Tittle: The Shifter
Disclaimer: Naruto dan High school DxD bukan punya saya
Genre: Adventure,Romance,Friendship
Pairing: NarutoxkurokaxOphisxRiasxAkeno
Rated: M (jaga-jaga)
Summary: Naruto,seorang anak hasil keturunan malaikat dan iblis harus ikut terseret pada konflik antara 3 fraksi yang terjadi di dunianya. Dengan peninggalan dari orang tuanya sebuah sacred gear istimewa yaitu Scale of Fate, mampukah ia membawa perdamaian ke dunianya itu?. God like,Smart!naru
Warning: OOC,Adult Theme,Violence,typo,Etc.
Chapter 29: I'll be back, baby!
Sudah seminggu sejak perang besar dengan Khaos berakhir. Kini semuanya kembali damai seperti semula tanpa ada banyak masalah besar. Ketiga fraksi kini tampaknya lebih akur sejak perang besar tersebut. Mereka sadar bahwa mereka semua harus menjaga dunia yang ditinggalkan sang pencipta tersebut. Mereka kembali bekerja seperti biasa meskipun ada sedikit gesekan yang tidak terlalu berarti. Semuanya berkat Sang Kosmos, Naruto Lucifer.
Ketika kita berbicara soal Naruto, apa yang sekarang ia lakukan? Mari kita intip kesehariannya sekarang.
Disebuah Kafe
Tampak seorang pemuda berambut kuning jabrik dengan mata biru langitnya sedang tersenyum sembari berbincang-bincang dengan seorang gadis berambut merah panjang dengan tubuhnya yang montok dan juga seorang gadis berambut ekor kuda dengan tubuh tak kalah menggoda juga.
"Ah, begitukah? Selamat deh. Semoga budak-budakmu naik tingkat" kata sipemuda pirang tersebut sambil tersenyum. Sementara itu kedua gadis tersebut hanya bersemu merah melihat senyum pemuda tersebut. Tiba-tiba mereka berdua berdiri dari kursi tempat mereka duduk dan hendak mengatakan sesuatu yang telah lama mereka pendam dalam hati mereka.
"Naruto-kun…" kata Si gadis berambut merah dan gadis berikat ponytail tersebut bersamaan.
"Ada apa? Rias? Akeno?" tanya pemuda berambut kuning yang ternyata adalah Naruto.
"Aku menyukaimu, Naruto-kun! Jadilah pacarku!" kata mereka berdua dengan tegas. Untung saja Kafe tersebut masih sepi, jika tidak mereka akan disangka Orang gila karena berteriak seperti tadi.
Naruto yang mendengarnya jadi bingung sendiri. "Eh?!" teriaknya dengan nada sangat terkejut. "T-tunggu dulu! Kalian kan tahu aku sudah punya pasangan, 2 lagi! Apa kalian tidak merasa marah?" tanya Naruto dengan nada bingung.
Rias, gadis berambut merah tersebut angkat suara. "itu kan baru pasangan belum istri! Aku yakin aku akan menjadi istri yang baik untukmu!" kata Rias sambil berkacak pinggang. Sedangkan Akeno yang mendengar perkataan Rias juga menjadi ikut-ikutan angkat bicara. "Ara, Buchou terlalu percaya diri. Lihat saja nanti. Aku yakin Naruto-kun akan memilihku sebagai istrinya" kata Akeno dengan nada menyindir.
Naruto yang mendengar perdebatan kedua orang tersebut hanya tersenyum sendiri. "Deg!" tiba-tiba sebuah rasa sakit yang amat sangat menjalar dari dadanya. Naruto berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit tersebut. Rias dan Akeno yang melihat tingkah aneh Naruto lalu mengalihkan pembicaraan mereka dan menghampiri Naruto. "Naruto-kun, ada apa?" tanya Rias dengan nada bingung. Naruto yang melihat mereka berdua langsung memasang tampang sehat. "Tidak ada apa-apa kok" balas Naruto dengan senyum khasnya.
Akeno lalu mengangkat suaranya."Naruto-kun, jadi kamu pilih siapa? Aku atau dia?" tanya Akeno dengan nada tegas yang jarang dia perlihatkan. Rias yang mendengarnya pun lalu mendekatkan wajahnya kearah Naruto sama seperti Akeno.
