Title : Shadow Warrior Ch 24
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction M
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Sungmin, Yesung, Kangin
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
.
.
Shadow Warrior
.
CHAPTER 24
.
.
"Apa permintaan ketiga?" Ulang Kyuhyun kesekian kalinya malam itu. Ia sudah memutuskan jika sekali lagi Eunhyuk tidak menjawab, ia akan memaksanya. Mereka sudah keluar dari café dan berjalan tak tentu arah selama satu jam.
"Kita duduk di sana saja."
"Duduk? Lagi?"
Eunhyuk mengabaikan protes Kyuhyun dan menjatuhkan badannya ke salah satu bangku taman. Taman itu masih gelap meski tanda-tanda matahari akan terbit mulai terlihat. Ia menepuk area kosong di sisinya, memberi isyarat agar Kyuhyun duduk.
"Katakan sekarang atau…"
"Panggil burung-burung itu untukku."
Eunhyuk mengatakan itu dengan bisikan yang sangat halus, sehingga Kyuhyun tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"Panggil burung-burung itu untukku."
Eunhyuk mengulangi perkataannya dengan bisikan yang sama halusnya, namun lebih lambat sehingga Kyuhyun bisa menebak yang tak terdengar lewat gerakan bibirnya.
Kedua alis Kyuhyun bertaut. Belum sempat ia mengatakan sesuatu, Eunhyuk menarik tangannya dengan keras sehingga mau tak mau Kyuhyun terduduk di sisinya. Tangan Eunhyuk merangkul bahunya dengan sedikit tekanan, dan berbisik: "Jangan berbicara dengan keras dan menoleh ke manapun kecuali ke arahku, Jeonha. Aku tidak ingin orang itu melihat ekspresi wajahmu apalagi mendengar kata-katamu."
"Orang yang mengikuti kita sejak keluar istana?" Tanya Kyuhyun dengan suara berbisik yang sama halusnya.
Kali ini Eunhyuk yang terlihat kaget, namun ia mengembalikan ketenangannya dengan cepat. "Jeonha tahu?"
"Tentu saja." Kyuhyun menghela napas panjang. "Dan lepaskan tanganmu dari bahuku, Eunhyuk sshi."
"Oh, maaf." Eunhyuk menarik kembali tangannya dengan wajah memerah. Ia meringis salah tingkah. "Aku terlalu lancang bukan?"
"Syukurlah kau sadar. Jika ajussi melihatnya, aku tidak tahu hukuman apa yang akan dia jatuhkan untukmu."
"Jangan katakan hukuman pancung!" Eunhyuk tanpa sadar memegang lehernya dengan ekspresi ketakutan. "Atau… jangan-jangan hukuman gantung? Cambuk? Atau…"
Mata Eunhyuk melebar ketika Kyuhyun menyemburkan tawanya. Ia menunggu dengan sabar sampai tawa itu mereda sebelum Kyuhyun menatapnya dengan ekspresi geli.
"Kau terlalu banyak menonton drama joseon. Kami tidak melakukan hal-hal semacam itu. Kami adalah guardian, bukan penguasa kerajaan."
"Ah, syukurlah."
Kyuhyun kembali tertawa saat Eunhyuk menyandarkan punggungnya dengan lega.
"Dan jangan berharap aku akan mengikuti apa yang kau inginkan, Eunhyuk sshi."
Nada dingin dalam suara itu membuat Eunhyuk menoleh. Ia bertatapan dengan mata Kyuhyun yang berubah menjadi tajam, sama seperti saat pertama mereka bertemu. Namun bukan kehampaan yang ada di sana, melainkan kepedihan.
"Aku tidak ingin ada yang berkorban lagi untukku. Tidak seorangpun."
"Apa maksudmu, Jeonha?"
"Jangan berlagak bodoh!"
Suara Kyuhyun tidak lagi berbisik seperti percakapan mereka sebelumnya, membuat Eunhyuk menutup mulutnya sendiri dengan ketakutan. Ia memerlukan segenap kekuatannya untuk mencegah dirinya melirik ke sosok yang selama ini menguntit mereka.
"Kau pikir aku tidak tahu tujuanmu berpura-pura bisa memanggil burung?!"
