Saya mohon maaf atas keterambatan update ini yang memakan waktu bertahun-tahun...

Saya benar-benar tidak sanggup membagi waktu dengan baik belakangan ini. Saya sangat berterimakasih atas kesabaran para reader yang menunggu dan masih berkenan membaca karya saya ini. Terimakasih juga bagi para reader yang berbaik hati memberikan saya semangat dan dorongan untuk menyelesaikan cerita ini.

Sebagai pemberitahuan cerita ini akan berakhir di chapter 23.

Selamat menikmati


Kesalahan

Jika boleh cerita ini selalu bahagia dan tidak ada akhirnya...

Apakah mereka masih berkenan untuk saling membohongi perasaan mereka?

"Kau masuklah, hanya kau yang diperlukannya. Biar saja aku tetap disini," ucap Sungmin pelan seraya mendorong lembut Kyuhyun agar memasuki salah satu ruang rawat di rumah sakit itu. "Seohyun sudah siuman sejak beberapa hari yang lalu, kata dokter dia hanya perlu penyemangat agar bisa kembali pulih dan dapat beraktivitas seperti sedia kala. Kau bisa kan bicara padanya?"

Kyuhyun menatap wanita yang berdiri di sampingnya saat ini, kemudian pria itu menundukkan kepalanya. "Entahlah. Aku tidak yakin," kata Kyuhyun.

"Coba saja dulu, kau dan Seohyun kan sudah saling mengenal dalam waktu yang lama. Jadi kau pasti bisa menyemangatinya."

Kyuhyun diam tak bergerak ditatapnya sekali lagi isterinya itu. "Apa maksudmu melakukan semua ini, Sungmin? Bukankah aku sudah berulang kali mengatakan kalau ini semua bukan urusanmu," ucap Kyuhyun.

Sungmin terdiam sejenak kemudian menghela nafas panjang. "Aku ingin memperbaiki segalanya, Kyu. Hubungan kau dan Seohyun harus tetap dipertahankan. Kalian saling menyukai dan kalian pasti sudah merencanakan masa depan bersama, bukan? Aku tahu aku telah menghancurkan rencana hidup kalian dan merenggangkan hubungan kalian, karena itu aku ingin membuat kalian tetap bersama," jelas Sungmin.

"Kau tidak perlu repot-repot menjaga hubungan orang lain. Urus saja pekerjaanmu."

"Tidak bisa, Kyu. Ini sudah menjadi tanggung jawabku untuk memastikan kalian baik-baik saja," bela Sungmin.

"Tanggung jawab katamu? Ini hanya sekadar ungkapan rasa bersalahmu kan?" kata Kyuhyun mulai meninggi.

Sungmin seperti tidak menghiraukan perkataan Kyuhyun. Gadis itu mendorong Kyuhyun menerobos pintu ruang rawat tersebut, namun tidak ikut masuk. Sungmin dengan cepat menutup pintur ruang rawat tersebut tanpa mengatakan apa-apa. Meninggalkan Kyuhyun dan Seohyun berdua saja di dalam ruangan itu.

Kyuhyun membatu untuk beberapa saat, entah kenapa dirinya merasa ruangan itu pengap dan udara disekitarnya terasa berat. Matanya dengan ragu menatap sosok gadis yang duduk bersandar diatas tempat tidur, lalu ia memberanikan diri berjalan mendekati gadis tersebut.

"Hai..." sapa Kyuhyun canggung. "Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa baikkan?"

Seohyun yang semula menatap lurus pria itu kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela. Gadis itu mendesah pelan lalu berkata "Kau tak usah berpura-pura, Kyu. Aku tahu kau tak akan bersedia datang setalah apa yang terjadi diantara kita belum lama ini. Pasti isterimu itu yang memaksamu menemuiku. Bisakah kau mengatakan padanya kalau dia terlalu berlebihan mengatasi rasa bersalahnya?"

"Aku tidak akan membantah apa yang baru saja kau katakan. Tapi, setidaknya aku memang khawatir saat mengetahui kabarmu," balas Kyuhyun singkat.

Seohyun tersenyum hambar. "Mulai saat ini kau tidak perlu mengkhawatirkan keadaan ku. Aku akan baik-baik saja. Aku sudah menyadari kalau sebenarnya yang salah selama ini bukan hubungan kau dan isterimu itu tapi hubungan kau dan aku. Aku sudah mengerti, Kyu. Jadi kau tidak perlu mencoba membuatku mengerti," ucap Seohyun tegas. Matanya bergerak pelan, memberanikan hatinya yang retak untuk menatap Kyuhyun.

Kyuhyun tak membalas perkataan gadis itu. Pria itu diam, tak mampu memikirkan kata yang tepat untuk membalas perkataan gadis itu.

