His Past Life


His Butler, Fate


"Tuan Muda, sudah waktunya bagi Anda untuk bangun."

"Ugh.."

Naruto tersenyum saat melihat Issei yang masih terlelap setelah mendengar ucapannya. Dalam iris biru miliknya bisa dia menatap bahwa pemuda itu masih terlelap dalam tidurnya. Ini wajar karna ini hari masih terlalu pagi. Sinar matahari menerobos masuk ketika Naruto menyigap gorden jendela, dan hal itu sukses menganggu tidur Issei dan memaksa pemuda itu untuk bangun dari mimpi indahnya

Tidak lupa dengan tatapan membunuh dari pemuda itu yang dibalas tatapan ramah dari Naruto.

"Ikan Salmon rebus dengan salat mint telah disiapkan untuk sarapan anda." Terdengar suara air jatuh ketika Naruto berucap, masih dengan mengurut keningnya yang seakan sakit. Issei bisa melihat Pria itu menuangkan teh untuknya. "Roti panggang, scone serta kue Prancis telah disiapkan. Manakah yang terbaik menurut selera Anda hari ini?"

Issei masih bungkam, dia tau Naruto belum akan selesai.

"Setelah sarapan jadwal kegiatan Anda hari ini adalah..." Naruto berdiri tegap seraya membolak-balik sebuah kertas yang entah darimana dia dapat. "Dimulai dengan sekolah, dan sore nanti beberapa Teman Anda akan datang untuk berkunjung"

Ucapan terakhir Naruto membuat Issei tertarik, menoleh pada Naruto. Issei menatap Pria itu dengan tatapan tertarik. "Teman? Matsuda dan Motohama?"

Bisa dia lihat Naruto tersenyum dan kemudian menggelengkan kepala lemah pertanda jawabannya salah. "Teman anda... dia mengaku bernama Rias Gremory, dia kemari berserta teman-teman Anda yang lain"

"Gremory..." guman Issei ketika memilih untuk meminum teh pagi hari yang telah disiapkan untuknya. "Teh hijau?"

"Teh hijau dari daun teh terbaik di Jepang" Naruto membuka suaranya, merespon jawaban Issei. "Ini baik, munkin Anda masih lelah setelah kita melakukan latihan fisik kemarin malam... perkembangan Anda mengangumkan untuk seorang Manusia. Bisa mempertahankan Balance Breaker selama tiga puluh detik tidaklah buruk."

Issei mendelik tajam ketika mendengar penuturan tersebut. Namun sebanyak apapun dan selama apapun dia memolototi Naruto. Nyatanya Pria itu hanya terenyum dengan mata tertutup... wajah ramah yang jangkal.

"Saya menunggu kedatangan Anda di Meja makan" Naruto memberi sedikit hormat sebelum meninggalkan Issei sendiri di kamarnya.

0o0o0

Jauh dalam masa hidupnya dan untuk pertama kalinya Rias Gremory tidak pernah mendapatkan sebuah penolakan dalam hidupnya. Gadis yang terlahir dari sebuah Keluarga terkenal di Dunia bawah ini selalu yakin dengan segala kemampuannya untuk mendapatkan sesuatu yang memang sangat diingginkannya. Bahkan dengan kemampuan pemusnah yang dimilikinya dia sudah yakin sangat terkenal di Dunia bawah dan cukup terkenal dikalangan pengguna kemampuan Supranatural. Namun dan akan tetapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia harus menerima penolakan dari seorang Manusia biasa, dan itu bukan hanya sekali. Tetapi berkali-kali penolakan. Baik itu secara halus maupun dengan kata yang kasar. Tetapi. Walau ditolak berkali-kali dia tidak ambil pusing, dan terus berusaha mengajak manusia tersebut menjadi salah satu budaknya. Selain itu bukan Rias namanya kalau menyerah begitu saja hanya karena penolakan sepihak... karna pada dasarnya dia tidak akan pernah menyerah akan sesuatu yang telah terlanjur membuatnya tertarik.

Ya... Hyudou Issei seorang Manusia yang telah menarik semua perhatiannya.

