A Vocaloid Fanfiction...

Mirror by chiyoko-chan23

.

.

DISCLAIMER!

(c) Yamaha Crypton FM

(I'm not own the characters. All of the characters in this fiction is belong to Yamaha Crypton FM)

.

.

WARNING!

Possibly : Typo(s)/Misstypo, gaje, plot twist (di chapter-chapter terakhir)

.


Crypton High

April, 2010

Aku tidak mengerti tentang apa yang seharusnya kulakukan di sekolah.

Aku tidak punya teman, aku dijauhi karena aku dianggap "gadis pembawa kutukan" dan setiap anak-anak di dalam kelas yang kutempati akan menjerit histeris ketika bertemu denganku di kelas dan mengatakan mereka sedang tertimpa bencana besar. Aku bersumpah mereka hanya melebih-lebihkan spekulasi yang sudah lama beredar. Mengenai aku yang merupkan keturunan penyihir. Hanya karena aku selalu diam? Hanya karena rambut honey blonde-ku yang hampir tak pernah kusisir, dan hanya karena tatapan manik aquamarine-ku yang seolah dipenuhi amarah? Tidak, tidak sepenuhnya benar.

Maka itulah aku bingung harus berbuat apa.

Pagi ini, adalah awal kehidupan SMA-ku. Aku memakai seragam Crypton High; kemeja putih lengan panjang dengan kerah sailor berwarna biru, pita ala sailor berwarna merah, dan rok pendek selutut berwarna biru tua, senada dengan warna kerah. Aku kira ini cukup keren, jadi aku mendesah lega dalam hati.

Okaa-san dan otou-san tidak sedang di rumah. Mereka pergi ke rumah kerabat hingga satu minggu ke depan, jadi aku sendirian di rumah.

Aku menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri-segelas susu dan roti berselai coklat-kemudian menyambar tas jinjing cokelat tua dan keluar dari pekarangan rumah setelah aku memakai sepatu mary jane berwarna cokelat kehitaman ber-hak kira-kira 3 senti.

Angin pagi membelai rambut honey blonde pendekku yang tak tersisir. Bunyi gesekan pepohonan spruce di sisi-sisi jalan terdengar seolah mereka sedang berbisik-bisik tentangku. Jalanan ini sepi, hampir tak ada kendaraan yang pernah melintas, sejauh pengamatanku, dan mungkin, itu juga salah satu penyebab mengapa tak ada seorangpun di sekolah-kecuali beberapa guru yang menyimpan dataku-yang tahu-menahu mengenai di mana aku tinggal, dan dari mana aku sebenarnya berasal. Tapi aku berharap, di SMA ini, aku bisa mengubah reputasiku semula dan memiliki banyak teman, meski itu hampir terdengar mustahil.

Crypton High berjarak lebih jauh ketimbang sekolah lamaku dulu, Shouhei High. Setelah aku berjalan memasuki pusat kota, aku melenggang menuju ke stasiun kereta dan menaiki kereta kira-kira 20 menit, dan berhenti di stasiun pertama. Dari situ, aku kira-kira 2 kilometer untuk dapat melihat gedung Crypton yang menjulang dengan penangkal petir di puncaknya. Itu baru melihat gedungnya. Untuk benar-benar memasuki sekolah berarsitektur kuno itu, aku harus melanjutkan beberapa meter lagi. Setelah itu, aku benar-benar berada di sana, di dalam pekarangan Crypton High, yang memiliki kesan misterius dan dingin. Cat sekolah itu berwarna kelabu suram, dengan banyak jendela dan pintu, tapi hanya ada satu pintu utama, yaitu pintu yang sekarang berada di hadapanku, dengan jam dinding super besar di atasnya. Aku melangkahkan kaki dengan ragu-ragu.

Ini masih jam 7. Masih ada 1 jam lagi sebelum kegiatan sekolah benar-benar dimulai. Jadi, kau bisa menebak bahwa keadaan di sini masih sangat sepi, hening, hanya ada suara kepakkan sayap burung dan bunyi decitan rem mobil. Aku meyakinkan diriku bahwa tidak akan ada apapun yang terjadi ketika aku memasuki pintu itu, jadi aku mendorong pintu dengan knop perak, dan suasana sekolah yang benar-benar berbeda mulai membuat nyaliku semakin ciut.

Sungguh, ini lebih terlihat seperti desain katedral. Terlihat benar-benar kuno, tua, tapi menawan. Ada chandelier yang menakjubkan di atasku sekarang.

Berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyekolahkan seorang anak di sini? Aku menduga-duga. Berapa yen? Berapa yen yang dikeluarkan dari tabungan okaa-san dan otou-san untuk membuatku berdiri di sini sekarang? Aku bertanya-tanya. Ini terlalu mewah.

Aku ingin melangkahkan kaki keluar dari sana, tapi ketika aku berbalik, kehadiran seseorang beraura menakutkan yang tidak kusadari sedari tadi berdiri menjulang di hadapanku. Dia memiliki manik aquamarine yang persis dengan milikku, tapi tatapannya terasa lebih mengerikan. Dia seperti memiliki aura pembunuh, seperti di film-film pembunuhan. Rambutnya juga berwarna honey blonde. Dia memakai headset putih, dan penampilannya berantakan. Lebih berantakan daripada aku. Dia memiringkan kepalanya, melepas headset-nya, dan mengubah cara pandangnya.

"He? Kau murid kelas satu?" Dia bertanya dengan sinis. Aku mengangguk, menundukkan kepalaku, tidak berani lagi melakukan kontak mata dengannya.

