"Maaf..."

"Sungguh... Maafkan ...aku"

'Sasuke...'

'Maafkan...aku'

††††††††† PART OF HEART †††††††††

Malam musim semi nan kelam, berhiaskan bulan sabit yang tak begitu bersinar. Bersamanya semilir angin membelai helaian surai pirangnya yang menari-nari tertiup angin.

Dari bibir mungilnya yang pucat, tak ada sepatah katapun terucap. Tapi manik shafirnya lukiskan luka yang begitu dalam. Ya, luka hati yang tak terlihat, tapi begitu menyayat.

Sang shafir terpejam menikmati sepoi angin yang membelai wajah tannya. Deburan ombak berderu seolah memanggilnya untuk mendekat.

"Maaf..."

"Sungguh... Maafkan ...aku"

'Sasuke...'

'Maafkan...aku'

Kaki jenjangnya melangkah mendekati bibir pantai.

Pelan namun pasti, menyongsong deburan yang sudah pasti akan menelanya.

Angin dingin yang membelai lembut pipi tanya, seolah ingin menghapus jejak air mata yang belum mengering.

Tenggelam, ia ingin menenggelamkan tubuh dan hatinya yang terkoyak kedalam air asin yang bagai air matanya. Hingga semakin lama sosok pirangnya itu tak bisa lagi terlihat oleh mata. Ia pun pergi untuk selamanya dengan membawa luka yang menganga. Menghapus airmata dan hentikan nafas. Memotong sang umur dan menghanyutkanya ke dasar samudra.

Disclaimer:
Naruto adalah milik MASASHI KISHIMOTO selamanya.

Genre:

Angest, family

Pairing:
Sasu x naru, gaa x naru, Sasu x Karin, Sasu x lainnya nyusul...

Rated:
M

Warning:
Yaoi, gaje, typo,lemon, segalahal buruk menyimpang bertebaran.

...BADAI-SAKURA...

Kisah ini berawal dari 3 bulan sebelumnya.

Dihari yang terik. Di sebuah mension megah bergaya eropa. Sedang terjadi perang mulut antara 2 Uchiha bersaudara.

"SEKALI KUBILANG TIDAK...YA TIDAK!"

"AKU MASIH STRIGHT...!"

"AKU TAK MAU MENIKAH DENGAN LAKI-LAKI.!"

Dengan arogannya Sasuke membantah ucapan sang kakak. Itachi mulai naik darah tapi coba ia tahan.

"Tapi Sasuke...ini adalah wasiat terahkir mendiang Kaa-san dan Too-san, kau sendiri tau betul tentang semua ini."

Itachi menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dan memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pening menghadapi sikap keras kepala adiknya.

"Persetan dengan wasiat konyal itu. Aku tak perduli.!"

"UCHIHA SASUKE! JAGA BICARAMU!"

Cukup sudah, kesabarannya mencapai pada batasnya. Itachi benar benar tak bisa menahan lagi emosinya.

"MEREKA ORANG TUA KITA!"

Sasuke beranjak dari duduknya. Ia berjalan kearah kamarnya.

"Masa bodoh..."

"Errr... SASU..."

Sang Uchiha sulung benar benar nampak murka. Kedua tangannya terkepal erat. Hampir saja ia berdiri dan memukul adiknya. Tapi ucapannya terpotong. Dengan kelanjutan kalimat Sasuke.

"Lagi pula mengapa Harus aku? Mengapa bukan aniki saja yang menikahi bocah Uzumaki itu? Toh aniki juga seorang Uchiha."

Itachi tertunduk. Wajahnya berubah murung.

"Jika dia memilihku , maka dengan senang hati aku akan memilikinya?"

"Tapi ... yang dia pilih adalah..."

"Kau . Sasuke!"

Suara Itachi melirih seolah ragu mengungkapkan hal itu.

"Hn. Jadi aku harus menikahi seorang pria dan lebih dari itu dia orang yang kau cintai? Hell no.!"

BRAKKKKK...

Setelah berucap demikian Sasuke membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Cih...kuso kuso ... kuso... "

"Apa dunia ini sudah terbalik?!"

