SNS | 6


Author : Maria Kim

Main cast : Luhan & Xiumin, Seme! Luhan

Support cast : EXO's members, Sungmin & Kyuhyun Super Junior, Jieun Secret, Victoria F(x).

Genre : Friendship, family, romance

Length : Chapter

Rate : aman pokoknya

An : komentar/review di facebook sama ffn, banyak yang sama, dan kemungkinan pertanyaan lainnya sama juga =..= jadi sekalian aku tulis langsung disini aja

1. "bukannya Xiumin itu anak taekwondo ? tapi di sini kok karate " = soalanya aku pengen buat karakter Xiumin lebih kuat. Taekwondo sama karate kan beda. Taekwondo itu versi halusnya, karate itu kasarannya. Kalo karate sekali tanding bisa sampe bonyok beneran, beda sama taekwondo. Sekalian mau bikin papih Luhen teraniaya, hahaha *ketawa Kyuhyun*

2. "aku suka, soalnya Xiumin/uke-nya ga girly" = menurutku, uke itu ga harus girly ! bagaimanapun juga mereka itu namja ! cowo ! kalo over girly juga, berarti mereka hombreng dong ? cucok cynn.. Curhat dikit aja yah, aku kan orangnya tomboy, sering nongkrong sama anak2 cowo juga. Mereka itu emosian, ga mau kalah, harga diri adalah yang paling utama, dan lain sebagainya. Kesimpulannya, tiap ff yang aku tulis, aku berusaha penjiwaan tiap tokoh akan terlihat seperti bagaimana mereka di kehidupan aslinya. Aku nyoba keras buat nghindari yg namanya, 'OOC'. Biar feel-nya dapet juga.

3. Scene ambulan, aku lupa, seharusnya ada suster di sana. Tapi kenyataannya aku lupa sama yang namanya 'mbak suster'. Pardon me (=/\=)

4. "bahasanya santai, enak, gampang dimengerti" = o ho ! benar sekali ! aku emang sengaja pake bahasa yang santai, ga belibet, dan mudah dimengerti. Buat ff ga perlu cuci otak, cukup keluarkan apa yang ada dalam uneg-uneg. Kesannya biar ga terlalu drama juga, tapi sinetron. eh ? oke, jangan tampar saya pake bibir Luhan ! :3 jujur aja, aku ga pinter ngerangkai kata, harap dimengerti -_-

Warning! Bikin ngantuk, typo bertebaran, bahasa ga sesuai EYD, belibet, efek kebanyakan nonton reality show sama drama yang terjemahannya kebalik2 =..=


.

.

.

4 tahun kemudian.

.

"abeoji, eomonim, Minseok-ah, ada hal yang ingin ku katakan pada kalian semua"

Dua orang tua itu kompak mengangkat kepala.

Xiumin masih meneruskan aktifitas makan malamnya, membuat Sungmin memutar kepala menatap Xiumin yang duduk di sampingnya.

"katakan saja hyung, aku akan mendengarkanmu" sahutnya tanpa mengalihkan pandangan dari piring makanannya.

Sungmin mengangguk. "baiklah"

Sungmin mengambil nafas besar dan membuangnya perlahan. "dalam waktu dekat ini aku akan menikah dengan Jieun, Song Jieun."

DEG

Xiumin reflek menghentikan gerakan sumpitnya. 'bagaimana dengan Kyuhyun hyung ?' tanyanya dalam hati.

Seorang wanita satu-satunya dari keluarga itu beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Sungmin. Ia memeluk anak sulungnya yang masih terduduk di kursi itu. "aigo...charanda...eomma pasti menyetujuinya anakku." Wanita itu menepuk-nepuk punggung Sungmin.

Xiumin masih tak bergerak. Sumpit yang ia pegang diam membisu di atas mangkuk nasi.

"yeobo, apa kau tahu tentang ini ?" tanya ayah Xiumin dengan tatapan menyelidik pada istrinya.

Ibu itu hanya menggelengkan kepala dan kembali ke tempat duduknya. "aku tidak tahu tentang rencana menikah Sungmin, tapi aku tahu siapa Song Jieun itu" nyonya Lee hanya melirik menggoda pada Sungmin. "yang pasti dia anak yang baik, tahu bagaimana bersikap dewasa, dan cantik tentunya"

Tuan Lee tersenyum puas.

"aku sudah selesai" Xiumin beranjak dari kursi sambil membawa mangkuk nasinya.