"Kau benar, Kyu. Hubungan kita memang sudah seharusnya berakhir, karena jika kita tetap keras kepala maka kita akan menyusahkan banyak orang, terutama isterimu itu. Aku tahu kita sudah banyak merepotkannya... Jadi, anggap saja tidak ada yang pernah terjadi diantara kita," kata Seohyun dengan suara yang hampir tercekat. "Lagipula... aku sudah belajar menerima kenyataan. Aku sudah belajar untuk melupakanmu."

Sesaat kemudian ruangan itu hening. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu berkata-kata lagi. Seperti ada beban berat yang mengganjal hati mereka, membuat mereka menahan kata-kata dari lidah mereka. Mereka saling terpaku, berpandangan satu sama lain, melepaskan rindu yang teramat perih dan membuat luka itu semakin dalam dan sakit.

"Aku tidak bermaksud membuatmu mengerti. Kali ini, aku ingin meluruskan sesuatu agar aku tidak terus-terusan merasa bersalah karena kau," Kyuhyun angkat bicara. "Hatiku mulai berubah, Seohyun," ucap Kyuhyun diiringi helaan nafas panjang.

"Aku tahu," ucap Seohyun pelan. "Dan mungkin aku menyadarinya lebih dulu daripadamu."

Kyuhyun menatap bingung pada Seohyun. "Maksudmu?"

Seohyun kembali mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Kyuhyun yang menurutnya menyakitkan. "Sudahlah, Kyu. Mari kita akhiri saja hubungan ini. Aku sudah cukup lelah mendengar semua orang membicarakan kalian."

Kyuhyun terdiam dan kemudian duduk di kursi yang bersampingan dengan tempat tidur pasien.

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya, bukan? Merasa bodoh sepanjang waktu karena telah menyia-nyiakan hidupku menunggu pria yang kucintai. Bukankah aku bodoh sekali? Mengharapkan sesuatu yang mustahil?"

"Aku tidak mengerti maksudmu, Seohyun. Bisakah kau bicara yang jelas?"

Air mata Seohyun lolos begitu saja. Dirinya menangis tanpa suara seraya memalingkan wajahnya, ia tak ingin tertangkap basah menangis seperti ini. Namun dapat dipastikan usahanya gagal, karena Kyuhyun mengetahuinya dari pundak gadis itu yang bergetar.

"Ku mohon. Jangan pernah menemuiku atau menghubungiku lagi, atau bahkan sekadar menanyakan kabarku. Mulai sekarang anggap saja kita tidak pernah mengenal satu sama lain."

Kyuhyun terkejut dengan sikap Seohyun, ia tak menduga akan seperti ini jadinya. "Aku tak tahu kau akan semarah ini padaku."

Seohyun tak menjawab apa-apa. Jauh didalam hati gadis ini, ia ingin sekali Kyuhyun membantah apa yang dikatakannya, mencegahnya mengakhiri segalanya, dan berhenti membuatnya menangis. Tapi ia tahu, hal itu tidak mungkin.

Kyuhyun menundukkan kepalanya. "Aku akui aku memang pria brengsek yang dengan jahatnya membuatmu menunggu pria sepertiku. Sedari dulu, aku memang tidak becus menjaga perasaanku dan aku minta maaf karena itu. Dari awal kita bersama aku sudah sering membuatmu menangis—dan jujur—aku kagum kau sanggup bertahan dengan orang semacamku. Aku menghargai perasaanmu dan jika bisa aku ingin belajar membalas perasaan itu. Sayangnya, situasi mengatakan lain. Seakan-akan hidupku sendiri yang melarangku untuk bersamamu. Aku takut hal buruk terjadi padamu karena aku," jelas Kyuhyun.

Kyuhyun menggapai tangan Seohyun dan menggenggamnya, membuat gadis itu menoleh padanya. "Seohyun, dengarkan aku baik-baik," ucap Kyuhyun dengan suara yang merendah. "Aku mengakhiri hubungan ini bukan semata-mata karena aku mencintai orang lain atau karena obsesiku. Aku mengakhirinya sekarang karena aku tak ingin kau terluka nantinya."

"Bagaimana kalau aku sudah terluka sekarang?" balas Seohyun cepat.

Kyuhyun menatap mata Seohyun yang sudah berlinangan air mata. "Maaf karena selalu membuatmu begini, dan maaf karena telah membuatmu terluka," ucap Kyuhyun.

Ruangan itu kembali hening, menyadarkan Seohyun bahwa tangan pria yang tengah menggenggamnya membuat hatinya semakin tenggelam.

"Kyu, pergilah. Kumohon," ucap Seohyun yang kemudian melepaskan tangannya. "Jangan membuatku semakin bingung."