"Jeonha!" Eunhyuk pucat pasi.
"Ya, aku juga penasaran siapa orang yang memanggil burung-burung itu untuk menolongku, Eunhyuk sshi. Aku pikir kau lah orangnya, karena itu aku mau mengikuti ajakanmu. Tetapi semua percakapan kita tadi…." Kyuhyun berdiri sambil membuat ekspresi jijik. "Kau palsu… Kau berharap aku akan menarikmu masuk ke Istana sehingga bisa menikmati semua kemewahan dan kehormatan yang ada? Jangan bermmpi! Kau… kau tidak lebih dari penipu yang berusaha menjadi seorang raja!"
Eunhyuk hanya bisa menatap Kyuhyun dengan mata terbelalak dan mulut terbuka lebar. Ia bahkan tidak bisa mengatakan apapun sampai sosok Kyuhyun berbalik pergi setelah melempar sekali lagi tatapan jijik ke arahnya.
Saat semua perasaan kaget itu hilang, Eunhyuk teringat kepada sosok di belakang mereka. Namun sosok itu sudah tidak ada. Sepertinya kata-kata Kyuhyun sudah mengenai sasaran. Bahu Eunhyuk mengempis. Ia merasa gagal.
"Aku tidak ingin ada yang berkorban lagi untukku. Tidak seorangpun."
Kata-kata Kyuhyun terngiang di telinganya, membuat Eunhyuk tak bisa menahan air matanya. Kyuhyun paboya… Hyung tidak ingin kehilanganmu lagi. Hyung hanya ingin kau tetap hidup sampai keluarga kita bisa bersatu seperti semula, Kyuhyunie…
Eunhyuk tersenyum miris ketika salju pertama turun. Keindahan itu justru membuat perasaannya semakin sedih.
.
.
"Salju pertama…" Dayang Jung membuka jendela lebih lebar, tersenyum menatap butiran putih yang turun dengan lembut. "Tidak terasa, sudah dua belas tahun sejak malam itu…"
Pikiran Dayang Jung melayang jauh ke belakang…
Dua belas tahun yang lalu…
Salju pertama turun dengan indahnya di Istana Gerbang Selatan. Ia tengah bersiap untuk kembali ke rumahnya malam itu untuk menemani kedua anaknya yang seharian ditinggal bekerja. Bukan hal yang ideal untuk keluarganya, namun ia bersyukur suaminya bisa mengerti tentang perasaannya untuk berada di sekitar Kyuhyun, meski harus menyamar sebagai seorang dayang.
Tiba-tiba perasaan tidak enak menerpa Dayang Jung ketika ia menatap bangunan utama seperti yang ia lakukan setiap malam sebelum pulang.
Kyuhyunie….
Tanpa bisa ia tahan, ia mengendap-endap melewati para penjaga yang berkeliling mengawasi istana. Ia bersyukur penjagaan hanya ketat di bagian luar; Mungkin keberadaan mereka yang tersembunyi dengan portal membuat Direktur Kim menganggap semua sudah cukup aman. Dayang Jung melangkahkan kakinya menuju kamar Kyuhyun. Sejak kecil Kyuhyun selalu tidur sendirian di kamar yang sangat luas meski Shindong akan mengantar dan membangunkannya. Sangat berbeda dengan kehidupan yang ia berikan kepada Eunhyuk dan Donghae. Walaupun ia bekerja di istana gerbang selatan, Dayang Jung selalu menemani kedua putranya tidur dan bangun pagi untuk memasakkan makanan sebelum berangkat ke istana.
Dayang Jung memeriksa keadaan sekitar sebelum perlahan membuka pintu kamar. Kegelapan menyambutnya, tak ada cahaya yang terlihat kecuali sinar bulan samar menembus jendela. Dayang Jung tidak melihat sesuatu yang aneh dan berpikir perasaannya terlalu sensitif. Ia hendak menutup pintu kembali ketika sebuah suara yang sangat halus menembus kesunyian.