Sesampainya di wastafel ia cepat-cepat membuang sisa nasi yang ada pada mangkuk dan mencucinya.

.

.


.

.

"ada apa kau tiba-tiba ingin bertemu denganku ?" Kyuhyun membenarkan hodienya sebelum duduk di samping Xiumin. "apa kau ingin menyatakan cinta padaku ? haha" narsis Kyuhyun sambil mengedarkan pandangan ke sekitar taman yang dihiasi rantai lampu kecil warna warni yang tersebar di beberapa pohon.

"tsk" decak Xiumin sambil menyandarkan bahu pada punggung bangku taman. "hyung, apa itu benar ?"

"tentang ?" Kyuhyun balik bertanya.

Xiumin menyipitkan matanya. 'jangan bilang kalau Kyuhyun tidak tahu tentang rencana menikah Sungmin hyung.' Batinnya. "Song Jieun noona"

"ah...itu yang kau maksud. Kenapa ? apa salah kalau hyungmu menikah ?" sarkatis Kyuhyun. "lihat saja, aku akan menyusul tahun depan." Pemuda bersurai cokelat itu menepuk-nepuk kepala Xiumin.

Xiumin memandang Kyuhyun heran. 'apa dia sakit hati ? sampai ingin balas dendam seperti itu ?'

"kenapa melihatku seperti itu..." Kyuhyun menjewer pipi Xiumin gemas.

Xiumin menghela nafas sambil menundukkan kepala.

Hening.

"sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku ? hanya itu sajakah ?"

"a- ani.." mulut Xiumin tiba-tiba terasa kaku.

Ia bukan tipe orang yang selalu ingin ikut campur dalam kehidupan orang lain. Tapi tidak untuk kali ini, entah kenapa hatinya tidak tenang. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara hyung-nya dengan Kyuhyun.

"lalu ?"

"a- aku dengar...kalau Sungmin hyung dan Kyuhyun hyung..." Xiumin menghentikan kalimatnya. Ia takut. Takut Kyuhyun akan marah padanya.

"apa ?"

"...berpacaran..." lanjutnya.

"ehh ...?!" Kyuhyun melebarkan mata dan memandang horor Xiumin.

"a- apa itu benar ?"

"siapa yang memberitahumu tentang hal seperti itu ?" interogasi Kyuhyun.

.

.

|flashback 8 tahun yang lalu|

"hyung, aku berangkat latihan !" teriak Xiumin saat mencapai daun pintu.

Tidak ada jawaban dari Sungmin.

Tanpa berpikir dua kali, Xiumin menaruh tas yang berisi perlengkapan karatenya dan melangkah kembali menuju kamar Sungmin.

"aku tahu ini berat. Tapi aku yakin kita akan mengatasinya bersama." Sebuah suara bass mendominasi kamar Sungmin.

Xiumin reflek bersembunyi di balik dinding. Dia yakin 100% itu bukan suara hyung-nya.

Sedikit demi sedikit ia mengintip lewat pintu kamar yang setengah terbuka.

Kedua mata serta mulut Xiumin membulat.

Sungmin berada di dalam pelukan Kyuhyun. Badan Kyuhyun bergerak seolah menimang-nimang Sungmin agar ia tenang. Kedua makhluk yang tingginya lumayan berjarak itu terlihat seperti sepasang kekasih yang berdansa sambil menikmati alunan musik jazz.

|flashback END|

.

.

"a-akupernahmelihathyungmemelukSungminhyung,danmengatakan'akutahuiniberattapiakuyakinkita akanmengatasinyabersama" ucap Xiumin cepat.

Kyuhyun berpikir sejenak. "ah...aku ingat. Saat itu aku dan Ming mendapat tugas untuk mengajukan proposal ke perusahaan besar. Dan kami ditolak lebih dari 3 kali. Itu membuat Ming terlihat depresi. Aku hanya ingin menenangkannya dan mengatakan kita pasti bisa mengatasinya."

"itu saja ?"

Kyuhyun mengangguk mantap. "eoh"

"uhm...baiklah kalau begitu. Terimakasih hyung, aku mau pulang , ini sudah malam." Xiumin beranjak dari bangku.

"Min !" panggil Kyuhyun membuat langkah Xiumin terhenti.

"ne, hyung ?" Xiumin memutar badan menghadap Kyuhyun yang masih duduk santai di bangku taman.

"apa kau tahu siapa calon istriku ?" Kyuhyun menyunggingkan senyum evilnya.

Xiumin hanya menggeleng.