"Tuk!" kedua jari telunjuk kiri dan kanan Naruto menyentuh dahi Rias dan Akeno dan membuat mereka seolah mematung. "Maaf, tapi kalian berdua terlalu baik bagiku. Eksistensiku didunia ini sudah tak lama lagi. Aku tak ingin membuat kalian berdua bersedih. Maka dari itu akan kusegel semua ingatan kalian juga orang-orang yang pernah mengingatku agar kalian semua tidak menangisi kepergianku" kata Naruto sambil tersenyum tipis.
"Sring!" sebuah pendaran cahaya kecil berpendar dari kedua jari telunjuk Naruto dan masuk melalui kening Rias dan Akeno. Rias dan Akeno lalu terdiam sesaat. Kemudian setelah beberapa saat mereka berdua tersadar dari diam mereka. Tampang mereka berdua tampak kebingungan. "Ano, apa yang kulakukan disini?" pikir Rias dan Akeno yang kebingungan. Mereka akhirnya pulang karena tidak tahu apa yang mereka lakukan tadi. Sementara Naruto yang berada dibalik sebuah gang hanya tersenyum melihatnya.
Naruto lalu berjalan santai menuju kesuatu tempat.
Naruto kini berada di sebuah puncak bukit tidak jauh dari sekolahnya, matanya menatap sendu kota Kuoh seakan dirinya tidak rela pergi dari tempat itu. "tep!" sebuah langkah kaki menghentikkan lamunan Naruto. Naruto menoleh kebelakang dan melihat sosok yang sangat familiar baginya.
"Ada apa kamu menemuiku, adik?" tanya Naruto dengan nada ramah.
Sementara itu, orang yang dipanggilnya adik kemudian duduk diatas rumput dibukit tersebut. Mata sang adik menatap sendu sang kakak. "Kak, maafkan aku kak. "katanya dengan nada lirih. Tampak mata sang adik mulai berwarna merah karena menahan sesuatu.
Sementara itu, Sang Kakak yakni Naruto hanya merangkul sang adik sambil berkata lembut. "sudah tugasku menyadarkan adik bodoh sepertimu" kata sang kakak sambil menggesek rambut biru sang adik yakni Khaos.
Sang adik hanya terdiam dalam tangisnya. "maaf membuat kakak kehilangan semua hal yang berharga bagi kakak" kata sang adik dalam lirihannya.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku sudah tahu sejak aku menabuh gendering perang bahwa akan jadi seperti ini. Ini takdir yang tidak bisa diubah" kata Naruto sambil menatap sendu Kota Kuoh. "Setidaknya aku sudah memenuhi ucapanku dengan menjadi perdamaian bagi dunia." Kata Naruto sambil beranjak pergi meninggalkan sang adik dalam tangisnya.
Sementara itu, sang kakak meninggalkannya, si adik bersumpah sendiri dalam hatinya. "Aku pasti akan menyelamatkan kakak! Biarpun aku tidak tahu caranya" kata Sang adik dengan nada pasti.
Kembali kepada naruto.
Kini ia berjalan menyusuri kota Kuoh tidak jelas mau kemana. Matanya hanya menatap sendu setiap pemandangan yang dia tatap. Kemudian matanya menangkap seseorang yang dia kenal. Dialah Ophis.
"Baka, sedang apa kau dari tadi? Dari tadi aku mencarimu tahu!" katanya sambil menggembungkan wajahnya yang membuat Naruto ingin mencubitnya.
"Gomen gomen, tadi aku jalan-jalan sebentar. Kamu kenapa mencariku?" tanya Naruto dengan nada bingung.
Ophis Cuma menarik tangan Naruto menuju Gedung SMA kuoh yang sepi karena sedang libur. Naruto yang melihat tingkah Ophis Cuma mengikuti saja. Naruto sebenarnya telah berhasil menyegel ingatan banyak orang seminggu ini. Tinggal ingatan Ophis saja yang belum dia segel, menurutnya Ophis merupakan wanita yang paling special baginya. Melebihi Emi yang kini berwujud Kuroka. Termasuk ingatan kedua orang tuanya yang dia segel pagi hari ini beserta dengan ingatan Sena dan Thanatos yang kebetulan sedang berada dirumahnya dan membuat dia kabur dari rumah itu, ia berniat menyegel ingatan Ophis hari ini juga karena dia merasa bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi.
Kita kembali pada Naruto dan Ophis yang kini sedang duduk berdua dibawah pohon tempat biasanya Naruto bersandar disekolah tersebut. "Nee, apa kau ingat ketika kita pertama kali bertemu?" tanya Ophis dengan wajah merah merona.