Dengan sekali hembusan nafas panjang, Rias berjalan melewati koridor yang tampak sepi karena proses pembelajaran telah dimulai sekitar lima belas menit yang lalu. Tiap langkah demi langkah kakinya semakin cepat di tikungan berikutnya, nafasnya sedikit menjadi tidak teratur seakan sehabis diburu waktu. Berhenti dan dengan kasar dia membuka sebuah ruangan dan menatap tajam seseorang yang sedang duduk dan terlihat memeriksa beberapa dokumen.

Tatapan mereka bertemu dan saling membalas, bisa Rias lihat bagaimana orang itu— gadis yang ditatapnya balas menatapnya dengan sebuah tautan alis pertanda dia binggung ditatap seperti itu. "Rias. Ada ap—"

"Sona!" ucapan gadis tadi dipaksa untuk berhenti ketika Rias membuka suara dengan cepat dan sekaligus memotong ucapan gadis tersebut. "Aku perlu bantuanmu!"

Rias menghilang dibalik dorongan pintu, hal terakir yang terlihat adalah dia memasuki sebuah rungan yang lumayan besar. Dan di sana tertulis sebuah plat nama, di sana tergantung di langit-langit.

Ruang OSIS.

0o0o0

Entah untuk keberapa kalinya Issei memandang awan yang mengantug di langit dengan pandangan setengah terbuka. Bagaikan orang yang dilanda nestapa mulutnya sedikit terbuka dalam melakukan aktifitas gaibnya tersebut. Awan itu bergerak pelan—terlalu pelan dalam pandangannya, namun entah kenapa hal sederhana ini menarik minatnya dibanding melakukan pekerjaan lain. Awan itu bergerak kontras seakan di sana ada roda-roda tak terlihat yang mengerakkannya... dan semua itu membawa perasaan damai bagi dirinya sendiri.

Dengan matahari yang sudah mulai merangkak naik untuk posisi tertinggi. Issei bisa merasakan hawa panas semakin menyeranganya, bulir-bulir keringat tak terbendung tercipta dan turun melewati kulitnya yang berbalut serangam Kuoh Academy. Dan sumpah itu bikin ngeh saja. Dan jika bertanya apa yang dia lakukan di tengah taman seorang diri dengan memakai serangam sekolah? Jawabannya Cuma satu.

Dia bolos sekolah.

Hanya menghela nafas seakan itu nafas terakirnya, Issei kembali memikirkan kilas balik kejadian beberapa hari yang lalu. Sebuah kejadian yang membuatnya malas untuk kesekolah dalam beberapa hari ini. Kejadian yang membuat dia bingung sendiri dan tak mengerti.

Rias-senpai, ketua dari klub penelitian Ilmu gaib dan sekaligus ahli waris dari Keluarga Gremory di Dunia bawah telah beberapa kali menawarinya untuk menjadi salah satu budak miliknya. Jika itu orang lain, maka dengan antusias mereka pasti akan lansung menerima tanpa pikir panjang. Namun itu semua berbeda baginya, dia tidak bisa menerima tawaran itu. walau bagaimanapun dan semenarik apapun tawaran yang ditawarkan padanya dia tak bisa menerima.

Sombong? Silakan bilang saja dia sombong, Issei tidak peduli akan hal itu. Angkuh? Tak masalah selama ini dia memang angkuh, jadi tak masalah.

Namun semua percuma, berapa tinggi dan tebal dinding yang dia bangun antara dirinya dan Rias. Gadis itu akan tetap ngotot untuk melampaui tingginya dan menghancurkan tebal dan kerasnya dinding yang dia bangun.

Satu kata untuk Rias dia gadis yang keras kepala.

Sekian lama melihat awan mulai membuatnya bosan, dan itu dikuatkan dengan alisnya yang megerut tak senang. Dan dengan memperbaiki posisi duduknya Issei memandang sekeliling berusaha mencari hal menarik baginya atau sekedar bisa menghibur dirinya dalam beberapa menit kedepan. Namun semua kembali membuatnya kecewa, taman ini terlalu sepi... padahal biasanya dihari libur taman ini begitu ramai. Tapi? Coba lihat sekarang di sini hanya ada anak kecil ... balita... ya beberapa balita yang bermain dengan ibunya, sepasang muda-mudi yang mengayuh sepeda di hari yang membosankan. Dan seorang Biarawati Gereja yang sedang menyembuhkan seorang anak kecil dengan cahaya hijau yang aneh.

Hening.

