mau nulis warning apa lagi. *plaaaak* Mungkin di chapter mendatang akan ada warning baru.

A/N: hallo para Raeder. Saya Author baru di fandom ini. Maaf jika saya punya banyak kelemahan di cerita ini, soalnya ini cerita bersambung saya yang pertama. Dan ini pasti abal… anyway.

Don't like it don't read it. If you still want to read. Have a nice reading.

Chapter 1: Introduction

Jika kau terjebak dalam suatu masalah. Dimana kau hanya bisa memilih dirimu yan meninggal atau orang yang kau sayangi meninggal. Orang itu entah temanmu, entah keluargamu, entah orang yang kaucintai, entah orang yang kau hormati, atau orang yang berharga bagimu.

Jika kau memilih dia maka kau akan menanggung beban telah membunuh seseorang secara tidak langsung. Tapi jika kau memilih dirimu maka dia yang akan menanggung beban tersebut.

Jadi siapa yang kau pilih untuk meninggal?

Kau atau dia?

"Maaf, anak anda mempunyai cacat jantung." Pria yang memakai jaket putih dan tak lain adalah dokter. Dia memberitahu berita buruk kepada Otou-sama dan Okaa-sama.

"Bagaimana mungkin? Saat lahir Ia normal-normal saja." Mata Okaa-sama mulai berkaca-kaca.

"Maaf nyonya. Cacat jantung ini dari virus langka. Dan mungkin mematikan. Sekali lagi, maaf." Kata sang dokter. "Permisi saya harus memeriksa Tetsuya-san lebih lanjut." Diapun pergi ke kamar Onii-chan.

"Kenapa ini bisa terjadi pada Tetsuya-kun?" Okaa-sama tidak bisa menahan airmatanya. Pipinya dibasahi air yang berasal matanya. Sedangkan Otou-sama hanya bisa menundukan kepala. Walaupun ekspresinya datar ada kesedihan dan kekhawatir di balik itu.

"Okaa-sama, jangan menangis dan Otou-sama jangan khawatir. Onii-chan akan baik-baik saja." Kataku. Tapi tak ada respon dari dua orang yang kusayangi itu. Saat itu aku bagaikan tak ada.

Ya, semenjak saat itu. Aku tidak dipedulikan lagi. Semuanya hanya untuk Onii-chan. Onii-chan bagaikan cahaya dan aku bagaikan bayangan. Semua selalu terarah ke Onii-chan.

Gelap, dingin, sendiri. Itu hal yang selalu berpihak padaku. Walaupun aku takut ini semua demi Onii-chan.

Ya, demi orang yang aku sayangi.

Aku mulai membuka mata perlahan. "Mimpi itu lagi, hahhh…" aku melirik jam yang bertengger di meja kecil sebelah kasurku yang menunjukan jam 4.00. akupun bangun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.

Selesai mandi aku menuju dapur di lantai bawah. Aku menyiapkan sarapan untuk kami berdua.

Maksudku aku dan onii-chan. Dimana orangtuaku? Jawabannya singkat. Aku tinggal hanya berdua dengan onii-chan karena bersekolah di Tokyo. Kedua orangtuaku ada di Kyoto.

"Sarapan sudah jadi. Sekarang tinggal membangunkan Onii-chan." Aku menaruh sarapan di meja makan dan berjalan ke atas, tepatnya ke kamar Onii-chan. Akupun masuk ke dalam kamarnya.

"Onii-chan, ayo bangun." Kataku sambil menguncang-guncang gundukan yang tertutup selimut. Dan jangan mengartikan yang aneh-aneh dan kotor. Aku tidak incest. Lagi pula aku juga sudah punya pacar.

"Erm… 5 menit lagi." Kata pemuda yang menutupi 7/8dirinya dengan selimut yang tidak lain adalah Kuroko Tetsuya, kakakku.