Perkataan Seohyun seperti menghakimi Kyuhyun, semakin menghujam pria itu dengan rasa bersalah. Kyuhyun sadar, kalau sekarang dirinya adalah pria brengsek yang tidak pantas bersama Seohyun.

"Baiklah, aku akan pergi. Terimakasih atas segalanya selama ini Seohyun. Dan sekali lagi maafkan aku," ucap Kyuhyun seraya berdiri dari tempatnya.

Seohyun menatap Kyuhyun dalam, berusaha mencari tatapan teduh Kyuhyun yang dulu namun ia tidak dapat menemukannya. Pria itu bukan lagi Kyuhyun yang dikenalnya. Kyuhyun mengelus kepala Seohyun dan mencium puncak kepala Seohyun. Walau maksudnya hanya ingin meminta maaf namun sikapnya itu mampu membuat seorang wanita yang mengintip mereka berdua dari luar ruangan mati rasa.

Sungmin merasa lututnya lemas dan ia tak sanggup berdiri. Seakan-akan seluruh energinya terbang melayang entah kemana. Dirinya tak sanggup melihat suaminya bersama wanita lain, terlebih bagi Sungmin, Seohyunlah yang dicintai Kyuhyun.

Sungmin berjalan dengan linglung menjauhi pintu ruangan itu, pandangannya kosong dan suaranya tercekat. Tubuhnya remuk dan hatinya terasa sakit. Ia ingin berlari sejauh mungkin dari tempat itu, karena perasaan bersalahnya lagi-lagi menghantuinya, terus berputar-putar di kepalanya.

Padahal Sungmin tidak mendengar satu kata pun dari percakapan mereka, tapi mengapa hatinya bisa seperih ini hanya dengan melihat mereka bercakap-cakap.

Sungmin terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit itu, tangan kirinya meraba dinding dingin rumah sakit karena saat ini Sungmin benar-benar tidak memperhatikan bagaimana dirinya sendiri berjalan. Namun, baru beberapa langkah berjalan Sungmin menabrak seseorang.

Langkah Sungmin sempat terhenti, namun setelah ia menyadari siapa yang ditabraknya dirinya merasa lega. Tanpa bisa menahan diri lagi, Sungmin memeluk orang tersebut dan menangis tersedu-sedu didadanya.

Lee Donghae terkejut bukan main saat dirinya —dengan tidak sengaja— bertemu dengan kakaknya dan tiba-tiba kakaknya memeluknya dan menangis begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Donghae tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ingin ia menanyakannya namun dirinya tidak sanggup melihat kakaknya sehancur itu. Tanpa pikir panjang, Donghae membalas pelukan itu seraya mengelus-elus pundak Sungmin, berniat menenangkannya.

Tepat saat Kyuhyun keluar, Donghae dan Sungmin masih berpelukan dan hal tersebut sukses membuat Kyuhyun merasa kesal. Dengan langkah tergesa-gesa Kyuhyun menghampiri mereka berdua.

Donghae yang melihat Kyuhyun berjalan mendekati mereka, dengan sengaja tidak melepaskan pelukan itu, ia ingin menunjukkan kalau Sungmin pun sebenarnya bisa saja jatuh kepadanya kapan saja.

"Apa yang terjadi disini?" tanya Kyuhyun gusar.

Suara Kyuhyun menyadarkan Sungmin dan membuat gadis itu menahan suara isakannya mati-matian.

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu, hyung. Apa yang telah kau lakukan sampai-sampai noona menangis seperti ini?"

Kyuhyun mengerutkan dahinya. Ia bahkan tidak tahu kalau Sungmin menangis, seingatnya isterinya itu baik-baik saja sesaat sebelum dirinya masuk ruangan Seohyun.

"Sungmin, kau menangis?" tanya Kyuhyun seraya menyentuh pundak isterinya supaya isterinyaitu melihatnya.

Sungmin dengan cepat melepaskan pelukan Donghae dan menghapus airmatanya dengan cepat. Gadis itu memberanikan diri menatap dua pria di hadapannya bergantian dan menarik nafas dalam-dalam.

"Maafkan aku, sepertinya aku membuat kalian khawatir. Sungguh, aku baik-baik saja. Aku baru dapat kabar bahwa ada ayah teman lamaku meninggal. Entah kenapa, aku jadi teringat appa," kata Sungmin berbohong.

"Benarkah? Bukan karena suami bodohmu ini?"

"Hei, berani sekali kau dengan kakak iparmu ini. Jaga bicaramu, Donghae." Kata Kyuhyun geram. Kemudian Kyuhyun beralih pada Sungmin. "Sungmin, kau yakin baik-baik saja?"

Sungmin menjawab suaminya dengan anggukkan kikuk.

"Kalau begitu sebaiknya kita pulang, nanti kita bisa kemalaman. Ayo, Sungmin," ucap Kyuhyun yang kemudian menggandeng Sungmin tanpa memperhatikan bagaimana wajah kesal Donghae.