Naruto yang mendengarnya hanya tersenyum. "tentu saja, aku mengingat semuanya. Amukanmu, ocehanmu, juga jitakkanmu" kata Naruto sambil tersenyum lebar. Ophis yang mendengarnya Cuma dapat tersenyum kecut mendengarnya. "Jadi kamu hanya ingat hal-hal jeleknya saja?!" tanyanya dengan nada kesal.
Naruto yang mendengarnya Cuma tersenyum. "Tidak juga kok! Aku juga ingat senyummu, tawamu, dan juga sifat tsundere akutmu yang lucu itu" kata Naruto sambil tertawa renyah. Ophis yang mendengar kata tsundere langsung bersemu merah wajahnya. "B-baka! Beraninya kamu memanggilku dengan kata "tsundere"!" teriak Ophis sambil memukul punggung Naruto. Naruto yang mendengarnya Cuma bisa tertawa kecil.
"Namun, itulah yang aku suka darimu" kata Naruto dengan singkat dan membuat wajah Ophis merona padam. "A-aku juga menyukai sifat bodoh dan kelewat polosmu itu" kata Ophis tertunduk malu. Naruto yang mendengarnya Cuma tersenyum tipis. "hahaha, kita memang aneh" kata Naruto sambil tersenyum. Ophis yang mendengarnya juga tersenyum "iya, kita memang aneh" katanya sambil tersenyum tipis.
"Tuk!" Naruto perlahan menyentuh kening Ophis. Ophsi yang disentuh keningnya merasa kebingungan. "kenapa kau menyentuh keningku?" tanyanya dengan nada bingung. Naruto tidak menjawab tetapi hanya tersenyum tipis. "Ophis, waktuku didunia ini sudah tidak lama lagi. Aku tidak ingin membuatmu bersedih karena aku mati kelak" Kata Naruto sambil tersenyum.
Ophis yang mendengarnya Cuma tersenyum getir. "Aku sudah tahu semuanya. Aku sudah tahu sejak seminggu lalu kamu bergelagat aneh dengan sering keluyuran entah kemana untuk melakukan sesuatu yang tidak jelas. Aku juga melihat sebagian besar tubuhmu sudah menghitam karena sesuatu" kata Ophis dengan nada sedih.
"maaf, tapi kamu harus melupakan diriku" kata Naruto sambil memasukkan segelnya dan berniat untuk pergi. "Deg!" segel yang mau masuk ketubuh Ophis tiba-tiba tertolak keluar. "Bagaimana bisa?" batin Naruto kebingungan. Ophis hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Kamu lupa bahwa sekarang aku memiliki Naruto kecil?" tanyanya dengan nada mengolok.
Naruto yang mendengarnya menepukkan kepalanya. "Astaga! Aku hampir lupa! Tapi bagaimanapun aku sebentar lagi akan mati, nyawaku sudah berada diujung tanduk" kata Naruto dengan nada bingung. Ophis yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "tenanglah, aku yakin kamu pasti akan kembali. Kulihat tadi pria yang namanya Khaos itu nampaknya akan melakukan sesuatu untukmu" kata Ophis sambil tersenyum tipis.
Naruto yang mendengarnya hanya terperanjat. "Adikku? Apa yang akan dia lakukan?" pikirnya bingung. Ophis sendiri hanya menggelengkan kepalanya. Naruto lalu mengaktifkan sebuah segel. Void: Reset!" teriak Naruto dan seketika sebuah cahaya silau berpendar terang lalu kembali padam. Ophis yang melihatnya Cuma membulatkan matanya melihat segel tersebut.
Ophis lalu berkata kepada Naruto. "kenapa kamu menghapus segala bukti eksistensimu?" tanya Ophis dengan nada bingung. Naruto lalu menoleh pada Ophis. "Aku tahu sekarang, Cuma kamu yang dapat mengingatku karena kau memilihki janinku, aku mungkin akan mati sekarang. Tapi aku akan kembali lagi kesini suatu hari nanti. Maukah kau menunggu kembali kedatanganku?" tanya Naruto dengan nada bertanya.
"Sampai kapanpun akan kutunggu itu" kata Ophis dengan senyum terukir. Naruto yang mendengarnya hanya tersenyum saja sembari berbaring dipaha Ophis karena tubuhnya semakin lemah akibat menggunakan teknik tadi.
"ahh, sebelum aku pergi. Aku ingin menitipkan nama anakku padamu. Bagaimana kalau jika dia laki-laki namanya Kojiro dan kalau perempuan namanya Lisa?" tanya Naruto sambil tersenyum kepada Ophis. "kau jangan bodoh, Aku lebih suka kalau anak kita namanya Thomas atau paling tidak jika dia perempuan namanya Haruna" protes Ophis dengan nada tak kala sengit. Naruto yang mendengar nama tersebut langsung protes. "tidak mau! Aku maunya Kojiro atau lisa!" teriaknya. Mereka berdebat cukup lama sampai kehabisan nafas.