"Victoria Wu"

"hahh ?!" kedua mata Xiumin seolah akan keluar dari tempatnya.

"kau kenal ?"

"i- it- itu kan, ka- kakaknya Kris !" Xiumin menunjuk-nunjuk wajah Kyuhyun.

Kyuhyun mengangguk. Aura sombong keluar dari dalam tubuh Kyuhyun.

"b- bagaimana bisa ?!"

"sudah pulang sana, anak kecil tidak boleh berkeliaran malam-malam, nanti Ming mencarimu !" usir Kyuhyun.

Xiumin melanjutkan perjalanannya dengan wajah tak-percaya. Kyuhyun si bocah evil ingusan itu mendapatkan anak pertama dari keluarga ningrat asal China. 'bagaimana bisa ?' hanya pertanyaan itu yang berulang-ulang di dalam otak Xiumin.

"diam-diam dia berpacaran dengan Victoria sejak kau masih SMP di tahun pertama" sebuah suara hampir membuat jantung Xiumin jatuh menabrak lambungnya.

"ya ! hyung ! mengagetkanku saja !" Xiumin mengelus-elus dada kasar.

Xiumin mendapati hyungnya bersandar pada pagar taman sambil bersedekap.

"sedang apa hyung di sini ?"

"kau sendiri ?"

"a- aku hanya ingin bertemu dengan Kyuhyun hyung" gugup Xiumin

Sungmin meraih pundak sang adik sambil berjalan menuju rumahnya.

"apa yang kau bicarakan dengannya ?"

"tidak ada...hanya..hanya..."

"sudahlah, aku juga sudah mendengar semuanya."Sungmin tersenyum.

"apa hyung membuntutiku ?" cemas Xiumin.

"aku bukan fansmu anakku haha..." Sungmin mengacak gemas rambut Xiumin. "eomma menyuruhku untuk beli soju di supermarket depan" Sungmin mengangkat kantong plastik hitam yang ada di tangan kanannya.

Xiumin mengangguk mengerti.

"jangan percaya desas-desus itu. Aku dan Kyuhyun masih straight !" bisik Sungmin tepat di telinga Xiumin.

Lagi-lagi Xiumin mengangguk.

Jauh di dalam hati kecil Xiumin berkata, 'kita berlawanan hyung, aku dan Luhan-'

"ah...kita sudah sampai !" ujar Sungmin sambil membuka pintu pagar rumahnya.

.

.


.

.

Xiumin merebahkan tubuhnya di ranjang dan mengetik sesuatu di ponsel.

"Lu, Sungmin hyung akan menikah" – to Lu ge

Belum satu menit, Luhan sudah membalas.

"lalu ? apa kau ingin menikah juga ? bersabarlah sedikit sayang ^^" – from Lu ge

"heol...bukan itu bodoh !" – to Lu ge

"oh hei, aku bukan bodoh, aku jenius ! lantas kenapa kalau Ming hyung menikah ?" – from Lu ge

"aku baru tahu kalau Sungmin hyung itu straight...selama ini kukira dia dengan Kyuhyun hyung. Seperti kita berdua." – to Lu ge

Xiumin buru-buru me-mode silent-kan ponselnya. Ia tidak ingin tahu apa yang akan Luhan katakan. Ia lebih memilih untuk memejamkan mata dan tenggelam dalam dunia mimpi.

.

.


.

.

Keesokan harinya.

4 pesan baru, 23 panggilan tak terjawab.

Xiumin mengusap wajahnya kasar sebelum membuka satu-persatu pesan yang masuk.

"itukan Ming hyung. Itu pilihan yang ia ambil." - from Lu ge

"apa kau takut akan hubungan kita ? kalau kau ingin mengakhirinya, aku fine. Aku akan menerima segala keputusanmu. Aku juga bisa mengerti keadaanmu. Mungkin kau tertekan selama 4 tahun ini. Aku tahu, menyembunyikan hubungan selama itu tidaklah mudah."- from Lu ge

"sayang, apa kau marah kepadaku ?"- from Lu ge

"Baozi, apa kau masih di sana ?"- from Lu ge

Xiumin memejamkan mata. Ia menghela nafas dan segera menekan tombol 1 pada ponselnya untuk beberapa detik.

"yoboseyo ? Zi, kemana saja kau tadi malam ? aku mengkhawatirkanmu..." lirih suara di seberang.

"mian Lu..aku tertidur." Jawab Xiumin tak kalah lirih.

"bisakah kita bertemu hari ini ?"

"di mana ?"