Dengan cepat Issei kembali melayangkan pandangannya pada Biarawati Gereja tersebut. pandangan takjup tak bisa dia pungkiri bagaimana dia melihat Biarawati itu menyembuhkan anak itu tanpa kotak P3K atau sejenisnya. Dengan merilekskan tubuhnya dia hanya tersenyum melihat pemandangan itu... setidaknya kemampuan Biarawati itu menarik perhatiannya walau sejenak. Sacred Gear... ya dia yakin bahwa Biarawati itu memiliki sesuatu yang sama dengan dirinya. Seperti dirinya yang memiliki Ddraig.

Namun seketika pandangan menangkap masalah lain, sebuah masalah yang memaksa langkah akinya untuk melangkah kesana.

.

Sejak kecil, dalam hidupnya Ashia telah diajarkan untuk bersabar dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan diharuskan untuk menjadi pribadi yang mudah memaafkan atas kesalahan orang lain, kesalaan apapun itu... dia harus berusaha memaafkan walau sesakit apapun. Dan berusaha bersabar tak peduli segoyah apa hatimu ketika mengalaminya. Karna dalam hidup yang diajarkan padanya hanya ada satu kata mutiara indah yang menenangkan batin, percayalah pada keadilan Tuhan... percayalah bahwa Tuhan akan membalas semua perbuatan baik yang kau lakukan. Meski itu perbuatan baik yang kecil dan tak berarti di mata manusia. Tetapi itu amat bernilai dari sisi pandangan Tuhan.

Dan selalu percaya, jika Tuhan tidak membalas perbuatan baikmu di Dunia. Maka dia akan membalas perbuatan baikmu di Akhirat kelak.

Ya. Setidaknya itulah yang Ashia percayai hingga saat ini, termasuk bersabar dan berusaha memaafkan seorang Ibu yang terang-terangan memakinya di depan umum.

"Dasar wanita Iblis!"

Namun walaupun dia hanya diam tidak membalas, makian tersebut semakin kasar dan menyakitkan. Bibirnya bergetar entah bagaimana, dan kenapa? Secara spontan matanya terasa perih dan berair. Walaupun dia melakukan sesuatu yang baik kenapa itu tetap salah? Kenapa ketika dia tidak melawan cacian itu makin gencar diterimanya? Meski begitu meski makian ibu itu sudah semakin kasar, dia tetap mencoba diam bersabar. Dan tetap diam ketika melihat tangan Ibu itu sudah mulai bergerak melayang untuk menamparnya. Dia hanya diam menerima semua itu dengan pasrah sambil menutup matanya.

Hening.

Ashia masih memejamkan matanya, bersiap untuk menerima rasa sakit yang akan segera menghampirinya. Namun entah kenapa, rasa itu tak pernah datang... rasa itu tak pernah mendarat di permukaan kulitnya. Didorong rasa penasaran perlahan mata itu terbuka dan seketika menampakkan raut keterkejutan yang jelas.

Di depannya dengan jelas bisa dia melihat seorang pemuda tidak dikenal dengan seragam sekolah menggengam erat tangan Ibu tersebut. timming pemuda itu tepat ketika tangan Ibu tersebut tidak berselang beberapa senti lagi mendarat di wajahnya. Tangan Ibu itu bergetar mencoba untuk terbebas, namun entah kenapa genggaman tangan pemuda tersebut masih mengatup kuat.

"Siapa kau!" dia kembali mendengar Ibu itu membuka suaranya, nada ketidak sukaan jelas kentara di sana. Tatapan itu masih tajam bak pisau tajam nan mengkilat terang tetapi itu bukan untuk dirinya, tatapan itu untuk penolongnya.

"Hyudou Issei"

Ashia tidak tau apa yang terjadi, akan tetapi setelah mendengar nama tersebut. raut keras wajah ibu tersebut melunak untuk sedikit. Tetapi bukan berarti Ibu itu dalam kondisi normal. Sunggingan senyum sinis kembali tercipta di bibir wanita itu.

"Hyudou Issei? Pemilik perusaahan Hyudou Company? " nada sinis kentara di sana, Ashia tidak bisa melihat ekspresi penolongnya mendengar nada sinis tersebut. namun bisa dia tau bahwa pemuda itu tidak mengambil hati ucapan bernada sinis itu. "Ada apa orang sepertimu kemari?"