"Untuk apa kau berbalik? Masuk saja ke kelasmu... lakukan apapun yang kau suka di sana selagi tak ada orang. Aku juga begitu kok." Dia melangkah melewatiku dengan tampang cuek, kemudian memasang kembali headset-nya. Dilihat dari cara bicaranya, dia sepertinya senior, entah kelas dua atau tiga. Sebenarnya sudah terlihat dari tinggi badannya yang jelas jauh berbeda denganku.

Crypton High sepertinya tidak memberlakukan aturan yang biasanya digunakan di sekolah-sekolah lainnya. Tidak ada papan yang memuat barisan nama disertai kelas yang ditempati. Okaa-san memberiku secarik kertas, dan di situ tertulis di kelas mana aku berada.

1-4.

Aku tidak suka angka 4. Aku lebih suka angka 2 atau 5.

Angka 4 mencerminkan kesialan dalam kehidupanku. Dan ini bukan pertanda bagus. Tapi, aku tetap mencari kelas dengan papan nama "1-4". Si 'cowok-tinggi-yang-mirip-denganku' itu sudah lenyap entah ke mana, mungkin dia membelok ke lorong lain. Sejauh mata memandang, lorong utama ini memang sangat panjang, dan lebar tentunya. Di sisi-sisi lorong, terdapat loker dengan jumlah yang selalu sama : 10 loker disertai kunci. Seperti di sekolah barat. Aku sering menyaksikan loker-loker yang berjajar di lorong seperti ini di dalam film barat yang kutonton, dan aku sudah lama menginginkan suasana semacam ini. Jadi, aku diam-diam merasa cukup senang.

Aku akhirnya menemukan sebuah kelas dengan papan nama "1-4". Kelas itu terletak hampir ke ujung lorong, tapi untunglah tidak benar-benar ujung. Kelas paling ujung adalah 1-5, tentu saja.

Aku memasuki ruangan kelas yang masih gelap, tapi tidak terkunci. Aku mencari-cari stop kontak-yang ternyata berada tepat di samping papan tulis berlampu-kemudian menekannya ke bawah dengan jari telunjukku. Lampu-lampu seketika menyala bersamaan, terang benderang. Aku tersenyum simpul.

"...lakukan apapun yang kau suka di sana selagi tak ada orang..."

Jadi, aku boleh melakukan apapun?

Sayangnya, aku harus berpikir lebih dari 15 menit mengenai apa yang harus kulakukan, tapi tentunya, pada saat aku selesai berpikir dan telah memutuskan, sudah ada orang yang memasuki kelas ini, dan itu sama saja dengan menghabiskan waktu secara tidak sengaja. Jadi, aku dengan cepat mengambil keputusan untuk berkeliling menyusuri setiap koridor yang merupakan cabang dari lorong utama. Aku ingin tahu di mana letak taman sekolah berada. Aku berharap Crypton High memiliki taman sekolah yang luas dan banyak semak-semak geranium dan kupu-kupu bersayap indah yang beterbangan di sekelilingku. Sekolah-sekolahku sebelumnya tidak memiliki taman sekolah, dan itu cukup menyedihkan. Tapi setidaknya, mereka memiliki atap sekolah yang bisa di-akses dengan catatan : kau memiliki kunci pintu menuju atap. Atap sekolah memang mengasyikkan. Kau bisa memakan bekalmu di sana sambil merasakan semilir angin, tanpa diganggu, tanpa ada bisikan yang membicarakan tentang keburukan dirimu atau apalah itu, dan tanpa ada yang perlu dikhawatirkan.

Tapi kenyataannya, aku hampir tidak pernah bisa makan di atap, karena aku tidak memiliki kunci, dan itu sama saja dengan mimpi muluk-muluk kalau kau mengharapkan ada seseorang yang menberikanmu kunci menuju ke sana. Aku adalah "gadis pembawa kutukan", ingat?

Oke, itu sebenarnya hanya rumor yang berkembang, tapi aku sudah mulai terbiasa dengan hal itu.

Namun, di Crypton, aku ingin membuat reputasi yang menyamai murid-murid primadona, atau murid-murid pintar. Rasanya agak sulit, tapi aku akan mencobanya.

Dimulai dari hal yang simpel; membuat sensasi yang menarik perhatian.

Setahuku, dari sanalah sebuah popularitas kemudian sudah berada di genggamanmu, dan itulah yang merupakan hasil dari pengamatanku selama tiga tahun pada orang populer, yang sebenarnya tidak memiliki keistimewaan selain menebarkan sensasi yang kutahu hanya bualan.

Tapi apa? Apa yang harus kubuat? Sensasi semacam apa yang bisa kulakukan demi meraih popularitas?

Coret semuanya.

Aku ingin tetap menjadi diriku. Berjuang meraih popularitas dengan keistimewaan yang kumiliki. Aku yakin ada sesuatu yang hebat di dalam diriku.

Lily pernah mengatakannya.

To be continued...


A/N

Hai~ kali ini, saya akan kembali pada fandom Vocaloid yang saya cintai ini-

Tapi saya tidak memakai nama asli char. nya, misalnya, Kagamine Rin saya ubah menjadi Shinoda Rin, begitu juga dengan Len menjadi Kurosawa Len.

Sejujurnya, ini fik lama, jadi mungkin ada beberapa gaya bahasa dan kosakata yang terlalu kekanakan. Maafkan saya- saya males ngeditnya /dibacok

Bersambung ke chapter satu, dan bagusnya lagi, chapter satu belum saya tuntaskan. Jadi mungkin update next chapter bakalan lama. Buat VocaLovers, maafkan author gaje nista yang suka discontinued fik ber-chapter ini yaa~~ /berlutut (?) /dibakar massa

Review please- kritik, saran, pendapat dibutuhkan. Dan setiap review yang masuk, akan selalu saya baca. Tenang saja :v