"BRENGSE..kkkk..."

Dunia ini sungguh egoist. Mengapa orang tuanya menjodoh kanya dengan seorang pria. Sedangkan masih banyak wanita cantik yang lebih layak untuk menikah dengannya.

"BERENGSEKKK ... BERENGSEK BERENGSEKKK..!"

Hujatnya pada sang takdir.

Amarah yang meledak-ledak tak bisa lagi terbendung. Alhasil perabot kamar yang tak bersalah pun menjadi pelampiasan sang bungsu Uchiha.

"Sasuke dengar!" Suara sang kakak mengintrupsi dari luar.

" Cih apa lagi maunya...? Membuatku menikah dalam 1minggu ini?"

Yah runtukan konyol itu, tak seorang pun mengira akan menjadi kenyataan.

"Mau tak mau, pernikahan mu akan di langsungkan 3 hari lagi"

Teriakan Itachi barusan sukses membuat Sasuke membelalak tak percaya. Ucapanya bagai doa yang munjarab bahkan lebih dari itu sunggguh sangat ampuh , ia akan menikah bukan dalam 1 minggu lagi akan tetapi 3 hari lagi.

"HUH...APA? APA KAU GILA ANIKI?!"

Yah tentu si bungsu tak akan menerima apa lagi bersyukur bukan.

"Aku tak perduli otouto. Jangan berfikir untuk kabur atau pun mengacaukan acara pernikahan mu,"

Ucapa Itachi dengan nada mengancam.

"Karna itu akan sia-sia!"

Tambahnya menasehati.

"Jika kau masih keras kepala, maka kau akan tahu akibatnya. Otouto!"

Itachi pun berlalu kekamarnya. Ia berharap Sasuke mau berfikir ulang tentang pernikannya. Karna bagai manapun ini tidak hanya menyangkut wasiat tetapi juga bisnis kluarga Uchiha.

Jika Sasuke menolak maka perusahaan Uchiha akan mengalami kebangkrutan. Karna penanam saham dan investor terbesar adalah perusahaan Uzumaki.

,...SKIP TIME,...

3 hari pun berlalu, dan Sasuke pun tak dapat berkutik.

Hari pernikahannya dan Uzumaki Naruto pun sudah ada tak lagi bisa di hindari.

Tiga hari bukan lah waktu yang lama bagi sang bungsu Uchia untuk berkelit dari pernikahannya. Dirinya benar-benar tak tak bisa berkutik dibawah pengawasan sang kakak.

Seharusnya pernikahan adalah hari paling membahagian bagi seseorang, karna itu sangat spesial.

Tapi tidak untuk Si bungsu Uchiha. Bukan perasaan gugup, berdebar

, maupun bahagia saat ia berdampingan dengan sang mempelai di altar pernikahan nan suci. Melainkan rasa marah, dendam rasa benci dan ingin menghancurkan yang begitu besar.

"AKU BERSUMPAH...AKAN MENGHANCURKAN HIDUP MU... DAN MEMBUAT MU MENDERITA...UZUMAKI NARUTO"

Ya. Janji itu lah yang Sasuke ucapkan didalam hatinya saat bibirnya menjawab "Ya saya bersedia" atas pertanyaan suci pastur di depannya.

Acara berlangsung dengan cukup mereriah tapi simple.

Setelah acara penyambutan para tamu Naruto bergegas masuk kekamarnya. Dan hendak berganti pakaian. Namun tiba tiba...

Cklekk...

"Keluar!"

Suara yang rendah dan dingin itu mengintrupsi pergerakan Naruto dan membuatnya cukup terkejut.

'Shitttt. Dasar sial, mengapa aku lupa mengunci pintunya.'

Runtuknya dalam hati lebih pada dirinya sendiri.

"Umm ano aku cuma ingin berganti pa..."

"AKU BILANG KELUAR DOBE!. APA KAU TULI HAH?"

Naruto terlonjak kaget karna bentakan suaminya bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Suasana kamar pengantin yang seharus nya romantis kini terasa berat dan mencekam. Apa lagi ditambah tatapan Sasuke yang begitu tajam dan menusuk.