"Aku melihat semua. Aku melihat bagaimana gadis ini menyembuhkan anakmu, dan aku berani bertaruh jika anakmu tidak kenapa-napa. Kau bisa pergi ke rumah sakit dan memeriksa kesehatan anakmu, semua biaya biar aku yang tanggung... dan jika anakmu kenapa-napa. Maka aku akan bertanggung jawab secara penuh"

Ashia tercekat mendengar itu untuk seorang yang baru dikenalnya, dia tau bahwa dari perkataannya pemuda itu tidak main-main dengan ucapannya. Dan kembali melihat kedepan, ekspresi Ibu itu penuh akan kepercayaan diri.

"Tetapi... jika anakmu tidak kenapa-napa, maka bersiaplah karna keluargamu akan ku aduk dalam luka dan kesedihan"

Dan sekali lagi dalam penglihatannya, Ashia bisa melihat raut wajah takut dari Ibu di depannya ini. Dan tidak lama setelah ucapan pemuda tersebut, Ibu itu memilih pergi dengan menyeret anaknya mejauh dari mereka. Hah... sekali lagi dia hanya bisa dimaki setelah perbuatannya. Ashia menatap sedih pada anak tersebut dan kemudian menunduk... apa dia memang seburuk itu—

"Terimakasih.."

Ashia kembali mengadahkan kepalanya ketika suara itu mesuk kedalam indra pendengarannya. Sebuah senyum kebahagiaan terukir di wajahnya ketika dia melihat anak itu menyengir lebar kearahnya sambil melayangkan tangan. Ya setidaknya hati anak kecil lebih suci dibandingkan apapun...

Semua kembali hening, setelah kepergian Ibu dan anak tadi. Ashia hanya bisa berdiri mematung sembari menatap pemuda itu dari belakang. Dia hanya bisa diam, tidak mengerti bagaimana caranya memulai percakapan. Dan terlebih masalahnya saat ini... dihadapannya ada seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Ini membuatnya gugup sendiri.

"Kenapa kau tidak melawan?"

Ashia sedikit terdiam mendengar nada dari pemuda tersebut. "A-ano... Terimaka—"

"Kenapa kau tidak melawan, atau setidaknya membela dirimu!" apapun yang inggin diucapkan Ashia semua itu harus terhenti ketika pemuda itu dengan cepat membalikan badannya dan mengnggam bahunya. Saat itu pandangan mereka bertemu, namun dengan cepat Ashia mengalihkan pandangan mereka... entah.. dia merasa sedikit takut ketika menatap mata dengan iris coklat yang menatapnya tajam. Sedikit tak berani seakan dia bisa melihat dirinya sendiri terhisap di dalam lumpur hidup ketika melirik mata pemuda tersebut.

Hening.

Dan hanya kediamanlah jawaban yang diberikan gadis muda di depannya. Issei sama sekali tidak mengerti, ada apa dengan gadis berpakaian Biarawati Gereja lusuh di hadapannya ini. Kenapa gadis itu sedikitpun tidak mau membela dirinya... kenapa dia hanya diam menerima semua cacian itu "Kenapa—"

"Arkk.."

-!

Dengan cepat Issei segera melepaskan cengkramannya dari bahu gadis itu. sedikit rasa menyesal terrukir di sana ketika dia melihat wajah gadis itu yang meringis sakit. "M-Maaf."

"Tidak apa-apa..." dia hanya bisa tertegun... gadis itu masih tetap tersenyum manis padanya dan seolah dia mengatakan bahwa dia baik baik saja... seolah senyuman kecil itu menunjukan bahwa kejadian barusan tidak pernah terjadi.

Dan mereka kembali terdiam, tidak berani menatap wajah lawan bicara mereka masing-masing. Dan saling berfikir bagaimana cara memulai percakapan ini. Mereka masih terdiam disela hembusan angin kering disiang hari yang panas. Bunyi kendaraan silih berganti melewati mereka. Mereka akan terus tetap diam seperti itu jika saja—

Kryuuu..

Issei merespon cepat ketika mendengar bunyi tersebut. dengan cepat dia segera mengalihkan pandangannya pada gadis itu dan menemukan sebuah pandangan yang lucu baginya. Gadis itu memengang perutnya dengan wajah yang memerah karena malu. Menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, Issei tersenyum simpul.