"tempat biasa"

"baiklah"

.

.

Sesampainya di atap gedung kampus, Xiumin melihat Luhan sudah berada di sana. Membelakanginya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke kantong celana.

Tanpa ragu-ragu lagi Xiumin menghampirinya lalu memberikan backhug pada Luhan. Kedua tangan Xiumin masuk menelusup lengan Luhan.

"kau datang ?" suara Luhan terdengar menenangkan di telinga Xiumin yang menempel pada punggung Luhan.

Luhan membalikkan tubuh agar lebih leluasa memeluk Xiumin. Ia menyandarkan dagunya pada perpotongan leher Xiumin. Luhan menenangkan Xiumin dengan sedikit gerakan menimang.

"aku tahu ini berat. Tapi aku yakin kita akan mengatasinya bersama"

Tubuh Xiumin membeku.

Ia teringat sesuatu. Dengan cepat ia melepaskan dirinya dari belenggu Luhan dan menatap wajah Luhan. Pandangannya kosong.

De javu.

"ada apa Baozi ?" Luhan menangkup pipi kiri Xiumin.

Xiumin menurunkan tangan Luhan yang mengelus pipinya dan melangkah mundur. "sebelumnya Sungmin hyung dan Kyuhyun hyung...pernah dalam keadaan seperti kita berdua saat ini" datar Xiumin.

Luhan memandang Xiumin tidak mengerti.

"dan yang Kyuhyun hyung katakan pada Sungmin hyung, sama persis seperti yang kau katakan... 'aku tahu ini berat. Tapi aku yakin kita akan mengatasinya bersama'. Dan aku yakin itu bukan karena Sungmin hyung yang depresi soal proposalnya." lanjutnya.

"kapan itu terjadi ?"

Xiumin berpikir sejenak. "sekitar 8 tahun yang lalu"

Luhan kembali merengkuh tubuh Xiumin. Menyembunyikan wajah sendunya dari Xiumin. "apa kau percaya takdir ?"

Xiumin mengangguk.

"tuhan tidak mungkin membuat takdir manusianya sama dengan manusia lainnya. Setiap makhluk tuhan pasti memiliki takdir yang berbeda."

Setetes air mata menitik di sudut mata kanan Luhan. Tidak ada yang tahu tentang jalan pikiran Luhan, tak terkecuali Xiumin.

"aku berjanji akan selalu berada di sampingmu. Bagaimanapun juga."

Xiumin hanya diam mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Luhan.

"percayalah padaku"

"..." tidak ada respon.

"apa kau sudah tidak mempercayaiku ?"

Xiumin menggeleng cepat dan semakin menyembunyikan kepalanya ke dalam dada Luhan.

"bagus" Luhan tersenyum sambil membelai lembut bagian belakang kepala Xiumin.

.

.


.

.

Seharian ini Luhan mengajak Xiumin membolos kuliah. Mengingat major mereka yang sama, mereka tahu mata kuliah apa saja telah ditinggalkan. Setiap kali bolos, selalu Luhan-lah yang menjadi dalangnya. Jika Xiumin menolak, maka Luhan akan berkata 'lebih baik kita keluar dari Universitas, kalau kau ingin mempelajari sesuatu, biar aku yang jadi seonsaengnimnya'. Akibatnya Xiumin selalu mengalah.

Alasan Luhan kuliah dan memilih major sama dengan Xiumin adalah karena dia ingin menjaga Xiumin, itu saja.

Ya, benar, dia memang aneh. Tuan posesif.

Selesai berbicara dengan seseorang di telepon, Luhan mengantongi kembali ponselnya. Ia berjalan mendekati Xiumin yang berdiri sendirian di samping motornya.

"kajja" ajak Luhan sambil memakaikan helm pada kepala Xiumin.

"kemana ?" Xiumin melihat jam yang ada di ponselnya. "ini sudah lewat tengah malam Lu, aku mau pulang."

"ke rumahku" pendek Luhan sambil menaiki motornya.

Xiumin hanya memaku.

"aku sudah bilang sama Sungmin hyung."

Bukan itu yang ditakutkan Xiumin. Hanya saja ia masih belum siap mendapat tatapan poker face dari keluarga Luhan. Tatapan yang paling Xiumin benci, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar ia juga melakukannya. Sama persis saat Luhan tengah mendiamkannya kalau terjadi suatu masalah di antara mereka berdua. Tatapan mata tanpa ekspresi itu membuat perasaan Xiumin campur aduk, dan selalu merasa telah berbuat satu kesalahan besar.