"B-bagaimana kalau ini saja?" Kata Ophis sambil membisikkan sebuah nama pada Naruto. Naruto yang mendengarnya sedkit sweatdropped. "nama itu sepertinya mengolokku tapi aku setuju jika itu Namanya bila ia laki-laki kelak. Aku juga punya saran jika dia perempuan" kata Naruto sambil menyuruh Ophis mendekatkan telinganya. Ophis yang mendengar nama itu tampak senang. "nama yang bagus juga, aku setuju." Katanya sambil tersenyum
"Sresss….." Tubuh Naruto perlahan menjadi butiran cahaya. Ophis yang melihatnya langsung menjadi sedikit sedih. Naruto yang melihat tubuhnya mulai sirna pun Nampak tersenyum getir. Dia melihat Ophis yang nampaknya mulai meneteskan air matanya. "Tidak usah berlagak tegar, aku tahu kamulah yang paling sedih akan hal ini. Jika kamu mau menangis, menangislah sekarang" kata Naruto dengan nada lembut. Ophis yang mendengarnnya Cuma terdiam sambil menghapus air matanya. "tenanglah, baka. Ouroboros Dragon tidak akan sedih karena hal seperti ini." Kata Ophis sambil mencoba tersenyum.
Naruto yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "Baiklah, tunggulah aku sampai aku kembali lagi" kata Naruto sambil mendekatkan wajahnya kea rah Ophis. "Cup!" mereka berciuman dengan lembut. Perlahan tubuh Naruto berubah dan sirna menjadi cahaya. Ophis yang melihatnya Cuma tersenyum tipis. "jangan membuatku terlalu lama menunggu, baka…." Katanya sambil tersenyum.
Sementara itu
Khaos sedang berada disuatu tempat hampa sembari merapal sebuah segel kuno. "Heyahhh!" teriaknya. Da muncullah sebuah bola energi berwarna kuning. "Sring!" tiba-tiba muncullah sebuah cahaya putih yang berukuran kecil mencoba berbicara pada Khaos. "Apa yang akan kau lakukan?" tanya cahaya tersebut.
"tentu saja menghidupkanmu, kakak!" kata Khaos sambil tersenyum simpul. Cahaya yang ternyata adalah roh Naruto yang ditangkap Khaos hanya sweatdropped. "hey, kalau mau menghidupkanku lagi kamu harus punya alasan kuat loh" kata Naruto seolah jaim.
Khaos hanya tersenyum tipis. "tentu saja ada! Kau lupa bahwa Khaos brigade masih ada serta beberapa dewa gila yang mau memulai perang lagi?" tanya Khaos dengan nada mengejek. Naruto lalu menepuk dahinya. "oh iya! Baiklah, aku akan segera bangkit lagi dengan kekuatan baru, meskipun tidak sekuat dulu" katanya sambil tertawa lebar. Khaos yang mendengarnya lalu mengambil cahaya tersebut dan memasukkan cahaya tersebut kedalam bola energi kuning tersebut. "Nah, sekarang kakak istirahat dulu. Kita akan tunggu sampai mereka bertindak" kata Khaos sambil tersenyum. Naruto lalu menatap bingung Khaos. "kau sendiri?" tanya dengan nada bingung.
"aku?tentu saja menjagamu dan menunggu giliranku yang sebenarnya di hari penghakiman nanti" katanya sambil duduk menemani Naruto. Naruto hanya dapat tersenyum mendengarnya. "ya, kau benar." Kata Naruto sambil tersenyum
END
Demikianlah cerita The shifter berakhir, Fragmen pertama telah tertutup hehehe.Endingya ngegantung? Author masih banyak ide hehehe. Naruto nggak akan mati dicerita ini. Author akan melanjutkannya di sekuel keduanya. Terima kasih buat yang selama ini sudah Review, Fav, ataupun follow fic abal author newbie ini hehehe ^_^. Author berjanji akan kembali dengan cerita yang lebih bermutu dan benar-benar anti mainstream hehehe ^_^. Sekian dan terima kasih. ^_^. See ya in Next series hehehe ^_^( sok inggris padahal ulangan sering remedial #plakkk) Bagi yang ada usul/ Ide buat sekuelnya silahkan Review aja, author tampung buat bikin sekuelnya nanti hehehe.