Alone in the Dorm—

Chapter: 2/2

Author: REiRiN

Cast: HanJoo (Hansol – Byungjoo), slight P-Goon x Jenissi, Kidoh x Hojoon.

Warning: Seme!Byungjoo, Uke!Hansol, YAOI, NC-21, Klise, Plot-Rush, Typos, sedikit PWP—atau mungkin full-PWP ya ini teh xD, dll.

.

Disclaimer: Semua cast di sini adalah milik diri mereka sendiri dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka ^^

.

FF pertamaku dengan cast member Topp Dogg ^^

.

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

ENJOY~

.

.

"Sehyuk-hyung lama..." Sangwon memecah keheningan. Itu pengalih perhatian untuknya sebenarnya. Daripada kedua mata polosnya semakin ternodai oleh tayangan di laptop, lebih baik ia melihat ke arah lain. Sudah cukup setiap hari mata innocentnya disuguhi oleh kegiatan skinship dua hyungnya yang tidak pernah kenal waktu dan tempat itu, sekarang malah dihadiahi tontonan yang... ng... argh, sudahlah...

Ah, dan ngomong-ngomong... tidak bisakah semua hyungnya itu mengecilkan volumenya? Kalau seperti ini ia jadi benar-benar sulit mengalihkan perhatiannya. Ya Tuhan, kalau begini lebih baik tadi ia tidak usah ikut dengan hyungdeulnya dan pergi ke tempat lain untuk mengisi waktu kosongnya ini—setidaknya kepolosan mata, telinga dan pikirannya masih terjaga...

—tidakkah ia sadar kalau sebenarnya sekarang ia sudah tidak polos lagi? -_-

"Aku akan menyusulnya..." Taeyang langsung beranjak, otomatis membuat beberapa dongsaengnya langsung menggeser duduknya lebih dekat dengan laptop miliknya. Ia tidak terlalu peduli, toh apa yang ditayangkan di laptopnya sebenarnya juga otomatis langsung terekam. Ia bisa melihatnya lagi nanti, lagipula ia jauh lebih penasaran kenapa dongsaeng merangkap kekasihnya yang lahir di tahun yang sama dengannya itu tidak juga kembali.

Taeyang melangkahkan kakinya, menyusuri koridor sepi kantor agencynya. Ini hari libur dan hanya ada ada beberapa orang saja yang ada di gedung ini—itu juga tidak di sekitar ruang latihan, jadi ya bisa dibilang hanya ada mereka di sini. Ia berhenti di depan pintu toilet, iris gelapnya memandangi sekelilingnya, memastikan tidak ada siapapun di sana.

"Sehyuk-ah...?" Ia masih berdiri di depan pintu toilet, belum ingin masuk. Lagipula siapa tahu dia tidak ada di dalam. "Kau di dalam?"

Tidak ada jawaban. Tapi ia yakin telinganya menangkap suara guyuran air. Taeyang mengerutkan alisnya. Ia yakin tidak ada siapapun di sini, dan semua dongsaengnya ada di ruang latihan. Sehyuk? Atau malah hantu?

Cklek.

Ia membuka pintu, dan suara guyuran air semakin jelas terdengar. Sedikit takut sih, tapi ia penasaran. Hanya saja entah kenapa semakin ia masuk ke dalam sini, firasatnya jadi buruk.

"Sehyuk-ah?"

BRAK!

Taeyang terlonjak. Salah satu pintu bilik toilet terbuka, dan orang yang dicarinya ternyata ada di sana!

"Hyung?"

Ia mengerjapkan kedua matanya. Ini benar-benar buruk. Entah kenapa mendengar suara Sehyuk sekarang malah membuat bulu kuduknya berdiri. Mereka lahir di tahun yang sama dan Sehyuk hanya lebih muda beberapa bulan darinya, jadi tidak ada alasan untuk sang leader memanggilnya 'hyung'. Kecuali... err...

Sehyuk melangkahkan kedua kakinya mendekati Taeyang, dan refleks namja yang lebih tua darinya itu melangkah mundur. Jantungnya serasa ingin melompat keluar. Tatapan mata Sehyuk sedikit menakutkan, sedikitnya ia bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya.

Langkahnya terhenti ketika bagian belakang tubuhnya menyentuh wastafel, dan Sehyuk sudah berdiri di depannya, mengurung tubuhnya di antara kedua tangannya. Kalau sudah begini tidak ada jalan untuk kabur kan...

"Hyung... kau tahu kan kalau kadang aku tidak bisa menahannya?"

Taeyang menelan salivanya. Ia tahu apa maksudnya—dan ini sangat berbahaya, terutama untuk keselamatannya sendiri.

"Ng... l-lalu?" Taeyang semakin memundurkan tubuhnya ketika Sehyuk kini menenggelamkan wajahnya di lehernya. Hembusan nafasnya yang hangat membuatnya sulit untuk mengatakan apapun.