"Aku inggin kesana." Tunjuknya kearah sebuah rumah makan cepat saji. "Apa kamu mau ikut?" tanyanya yang masih melihat gadis itu dalam posisi yang sama.

Namun gadis itu hanya diam dan bertahan dalam posisinya. Sedikit jengah dengan sebelah pihak Issei menarik tangan gadis itu untuk menuju tempat yang inggin dia tuju. Bisa didengar pikikkan kecil dari gadis itu namun dia sama sekali tidak peduli.

0o0o0

Naruto menatap tangan kirinya dengan nanar. Secara sempoyongan pria itu berjalan menyusuri Masion keluarga Hyudo untuk pergi kesuatu tempat. Langkahnya semakin liar seraya tangan kirinya yang mulai mengeluarkan aroma tak sedap... aroma mayat yang membusuk.

Beberapa kali dia telah menabrak dinding dan menjatuhkan beberapa Guci hiasan rumah ini. Tapi itu semua terhenti ketika dia sudah sampai di ruang bawah tanah keluarga Hyudou. Sebuah rungan kusus yang sengaja diminta untuk dirinya sendiri. Membuka pintu besi di depannya, dan hanya satu kata yang menyambutnya

Gelap.

Naruto bergerak terhuyung dan mulai meraba-raba sesuatu dalam kegelapan. Lalu, dengan sangat lumbut, dua buah lampu dinding mulai menyalakan sinar bewarna merah. Dan sinar merah itu memperlihatkan isi ruangan ini secara samar, di sana setengah lusin tabung silinder tinggi kira-kira dua setengah meter berdiri berjejer rapi. Namun Naruto memilih untuk melewati semuanya tanpa melirik.

Tatapannya fokus pada sudut ruangan tersebut, dimana di sana terdapat sebuah meja operasi dengan berbagai bungkusan danging beku segar yang tersimpan rapi dalam tempat kaca di samping meja tersebut. dan tentu saja dengan pendingin di dalam tempat kaca itu.

Masih berjalan dengan perlahan Naruto menggigit sarung tangan pitih tangan kirnya dan menarik paksa. Melepaskan jas Butlernya diikuti dengan kemeja putih dalamannya. Dia telah toples bagian atas memperlihatkan hampir seluruh tubuhnya yang penuh akan jahitan kasar dan tangan Kiri yang sudah membusuk karena suatu alasan.

Sampai di depan meja Operasi, Naruto mengambil sebuah tangan beku dari tempat kaca disampingnya dan meletakan tangan beku itu di atas meja Operasi. Mengengam tangan kirinya yang telah membusuk, Naruto dengan paksa menarik keras tangan itu hingga terdengar bunyi jahitan tali putus disertai darah hitam yang memuncrat seperti air mancur.

Tak terlalu peduli dengan tempat ini yang semakin kotor dengan darahnya sendiri. Naruto dengan cepat segera memasang tangan beku tersebut dengan benang danging mengantikan tangan kirinya yang telah membusuk.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit baginya untuk membiasakan diri dengan tangan barunya. Perlahan jari-jari tangannya mulai bergerak dan diikuti dengan dia bisa menggerakan keseluruhan.

"Ini bagus." Naruto membuka suara beserta melirik tangan barunya. "Ini tangan kiri yang bagus."

Naruto dengan sekali gerakan telah kembali memakai semua pakaiannya. Dengan santai dia mulai berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut. berjalan santai seakan hal mengerikan itu tidak pernah terjadi.

0o0o0

"Ah~" Issei sedikit mengeluh dengan keadaannya. Di depannya gadis— Biarawati Gereja yang mengaku bernama Ashia Argento yang sedang memakan sebuah burger ukuran jumbo dengan lahap. Sebuah keringat jatuh melintah di wajah Issei melihat cara makan Biarawati tersebut. ketika dia tau bahwa itu burger ketiga untuk kali ini saja, Biarawati itu makan tanpa peduli dengan sekitarnya bahkan juga tidak peduli dengan beberapa pengunjung yang melihat tingkah lakunya.

"Terimakasih."

Issei merespon cepat ketika mendengar suara tersebut. Terseret dari Dunianya sendiri dan kembali menemukan bahwa gadis Gereja itu tersenyum dengan wajah bahagia di sana. Membuang nafas berat, Issei tidak punya pilihan lain selain tersenyum.