Tepat sebelum Kyuhyun membawa Sungmin pergi, Donghae menahannya dan berbisik pada Kyuhyun. "Awas saja jika aku melihat noona-ku menangis lagi ketika bersamamu. Saat itu aku tidak akan menerima alasan apapun lagi. Jika kau benar-benar suaminya harusnya kau menjaganya dengan baik, bukan membiarkan isterimu itu menangis sendiri."

Kyuhyun tidak suka cara Donghae mengguruinya, namun apa yang dikatakan Donghae itu benar. Dirinya tidak boleh membiarkan Sungmin menangis.

Kyuhyun kembali melanjutkan langkahnya dengan tangannya yang tetap menggandeng Sungmin. Meninggalkan Dongahae yang berdiri sendirian di lorong rumah sakit itu.

Setelah Kyuhyun dan Sungmin telah sampai di dalam mobil, Sungmin masih melamun dan sontak membuat Kyuhyun semakin merasa tidak nyaman. Pria itu tidak berani mengajak Sungmin bicara, karena menurutnya Sungmin seperti orang yang baru saja diguncang beban hebat.

Lama berselang, tanpa suara mereka hanya duduk di dalam mobil. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Kyuhyun sendiri enggan menyalakan mesin mobil dan menjalankannya. Pria itu menatap kosong pada isterinya yang juga sedang melamun.

"Kenapa kita tidak pulang, Kyu?" terdengar suara Sungmin yang serak karena wanita itu mati-matian berusaha agar tidak terisak lagi.

"Kenapa kau berbohong, Sungmin?" tanya Kyuhyun yang sontak membuat gadis itu membulatkan matanya.

"Be-berbohong? A-a-apa maksudmu?"

"Tentang ayah temanmu itu. Kau bohong, kan?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Kyuhyun tersenyum lembut pada sosok dihadapannya "Aku mengetahui apa saja darimu. Bahkan ketika kau berbohong aku bisa tahu," jawab Kyuhyun agak santai.

"Kyu, aku serius. Sejelas itu aku berbohong?"

Kyuhyun menghela nafas kemudian berkata. "Kau tidak punya teman, ingat? Mustahil rasanya jika kau bisa bersikap sedemikian heboh hanya gara-gara kematian orang lain."

Sungmin tidak menjawab. Bungkam.

"Lalu, kenapa kau menangis?" tanya Kyuhyun.

"Bukan urusanmu."

Kyuhyun tahu isterinya itu tidak baik-baik saja.

Jika semuanya baik-baik saja...

Mungkin kejadian ini tak akan menyatukan mereka...

"Bagus sekali, Tuan. Anda luar biasa hari ini," kata seorang staf yang tengah melepaskan earphone besarnya kemudian mengacungkan kedua jempolnya. "Nampaknya hari ini cukup, anda bisa beristirahat."

Kyuhyun mengulas senyum. "Terimakasih atas kerja keras anda hari ini," ucapnya sopan.

"Anda juga sudah bekerja keras hari ini tuan. Oh iya, selama anda rekaman nyonya menunggu anda sambil mendengarkan rekaman anda," kata orang itu seraya menunjuk seorang wanita yang termenung mengenakan earphone.

"Nampaknya ada hal penting yang ingin nyonya bicarakan, karena di jam sesibuk ini nyonya mencari-cari anda. Kami semua akan meninggalkan anda bicara dengan nyonya," kata staf itu yang kemudian berlalu dan menyuruh semua staf lain untuk pergi meninggalkan ruang rekaman itu.

Setelah ruangan sudah sepi, Kyuhyun berjalan mendekati Sungmin. Pria itu berjalan selambat mungkin karena ia menginginkan menatap wajah itu lebih lama tanpa disadari yang empunnya wajah. Kyuhyun duduk disebelah Sungmin, namun nampaknya Sungmin tidak menyadari kehadirannya. Gadis itu tetap melamun dengan tatapan kosong.

Kyuhyun tersenyum sendiri, melihat Sungmin dalam diam adalah hobi barunya. Entah sejak kapan hobi tersebut muncul, yang ia tahu setiap malam dirinya terbangun dan mendapati Sungmin yang terlelap. Kyuhyun tidak pernah melewatkan kesempatan semacam itu untuk memandangi wajah isterinya. Bahkan tak jarang ia memandangi isterinya itu berjam-jam sampai-sampai ia kurang tidur. Itu semua karena dia tidak bisa melakukannya di waktu lain. Sungmin selalu sibuk dengan pekerjaannya, pergi pagi-pagi sekali sebelum Kyuhyun bangun dan pulang larut setelah Kyuhyun tertidur.