"Hari ini ada latihan pagiloh. Nanti Akashi-kun melipat gandakan latihanmu atau melempar hasami-chan jika datang terlambat." Saat itu juga Onii-chan bangun dan langsung berlari ke kamar mandi.

Akupun menghela napas. Dan berjalan ke dapur untuk mempersiapkan bekal makan siang kami.

Tak lama Onii-chan turun dan duduk di kursi meja makan dan disusul olehku. Kami sarapan bersama.

Dari pada aku menceritakan bagian yang penting, lebih baik aku memperkenalkan diri dulu. Namaku Kuroko Tomoko. Adik kembar Kuroko Tetsuya. Umurku 14 tahun, kelas 3 SMP. Rambutku sebahu lebih(aku sering menguncir model ekor kuda), ekspresiku tidak sedatar Onii-chan dan hawaku tidak begitu tipis, tinggiku ±150. Ya kurang lebih kami 11,12.

"Terima kasih atas makanannya." Onii-chan beranjak dari mejamakan dan berjalan memunggungiku kearah dapur.

"Tunggu." Saat itu juga onii-chan berhenti. "Onii-chan, balik ke sini dan habiskan sarapanmu. Atau aku akan melipat gandakan latihanmu." Aku hanya tersenyum lembut kearah punggung Onii-chan. Lembut di balik180º.

Oke aku akan menambahkan kata-kata setelah '11,12' yaitu 'jika dilihat dari fisik. Jika mental itu beda cerita.'

"B-b-baiklah…" hihihi, Onii-chan lucu kalau takut~ akhirnya dia duduk kembali di kursinya. Ya bagaimana tidak sebal? Dia tahu dia akan latihan dan tubuhnya membutuhkan energy, tapi lihat! Dia hanya memakan 1/8 porsi normal! Bagaimana jika dia pingsan di tenggah latihan? Tidak lucu bukan? Apalagi aku harus menggotongnya sebagai manager.

Aku menunggu Onii-chan menyelesaikan makanannya. Dan setelah itu aku mencuci piring sedangkan Onii-chan mengambil tas sekolah. Aku berjalan ke luar rumah setelah selesai mencuci piring. Tak lupa aku mengunci rumah kami.

"Ini tasmu Tomoko-chan." Onii-chan memberikan tas sekolahku di depan gerbang rumah.

"Terima kasih Onii-chan." Aku mengambil tasku dan berjalan bersama Onii-chan ke sekolah.

Di tengah perjalanan aku mendengar HPku berbunyi. Ternyata ada e-mail yang masuk. Saat aku membuka e-mail tersebut aku hanya bisa tersenyum dan membalas e-mail itu.

"Apa ada yang menarik Tomoko-chan?" Tanya Onii-chan.

"Hanya hal yang sederhana, Onii-chan." Tapi berharga bagiku.

Aku dan Onii-chan sudah sampai di depan pintu GMY. "Ohayou mina-san." Kata kami sambil membuka pintu. Pagi ini hanya kiseki no sedai saja yang berlatih untuk menghadapi pertandingan persahabatan.

"TETSU-KUUUUUNNNN~" kami di sambut dengan teriakan Momoi-san Dia langsung memeluk Onii-chan. "ah, ohayou Tomo-chan." Katanya dengan senyum canggung

"Ohayou Momoi-san" kataku dengan senyum untuk menjaga imageku sebagai gadis SMP biasa. Aku tidak pernah menunjukan sifat asliku yang sadis di depan teman-temanku. Karena aku punya masa lalu yang kelam, mungkin. Ya bagiku itu masa kejayaan tetapi karena itu Onii-chan tidak mempunyai teman saat di SD.

"Se-sesak Mo-Momoi-san…" Onii-chan sungguh kasihan. Aku hanya bisa memberi tatapan 'semangat ya kak'.

Setelah Momoi-chan melepaskan pelukannya. Tiba-tiba. "TETSUYA-CCHI!" kakak di peluk lagi oleh mahluk kuning, yang tak lain Kise-kun. Kise-kun akhirnya melihatku dan tersenyum, "ohayou Tomoko-cchi, a-aku boleh memeluk kakakmukan?" katanya dengan sedikit takut.