Namanya Ashia Argento, seorang Biarawati yang dibuang pihak Gereja karena tidak sengaja telah menyembuhkan seorang Iblis. Dan lokasi pengasingannya adalah sebuah Gereja tua di pinggir Kota Kuoh. Namun dari semua itu yang membuat Issei kagum adalah ketabahan gadis itu dalam menerima semua... bahkan masih menyimpan rasa baik akan semua yang telah mengasingkannya.

Melihat gadis itu meminum minuman soft dirnk seraya melihat keramaian jalan, membuatnya secara spontan membuatnya tersenyum. Wajah gadis itu damai tenpa mengenal dendam... tidak bahkan Issei berani mengatakan bahwa gadis itu hanya memandang Dunia dan menyangka semua orang itu baik, bahkan termasuk pada orang yang telah jahat padanya... dia dengan mudah memaafkan, gadis yang baik— tidak gadis yang polos. Ya polos.

Polos, yang teramat polos. Menatap Dunia hanya sebelah mata.

"Ano... Issei-san?"

"Ya." Issei kemabali merespon menanggapi gadis di depannya, dan dia menemukan gadis itu menatapnya dengan tatapan khawatir. "Ada apa? Hmm.."

"Ano... dari tadi aku lihat Issei-san menatapku terus, apa ada yang aneh?" Ashia menanyai itu dengan wajah sedikit gugup, bahkan dia tidak tau harus memasang ekspresi apa ketika dia melihat Issei yang seperti tersedak minumannya sendiri setelah ucapan Asia barusan... "Ahh~ Issei-san." Dengan sigap Ashia berusaha mengambil sapu tangan miliknya dan sesegera mungkin untuk menghelap wajah Issei yang sedikit bercipratan air minumannya sendiri.

Tapi sayang memang untung tak dapat dicopet dan malang tak dapat diteleportasi. Akibat jubah yang kepanjangan dan kebesaran, Ashia tiba-tiba tersandung ketika menginjak jubahnya sendiri dan kehilangan keseimbangan... dan lebih parahnya lagi dia tidak sengaja menerbangkan beberapa soft drink yang ada di atas meja. Soft drink itu melayang dan menuju Issei.

Pupil mata Issei sedikit melebar sebelum.

Byuuuuurrr...

0o0o0

"Jadi ceritakanlah, apa yang membuat Anda berakhir seperti ini?" Untuk kesekian kalinya Naruto menautkan alisnya binggung ketika mendapati sang Tuan Muda yang pulang dengan kondisi yang menyedihkan, dengan seragam sekolah yang basah.. tentu saja. Dan tatapan Issei yang kesal membuat Naruto menarik kesimpulan sepihak apa atas insiden yang terjadi ini.

"Anda membolos dari Sekolah" Naruto melanjutkan ucapannya tanpa peduli dengan kondisi Isse saat ini. "Baru saja Wali kelas Anda menghubungi saya dan mengatakan ketidak sukaannya atas sikap Anda. Walau Anda memang Genius untuk anak seukuran Anda, Anda harus menghargai Guru Anda"

"Cih!" Issei hanya bisa mendecih kesal mendengar ucapan Naruto.

"Hah..." Naruto hanya bisa mengurut keninganya pusing. "Selain itu Anda melewati jadwal kunjungan Gremory kesini. Besok dia akan berkunjung lagi."

"Soal Gremory.." seakan teringat sesuatu, Issei segera menatap Naruto dengan ekspresi bingung di sana. "Apa dia tidak merasakan bahwa kau Iblis?"

Agak lama bagi Naruto untuk memjawab pertanyaan itu, menatap jauh kedepan. Jauh entah kemana Naruto pada akhirnya membuka suaranya. "Aku Iblis, tapi dia tidak akan bisa merasakan auraku."

"Hah?" Issei hanya bengong mendengar jawaban itu, jawaban ambigu yang dikeluarkan Naruto tidak mencapai nalarnya saat ini. Dia masih terdiam di depan pintu masuk Mansionnya, hari sudah mulai malam dan udara sudah mulai mendingin... ditambah angin yang bertiup kencang pertandai badai akan datang.