"Tidak bisakah Eomma menemuiku?" Sebuah isakan kecil. "Jebal..." Lalu Kyuhyun terdiam namun Dayang Jung bisa mendengarnya mencoba menahan isak kecilnya. Kata-kata itu dan jeritan kecil hatinya sendiri selama lima tahun ini membuatnya tidak bisa menahan diri lagi. Ia membuka pintu dan melangkah berjalan menuju Kyuhyun.
"Jeonha..."
Mata Kyuhyun yang besar dan berlinang air mata menatap Dayang Jung ketika ia duduk di sisi pembaringannya. Kyuhyun menarik selimutnya lebih rapat sambil berdengung sedih.
"Ada apa, Jeonha?" Dayang Jung bertanya dengan lembut sambil mengulurkan tangan untuk mengelus rambut anak itu sebelum ia tersadar dan dengan berat hati menarik tangannya kembali.
"Aku sedih…" Kyuhyun menarik napas dan beberapa butir air mata jatuh dari pipinya yang chubby dan membasahi bantal. Dayang Jung berusaha menahan air matanya sendiri. "Apakah aku begitu nakal sehingga Eomma tidak mau menemuiku?"
"Oh, Jeonha... " Dayang Jung tidak peduli apa yang akan terjadi padanya. Ia mengangkat tubuh Kyuhyun yang kecil, terlalu kecil untuk anak berusia 5 tahun, dan memeluknya di dadanya. Meski reaksi Kyuhyun terlihat kaget dan tegang, akhirnya anak itu gemetar dalam pelukannya dan ia bisa merasakan bahunya basah ketika Kyuhyun menyandarkan kepalanya. Tangan mungil itu mengepal baju Dayang Jung dengan erat, seakan khawatir ia akan pergi.
Pelan-pelan Dayang Jung merebahkan dirinya di atas tempat tidur dengan Kyuhyun masih berada di pelukannya. Ia menarik selimut untuk menutupi mereka berdua, hal yang sama yang ia lakukan jika Eunhyuk atau Donghae merasa sedih atau sakit. Ia tidak pernah meninggalkan mereka, dan malam ini ia tidak akan meninggalkan Kyuhyun. Lima tahun harus berpisah dari anak bungsunya karena semua alasan besar itu sudah cukup. Ia juga tidak peduli jika Leeteuk atau Shindong menemukan mereka. Istri Leeteuk meninggal tiga tahun lalu, membuat anaknya kesepian di istana tanpa Leeteuk yang sering bepergian. Shindong memang menyayangi Kyuhyun dan menjaganya dengan baik. Meski begitu Kyuhyun sepertinya sangat merindukan sosok sang ibu.
Dayang Jung membiarkan Kyuhyun menangis sementara ia membisikkan kata-kata lembut dan menepuk punggungnya untuk menenangkan. Ia menjelaskan dengan sederhana kenapa sang ibu tidak lagi menemuinya, bahwa Kyuhyun masih memiliki orang-orang yang mencintainya. Tidak perlu waktu lama, isakan Kyuhyun telah berubah menjadi dengusan kecil napasnya yang masih sedikit tersendat.
Kamar itu menjadi benar-benar hening beberapa saat kemudian, namun Dayang Jung tetap memeluk Kyuhyun di balik selimut. Ketika keheningan berlanjut, ia melirik ke bawah untuk melihat apakah Kyuhyun tertidur. Kyuhyun tidak tertidur. Matanya menatap tangan mungilnya yang masih mengepal di baju Dayang Jung. Sinar bulan yang menerobos ke dalam kamar menampakan kilatan sisa-sisa air mata yang menempel di bulu mata bocah itu. Dayang Jung ingin sekali menciumnya dan berbisik : Eomma di sini, anakku. Namun akhirnya Dayang Jung hanya menghapus air mata itu dengan jemarinya.
Mata Kyuhyun mengerjap dengan setiap gerakan lembut itu. Ketika Dayang Jung menghentikan gerakannya karena semua sisa air mata telah terhapus, tangan kecil Kyuhyun menariknya kembali.
"Tolong jangan tinggalkan aku..." Kyuhyun berbisik begitu pelan sehingga Dayang Jung nyaris tidak mendengarnya. Ketika akhirnya ia mengerti kalimat itu dengan jelas, Dayang Jung mengeratkan pelukannya.