"Ma...maaf aku... aku akan segera keluar."

Dengan gugup ia mengambil ganti dan segera melesat keluar kamar. Naruto tak lah bodoh. Ia cukup tahu tatapan kebencian suaminya padanya, yah walau sesungguhnya ia tak tahu betul apa yang menyebabkan kebencian Sasuke padanya.

'Jika kau membenci ku, mengapa kau menikahiku. Sasuke?'

"Haaaah, hari yang melelahkan"

Setelah selesai berganti pakaian dengan setelan kasual, Naruto menuju ruang makan. Tak disangka suaminya sudah berganti pakaian dan duduk manis dan menikmati sepotong roti dan segelas jus tomat.

'Eh ...cepat sekali dia gantinya'

Dengan nikmatnya ia bersantap tanpa sedikit pun melirik orang yang baru beberapa jam tadi menjadi suaminya. Karna Sasuke terlihat cuek Naruto pun hanya diam tanpa menyapa sang suami. Ia berjalan ke kulkas dan mengambil sebotol minuman isotonik. Lalu menggak habisnya dalam beberapa tegukan.

" , segar nya"

Helanya setelah bisa melepas dahaga.

"Cih... dasar barbar menjijikan." Umpat Sasuke sebelum beranjak dari duduknya dan meninggalkan Naruto tanpa melihat wajah suaminya.

Naruto hanya diam mendengar ucapan sang suami. Setelah Sasuke melangkah menjauh dari meja makan barulah Naruto duduk dan mengambil jeruk tuk dimakannya.

Sasuke melangkah ke pintu. Tapi tiba ia hentikan langkahnya sebelum keluar dari ruang makan.

"Kau tidur diruang tamu!" Tegasnya tanpa basa basi. Naruto mendongak bibirnya ternganga tak percaya.

Bagaimana bisa dia diperlakukan seperti orang asing dirumahnya sendiri bahkan oleh orang yang belum lama menjadi suaminya.

"Aku tidur dikamar utama!" Bantah Naruto kukuh. Ia tak mau jika harus di ruang tamu. Toh rumah ini adalah miliknya.

Mendengar jawaban Naruto yang tak sesuai dengan perkiraannya. Sasukepun menggeram emosi.

Sasuke berbalik dan berjalan kearah Naruto.

BRAAAAAK

"Dengar dobe...!"

Ucap Sasuke dengan nada menusuk.

Sasuke menggebrak meja makan dan menundukan kepalanya mensejajarkan tingginya dengan Naruto.

"Aku tak sudi seranjang dengan laki-laki terlebih lagi itu adalah kau!"

Lanjutnya sembari menarik tubuhnya menjauh dari Naruto.

Naruto hanya berdecih tanpa menjawab maupun menatap Sasuke.

Tak mendapat respon Sasuke pun keluar ruangan dan bergegas kekamarnya.

CKLEK...

Suara pintu dikunci terdengar jelas.

"BRENGSEK... MANUSIA HOMO ITU TERNYATA TAK SELEMAH DUGAANKU"

"BERENGSEK ... BERENGSEK...DASAR BERENGSEK..."

"Baiklah... akan kau buat dia menderita dan menyesali keputusanya menikah denganku."

"Cih... ini belum seberapa dobe,... penderitaan mu baru akan dimulai".

Sang surya tersenyum di ufuk timur. Memberi salam hangat pada sang buana. Pagi yang tenang tapi tidak untuk sang Uzumaki Naruto. Atau kini kita panggil dia sebagai Uchiha Naruto. Yah di pagi buta Naruto tengah asik dengan acaranya membuat sarapan untuknya dan Sasuke. Tidak adakah pelayan di rumah Naruto? Tentu saja ada. Tapi ia merasa lebih puas dengan membuatnya sendiri. Ia lakukan aktivitas rutin ini dari dulu bahkan sebelum ia menikah dengan Sasuke. Keculi ia benar benar sibuk.

"Yap makanan siap. Sekarang saatnya mandi." Ujar pemuda belonde itu menyambut harinya dengan riang.