Issei melangkah masuk melewati Naruto yang sedari tadi hanya menatap langit yang mulai mengumpalkan dan sesekali mengeluarkan kilatan petir. Dia tidak terlalu peduli dengan semua sikap Naruto yang menurutnya ganjil... dia sudah terbiasa, sudah terlalu terbiasa dengan sikap aneh Butlernya.

"Kalau kau sudah selesai dengan urusanmu di situ segera tutup pintunya" Issei berucap tanpa menoleh sedikitpun, langkah kakinya tetap dan meninggalkan Naruto yang sedari tadi meliriknya dari sudut pandangnya.

"Masalah akan datang, beserta datangnya badai ini" Naruto menutup pintunya ketika petir semakin sering menyambar, dan hujan lebat telah turun. Sebelum pintu benar-benar tertutup, dia sudah melihat hampir semua Maid keluarga Hyudou telah memasuki Masion dari pintu belakang.

0o0o0

"Terimakasih"

Issei kembali mengingat ucapan terimakash yang tulus dari bibir gadis itu. sudah seminggu dia tidak bertemu dengan Ashia sejak kejadian itu. Ya, Ashia seorang Biarawati yang telah menarik perhatiaanya akan sikapnya yang terlalu baik pada semua orang. Sehingga menyebabkan gadis itu sering dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk kepentingan mereka. Setidaknya itu pikir Issei tentang keadaan gadis itu. dan sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu dan membuat Issei kembali menduga-duga dengan banyaknya pikiran yang melintasi otaknya tentang gadis bersurai pirang tersebut.

Sebuah alasan dan pemikiran singkat yang membuat Issei inggin melindungi gadis tersebut.

Hah... memang sebelum mereka berpisah, Issei sudah memberikan beberapa uang dan kartu namanya pada gadis tersebut. dan dia yakin dengan kondisi gadis itu yang memperihatinkan ditambah dengan pakaian suster Gereja lusuh yang tak layak pakai. Uang hasil pemberiannya tidak akan cukup untuk tiga hari. Tapi entah kenapa dia tidak muncul-muncul, apa gadis itu sudah kembali ketempatnya dan tidak diasingkan kembali? Apa gadis itu kenapa-napa dan kembali dianiaya oleh orang lain? Apa dia telah dibunuh Malaikat jatuh atau dipaksa untuk menjadi Iblis karena Sacred Gearnya yang langkah?

Kira-kira itulah pikiran yang membuatnya khawatir. Dia tidak tau setan jenis apa yang merasuki pikirannya. Tetapi rasa takut ini membuat dia tak bisa berfikir dengan tenang... bahkan teh buatan Naruto sekalipun tidak sanggup menenangkannya kali ini.

Ada apa dengannya?

Diawal pertemua mereka, dia melihat Ashia gadis polos yang sedang menyembuhkan seorang anak kecil yang pada akhirnya semua perbuatan baiknya dianggap sebelah mata oleh Ibu sang anak. Gadis Gereja yang diasingkan karena tidak sengaja menyembuhkan Iblis yang sedang terluka. Gadis yang masih menyimpan niat baik pada semua orang, bahkan pada orang yang telah meaniayanya... dia yang bahkan cara makannya brutal untuk gadis seusianya, yang entah mengapa itu terlihat lucu dipandangan Issei.

Menolong Gadis itu dari cacian seorang Ibu. Mengajaknya makan di restoran cepat saji dengan menraktirnya tiga Burger ukuran jumbo dan ti[ga Soft drink. Ditambah dengan memberinya beberapa uang untuk hidup kedepan seharusnya itu sudah cukup. Bahkan selama hidupnya dia tidak pernah sebaik ini. Dia kenapa?

Apa dia telah menyukai gadis itu? tidak-tidak! Dia hanya sekali lagi dia tekankan pada dirinya sendiri. Dia hanya inggin melindungi Gadis itu dari orang-orang yang menurutnya bisa meracuni pikiran Ashia.

Perlahan Issei berdiri dari kursi kerjanya dan menatap pemandangan yang kelam dibalik jendela. Hari ini Badai kembali menghantam Kuoh seakan tak ada habisnya. Tangannya saling mengait cemas ketika pikirannya kembali memikirkan gadis bersurai pirang itu.. kenapa Gadis itu tidak datang kembali padanya dan kembali meminta bantuannya, padahal dia sudah berpesan agar segera mendatanginya ketika uang yang diberikannya telah habis.