.

.


.

.

Ini adalah kedua kalinya Xiumin ke rumah Luhan sejak 4 tahun yang lalu. Selama ini Luhan hanya mengajak Xiumin ke apartemen pribadinya. Sepertinya dia juga kurang suka berada di rumahnya sendiri.

Selang beberapa menit setelah memencet bel rumah yang lumayan megah itu, akhirnya pintu yang ada dihadapan Luhan terbuka. Xiumin tentu saja bersembunyi di balik punggung Luhan dengan kedua tangan yang memilin pinggiran coat yang Luhan kenakan.

"apa yang telah membawamu pulang ke rumah ?" sambut tuan Xi dingin.

"eomma yang menyuruhku" jawab Luhan sekenanya.

Tuan Lu melirik Xiumin sekilas kemudian memimpin masuk ke dalam rumah.

Luhan menyeret Xiumin ke dapur lebih dulu. "aku yakin kau pasti haus, iya kan Baozi ?" tanyanya sambil tersenyum hangat.

Sesampainya di dapur, Luhan langsung menuju kulkas dan membukanya. Luhan sengaja tidak menghidupkan lampu dapur. Akibatnya mereka hanya mendapat cahaya yang keluar dari dalam kulkas.

Xiumin masih setia memilin coat Luhan. Hal itu membuat Luhan tersenyum geli.

"wae ?"

"tidak ada". Luhan membatin, 'sepertinya ia belum sadar. Aku tahu sekarang kau dalam mode takut'. "seandainya ada Shiyuan ge, mungkin kau lebih sedikit merasa tenang" lanjut Luhan sambil menyodorkan botol air mineral pada Xiumin.

Xiumin menerimanya dan mengangguk kecil.

Shiyuan, kakak Luhan yang sekaligus guru karate Xiumin adalah orang ter-hangat diantara anggota keluarga Luhan yang lainnya. Bahkan jauh lebih baik daripada Luhan sendiri. Dia suka menyapa orang lain, ramah, murah senyum, dermawan pula. Tidak dengan Luhan, dia hanya care pada orang yang ia kenal.

Sebuah kotak transparan yang ada di dalam kulkas membuat Xiumin tertarik. Ia menyingkirkan badan Luhan dan mengambil kotak itu. Ada selembar post-it berwarna kuning yang menempel di sana. Tertulis, 'IT'S LUHAN'S, DON'T TOUCH !'.

"andwae !" Luhan merampas kotak itu dan menyembunyikannya di balik punggung.

Xiumin merasa familiar dengan benda itu, tapi dia lupa. "dari kekasihmu ?" datar Xiumin.

Luhan terkekeh. "hmm...bagaimana ya..." godanya.

Tanpa babibu Xiumin pergi meninggalkan Luhan. "aku pulang"

Selangkah

.

Dua langkah

.

Tiga langkah

.

Empat langkah

.

Lima langkah

.

"eh ?" Luhan tersadar dari dunia bodohnya. Secepat mungkin ia mengunci tubuh Xiumin dari belakang. "mau kemana ?"

"..."

"baby ?"

"..."

"kau marah ?"

Masih tidak ada jawaban. Xiumin hanya mencoba melepas kaitan tangan Luhan yang membelenggu badannya. "lepaskan"

Luhan semakin erat memeluknya. "kau cemburu, eoh ?"

"lepaskan, atau tulang keringmu akan kujadikan sasaran selanjutnya" tajam Xiumin.

"lakukan, aku akan menerimanya dengan senang hati, asalkan kau yang melakukannya" ucap Luhan seduktif sambil meniup pelan leher Xiumin.

Seharusnya Xiumin berterimakasih pada Luhan yang sengaja tidak menghidupkan lampu dapur, karena wajah Xiumin sekarang memerah bak tomat yang siap dipanen. Apalagi kalau bukan karena terkena serangan gombalan mesum ala Rusa gila asal China itu.

DUGGK

"akk-" aduh Luhan tertahan. Hanya sebuah sikutan yang menusuk tulang rusuknya tidak boleh membuatnya lengah, ia harus tetap menahan Xiumin.

NYUTTT KRIIIIIIK *hah ? suara apaan tuh ?*

"AAAAAAA...NYANYANYANYANYANYAAAAAA !" akhirnya ia melepas tangannya, sebelum kuku Xiumin semakin menusuk dan menjalar di sepanjang kedua lengannya.