"Silahkan Kise-kun dan Ohayou." Jawabku sambil tersenyum juga.

"Yo Tetsu" tiba-tiba Aomine-kun merangkul kakak yang masih di peluk Kise-kun. "dan Tomo."

"Pagi Aomine-kun." Jawab kami berbarengan. tiba-tiba aku punya firasat buruk. Aku sedikit menghindar dari kakak, aku hanya ingin sesuatu yang tak diinginkan terjadi karena. Kau akan tahu alasannya nanti.

"Kakakmu ternyata terkenal di antara orang-orang bodoh, nanodayo." Kali ini bukan ucapan selamat pagi dari orang berambut hijau. Tak lain adalah Midorima-kun yang membawa boneka keramik berbentuk kelinci putih. Aku jamin itu lucky itemnya.

"Jika Midorima-kun juga mau mendekati Onii-chan silahkan saja. Tapi kau harus memperbaiki kata-kata 'orang bodoh' atau kau mau di anggap bodoh." Aku tersenyum kepada penggila oha-asa.

"Aku tak ingin mendekatinya Nanodayo!" katanya sambil blushing. Aku tahu kau mau ikut meluk kakak juga Midorima-kun, aku bisa tahu kamu berbohong.

"Dasar tsundere. Aku hanya mengingatkan jika berbohong itu dosa loh~" kataku meninggalkan pemuda hijau itu untuk duduk di bench.

"Tomo-chin, Ohayou~" sambut Murasakibara-kun yang masih memakai seragam Teiko sambil memelukku dari belakang.

"Ohayou Murasakibara-kun. Aku membawa snack untukmu. Kau boleh mendapatkannya asalkan hari ini kau latihan dengan serius. Setuju?"

"maibu?"

"iya, maibu jumbo."

"oke deal~" diapun pergi ke ruang ganti. Karena hanya dia yang belum memakai baju latihan.

Aku memperhatikan tindakan konyol teman-temanku dan kakakku tentunya. Pasangan kopi susu yang bertengkar merebutkan kakak. Momoi-chan yang tersedak karena tertawa berlebihan. Lalu Midorima-kun yang blushing, entah kenapa dia blushing. Aku tak bisa mendengar pembicaraan mereka. Lalu tampang datar Onii-chan yang menepuk-nepuk punggung Momoi-chan.

Dan sekarang Murasakibara-kun ikut-ikutan dalam pertengkaran Aomine-kun dan Kise-kun karena mereka menginjak snacknya. Keadaan semakin kacau karena Aomine-kun menginjak kaki Momoi-chan karena tidak sengaja.

"Tomoko." Kantoku memanggilku dan refleks aku bangun dan berjalan pelan ke arahnya. Ternyata dia berada di depan pintu yang menuju lorong bersama Akashi-kun di sebelahnya.

Di saat bersamaan aku mendengar teriakan dari 6 orang yang tadi membuat rusuh GYM. Mereka berteriak "TOMO(KO)-CCHI/CHAN/CHIN, AWAS!"

Ketika aku berbalik ke sumber suara aku melihat boneka Midorima melayang kearahku. Dan aku terpana dengan boneka tersebut hingga lupa untuk menghindar.

*PRAAAAAAAAANGGGGGGG* boneka itupun pecah di depanku.

Anehnya aku tidak merasa kesakitan, malah aku merasa hangat, lembut dan wangi mint. Dan aku sadar aku sedang di peluk seseorang. Dan punggungnya melindungiku dari pecahan boneka kelinci.

"Tomoko, kau harus lebih berhati-hati. Bagaimana jika pecahannya melukaimu?" aku terpana oleh suara baritone yang sedikit cempreng dari pemuda bersurai merah darah.