Saat ia menuju kamar mandi dilihatnya sosok sang suami keluar dari ofuro. Tubuhnya yang ramping dan tegap hanya berbalut sehelai handuk yang melilit pinggangnya. Rambut basah dan aroma mint yang menguar dari tubuh atletisnya membuat Naruto bersemu dan salah tingkah.

"Sasu...ke...um ..kau sudah bangun rupanya." Ucapnya gugup.

Naruto tak berani menatap wajah Sasuke. Ia hanya menunduk dengan wajah yang merona.

Saat asik dengan berblussing rianya, tiba-tiba ia merasa lengannya disentak kuat seseorang.

"Itai yo... "

"Sa...Sasuke lepas"

Yah lengannya di genggam erat oleh Sasuke. Sakit sungguh menyakitkan. Tak hanya itu, bahkan Sasuke mendorongnyan ketembok dengan cukup kasar hingga terdengar bunyi debam yang lumayan keras. Sasuke memojokan Naruto dan memerangkap tubuhnya diantara kedua lengannya dan tembok.

"Siapa yang mengijinkan mu untuk memanggil namaku, huh?" Desisnya dengan nada rendah.

"Dengar manusia homo menjijikkan.!"

"Aku mau menikah dengan mu bukan berarti aku mau menjadi bagian dari kehidupanmu."

"Dan lagi..."

Sasuke mencengkram dagu Naruto erat. Dan mendongakannya. Shafir dan onyx mereka pun bertemu. Tapi cepat ia alihkan pandangannya dari Naruto.

"Jangan pernah memanggil namaku dengan mulut menjijikanmu ini. Aku tak sudi namaku di ucapkan oleh mulut laki-laki yang mengoral penis laki-laki lain."

Pandangan Sasuke terfokus pada bibir cherry Naruto. Tak disangka. Bibir itu cukup menggoda.

Tangan Sasuke beralih ke bibir Naruto. Shafir Naruto masih senantiasa menatap lurus oniyx suaminya.

SREEEET...

Darah menetes dari belahan bibir bawah Naruto yang tergores kuku Sasuke. Tak ada perubahan di mimik muka Naruto. Dia masih saja menatap Sasuke. Sedikit merasa bersalah. Atau mulai menyadari pesona dari suaminya. Tanpa sadar Sasuke mendekatkan wajahnya dan mencium bibir ranum Naruto. Tersentak kaget. Tak percaya , Sasuke menciumnya.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Bukan kah dia membenciku... tapi mengapa dia..?'

Sasuke pun begitu setelah sadar apa yang ia lakukan ia pun menarik diri dan mendorong keras tubuh Naruto. Sesegera mungkin ia pergi meninggalkan sosok Naruto yang masih berdiri terpaku.

" shitt... dasar sialan...!"

'Tapi mengapa bibirnya bisa begitu manis?'

"Cih... sungguh menjijikan"

'Sayang sekali hanya kecupan sekilas.'

" TIDAK... TIDAK... TIDAK... APA YANG AKU FIKIRKAN"

'Tapi rasanya membuatku menginginkanya lagi'

Sasuke meraba bibirnya sendiri, ia masih terkenang sensasi aneh dan hangat saat bibirnya dan bibir Naruto bertemu.

"TIDAKKKKKKK LUPAKAN...LUPAKAN...LUPAKAN! KAU HARUS MELUPAKANYA. INGAT SASUKE...DIA ITU MANUSIA HOMO YANG KAU BENCI"

Ujarnya pada dirinya sendiri.

Tanpa ia sadari Naruto berada di balik tembok dan mendengar ucapanya.

"BUKAN KAH KAU INGIN MEMBUATNYA MENDERITA. DAN MENYESAL KARNA MENIKAH DENGAN MU!?"

Naruto yang mendengar ucapan Sasuke hanya bisa ternganga shock sambil menutup mulutnya.

'Sebenci itukah kau pada ku Sasuke? Bahkan kau pun tak menginginkanku!'