Sama seperti sekarang, Kyuhyun selalu berusaha mencuri kesempatan untuk memandangi wajah isterinya. Karena bagi Kyuhyun wajah itulah yang selalu membuat hatinya berdebar-debar.

"Nampaknya kau terpesona dengan suara ku, Nyonya?" ucap Kyuhyun yang kemudian mengelus-elus rambut Sungmin, membuat Sungmin menoleh pada Kyuhyun namun gadis itu tidak mengatakan apa-apa.

Kyuhyun mengembangkan senyumnya saat mata mereka bertemu, Kyuhyun sadar ia sudah berulang kali dibuat isterinya itu jatuh cinta. Segala hal tentang wanita itu membuat dirinya bersemangat hidup. Pikirannya tiba-tiba melayang pada beberapa hari yang lalu, saat dirinya hampir saja lepas kendali dan menyetubuhi Sungmin yang sedang mabuk. Sampai sekarang ia merasa bersalah dan tentu saja hal ini hanya boleh Kyuhyun yang tahu. Karena baginya, walau Sungmin itu isterinya, Sungmin menganggap dirinya sebagai pria asing dalam hidupnya, maka dari itu, meniduri Sungmin sama saja dengan memperkosanya.

Namun bagaimana lagi, Kyuhyun tidak dapat mengelak kalau dirinya benar-benar menginginkan Sungmin.

"Sungmin?"

"Hmm... ya, suaramu benar-benar bagus. Kau selalu saja membuatku ingin jadi penggemar beratmu," kata Sungmin yang sudah bisa mengontrol dirinya.

"Tentu saja. Siapa dulu suamimu ini. Cho Kyuhyun!" kata Kyuhyun setengah bercanda, membuat mereka berdua tertawa kecil.

Setelah beberapa saat, ruangan itu kembali hening dan mereka kembali bertatapan lagi dalam diam. Bagi Sungmin tatapan Kyuhyun itu menyakitkan, menusuk perasaannya dengan semakin banyak rasa bersalah.

"Kyu, ada hal penting yang harus kita bicarakan."

"Hmm... apa?" tanya Kyuhyun lembut.

Sungmin menyodorkan sebuah map cokelat dan membiarkan Kyuhyun membukanya, "Kau pasti senang, Kyu. Kau ingat kan, aku mengajakmu bercerai di pesta ulang tahun eomma sekarang kau tinggal menandatanganinya dan setelah it-" ucapan Sungmin terpotong ketika Kyuhyun membanting kertas itu dan berdiri dari tempatnya.

"APA MAKSUDMU, HAH? Kenapa kau suka sekali seenaknya, Lee Sungmin," ucap Kyuhyun kasar . "Kau bahkan tidak membicarakannya dulu padaku, kau pikir aku ini apa, hah?"

"Aku sudah pernah mengatakannya padamu, bukan? Tapi kau tidak menjawab apa-apa, jadi ku pikir kau setuju. Lagipula kau tidak punya alasan untuk tidak menceraikanku, kan?"

"Bagaimana kalau aku tidak akan menandatangani suarat sialan itu? aku tidak akan menceraikanmu."

"Apa? Kenapa lagi kali ini?" tanya Sungmin gusar.

"Kenapa aku harus menuruti perkataanmu? Kau bahkan tidak pernah mendengarkanku. Kau selalu memutuskan semuanya sendiri, terlebih lagi aku merasa kau menganggapku bukan siapa-siapa. Aku bukan barang mainan, Lee Sungmin. Aku bukan bonekamu yang seenaknya kau atur-atur. Aku suamimu, Sungmin," kata Kyuhyun penuh dengan penekanan.

"Kau memang bukan suamiku, bukan? Aku juga bukan isterimu. Pernikahan kita cuman sandiwara, kau ingat? Aku sudah sadar kalau kita tidak bisa terus-terusan begini, kita bisa merugikan banyak orang nantinya dan semua masalah yang datang setelah kita menikah benar-benar membuatku ingin menyerah. Aku lelah, karena itu mari kita akhiri saja supaya keadaan tidak semakin memburuk."

"Oh, begitu. Lalu kemana pemikiran itu saat kau pertama kali mengajakku menikah? Kau tidak memikirkan semuanya, huh?"

"Kyuhyun, ayolah. Jangan berpura-pura, aku tahu kau sudah lama menunggu perceraian kita kan? Kau hanya perlu tanda tangan dan se-"

"AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU!" teriak Kyuhyun. Kyuhyun mencengkram erat kedua bahu Sungmin dan menatap Sungmin dengan melotot, nafasnya memburu dan terasa panas menerpa pipi Sungmin. "Sungmin, sungguh. Kali ini kau tidak hanya melukai harga diriku, tapi kau juga melukai perasaanku. Kau tidak akan percaya kalau aku sanggup bertahan sejauh ini dengan perasaan terluka. Kau bahkan tidak pernah memikirkan perasaanku kan? Atau mungkin terlintas dibenakmu saja tidak pernah."