Xiumin kembali melangkahkan kaki tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

'tidak ada cara lain' pikir Luhan. Ia menarik bagian belakang kerah baju Xiumin, persis seperti menarik seekor kucing.

Luhan mendekatkan bibirnya ke telinga Xiumin. "di dalam kotak tadi ada 3 buah benda yang kujaga selama 4 tahun lebih. Benda itu sangatlah berharga bagiku. Karena benda itu adalah hadiah pertama yang kudapatkan dari cinta pertamaku."

Luhan menarik Xiumin kebelakang hingga sampai di depan kulkas yang pintunya masih terbuka. Ia membuka kotak tadi dan memperlihatkannya pada Xiumin.

Nafas Xiumin seolah tercekat. Ia memandangi Luhan dengan mimik you–are-so-damn-crazy-man

Xiumin ingat, sangat sangatlah ingat ! ketiga benda itu adalah kenangan memalukan Xiumin tentang Luhan.

Pemuda tembam itu mengambil salah satu dari ketiga benda itu. "kenapa kau tidak memakannya ? aku yakin ini sudah lewat batas tanggal kadaluwarsa"

"apa kau lupa ? saat itu aku penggila gadget, dan itu membuat ginjalku bermasalah. Sehingga aku tidak diperbolehkan memakan makanan seperti itu."

"apa alasanmu menyimpan benda ini selama bertahun-tahun ?" Xiumin meneliti bulatan coklat yang terbungkus alumunium foil itu dengan seksama.

"karena menurutku, itu adalah kenangan yang harus selalu aku ingat"

"kenangan bodoh" Xiumin mengembalikan cokelat itu pada wadahnya dengan sedikit gerakan melempar.

"Baozi ! tsk ! kau bisa merusaknya !"

"ayolah Lu...itu bukanlah hal yang harus kau simpan selamanya"

"maaf baby, tapi ini sangatlah berharga bagiku" Luhan mencubit gemas pipi Xiumin sebelum menaruh kotak tadi ke tempat semula.

Xiumin menguap cukup lebar. Matanya yang mulai memerah mengedip-ngedip lucu.

"kajja, kita tidur" ajak Luhan membawa Xiumin ke kamarnya.

.

.


.

.

Mata Xiumin masih terpejam, tapi sayup-sayup ia mendengar suara cekcok di luar sana.

"aku tidak mau ! dam sampai kapanpun aku akan tetap menolaknya !"

"pergi dari sini !"

"oke, aku pergi dari sini ! dan aku tidak akan pernah kembali !"

'Luhan ?' Xiumin bangun dari tidurnya.

Benar, si Rusa itu sudah tidak ada di sampingnya.

"Luhan !" suara seorang perempuan di luar sana naik satu oktaf.

Hening.

"kenapa harus aku ? kenapa bukan Shiyuan ge ?" kali ini Luhan dengan suara sedikit lembut tapi masih terdengar datar.

Hening.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Luhan dengan wajah garangnya menghampiri Xiumin dan menariknya keluar menuju pintu utama rumah itu.

"apa karena pemuda itu ?"wanita itu bersuara lagi.

Langkah Luhan dan Xiumin terhenti. Xiumin yang memang tidak tahu apa-apa hanya memandang innocent ibu Luhan yang terlihat sangat marah dan ayah Luhan yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil membaca koran pagi dengan hikmat, seolah tidak ada yang terjadi.

"kalau kau ingin pergi silahkan. Aku tidak keberatan dan juga tidak terlalu membutuhkanmu. Kau tidak ada bedanya dengan Shiyuan. Aku masih punya sepupumu yang sangat penurut kepadaku." Sela ayah Luhan dengan nada dinginnya tanpa menoleh ke arah Luhan sedikitpun. "Zitao sudah kuanggap seperti anakku sendiri."

"aku setuju denganmu ayah" Luhan menyeringai dan melenggang masuk ke dapur meninggalkan Xiumin yang masih mematung di depan pintu.

Beberapa saat kemudian ia kembali dengan kotak yang tadi malam membuat pasangan itu heboh.

"ayo kita pergi dan jangan sampai menginjakkan kaki di sini lagi" ucap Luhan sambil tersenyum pada Xiumin.

Sebelum sepenuhnya keluar dari rumah itu, sekilas Xiumin melihat ibu Luhan menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. Tapi ia pura-pura tidak melihatnya.

"kenapa Zi ?" tanya Luhan sambil memakaikan helm pada kepala Xiumin.

Xiumin menggeleng. "tidak ada"

.

.

.

TBC