"Ini semua kan kau yang memulai, jadi kau yang harus bertanggung jawab... hyungie~"

"M-mw—" Ucapan Taeyang terpotong ketika bibir Sehyuk telah lebih dulu membungkam mulutnya, sementara kedua tangannya memeluk pinggang Taeyang. Jelas, kalau seperti ini ia benar-benar tidak bisa kabur kemanapun lagi.

Sadar kalau melawan pun percuma, namja tertua di grup itu memiringkan wajahnya dan membalas ciuman Sehyuk—yang semakin lama semakin panas. Sehyuk mulai melumat bibir hyungnya itu dan Taeyang pun melakukan hal yang sama. Kedua tangannya terangkat dan melingkar di leher Sehyuk. Keduanya semakin larut dalam ciuman, dan jarak mereka kini benar-benar tereliminasi sama sekali.

.

.

.

"Nghhh... ahhh... fasterhhh... nghh..."

Hansol memejamkan kedua matanya, kepalanya tertunduk sementara suara desahan terdengar semakin keras dari mulutnya. Kedua tangannya berpegangan pada ujung sofa, menjadikan lututnya sebagai tumpuan untuk menahan beban tubuhnya. Pinggulnya terus bergerak, berlawanan arah dengan gerakan Byungjoo yang terus menerus mengoyak holenya dari belakang.

"Nghh... ahh..."

Byungjoo semakin mempercepat gerakannya, dipeluknya pinggang sang hyung hingga kejantanannya masuk semakin dalam dan mengenai titik kenikmatan hyungnya itu. Hansol hanya menggigit bibirnya, hingga tanpa sadar membuat sudut bibirnya sedikit sobek dan mengeluarkan darah.

"Oohhh, terus... Byungjoo... ahh..."

Suara desahan kembali terdengar lebih keras ketika Byungjoo langsung meremas kejantanannya dengan keras. Suara geraman terdengar dari mulut Byungjoo. Hole hyungnya benar-benar masih sempit—bahkan walau ini bukan pertama kalinya mereka melakukan itu, dan itu membuatnya semakin gila menggerakkan pinggulnya, keluar masuk dan begitu seterusnya.

"Aahhh~!" Hansol mencengkeram lengan sofa. Ia baru saja mengalami orgasmenya yang entah keberapa kalinya—padahal Byungjoo bahkan baru satu kali mengeluarkan spermanya.

Hansol memajukan tubuhnya, membuat tautan keduanya terlepas dan Byungjoo jatuh terduduk di atas karpet—hell, ia belum puas dan hyungnya malah melepaskannya begitu saja.

"Wae, hyung?"

Namja yang lebih tua darinya itu membalikkan tubuhnya. Dengan gerakan yang sangat pelan, ia merangkak mendekati Byungjoo yang kini malah menyeringai ke arahnya. Hansol mempoutkan bibirnya, kedua tangannya perlahan bergerak menggenggam kejantanan Byungjoo yang masih mengacung tegak tepat di depan wajahnya. Diremasnya perlahan, sambil sesekali dikocoknya. Byungjoo memejamkan kedua matanya, merasakan sensasi nikmat yang langsung menderanya. Memang tidak lebih baik dari jika dibandingkan dengan pijatan hole hyungnya yang seakan menelan kejantanannya, tapi bahkan setiap sentuhan dan gerakan menggoda seorang Kim Hansol sudah cukup untuk membuatnya gila.

"Kenapa setiap kali kita melakukan sex, kau itu sangat sulit untuk keluar sih? Apa lubangku ini tidak cukup sempit untuk memuaskan penismu? Atau..." Hansol meniup kejantanan Byungjoo, lalu menjilat ujungnya perlahan, "dia lebih suka kalau mulutku yang memanjakannya~?"

Hansol memejamkan kedua matanya, jari-jari tangannya semakin intens memanjakan kejantanan Byungjoo, meremasnya dan mengocoknya dengan tempo yang cepat, sementara lidahnya terus menjilati ujung kejantanannya. Byungjoo agak mendongakkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam, geraman tertahan mengalir keluar dari mulutnya. Ini hampir sama nikmatnya dengan jepitan hole hyungnya itu—walau jelas masih lebih nikmat ketika hole sempit hyungnya itu menelan kejantanannya dan membuat namja cantik itu mendesah sambil meneriakkan namanya.

"Cepat masukkan ke dalam mulutmu, hyung~!" Byungjoo meremas helaian coklat milik hyungnya itu. Sedikit tarikan membuat Hansol menarik kepalanya. Ia tidak peduli kalau namja yang baru saja menjilati kejantanannya itu beberapa bulan lebih tua darinya. Lagipula... memangnya dalam keadaan seperti ini sopan santun masih perlu ia perhatikan?

Namja berwajah cantik itu menarik nafas perlahan, lalu mengubah posisinya dan duduk di atas pangkuan Byungjoo. Kedua kakinya melingkar di pinggang dongsaeng kesayangannya itu, membuat kejantanan keduanya yang sudah tegang bersentuhan. Lenguhan nikmat terdengar dari mulutnya dan ia dengan sengaja menggerakkan pinggulnya, menjadikan tubuh mereka semakin dekat.