Kyuhyun melepaskan cengkramannya, dan berjalan menjauhi Sungmin. "Aku penasaran kenapa kau bersikukuh ingin bercerai. Jangan-jangan hanya gara-gara merasa bersalah pada Seohyun?" tanya Kyuhyun.

"Ini tidak ada hubungannya dengan gadismu itu. Juga bukan karena Siwon."

Kyuhyun membentak meja yang ada di hadapannya, entah kenapa emosinya tersulut saat mendengar perkataan Sungmin. Kyuhyun memaksakan tawanya dan itu terdengar sumbang, "Tidak ada hubungannya, katamu? Jelas sekali kau berbohong."

Sungmin kaget, Kyuhyun tidak pernah semarah ini padanya. Dan kalau dipikirkan lagi, inilah pertengkaran mereka yang pertama setelah menikah.

"Sungmin, jangan bohong, Kau juga punya perasaan padaku, bukan?" kata Kyuhyun tanpa melepaskan pandangannya pada Sungmin.

Sungmin lantas berdiri dan hendak menampar pria itu namun tangannya tertahan di udara. Dirinya tidak sanggup melakukannya, karena apa yang dikatakan Kyuhyun itu benar. Perasaan itu sudah tumbuh dengan liar dan Sungmin terlalu takut ia tidak bisa mengendalikannya. Oleh sebab itu, dirinya harus cepat-cepat membunuh perasaan itu dan pergi menjauh dari kehidupan Kyuhyun.

Kyuhyun tidak bergerak sedikit pun saat Sungmin begitu dekat padanya dan nyaris saja melayangkan sebuah tamparan padanya. Tanpa suara, air mata gadis itu jatuh saja, tanpa gadis itu sendiri sadari. Menyadarkan Kyuhyun kalau gadis itu juga sama terluka.

Sungmin menurunkan tangannya canggung, kepalanya ditundukkannya dalam-dalam dan ia berjalan mendekati pintu keluar.

Tepat sebelum Sungmin meraih ganggang pintu ia berkata. "Kau lupa alasanmu mau menikah denganku? Bagaimana dengan Cho Ahra dan orang tuamu?"

Kyuhyun tertawa sinis dan menjawab "Aku tahu sejak lama kalau itu hanya ancaman murahanmu. Kabar penarikan beasiswa itu bukan karena perusahaan ini, tapi memang dari pemerintah, kau bahkan sudah mendepositokan tabungan pendidikannya sebelum kau mengajakku menikah. Orang tuaku? Kau juga memberikan uang jaminan hari tua. Karirku? Kau sudah mengontrakku selama 15 tahun, dengan biaya pembatalan kontrak yang cukup besar. Itu artinya selama ini kau berbohong dengan ancaman-ancaman busukmu itu. Kau sama sekali tidak mengganggu keluargaku, kau bahkan menolong kami."

"Kau pikir aku tidak bisa menarik semua itu?" ancam Sungmin.

"Coba saja jika kau bisa. Aku yakin kau tak akan pernah bisa melakukannya," ucap Kyuhyun seraya menghela nafas. "Walau cara bicaramu menyebalkan, kau itu gadis baik. Kau hanya berpura-pura jahat supaya tidak ada yang mengasihanimu. Bukankah itu menyakitkan? Hidup berpura-pura?"

Sungmin tidak menjawab. Gadis itu menundukkan kepalanya semakin dalam, kedua tangannya terkulai lemah disamping tubuhnya, dirinya mengeratkan kedua tangannya yang menggenggam sampai-sampai kuku-kukunya memutih. Mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal yang paling ingin dikatakannya pada pria itu

"Kau tahu? Kau benar, Kyu. Aku memang menyukaimu," ucap Sungmin gemetar.

Kyuhyun terkejut. Pria itu menatap sosok dihadapannya seperti orang bodoh, tidak bisa berkata apa-apa dan sekarang pikirannya kosong,

"Aku tidak pernah menyangka aku selemah ini padamu. Aku bahkan tidak bisa menyadarinya selama ini dan hal itu benar-benar menggangguku, Kyu."

Kyuhyun memaksakan dirinya untuk tertawa untuk menutupi keterkejutannya. "Huh? Menyukaiku? Yang benar saja. Lee Sungmin? Lee Sungmin menyukai Cho Kyuhyun? Kau bohong lagi, kan? Oh, sudahlah. Itu hal terkonyol yang pernah terpikirkan."

"Aku serius."

Kyuhyun berhenti tertawa dan membalikkan badannya dari Sungmin. Tidak. Dirinya tidak mampu menatap gadis itu.