"Maafkan aku Akashi-kun. Lain kali aku akan berhati-hati. Apakah ada yang sakit atau berdarah?" Aku melonggarkan pelukannya dan memastikan tidak ada apa-apa dengan pemuda tersebut.

Akashi-kun mengenggam tanganku yang tadi menelusuri punggungnya untuk memastikan tidak ada luka dan berkata, "Bukankah aku sudah memerintahmu untuk tidak memanggilku 'Akashi-kun' lagi? Perintahku adalah?"

"Absolute."

"Anak pintar." Katanya mengelus kepalaku.

"Ne, S-Sei-kun, kau benar-benar tidak apa-apakan?" tanyaku memastikan sekali lagi.

"Aku tidak apa-apa." Sei, kumohon jangan menunjukan senyum itu. Arghhhh! Aku jamin mukaku merah.

"Maaf, aku tahu kalian sudah berpacaran satu setengah tahun tapi tolong jangan bermesraan di saat latihan." Huwaaaa, sekarang Kantoku meledek kami. Oh, sekarang aku berharap punya keberadaan setipis Onii-chan dan mengubur diriku sendiri.

"Maafkan kami kantoku." Kataku membungkuk. "Jadi, kenapa kantoku memanggilku?"

"Aku ingin memberitahu aku ada urusan mendadak. Jadi kamu dan Akashi saja yang mengurus latihan hari ini. dan ini menu latihan dan datanya." Aku diberikan satu file berisi data-data first string sampai third string club basket.

"Baiklah aku akan berusaha." Kataku mengecek data satu persatu.

"Oke aku akan mempercayai kalian." Katanya sambil berjalan keluar GYM "Oiya, jangan bermesraan walaupun aku pergi ya~"

"K-KA-KANTOKUI!" bisakah dia berhenti menggodaku? Hah, apapun itu aku harus fokus.

"Jadi kita yang berkuasa sekarang?" Tanya Sei dengan aura hitam.

"B-bisa di bilang b-begitu?" sepertinya firasat burukku tadi itu tentang ini.

"Baguslah. Kise, Aomine dan Murasakibara porsikalian 5 kali lipat dari menu. Midorima porsimu 10 kali lipat. Dan Momoi, kau harus cuci semua baju latihan dari first string sampai third string." Sudah kuduga… inilah alasannya aku ditakuti semua penghuni sekolah walaupun mereka tidak tahu sifat asliku. Alasannya adalah keoverprotective seorang Akashi Seijuurou kepadaku.

Semua hanya bisa mematung di tempat sejak boneka Midorima-kun pecah. "Ne, Sei-kun, bukankah ini terlalu berat? Lagi pula ini bukan salah mereka sepenuhnya." Aku mencoba meluluhkan hati Sei-kun. Dan 6 orang yang membuat onar berharap aku berhasil.

"… Baiklah-"

"YEEEEEEEEEAAAAAAAAYYYYYYYYY!" semua berteriak tentu kecuali aku dan Sei.

"Tapi aku tetap mengandakan latihan Midorima." Sei-kun berkata seperti tidak ada yang memotongnya sama sekali. Dan lihat perbuatanmu Sei, muka Midorima-kun mulai pucat.

"Ayolah Sei-kun, ini bukan masalah besar. Lagi pula semua orang itu pasti pernah membuat kesalahan yang tidak di sengaja." Kataku dengan Puppy eyes. Mudah-mudahan rayuan abalku ini berhasil.

"Haaaahhh. Baiklah." Yey! Berhasil!

"Arigatou~" kataku sambil tersenyum manis, mungkin.

"Dou ita." Dia tersenyum balik. Kami menjadi pusat perhatian semua anggota club. Hei, ini bukan pemandangan tau! "kalian, lari 30 putaran sekarang atau latihannya akan kugandakan? Kau juga Momoi, bereskan semua data."

Semua akahirnya berlari terbirit-birit. Hahhh, apakah Sei semenyeramkan itu?

"Di mata mereka aku menyeramkan." Aku sudah terbiasa di baca pikirannya oleh Sei.