"Kau yakin lebih memilih mulutku dibandingkan dengan jepitan holeku~?" Hansol sedikit mengangkat pinggulnya, lalu digerakkannya perlahan di atas kejantanan Byungjoo. Tidak sampai masuk ke dalam holenya, lagipula ia masih berniat untuk menggodanya.

"Ngh... apa kau berniat untuk menggodaku, hyung? Aku jadi tidak bisa menjamin kalau ini akan selesai hanya dengan satu atau dua ronde saja..."

Hansol memeluk leher Byungjoo. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk seringai menggoda. "Ngh... kalau kau bisa menjamin aku akan terus mendesah, meneriakkan namamu dan holeku terpuaskan, kurasa aku akan dengan senang hati menggodamu lebih jauh lagi~"

Namja yang lebih muda darinya itu menyeringai. Sebenarnya tidak perlu bantuan obat perangsang untuk membuat hyungnya berubah jadi nakal seperti ini. Benda itu hanya akan membuat gairah sexnya semakin meluap saja. Di saat-saat biasa pun Hansol seringkali mencuri-curi kesempatan untuk memeluknya dari belakang ataupun menciumnya. Bahkan ia tidak pernah kesulitan untuk mengajak hyungnya berhubungan sex, karena seringkali justru Hansol yang sering menggodanya untuk langsung menjamah tubuh sexynya—satu-satunya penghalang mereka melakukan itu hanyalah dorm mereka yang terpisah, itu saja.

Byungjoo memegangi pinggang Hansol, mengangkat tubuhnya hingga namja berwajah cantik itu kini memeluk kepala dongsaengnya dan menjadikan lututnya sebagai tumpuan. Dengan sekali hentakan, namja yang lebih muda itu langsung mengarahkan kejantanannya pada hole hyungnya yang terbuka dan langsung menyentuh sweatspotnya.

"Aaahhhh~!" Hansol memegangi kepala Byungjoo lebih erat, kedua matanya terpejam. Sedikit sakit, tapi rasa nikmat lebih mendominasinya. Ia menarik nafasnya, detik berikutnya ia pun langsung menggerakkan tubuhnya naik-turun. Kedua tangannya kini berpegangan pada pundak Byungjoo, dan tempo gerakannya semakin cepat.

"Ngghhh... aahhh..."

Byungjoo memegangi pinggang Hansol, membantunya menggerakkan tubuhnya lebih cepat. Ditariknya tengkuk Hansol, dan bibir keduanya kembali bertemu. Saling melumat, dengan lidah yang saling beradu. Lelehan saliva mengalir turun membasahi leher keduanya. Sementara gerakan naik-turun yang dilakukan Hansol tak berubah kecepatannya.

"Mmmmhhh... haaahhh..."

Hansol melepaskan ciumannya. Ia menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Byungjoo. "Aku... hhh... mau keluar... ngghhhh..."

"Bersama... ngghh... hyunghh..."

Gerakan keduanya semakin cepat, dan tanpa perlu menunggu, keduanya mencapai klimaks di waktu yang hampir bersamaan.

"Nggghhh... aahhhh..."

Hansol memeluk Byungjoo erat, dan dongsaengnya itu melakukan hal yang serupa. Keduanya menarik nafas berkali-kali, berusaha untuk menstabilkan nafasnya.

Namja berwajah cantik itu mendongakkan kepalanya. Ia menyeringai, dijilatnya leher Byungjoo yang penuh dengan peluh dan lelehan salivanya. "Ronde selanjutnya~?"

"Dengan senang hati, hyung~"

.

.

.

Suasana ruang latihan kini benar-benar sepi. Hampir semua pasang mata di sana mengerjap berkali-kali. Lagi? Memangnya mereka berdua ini seorang yang hypersex apa? Lagipula apa jadinya dorm mereka kalau dua orang itu terus melakukan itu?

"Mereka pindah ke kamar mandi..." Jiho memecah keheningan. Telunjuknya mengarah pada layar laptop. "Kalau tidak salah, Taeyang-hyung bilang kalau dia juga meletakkan kamera di kamar mandi..."

"Hah!?" Semua perhatian kini tertuju pada maknae tertua di antara tiga maknae mereka. Di kamar mandi juga? Apa jangan-jangan hyung tertuanya ini sebenarnya sudah merencanakan ini jauh-jauh sebelumnya? Kenapa persiapannya betul-betul matang?

Hyosang menarik tangan Hojoon yang duduk di sampingnya. Didekatkannya wajahnya pada telinga namja yang lebih tua beberapa bulan darinya itu. "Temui aku di luar, Hojoon-ah~"

Hojoon sedikit merinding, merasakan nafas hangat Hyosang di telinganya, juga suara serak yang didengarnya. Ia menoleh—ingin protes sebenarnya, tapi Hyosang telah lebih dulu melepaskan genggaman tangannya dan pergi keluar meninggalkannya—atau lebih tepatnya, menunggunya di luar sana. Bibir tipisnya sedikit mengerucut, dan mau tidak mau ia pun turut beranjak, meninggalkan kerumunan member lain. Beruntung perhatian yang lain tertuju pada video, jadi menghilangnya dua orang lagi mungkin tidak akan disadari oleh yang lainnya.