Airmata Naruto jatuh semakin deras. Tak ada isakan mau pun suara tapi hatinya menjerit dan meraung terluka.

Hari berganti, bulan pun berlalu. Semenjak kejadian itu Naruto menghindar dari Sasuke. Ia berangkat pagi sebelum Sasuke bangun tapi ia tak lupa menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan pulang pun larut malam dan langsung tertidur.

"Apa si dobe itu sudah pergi sepagi ini. Bukan kah ia juga pulang larut semalam. "

'Apa aku telfon aniki saja, ya?'

Sasuke mengambil ponselnya dan menghubungi Itachi.

''Ada apa otouto? Tak biasa kau menelfon anikimu ini.''

Sahut Itachi dari sebrang sana.

"Hn..bisakah aniki kemari siang ini?" Tanya Sasuke dengan lugasnya.

''Ada apa Sasuke?" Nada bicara Itachi terdengar heran.

"Ada yang ibgin ku bicarakan "

''Mengapa tak sampaikan sekarang saja?''

"Hn. Aku sibuk"

Pokoknya tunggu aku sepulang dari kantor. Atau kau tak usah kemari seterusnya".

Sasuke menutup telfon nya tanpa mendengar jawaban sang kakak. Sungguh tidak sopan. Tapi itulah tabiatnya.

Sasuke mulai merasa kehilang. Bukan ia rindu atau apa. Tapi terkadang tak melihat sosok Naruto membuatnya aneh.

Pukul 11.30 a.m

Di kantor Naruto.

Sipirang itu tampak sibuk dengan tumpukan dokumen di meja kerjanya. Tak beberapa lama pintu pun diketuk dan munculah seseorang.

"Naruto apa kau tak mau menyambut sepupumu ini?"

Ujar sesosok pria manis berperawakan ramping seperti Naruto dengn surai merah bata dan tato kanji bertuliskan ' AI' di dahinya.

"Gaara ...?! Kapan kau datang mengapa tak mengabari dulu?"

Naruto tampak terseok berdiri dari duduknya. Ia bergegas kearah sang sepupu dan memeluknya.

"Mengapa kau tak mengabariku, Gaara.?! Aku pasti akan menjemputmu jika kau menelfonku"

Naruto memeluk erat sepupunya itu menumpahkan rasa rindu dan bahagia yang begitu besar.

"Jika aku mengabari mu, bukan kejutan namanya ... bodoh!"

Ucapa Gaara datar. Tapi tak menyembunyikan nada senangnya.

Setelah selesai dengan acara berpelukannya merekapun duduk.

"Kemari lah Gaara.! " printah sipirang pada sipemuda merah itu untuk duduk di sampinya.

"Kau pasti lelah setelah perjalanan jauh dari Sunakan"

" um"

"Lalu bagai mana kabar paman.."

"Baik... dia menitip kan ini"

Gaara menyerah kan sebuah bungkusan pada Naruto.

"Eh... benarkah... terimakasih Gaara. Kau memang yang terbaik."

Ucap Naruto riang setelah membuka bukusan dari Gaara yang ternyata berisi sepasang hakama khas Suna baru.

"Itu dari ayah bukan dariku, bodoh!"

Gaara bersemu saat melihat senyum Naruto.

"Iyaa iya. Tapi kau tetap yang terbaik"

Puji Naruto sembari memeluk si pemuda merah itu.

"Lepasss... kau ingin membunuh ku huh?"

Naruto melepas pelukannya dan hanya tersenyum lima jari.

"Ano... Naruto...maaf soal pernikahanmu. Aku tak bisa datang waktu itu"

Gaara berujar lirih dengan nada menyesal. Tapi wajahnya lebih menujukan bahwa ia terluka.

Hal itu membuat alis Naruto terpaut.

"Mengapa meminta maaf? Lagipula itu hanya upacara biasa. Toh sekarang kau sudah disini , bukan?"

Gaara tersenyum simpul.

"Arigatou"

" hm... oh ya... ada apa kau datang jauh jauh ke Konoha? Tentu nya bukan hanya berkunjung, bukan?"