"Aku jadi bingung. Apakah aku harus berpura-pura seperti ini atau harus menunjukan diriku yang sebenarnya? Habis itu sangat efektif."

"Lebih baik kau sembunyikan. Lagi pula aku tak mau semua orang tahu dirimu yang asli. Karena kau milikku."

"Ya, aku milikmu Sei-kun. Sekarang cepat kau ikut mereka berlari atau kau kulipat gandakan latihannya."

"Heh? Kau hanya bisa mengeretak Tomoko~" Sei hanya tersenyum sinis kearahku.

*CTAK*

Tiba-tiba ada cutter tertancap di dinding ruang GYM. "apakah aku terlihat hanya mengertak Sei?" aku hanya tersenyum pada Sei yang mengelak cutter melayang.

"He, ternyata kau memang menarik. Dan kau tak memanggilku dengan embel-embel 'kun'?"

"Jadi selama ini kau meragukanku Sei? Kata orang, kata-kata seorang istri itu lebih absolute dari suami. Atau bisa di bilang perempuan itu lebih absolute. Serta itu hanya formalitas memanggilmu dengan embel-embel 'kun'." Kataku sambil mengambil cutter yang tadi tertancap di dinding.

"Jadi kita akan menikah? Kapan kita akan merayakannya? Besok?" tanyanya menggodaku.

"E-E-EEEEEEEEHHHHH!?" kata-kata Sei sukses membuatku salah tingkah dan bersemu merah. "BAKASHI!" kali ini aku melempar cutter ke arahnya. Sayangnya dia menangkap lemparanku.

"Lebih baik aku berlari sambil memikirkan rencana pernikahan kita." katanya bercanda, mungkin. Dan aku hanya menggerutu menyumpah serapahi dia.

"Oh iya, hari ini kamu belum menyapa 'selamat pagi' untukku loh." Katanya dengan nada riang.

"Apakah itu penting? Lagi pula kau sudah menyapaku di e-mail pagi-pagi. Dan seperti aku sudah membalasnya." Ya, bisa di bilang aku tsundere. Lebih tepatnya 40% Tsundere 30% Kuudere dan 30% Yandere. Sangat aneh bukan?

"Bukan sapaan itu yang ku maksud." Sei berjalan ke arahku. "Maksudku sapaan yang ini." Tiba-tiba dia meluncurkan sebuah kecupan singkat di pipiku.

Detik itu juga mukaku semerah kepiting rebus yang di masak dengan darah segar.(?) "SEIIIIIIII!" aku berteriak kearah Seijuurou yang berlari meninggalkanku sambil tertawa senang.

Benar-benar pria itu, selalu dipenuhi kejutan. Aku hanya memegangi pipi bekas ciuman Sei. "Kau curang Sei." Rutukku.

Aku tidak menyadari ada orang yang melihat adegan mesra kami.

"Ck, suatu hari dia akan menjadi milikku. Lihat saja." Kata seseorang yang memperhatikan kami dari tempat tersembunyi.

To Be Continue

A/N: Yak, itu chapter satu ff pertama saya di Kurobas. Lumayan panjang (mungkin), gak jelas (pasti), dan bertele-tele. sungguh, saya bingung sama tulisan saya sendiri (digampatrin satu kampung). Maaf jika ceritanya aneh dan tidak bisa memuaskan para pembaca.

Dan terima kasih sudah membaca ff abal ini. Sampai ketemu di chapter selanjutnya atau ff ini lebih baik di flame, itu terserah pembaca. (sebenernya saya pengen di flame sih (?) *plaaak* tapi saya juga takut sama temen-temen RL saya yang akan mengejar-ngejar saya untuk membuat lanjutannya)

Akhir kata silahkan berkomentar, atau memaki-maki saya, atau juga boleh memflame saya di kotak review. Kritik dan saran sangat di perlukan. Terima kasih.

Sign,

ChizuGawa