Sangwon?

Ia telah lebih dulu memisahkan diri dari kerumunan, menyumbat kedua telinganya dengan earphone dan mendengarkan musik dengan suara keras—daripada kesucian mata dan pikirannya terus ternodai.

.

.

.

Byungjoo mendorong tubuh hyungnya perlahan, membuat tubuh Hansol bersandar pada dinding kamar mandi dan dirinya yang mengurung tubuh yang sedikit lebih kecil darinya itu di antara kedua lengannya. Hansol langsung memeluk leher Byungjoo, menarik wajah dongsaengnya itu untuk mendekat.

"Kau ingin kita membersihkan diri atau malah melanjutkan di sini, hm?" Hansol menjilati sudut bibir Byungjoo, sementara tangan kanannya bergerak memainkan helaian rambut dongsaengnya. Lututnya terangkat, dengan bertumpu pada dinding di belakangnya ia menekan kejantanan Byungjoo perlahan.

"Ngh... kalau kau terus melakukan ini, aku tidak akan pernah memberimu kesempatan untuk membersihkan diri sampai besok, hyungie~"

Byungjoo mendekatkan wajahnya, langsung menyambar bibir Hansol yang terus menggodanya dengan kecupan-kecupan dan jilatan pada wajahnya. Namja yang lebih tua darinya itu langsung membalas ciuman—atau lebih tepatnya lumatan—dongsaengnya itu. Suara desahan yang tertahan langsung memenuhi gendang telinga keduanya, membuat ciuman yang mereka lakukan semakin dalam dan liar. Hansol tidak lagi menekan kejantanan Byungjoo dengan lututnya, tangan kirinya telah lebih dulu menggantikannya meremas milik Byungjoo yang semakin mengeras dan membesar itu.

"Ngh..."

Byungjoo menggerakkan tangan kanannya, menelusuri pinggang hyungnya, terus turun hingga jari-jarinya menyentuh butt hyungnya. Ia meremasnya, menepuknya pelan lalu mengarahkan jari tengahnya masuk ke dalam hole sempit Hansol.

"Aahh..."

Hansol melepaskan tautan bibir keduanya. Bersandar pada dinding, ia mendongakkan kepalanya. Kedua matanya terpejam, merasakan jari tengah dongsaengnya yang terus melesak masuk ke dalam. Bibirnya ia gigit keras, ketika dua jari lainnya menyusul masuk ke dalam dan mulai bergerak secara abstrak dengan tempo yang tidak bisa dibilang lambat. Terlalu cepat dan terlalu keras. Berkali-kali menabrak titik kenikmatannya yang membuatnya hanya bisa mendesah panjang.

Byungjoo masih menggerakkan jari-jarinya di dalam, sementara lidahnya bekerja memanjakan nipple hyungnya yang kini benar-benar mengacung. Dijilat, ditekan, sesekali digigit dengan keras. Hansol meremas rambut Byungjoo, menekan kepala dongsaengnya untuk tidak menghentikan jilatannya.

"Nghh... aahhh..."

Byungjoo mengangkat tubuh hyungnya, membuat Hansol secara refleks melingkarkan kedua kakinya di pinggang namja yang lebih muda darinya itu. Ia menenggelamkan wajahnya di leher Byungjoo, sesekali menggigitnya ketika gerakan jari Byungjoo semakin liar di dalam tubuhnya dan terus mengenai titik terdalamnya. Byungjoo melangkahkan kakinya menuju wastafel, menurunkan hyungnya di atasnya dan otomatis membuat jari-jarinya yang masih berada di dalam ia keluarkan.

"Ngghh..." Hansol mendesah kecewa. Rasanya kosong ketika holenya kini tidak terisi apapun, dan ia hanya bisa mempoutkan bibirnya ketika Byungjoo malah menyeringai ke arahnya.

"Wae, hyung? Kehilangan sesuatu?"

"Yak!" Hansol memukul kepala Byungjoo pelan. Dan namja yang lebih muda darinya itu hanya terkekeh.

"Ayolah, hyung tidak sabaran sekali hari ini. Yang lain pasti akan pulang nanti malam, jadi kita masih punya banyak waktu untuk melakukan 'banyak' hal~"

"Ta—Nghhh!"

Hansol tidak jadi mengucapkan sesuatu, ketika tangan Byungjoo kini malah meremas kejantanannya. Dengan tempo yang cepat, sambil sesekali dikocoknya dengan keras. Hansol berpegangan pada pinggiran tembok tempatny duduk. Kakinya lemas, dan ia perlu pelampiasan untuk menyalurkan rasa nikmat yang kembali menderanya.