"Bukankah itu artinya kau wanita gampangan? Dulu Yesung-hyung, Siwon, kemudian aku? Oh, yang benar saja," ucap Kyuhyun sinis.

Kyuhyun sendiri tidak mengerti pada dirinya sendiri, kenapa dengan bodohnya kata-kata itu keluar dari mulutnya. Bukankah selama ini dirinya sendiri yang berharap supaya Sungmin menyukainya, bukankah ia yang ingin mengajak Sungmin memulai pernikahan ini dengan benar? Lalu kenapa malah dirinya yang sekarang menghujat orang yang disayanginya itu.

"Ya... kau benar. Sejak awal kau tahu aku bukan wanita baik-baik. Aku wanita murahan, gampangan, licik, rakus, dan jahat. Bahkan aku berani bertaruh banyak orang yang berharap agar aku mati saja. Aku tahu, Kyu. Aku sangat tahu," ucap Sungmin tanpa sanggup menahan isakannya. "Lantas itu menjadikanku tidak boleh menyukai seseorang? Apa aku tidak boleh mengkhayal hidup bahagia tanpa semua masalah menyebalkan ini? "

Sungmin merasa dia tidak mampu bicara lagi, karena jika ia terus bicara air matanya akan habis dan suaranya akan hilang.

"Kau tahu? Walau aku wanita buruk seperti yang kau pikirkan aku masih tahu diri. Saat pertama kali aku menyadari aku menyukaimu saat itu juga aku sadar..." suara Sungmin yang gemetaran itu tercekat, "kalau aku sudah lama menyerah bahkan sebelum aku mulai menyukaimu."

Kyuhyun membalikkan tubuhnya dan melihat betapa hancurnya Sungmin dihadapannya.

"Aku tahu, walau kiamat sekalipun kita tidak akan bisa bersama dan kenyataan itu terus menghantuiku, menyakitiku, dan selalu membuatku merasa bingung. Aku sering bertanya pada diriku sendiri 'Apa yang harus kau lakukan, Sungmin?' tapi aku tidak pernah menemukannya. Jadi kumohon, tanda tangani saja surat perceraian itu agar tidak ada lagi yang merasa kesulitan. Lagipula akan lebih mudah untukku melupakanmu kalau kita sudah bercerai. Keberadaan mu saja sudah cukup membuatku merasa ingin mati, Kyu."

Kyuhyun tetap diam membisu. Dirinya tidak bisa melakukan apa-apa, karena hatinya juga terluka. Perih rasanya saat ia tahu bagaimana menderitanya Sungmin menanggung perasaannya. Tapi dirinya sendiri juga tidak berdaya.

Satu hal yang Kyuhyun yakini detik itu. Perceraian ini tidak akan pernah terjadi

Kyuhyun akan mengerahkan segalanya untuk menghentikan perceraian ini.

Jika semuanya tidak sekacau ini apa kau akan mengerti dan menyadari kalau aku ini menyedihkan?

Tidak kan? Bagimu aku jahat kan? —Lee Sungmin

Untuk yang kesekian kalinya Sungmin menghela nafas sebelum mengetuk pintu hotel itu. Sudah ratusan kali hari ini dirinya menghela nafas, merasa lelah dan ingin melarikan diri dari semuanya. Tapi ia tahu dia tidak bisa.

Semenjak pertengkarannya dengan Kyuhyun beberapa hari yang lalu, pikirannya semakin kacau. Bom waktu yang dikhawatirkannya sudah meledak hari itu. Sekarang dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Apa saja yang dilakukannya terasa tidak karuan. Tanpa disadarinya, dirinya sering gemetar dan menangis dengan sendirinya. Kadang berpikir kalau ia merindukan suaminya itu, tapi tentu saja pemikiran itu ditepisnya jauh-jauh. Karena ia sudah sering mengatakan pada dirinya sendiri kalau ia tidak pantas merindukan pria itu.

Sungmin masuk ke dalam kamar hotel itu. Gadis itu menatap ke sekeliling kamar yang gelap, hanya cahaya dari luar jendela saja yang agak menerangi ruangan itu. Udara disekelilingnya terasa lembab dan membuatnya agak takut. Orang yang dicarinya nampaknya tidak ada.

Tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang dan membuat Sungmin terkejut.

"Kenapa kau terlambat, huh?" ucap pria itu.

Sungmin yang mengenali suara rendah itu menghembuskan nafas lega. "Siwon, kau mengejutkanku."

Orang yang diajak bicara tidak menjawab. Pria itu malah mengeratkan pelukannya di pinggang Sungmin dan mengubur wajahnya di leher Sungmin.

"Hmm.. ada apa ini? Biasanya kau meronta kalau ku beginikan," kata Siwon.

