Kuroko no Basket belong to Fujimaki Tadatoshi.

Warning! Yaoi, PWP-Lime, mainstream BL-Plot.

Summary : Jangan pernah sekalipun membiarkan seorang Akashi membeli benda aneh dari internet.

.

.


Candy Bra

Oleh Mikurira


.

.

Kuroko baru saja pulang dari tempat lesnya sore itu. Di tangannya terdapat payung berwarna biru muda yang sudah dibukanya saat mata safir itu melihat kearah langit yang mendung beberapa saat yang lalu. Rintikan air hujan kemudian mulai membasahi payung itu saat Kuroko berjalan diantara pertokoan menuju ke rumahnya.

Drrrrrt

Ponsel miliknya bergetar. The phantom sixth man itu kemudian merogoh tasnya dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo—"

"Tetsuya, cepat kemari," cklek.

Tuut. Tuut.

Kuroko terdiam. Demi apapun ia tahu siapa peneleponnya barusan. Hanya Akashi Seijuurou yang memanggilnya Tetsuya, dan hanya lelaki itu yang meneleponnya tiba-tiba, tak berbicara banyak, menyuruhnya dengan paksaan, dan tidak mau mendapat perlawanan atas perintah yang diberikannya saat itu. Ya, Kuroko sadar akan hal tersebut.

Menghela nafas, Kuroko berjalan memutar dari arah rumahnya dan berjalan masuk ke dalam bus rute 15 ke arah rumah Akashi. Tidak tahu apa intensional lelaki kapten Teikou itu, Kuroko hanya bisa mengikuti perintahnya sebelum latihannya dinaikkan tiga kali lipat dari biasanya. "Perintahku apa, Tetsuya…?" kata-kata itu terngiang di telinga Kuroko.

"Absolut," gumam Kuroko pada diri sendiri menjawab pertanyaan yang muncul di kepalanya itu.

.

Lima belas menit adalah waktu yang cukup lama bagi Kuroko untuk diam di dalam bus itu. Sendirian—tidak sendirian juga sih, ada kakek-kakek yang setia menemaninya di pojok bus itu. Tapi Kuroko tentu tidak berniat mengajaknya mengobrol.

Jalanan semakin gelap saat jam di ponsel lelaki itu sudah menunjukkan pukul enam sore. Kuroko kemudian melihat salah satu papan penunjuk jalan bertuliskan Jalan xxx di sisi kiri jendela busnya. Sepertinya ia sudah sampai di blok rumah milik lelaki arogan itu.

Bus itu berhenti setelah bel dibunyikan dari penumpang di dalamnya. Tidak butuh waktu lama, untuk Kuroko turun dari bus tersebut, ia segera membuka kembali payungnya dan berjalan melewati rumah-rumah hanya untuk mencari rumah sang kapten.

Mata Kuroko segera sadar akan toko kecil di pinggir jalan itu, mengingatkannya pada saat Murasakibara dan Aomine membeli makanan disana. Waktu itu sekali mereka berkunjung ke rumah Akashi saat liburan musim dingin, mereka menjalani latihan di rumah Akashi selama musim dingin itu. Yah, tidak heran sih tidak ada yang membangkang perintah itu. Tapi saat ini yang Kuroko pikirkan langsung teralih pada perintah si tuan Akashi yang memanggilnya sekarang—pulang sekolah ini. Tidak bisakah ia menunggu esok hari? Tanya Kuroko sampai di gerbang depan rumah bergaya jepang itu.

"Akashi-kun, permisi—"

"Aku sudah menunggumu, Tetsuya," kata Akashi tiba-tiba muncul dari balik pintu itu, membuat sang lelaki berambut biru mudah itu kaget, "kemarilah," ucapnya menyuruh Kuroko masuk ke rumahnya.

Tangan Kuroko segera membuka pintu di depannya dan masuk ke dalam taman nan besar bergaya jepang disana. Ia berjalan melewati koridor-koridor gelap khas itu hingga sampai di ruang tengah kediaman Akashi sore menjelang malam itu.

Akashi yang telah menuntun sang teman satu timnya itu masuk ke dalam ruang tamunya, ia kini menyuruhnya untuk duduk di tatami disana, mempersilahkan Kuroko-nya untuk menunggu dirinya yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

Kuroko terdiam. Ia mulai merasakan keheningan suasana aneh yang ada di rumah itu. Kemanakah para butler dan maid Akashi? Pikirnya berdiri mencari sosok-sosok itu di sudut ke sudut ruangan, tidak menemukan sesosok orang pun yang menghuni kediaman itu, Kuroko hanya bisa menelan ludah sambil mengeratkan tas di punggungnya. Kuroko kembali terduduk di sana dalam diam, menunggu Akashi disana.