Byungjoo mendekatkan wajahnya pada kejantanan hyungnya yang kini mengeluarkan cairan precum. Dipejamkannya kedua matanya, lalu dijilatnya ujung kejantanannya perlahan. Ia terus melakukannya dengan kecepatan yang benar-benar pelan. Jilat—dari atas ke bawah atau sebaliknya.

"Nghhh... ahhhh..." Hansol meremas rambut Byungjoo. Ini benar-benar menyebalkan. Byungjoo hanya menjilatinya, sementara ia menginginkan lebih dari sekedar itu. "Byungjoo-ah... cepat masukkan... nghh..."

Byungjoo menjauhkan kepalanya, sementara sebelah tangannya kembali memanjakan kejantanan hyungnya. "Aku harus memasukkan apa, hyung?"

"Nghh... milikku..."

"Hm? Aku tidak mendengarnya, hyung~"

Hansol bersumpah, rasanya ingin sekali menggeplak kepala dongsaengnya ini. Kenapa di saat-saat seperti ini ia malah mengerjainya? Ayolah, hasratnya benar-benar sulit untuk dibendung sekarang dan Byungjoo malah terkesan seperti mengulur-ulur waktu. Tch...

"Nghhh..."

Byungjoo masih mengocok kejantanannya perlahan, dan melihat Hansol yang hanya bisa menutup matanya sambil mendesah—juga raut wajahnya yang frustasi, ia hanya menyeringai tipis. Menggoda hyungnya memang menyenangkan. Sesekali tidak masalah kalau seperti itu kan, toh Hansol juga sering sekali menggodanya dan ia tidak bisa melakukan apapun karena ada member yang lain.

"Nghh... ahhh... masukkan... ngh... penisku ke dalam mulutmu... aahh..."

"Hanya itu? Kenapa tidak bilang dari tadi, hyungie~?"

Lain kali—ini benar-benar akan ia lakukan seberapa pun ia membutuhkannya—ia akan menghindari berhubungan sex dengan Byungjoo selama satu bulan ke depan.

Byungjoo memulainya dengan kembali menjilati kejantanan hyungnya, sebelum kemudian memasukkan milik hyungnya itu ke dalam mulutnya. Dikulum, sesekali dihisapnya, sementara tangannya masih terus mengocok kejantanan hyungnya itu.

"Ahhh..." Hansol memegangi kepala Byungjoo, menekannya sambil meremas surai miliknya hingga berantakan.

Dongsaengnya itu masih terus memanjakan miliknya dengan mulutnya, kali ini bergerak keluar masuk, semakin cepat hingga suara desahannya kini benar-benar tidak ia tahan sama sekali.

"Byungjoo... ahhh... aku mau... nghhh..."

Byungjoo langsung menghentikan gerakan in-outnya dan salah satu jarinya langsung menutup ujung kejantanan hyungnya.

"Ngh... yak!"

Hansol benar-benar ingin sekali menghajar kepala dongsaengnya ini. Ia hampir klimaks dan Byungjoo menghentikannya begitu saja—ditambah dengan menutup ujung kejantanannya. Yang benar saja...

"Menungginglah, hyung... kurasa aku sudah tidak tahan sekarang..."

Hansol turun dari wastafel, dan ia pun membalikkan tubuhnya. Ia sedikit membulatkan kedua matanya ketika ia baru menyadari kalau di depannya adalah sebuah cermin. Baik tubuh nakednya maupun milik Byungjoo terpampang jelas di depan matanya. Tubuhnya yang penuh dengan kissmark, peluh yang membasahi seluruh tubuhnya dan juga wajahnya yang memerah. Ini tidak baik untuk penglihatannya. Hasratnya jadi semakin tidak terbendung saja.

Byungjoo memegangi pinggul hyungnya dan Hansol segera memposisikan buttnya menghadap dongsaengnya. Kedua tangannya mencengkeram sisi-sisi dinding wastafel.

"Nghhh... ahhhh~!"

Cengkeramannya semakin kuat ketika Byungjoo kembali melesakkan kejantanannya ke dalam holenya dalam satu kali hentakan. Kedua kakinya terasa sedikit lemas, kalau saja Byungjoo tidak memegangi pinggulnya mungkin sebentar lagi ia akan jatuh. Hansol menggigit bibirnya, berkali-kali prostatnya terus dihantam, dan Byungoo melakukannya dengan tempo yang cepat dan juga kuat.

"Ngahh..."

Byungjoo menarik tubuh hyungnya, membuat namja yang lebih tua itu refleks melepaskan cengkeramannya pada dinding wastafel dan bersandar pada dongsaengnya itu. Hansol sedikit memiringkan kepalanya, merasakan lidah Byungjoo yang menari-nari di bahu, leher dan telinganya. Desahannya terdengar ketika jari-jari tangan Byungjoo mulai bermain dengan nipplenya, sementara hentakan-hentakan dalam holenya tak juga berhenti—malah semakin menjadi.

"Byungjoo... ahh... nghhhh..."