"Aku sedang malas berdebat dengamu, Siwon."

Siwon kemudian menegakkan kepalanya. "Ku dengar kau sedang bertengkar dengan suamimu?"

"Itu bukan urusanmu," tegas Sungmin seraya menyentakkan tangan Siwon yang melingkar di pinggangnya.

"Huh? Tentu saja urusanku. Itu artinya kau sudah bosan kan dengan laki-laki itu."

"Jaga bicaramu, Siwon!" ucap Sungmin dengan suara agak meninggi.

"Hmm... kenapa? Kau marah aku berkata begitu?" ucap Siwon seraya mendekatkan wajahnya dengan wajah Sungmin, membuat Sungmin dapat merasakan nafas pria itu.

"Siwon. K-ka-kau mabuk?" tanya Sungmin gugup setelah dirinya merasakan bau alkohol yang menguar dari Siwon.

"Iya, sayang. Aku mabuk karenamu." ucap Siwon dengan nada seduktif.

Detik berikutnya Siwon semakin mendekatkan tubuhnya pada Sungmin dan hal itu membuat Sungmin semakin takut. Sungmin berjalan mundur perlahan, karena takut jika ia menabrak sesuatu. Namun, baru beberapa langkah ia sudah menabrak meja kecil dan membuatnya jatuh ke lantai dengan Siwon diatasnya.

Nafas Sungmin semakin terasa pendek, jantungnya seperti mau copot. Entah kenapa badanya seperti sulit untuk digerakkan, energinya seperti tersedot habis.

"Kau kenapa, sayang? Takut? Ku pikir kau pernah melakukannya dengan suamimu," ucap Siwon pelan seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Sungmin yang ketakutan. "Tenang, kau akan lebih menyukaiku melakukannya daripada suami ingusanmu itu."

Sungmin meronta setelah ia mengerti apa maksud pembicaraan Siwon, ia meninju-ninju dada bidang Siwon namun Siwon tidak bergeming. Matanya menyalang lapar melihat Sungmin dibawahnya. Siwon menangkap kedua tangan Sungmin dan menahannya di samping wajah gadis itu, menyatakan kalau gadis itu sudah tidak berdaya di hadapannya.

Sungmin berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Saat ini dirinya benar-benar takut.

Siwon mencium bibirnya dengan ganas, membuat Sungmin tidak bisa bereaksi apa-apa. Gadis itu membulatkan matanya tanpa membalas ciuman itu. Sungmin sebenarnya bisa merasakan bagaimana frustasinya Siwon menciumnya.

Seperti tidak pernah puas, Siwon terus-terus menghujami Sungmin dengan ciuman yang membakar. Kali ini tidak hanya mulutnya, bahkan pipi dan leher gadis itu sudah mulai menjadi sasarannya. Sedang tubuh Sungmin bereaksi kuat, jelas sekali gadis itu sangat ketakutan. Ia terus meronta dan menangis, mencoba berteriak walau ia tahu tidak akan ada yang mendengarnya.

"Kau kenapa, sayang? Apa kau benar-benar membenciku? Hmm?" tanya Siwon disela ciumannya.

Sungmin tidak menjawab, melainkan terus meronta dan menangis.

"Si-siwon. To-tolong, hentikan.."

"Hmm? Kenapa? Aku kan sudah berjanji kau akan menyukainya," ucap Siwon yang kemudian dengan kasarnya membuka baju Sungmin, membuat beberapa kancingnya terlepas dan memperlihatkan bra hitam Sungmin.

Sungmin semakin gemetaran. Ia berharap Kyuhyun datang saat ini dan menyelamatkannya dari Siwon seperti yang dulu-dulu sering terjadi. Sungmin berdoa dalam hati agar ia dapat melihat Kyuhyun malam ini. Hatinya terus menggumamkan nama Suaminya itu.

Siwon kembali menciumi Sungmin, dan sekarang menjadi lebih berani. Siwon mulai menciumi dada Sungmin dan membuat Sungmin berteriak semakin keras.

"Sstt... jangan berisik, sayang. Semua orang akan tahu kita melakukannya," kata Siwon.

Detik selanjutnya, ruangan itu menjadi terang. Ada seseorang yang menyalakan lampu ruangan itu. Menarik Siwon dari atas Sungmin dan meninju pria itu berkali-kali.

"Brengsek! Berapa kali aku bilang jangan ganggu isteri orang lain, huh?"

"Kyu?" lirih Sungmin.

Jika saja kau gadis yang tidak serumit ini...

Mungkin saja kita tidak perlu repot-repot menyelesaikan masalah ini dan itu...

Mungkin saja kita sekarang sudah bahagia dan punya anak —Cho Kyuhyun

Bersambung...


Review dari Anda sangat saya harapkan. Terimakasih :)