"Tidak akan, Jeonha. Eom… Hamba tidak akan pergi. Hamba berjanji." Dayang Jung membelai kepala Kyuhyun, mengabaikan semua peringatan dalam kepalanya. Hanya satu hal yang ia inginkan, yaitu Kyuhyun tahu ia bersungguh-sungguh.
"Benarkah eomma tidak membenciku?" Mata Kyuhyun menatapnya, membuat Dayang Jung butuh beberapa waktu untuk menyadari kata-kata itu bukan ditujukan untuknya secara pribadi.
"Benar, Jeonha. Dia tidak ingin meninggalkan Jeonha dengan sengaja. Tetapi kadang, meski dia sangat mencintaimu, hal-hal di dunia tidak bisa kita atur sesuai keinginan kita. Hal-hal buruk terjadi, bahkan hal-hal baik bisa memisahkan orang-orang yang saling mencintai."
Dayang Jung tersenyum melihat kebingungan di mata bocah itu.
"Ketika kau lebih besar, Jeonha akan mengerti kata-kata hamba."
"Aku rindu eomma," bisik Kyuhyun dengan suara bergetar.
Perasaan Dayang Jung hancur melihat begitu banyak kesedihan dan kepedihan di mata Kyuhyun. Ini bukan perasaan yang perlu diketahui anak sekecil Kyuhyun. Bukan anakku.
"Jeonha boleh merindukannya," bisik Dayang Jung sambil merapikan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Kyuhyun. "Meski eomma Jeonha sudah pergi, Jeonha masih memiliki appa, ajussi, dan Sungmin hyung yang mencintai Jeonha. Juga hamba. Dayang Jung."
"Dayang Jung?" Sepasang mata itu terbelalak lebar.
"Ne, Jeonha. Dayang Jung ini sangat mencintaimu. Ini rahasia kita." Ia berbisik seakan itu rahasia besar.
"Aku mencintai mereka semua. Aku juga mencintai Dayang Jung." Kyuhyun tersipu dan meringkuk dalam pelukan Dayang Jung.
Kata-kata itu membuat Dayang Jung meneteskan air mata yang segera dihapusnya sebelum Kyuhyun sadar. Ia tersenyum melihat Kyuhyun berjuang melawan perasaan kantuknya.
"Tidurlah, Jeonha. Hamba tidak akan kemana-mana."
"Saranghae, Dayang Jung." Kyuhyun bergumam sambil menguap kecil sebelum akhirnya jatuh tertidur.
Jantung Jung begitu penuh dan dia tidak bisa menahan senyum ketika dia menekan ciuman lembut ke dahi Kyuhyun.
.
.
"Eomma sangat mencintaimu, uri Kyuhyunie."
Kyuhyun menghela napas panjang. Ia memang paham beberapa tahun kemudian, apa yang dimaksud oleh kata-kata Dayang Jung 'hal-hal buruk terjadi, bahkan hal-hal baik bisa memisahkan orang-orang yang saling mencintai' saat itu. Namun kata-kata yang diucapkan Dayang Jung saat mencium keningnya karena mengira Kyuhyun sudah tertidur, kata-kata yang tidak pernah lepas dari ingatannya itu baru ia pahami betul artinya malam ini.
"Aku juga sangat mencintaimu, eomma," bisik Kyuhyun sambil memandang Dayang Jung yang tengah tersenyum menatap salju pertama di ambang jendela.
Maafkan aku yang tidak berbakti padamu selama ini. Menjaga hyungdeul selamat sampai semua ini berakhir, setidaknya itu yang bisa aku lakukan untukmu.
Kyuhyun berbalik pergi saat sosok Dayang Jung menjadi kabur karena air mata yang menutupi pandangannya.
.
TBC
.
Wah, sudah lama aku tidak menulis, dan kangen banget untuk meneruskan semua ff-ku.
Maaf jika ada typo dan kesalahan lainnya. Ini benar2 sangat lama sejak terakhir menulis.
Aku harap teman-teman bersedia membagi apa yang kalian rasakan dari chapter ini di review.
Aku sangat suka mengetahui perasaan apa yang ff ini berikan untuk kalian.
Terima kasih telah mengikuti ff SW
Kamsahamnida