"Wae, hyung~? Ingin berhenti, atau justru ingin lebih dari ini~?" Byungjoo sengaja memperlambat tempo gerakannya, hanya tangan dan mulutnya yang masih terus bermain, kentara sekali bahwa ia ingin sekali menggoda hyungnya.

Hansol memejamkan matanya, sebelah tangannya meremas tangan Byungjoo yang memeluk pinggangnya. "Fuck, Byungjoo... kau ingin membuatku gila? Jangan menggodaku dan cepat gerakkan penismu lebih keras lagi!"

"Aku sudah bilang kan, kalau waktu kita masih banyak jadi untuk apa kita terburu-buru?" Byungjoo meremas kejantanan Hansol. Ia menyeringai, ketika dirasakan tubuh hyungnya itu sedikit menegang karena ulahnya. "Ah, ngomong-ngomong, hyung... tubuhmu semakin terlihat menggoda sejak terakhir kali aku melihatnya~"

Byungjoo menjilat bibirnya yang kering. Jujur saja, ia sebenarnya tidak tahan untuk segera 'menghajar' hole hyungnya dan mengerjai bagian tubuhnya yang lain, apalagi ketika indera penglihatannya menangkap pantulan bayangan mereka di cermin. Hansol dalam pelukannya benar-benar terlihat menggairahkan. Tubuh mulusnya basah oleh peluh dan dihiasi beberapa bercak ungu kemerahan terutama di bagian leher dan pundaknya. Belum lagi kejantanannya yang berdiri tegak dan raut wajahnya yang benar-benar terlihat sedikit frustasi karena hasratnya yang harus kembali tertahan gara-gara dirinya yang sedang hobi menggoda Hansol.

Rasanya ia ingin sekali mengambil foto hyungnya yang seperti ini—tentu saja tidak untuk ia sebarkan, karena tubuh menggoda Kim Hansol hanya miliknya dan hanya boleh dilihat dan disentuh olehnya.

"Kau baru melihatnya minggu lalu, bodoh..."

Byungjoo tidak terlalu mengindahkan ucapan hyungnya, ia kembali sibuk menciumi leher Hansol. Gerakan pinggulnya berhenti sama sekali dan Hansol hanya bisa menggigit bibirnya, menahan agar suara desahannya tidak keluar, sementara tangannya semakin keras meremas lengan Byungjoo. Semacam protes sih...

"Ahh~!" Hansol sontak membungkam kembali mulutnya ketika suara desahan sialnya malah keluar begitu saja. Byungjoo dengan sengaja tiba-tiba meremas kejantanannya, dan itu bukan hanya membuatnya mendesah tapi juga berefek pada kejantanannya yang semakin tegang.

"Aku ingin mendengar desahanmu, hyung... kenapa kau malah menahannya?" Lidah Byungjoo kini bermain di telinga Hansol, dan sungguh, ini benar-benar membuat bulu kuduk namja yang lebih tua itu meremang.

"Ayolah, Byungjoo-ah... kau ingin aku mendesah, tapi kau malah tidak melakukan sesuatu yang berarti... tch..."

"Memangnya kau ingin aku melakukan apa, hyung?"

Hansol mendengus kesal, ia segera memajukan tubuhnya membuat tautan keduanya kembali terlepas. Didorongnya tubuh Byungjoo hingga dongsaengnya itu kini duduk di atas toilet. Namja berwajah cantik itu segera duduk di atas pangkuan Byungjoo dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Ia sedikit menggerakkan pinggulnya, membuat holenya yang terbuka bergesekkan dengan kejantanan dongsaengnya. Hansol memeluk leher Byungjoo, dan wajah mereka kini hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

"Kau ingin menggodaku, hyung?" Byungjoo menjulurkan tangannya, mengelus kepala Hansol perlahan. Sedangkan tangannya yang lain memeluk pinggang hyungnya.

"Aniyo~ Kau yang terlalu lama dan aku benar-benar bisa gila kalau kau terus-terusan membuat holeku hanya terisi tapi hanya sebatas itu yang kau lakukan!"

"Kalau begitu kenapa tidak hyung saja yang melakukannya~"

.

.

.

Sangwon mengerutkan alisnya. Mungkin karena posisi duduknya yang sedikit menjauh dari member lain, ia baru menyadari kalau kerumunan hyungnya itu hanya tinggal menyisakan enam orang. Sehyuk dan Taeyang tidak juga kembali, lalu kemana Hojoon dan Hyosang? Bukannya tadi mereka masih di sini?

Member termuda itu segera melepas earphone sebelah kanannya, dan desahan nista itu langsung menyapa indera pendengarannya. Ia memutar kedua bola matanya, masa ia harus pindah ke depan gedung ini untuk benar-benar menghindarkannya dari tempat nista ini?

"Hyungdeul~!"

"Nde?" Jiho yang menoleh ke arahnya, walau ia tahu perhatian maknae ketiga itu sebagiannya masih terpaku pada tampilan di layar laptop.