"Ya... aku ingin melanjutkan studyku disini"

"Eh... benarkah... universitas mana"

"UK"

"Itu bagus sekali Gaara. Aku pasti mendukungmu. "

"Lalu ...mengenai tempat tinggal..." Gaara tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ada apa dengan tempat tinggal mu Gaara?"

Naruto sedikit heran dengan tingkah Gaara.

"Boleh aku tinggal di tempat mu untuk sementara waktu? Aku belum bisa mencari apartement sekarang?"

Gaara tersipu sungkan mengutarakan niatnya tapi hal itu malah membuat Naruto tertawa terpingkal.

"Hahahahaha... mengapa ekspresimu seperti itu Gaara. Tentu saja kau boleh tingagal dirumahku selama apapun kau mau.!"

Gaara hanya menunduk meruntuki sikapnya yang memalukan , ia lupa bahawa kakak sepupunya itu adalah orang yang blak blakan.

Dikankantor Sasuke.

Eksekutif muda itu juga tampak sibuk. Bukan dengan dokumen atau pun pekerjaan , ia lebih terlihat sibuk dengan para gadis cantik yang menjadi pegawainya. Salah satunya adalah Karin si sekertaris pribadi yang cantik dan menawan.

"Sasuke-sama... jadwal siang inj adalah rapat dengan dewan direksi"

Ucap gadis berkacamata itu sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Hn... ..."

"Sebelum itu...ah SASUKE-SAMA. APA YANG ANDA LAKUKAN?"

Kagetnya saat dengan tiba-tiba Sasuke menarik pinggangnya dan mendudukanya kepangkuan sang boss.

Karin bersemu saat tiba-tiba Sasuke mencium leher dan tengkuknya.

"Ah...hm...Sasuke-kun ...um...hen...hentikan ...akh.."

Wajah Karin merah padam saat tangan nakal Sasuke mulai meraba paha dalamnya dan meremas dadanya.

"Ah...sto...p...Sasuke-kun jangan ..."

Karin coba mencegah tangan sang boss agar tidak berkeliaran. Tapi nihil.

"Apa kau yakin ingin berhenti... manis? Lihat! Kau sangat basah di bawah sini."

Karin semakin memerah karna malu atas pernyataan telak Sasuke. Jujur sebenarnya ia senang dengan sentuhan sang boss mudanya.

Sekertaris cantik itu menggeleng.

"Maksudku...jangan disini. Nanti ada yang datang!?" Jawabnya malu malu.

"Hn. Batalkan rapat. Kita pulang!" Perintah Sasuke seenak nya.

Karin pun membola tak percaya.

"Tapi... tapi Sasuke-kun ..ini rapat penting!" Bantah sang sekertaris.

"Aku sudah tak bisa menunggu untuk memelukmu, sayang!...atau..."

"Kita lanjutkan disini saja?"sambungnya dengan nada menggoda dan seriangaian nakalnya.

Sasuke kembali mencumbu leher dan perpotongan leher Karin. Membuat gadis bersurai merah menyala dan berkaca mata itu mengeliat dan mendesah tak nyaman.

Kita tinggalkana Sasuke dan kemesumannya.

Kita kenbali pada sosok dua pemuda berbeda yang begitu kontras. Dialah Naruto dan Gaara. Yah dua sepupuini masih asik berbincang.

"Gaara. Aku belum bisa pulang sekarang, apa kau ingin pulang duluan. Atau kau ingin barang barangmu dulu yang di antarkan?"

"Biar barang barang ku saja yang duluan aku masih ingin berkeliling."

"Oh baiklah...kalau begitu selamat menikmati kota ini. Oh ya jika kau pulang duluan sebelum aku katakan pada Sasuke aku akan pulang terlambat, ok?"

Gaara pun mengangguk. Kemudian keluar dari ruangan Naruto. Sedangkan Naruto sendiri kembali ke meja kerjanya dan menyelesaikan tugasnya.

"Ternyata kota ini membosankan."

'Seperti apa pria yang menikah dengan Naruto? Apa dia baik? Apa dia lebih tampan dariku?'