Sial! Dia tidak bisa berfikir jernih saat ini. Inggin meminta bantuan Naruto agar bisa menemukan Ashia. Akan tetapi dia terlalu gengsi meminta bantuan itu.

Matanya terus menatap langit, terfokus pada kilatan-kilatan yang semakin gencar memekakkan telinga dan ditambah dengan hujan yang semakin deras menghantam bumi... hari ini benar-benar parah. Jika bukan karena rapat dengan koleganya saat ini Issei mungkin sudah berkutat dengan ulangan Biologi saat ini.

"Tuan Muda"

Issei menoleh sebagai respon akan panggilan itu dan entah bagaimana dia sudah menemukan Naruto yang berdiri di sampingnya.

"Ada apa?" dia menautkan alisnya bingung ketika mendapati pakaian Naruto yang basah.

"Shiro-san memberi tau saya bahwa ada mayat di depan Gerbang Masion kita! Mayat perempuan."

Deg!

Entah mengapa tubuh Issei bergetar dengan cepat, sesaat setelah mendengar jawaban Naruto tiba-tiba sesuatu bukan sebuah kenangan melintasinya dengan cepat. Tanpa mempedulikan Naruto yang menatapnya bingung dia segera berlari keluar ruang kerjanya. Mengabaikan Naruto yang terheran-heran dan akhirnya memilih menyusulnya.

Mengingat mayat perempuan dalam hati dia berdo'a. Semoga bukan Ashia.

0o0o0

"ASHIA!" Issei berteriak kencang ketika mendapati seorang Gadis bersurai pirang dengan piama tebal terlelap di atas sebuah Sofa seraya dikelilingi oleh beberapa Maid dan di samping gadis itu duduk seorang dokter pirbadinya. Dan di bawah sofa itu tergeletak pakaian Biarawati yang basah dan berlumuran darah.

"Tenanglah dia hanya kedinginan." Ucap dokter tersebut menatap Issei dengan pandangan seakan paham. "Untung Naruto-san bergerak cepat dengan menelon saya ketika mendapat gadis ini dalam kondisi seperti ini"

"Agak sedikit aneh dengan darah yang menempel pada pakaiannya, sedangkan di tubuhnya tak terdapat luka sedikitpun"

Issei tersenyum lega mendapati jawaban dari dokter tersebut, melirik Ashia gadis itu sudah berganti pakaian dengan piama baru dan wajah pucatnya perlahan berwarna akibat suhu ruangan ini. Dia inggin mendekati gadis ini lebih lanjut. Tapi sebuah tepukan tangan di bahunya menghentikan aksinya tersebut. melirik dan memasang eskpresi tidak suka dia mulai menatap siapa yang inggin menghalangi niatnya.

Tapi ekspresi wajahnya lansung digantikan dengan ekspresi binggung ketika melihat Naruto yang menatap tajam dirinya dan Ashia. Ekspresi itu begitu ganjil dan tak dimengerti dirinya.

"Aku memang telah menyelamatkannya, melihat dia memengang kartu nama Anda Tuan Muda." Issei hanya mengangguk paham untuk yang ini. "Tapi sayangnya bukan hanya kedinginan yang membuatnya pingsan. Tetapi sebuah tombak Malaikat jatuh nyaris membunuhnya jika aku tidak mengobatinya dengan tenaga Iblisku"

Issei terkejut bukan main, secara perlahan tangannya megepal kuat hingga buku-bukunya memutih.

"Malaikat jatuh!"

Desisnya berbahaya.


Akhirnya chapter ini kelar juga. Bagaimana apa ini masih bagus? Atau kwalitas chapter ini sudah mulai menurun? Entah saya tidak tau, saya serahkan semua kepada readers sekalian karna kalianlah yang akan menilai setiap cerita yang saya buat... maka dari itu saya tunggu reviewnya agar saya tau respon kalian pada chapter kali ini... kalau ini masih dalam kategori bagus akan saya pertahankan. Dan kalau kwalitas menurun akan saya tingkatkan. Intinya saya minta respon berupa review kalian semua.

Dan maaf untuk sesi tanya jawab, hari ini tidak bisa saya buka... tapi chapter depan akan saya buka.

Semoga kalian terhibur kali ini.

Drak Yagami out~