"Hojoon-hyung dan Hyosang-hyung juga pergi?"

"Ah!" Satu kalimat tanya dari sang maknae sukses membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

"Kau benar, mereka tidak ada..."

Sangwon tidak terlalu mempedulikan siapa yang mengatakan itu. Suara desahan itu mengganggunya dan mau tidak mau wajahnya jadi sedikit memanas. Memangnya melakukan itu rasanya senikmat ini? Kenapa Dongsung-hyung tidak pernah melakukannya padaku?

Duk.

Ia memukul kepalanya. Kenapa juga ia malah terlihat seperti ingin melakukannya?

.

.

.

"Hyung, kau tahu? Aku lebih menyukaimu dalam posisi seperti ini dibandingkan dengan ketika kau berada di bawahku..." Byungjoo memeluk pinggang Hansol, menariknya untuk mendekat. Kejantanannya semakin melesak masuk ke dalam holenya karena posisi Hansol yang mengangkang di pangkuannya.

Mereka masih berada di kamar mandi, menghabiskan waktu hingga lebih dari satu jam melakukan sex di tempat itu. Aroma sperma menguar, menyapa indera penciuman mereka ditambah dengan udara yang terasa panas. Ronde kesekian dan entah yang keberapa kalinya, baik dirinya maupun Hansol, mencapai puncaknya. Oh, well... sebenarnya kebanyakan yang tercecer di tempat ini adalah milik hyungnya, sementara cairan miliknya keluar di dalam lubang hangat hyung kesayangannya itu.

"Jinjjayo~?" Hansol sedikit menekan buttnya, membuat kejantanan Byungjoo semakin masuk ke dalam dengan perlahan. Ia memang diam, tapi sesekali pinggulnya ia gerakkan. "Ngh... kau ingin aku bergerak lagi? Tapi aku sudah lelah, Byungjoo-ah~"

Lelah? Bahkan Byungjoo masih bisa melihat bagaimana sorot mata dan gerak-gerik hyungnya yang masih haus akan sentuhan. Ditambah dengan gerakan-gerakan seduktif yang dilakukan Hansol pada leher dan kejantanannya. Ini yang ia sebut lelah? Yang benar saja...

"Kau lelah, hyung? Lalu kenapa kau masih terus menggerakkan bokong sexymu ini~?" Byungjoo menepuk pelan butt hyungnya, lalu meremasnya berkali-kali yang disambut lenguhan halus Hansol. "Bahkan dalam posisi seperti ini kau masih bisa lebih liar, dan lebih menggairahkan lagi~"

Hansol mengangkat tubuhnya hingga kejantanan Byungjoo kini hanya tinggal menyisakan bagian ujungnya di dalam, kedua tangannya menjadikan pundak Byungjoo sebagai tumpuan. Lalu dalam satu hentakan, ia kembali menjatuhkan tubuhnya, dan membuat kejantanan dongsaengnya itu tepat mengenai sweet spotnya dengan keras. Ia terus mengulangi itu, berkali-kali dan semakin cepat. "Maksudmu... ngh... aku harus melakukan... ahh... yang seperti... ini?"

Byungjoo tidak menjawab, hanya desahan-desahan lirih yang terdengar dari mulutnya. Hansol terus mempercepat gerakannya dan Byungjoo juga ikut bergerak dengan arah yang berlawanan.

"Ngh... ahh..."

Namja yang lebih tua itu menarik kepala Byungjoo, lalu menyatukan bibirnya, saling melumat dan beradu lidah. Hentakan-hentakan di bagian bawah tubuh mereka terus bertambah cepat dan ciuman mereka semakin liar. Saliva keduanya menyatu, mengalir dari sudut bibir dan terus turun membasahi leher.

"Mmh... ngh... ahh~!"

Hansol segera melepaskan ciumannya. Perutnya kembali terasa sedikit sakit. Dalam beberapa hentakan lagi, sudah bisa dipastikan kalau ia akan mencapai klimaksnya lagi.

"Fas... ter... hhh... Byungjoo-ah... aku mau... ngh..."

Byungjoo mempercepat gerakannya. Ia juga memegangi pinggul Hansol dan membantunya bergerak lebih cepat lagi. Ia juga merasakan sebentar lagi pasti ia akan mencapai klimaksnya.

"Ngh... ahh... AHH~!"

"Ahh~!"

Hentakan terakhir. Dan keduanya sampai di waktu yang hampir bersamaan. Sperma Hansol membasahi tubuh keduanya, sedangkan milik Byungjoo keluar di dalam holenya. Keduanya terengah, menstabilkan nafasnya kembali. Hansol langsung melepaskan kejantanan Byungjoo yang masih berada dalam holenya, turun dari pangkuan Byungjoo dan sedikit berlutut di antara kedua kaki dongsaengnya itu. Dikocoknya perlahan miliknya yang sedikit tegang, hingga sperma Byungjoo sedikit membasahi tangannya. Dijilatinya benda panjang itu hingga benar-benar bersih dari cairannya.