"Sebaiknya aku langsung pulang sajalah"

'Aku ingin segera tahu, seperti apa muka orang berhasil mengambil hati Naruto yang beku?'

Balik ke kantor Sasuke.

Pemuda raven itu masih asik menikmati tubuh sekertarisnya. Bersama alunan desahan dan gerakan erotis ia terus menjamah sang wanita.

"Oh... hnn ahhh Sasuke-kun oh..."

Rancu sang gadis ketika dirinya dihujam secara liar oleh milik Sasuke yang cukup besar.

"Cium aku... oh..." pinta sang gadis.

Saat Sasuke menundukan kepalanya dan mencium Karin, tiba-tiba yang terlintas adalah wajah Naruto dan bibir cherrynya.

Sasuke menarik jarak ia menggeleng untuk menghilangkan wajah sang suami dari otaknya.

'Astaga... apa yang barusan kufikirkan. Tidak tidak tidak. Aku harus melenyapkan wajah itu dari fikiranku'

Sasuke pun kembali memperpendek jarak bibirnya dengan bibir Karin. Ia raup dan lumat bibir gadis berkaca mata itu.

'Rasanya tak semanis bibir dobe'

"Akh Sasuke-kun kau melukaiku" rintih Karin saat bibirnya digigit kasar oleh Sasuke.

Sedangkan sang pelaku hanya berguman kecil tanpa arti yang menjadi kebanggaan klan Uchiha.

"Sasuke more ... ahh... more...comingggg...akhhhhhh"

"Ahhhhhhhh 'DOBEEEEE' come"

Merekapun mencapai puncak kenikmatan.

"Sasuke-kun kau kasar sekali... masa memanggilku dobe?" Rajuk sang gadis.

"Hn"

'Sialan. Mengapa aku memanggilnya 'dobe'?. Cih... mengapa aku membayangkan kalau 'dia' yang bercinta dengan ku. Ada apa ini...'

Gaara pun memutar balik setir mobilnya. Ia melaju menuju mension Naruto. Sesampainya ia di sana para maid lah yang menyambutnya. Yah tak heran karna sebelumnya Gaara sering berkunjung kemari.

"Yokoso Gaara-sama"

Sambut para pelayan sembari beroujighi.

"..."

Tak ada jawaban dari Gaara.

Ia hanya terus berjalan dengan angkuhnya. Tapi belum seberapa jauh, Ia menghentikan langkahnya.

"Dimana berang-barang ku?"

Tanya nya datar tanpa berbalik dan menatap para pelayan.

"Ada di kamar tamu atas, Gaara-sama." Jawab salah satu pelayan dengan santun.

Tanpa basa basi ia pun melesat ke lantai dua dimana barang barangnya berada. Saat ia melewati ruang tengah. Ia terhenti sejenak. Ia mengambil sebuah figura kecil yang memampangkan foto pernikahan Sasuke dan Naruto disana. Naruto tampak anggun dan elegan dengan setelan jas puti. Sedang kan Sasuke tampak seperti kumpulan kegelapan semua serba hitam sampai setelan jasnya pun berwarna hitam kelam sekelam onyx malamnya.

"Seperti inikah suami Naruto? Cih biasa saja?"

'Mengapa bukan aku, Naruto?'

"Apa bagusnya laki-laki seperti ini, dari pada aku?"

'Naruto tampan sekali di foto ini'

'Sampai kapan pun. Aku tak bisa merela kan mu untuknya. Dan tak akan pernah bisa, Naruto.'

"Aku akui kau memang sangatlah mempesona, Naruto" . Lirih Gaara.

Tanpa sadar jari lentiknya mengusap lembut foto Naruto.

Ia terpana dengan ketampan sang sepupu. Yah bisa di bilang dari kecil Gaara mencintai Naruto secara sepihak.

Gaara mengembalikan figura itu pada tempatnya.

"Siapa kau? Berani sekali masuk rumah orang tanpa permisi"

...tbc ... dulu lah ...

Kiranya berkenankah para readers memberi review. Karna review anda menentukan masa depan cerita ini. Ehehehehehehejejejej ok badai pamit dulu. Bye bye...