"Ronde selanjutnya, hyung~?"

Hansol menjilati jari-jarinya yang basah oleh sperma dongsaengnya itu dengan gerakan dan tatapan yang sensual. Ia menyeringai tipis, ketika sudut matanya menangkap kejantanan Byungjoo yang kembali tegang.

"Tentu. Kurasa benda ini juga masih perlu kupuaskan~"

.

.

.

Sangwon berjalan menyusuri koridor yang sepi—dan juga agak gelap. Rasanya seperti sedang berada dalam film horror dan ia adalah salah satu pemerannya. Tujuannya adalah bagian front office, lalu diam di sana. Setidaknya, apapun—atau siapapun—yang akan dilihatnya di sana tidak akan membuatnya harus merasa risih atau malu.

"Hmh... ngh..."

Ia menghentikan langkahnya. Bulu kuduknya sedikit meremang mendengar suara itu. Itu suara desahan, dan asalnya dari tikungan di depan. Tempat ini sepi, jadi siapa yang mengeluarkan suara itu? Masa hantu?

Maknae pertama itu mendekati asal suara perlahan, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun. Kalau ternyata itu memang suara seseorang, ia jelas tidak ingin mengganggunya.

"Ngh..."

Sangwon memeluk tangannya. Alih-alih merara takut dengan kemungkinan bahwa itu hantu, ia malah merinding gara-gara suara itu sendiri. Risih, memangnya tidak ada tempat lain untuk melakukan apapun yang bisa menghasilkan suara-suara aneh semacam itu. Rasanya benar-benar menyebalkan kalau dalam satu hari ini ia malah mendengar suara-suara nista semacam itu. Tahu begini ia lebih baik pergi keluar untuk mengisi waktu kosongnya ini.

Ia menjulurkan kepalanya, dan kedua matanya seketika membulat mendapati siapa yang berada di balik koridor itu.

Itu dua hyungnya. Hyosang dan Hojoon.

Yang jadi masalahnya adalah... apa yang sedang dilakukan oleh mereka saat ini.

Hyosang tengah memegangi tangan Hojoon, posisinya terlihat seperti mengurung tubuh hyungnya yang berkacamata itu di balik tubuhnya. Keduanya berciuman—tidak lagi berciuman sebenarnya, lebih tepatnya mereka saling melumat bibir masing-masing, terlihat seolah memakan bibir keduanya. Sesekali dilihatnya lidah keduanya beradu, dan Hyosang tidak lagi memegang tangan Hojoon. Ia memeluk pinggangnya, dan namja yang lebih tua itu langsung memeluk lehernya. Ciuman keduanya semakin intens, bahkan Hyosang sudah mulai meraba-raba tubuh Hojoon—dan namja berkacamata itu terlihat sangat menikmatinya.

Duk!

Sangwon membenturkan kepalanya ke dinding di dekatnya, dan ia langsung berlari pergi dari tempat itu. "Ahhh! Hyungdeul, aku benci kalian semua!"

.

.

.

Hojoon mendorong tubuh Hyosang dan tautan bibir keduanya langsung terlepas. "Kau mendengar sesuatu? Rasanya barusan seperti ada yang berteriak... dan itu suara... maknae?"

Hyosang mengelus leher kekasihnya. Ia menjilat bibirnya ketika iris gelapnya menangkap pemandangan yang cukup menggoda. Leher putih hyungnya itu terpampang jelas, terutama karena Hojoon yang sedikit mendongakkan kepalanya. Rasanya terlihat seperti menggodanya. Bibirnya kini bermain di leher mulus Hojoon. Hanya mencium dan menjilat. Ia tidak cukup bodoh untuk meninggalkan bekas apapun di lehernya—atau sang leader akan langsung menceramahinya. Oh, well... seperti orang itu tidak pernah melakukannya saja...

"Aku tidak mendengarkan apapun selain suara desahanmu yang benar-benar menggoda..."

"Yak! Jangan lakukan itu di sini! Kau mau ada orang lain yang melihat kita!?" Hojoon memukul kepala Hyosang. Ciuman mungkin masih bisa ia tolerir, tapi lebih dari itu ditambah ini di tempat umum? Kalau ada yang melihatnya, itu benar-benar bisa berbahaya...

Hyosang menyeringai. "Kalau begitu, kau maunya di tempat yang sangat sepi kan? Bagaimana kalau di toilet... hyungie~?"

"Pervert!"

.

END—

.

A/n oh tidak, ini kenapa semua pada pervert~ xD #plak mianhae, ToppDogg oppadeul and saengdeul~ kasian kan sama baby Yano, mana kebagian dinistain paling banyak pula u_u #duagh

Btw, KiJoon nanggung ya? ._. Ada yg mau NC versi mereka? Tapi saya ga janji kapan publishnya xD

Oke, udah ah.. Sekian dari saya ya~ xD *peluk baby Yano* #duagh

See you~ ^^

.

BEST REGARDS

-REiRiN—

.