"Akashi-kun!" begitu si kepala merah menampakkan batang hidungnya, Kuroko segera berdiri dan mendekat kearah sosok itu, "b-besok aku ada ulangan jadi…" Kuroko mengalihkan matanya dari dua bola mata merah di hadapannya.

"Tidak papa, tidak akan lama. Lagipula aku bisa mengantarmu sampai rumah, atau menginap disini," ucap Akashi kemudian duduk di salah satu sisi meja disana, membawa Kuroko ikut duduk di dekatnya. Kuroko mulai merasakan keanehan yang ditimbulkan dari sang kapten.

Kotak. Akashi menaruh kotak tersebut diatas meja, membuat Kuroko terdiam menatap kearah kotak di hadapannya itu sambil menelan ludah. Di dalamnya terdapat seperti bongkahan pernak-pernik warna-warni—permen?

"I-ini bukan obat aprodisiak k-kan Akashi-kun?" tanya Kuroko pada lelaki merah itu.

"Bukan," jawab Akashi singkat. Akashi kemudian membuka kotak itu dan memperlihatkan isinya. Bentuknya sungguh aneh. Seperti uh—bra?

"Lepaskan pakaianmu," kata Akashi tiba-tiba.

"E-eh?" wajah Kuroko langsung memerah menyadarinya, membuat Akashi semakin menatapnya tajam tanpa berkedip sedikitpun, "tunggu Akashi-kun…" ucap Kuroko saat menyadari tangan Akashi yang sudah membuka satu persatu kancing baju miliknya, "aku bisa sendiri!"

Fatal. Kuroko sudah mengatakannya.

"Baiklah kalau begitu," kata Akashi duduk diam melihat lelaki di hadapannya mengalihkan pandangan darinya dengan wajah super memerah, "aku menunggu" ucap lelaki itu menatap Kuroko tajam. Mengisyaratkan pada lelaki biru itu untuk melakukannya—membuka baju miliknya sendiri.

Deg.

Hati Kuroko berdegup kencang. Wajahnya sudah memerah saat menyadari lelaki itu melihat setiap gerakan yang Kuroko lakukan untuk membuka bajunya. Kuroko tidak bisa menolak perintah itu. Selain karena Akashi seorang kapten yang tidak bisa dibantahnya, Akashi juga adalah kekasihnya sejak beberapa bulan yang lalu—yang tentu saja hubungan ini hanya mereka yang mengetahuinya.

Cerita bagaimana mereka bisa jadian? Nanti saja, saat ini lebih penting.

Kuroko kini sudah melepas sebagian kemeja miliknya, menyisakan beberapa kancing baju yang masih menutupi bagian dada putihnya. Intensitas mata Akashi juga semakin tajam hingga ia bisa melihat getaran dari tangan Kuroko saat mulai membuka kembali kemejanya.

Menghela nafas, Akashi kemudian menutup matanya.

"Aku tidak mau menunggu lama, Tetsuya," ucap Akashi berdecak.

Mata Kuroko membulat saat melihat kekasih di depannya itu tak lagi menatapnya tajam, membuat Kuroko bergegas untuk kabur—kalau bisa, tapi tidak, Kuroko tidak bisa, ia bergegas membuka kemejanya dan memakai uh—permen bra itu pada dirinya sendiri.

Wajahnya sudah memerah seperti terbakar. Dadanya juga berdegup kencang. Melakukan hal konyol dan memakai benda aneh ini seperti bukan dirinya. Pikir anggota keenam Kiseki no Sedai itu.

Kuroko lalu segera membuka celana dan memakai keseluruhan benda warna warni itu pada tubuhnya. Ia membalikkan badan, ingin segera melepaskan benda itu dari tubuhnya.

"A-Akashi-kun… se-seharusnya ini untuk wanita kan…?" tanya Kuroko melirik kearah Akashi di belakangnya. Sadar dua bola mata merah memandang kearahnya, sontak tubuh Kuroko langsung bereaksi melihatnya. Wajahnya—tidak, bahkan tubuhnya sampai memerah karena rasa malu karena hal yang dia lakukan.

"Hmm, tidak buruk," kata Akashi tiba-tiba sudah berada di belakang Kuroko. Entah Kuroko yang lupa waktu, atau memang gerakan sang kapten yang terlewat gesit membuat Kuroko tidak menyadari kalau Akashi kini sudah berada di belakangnya.

Tidak tahan dengan keadaan itu, Kuroko segera mengambil kembali celana dan kemeja miliknya kalau saja sebuah tangan tidak memeluknya tiba-tiba.

"A-Akashi-kun!" Kuroko memegang tangan Akashi yang menelusuri lembut dadanya yang tertutup oleh permen-permen itu.

"Tetsuya," Akashi memegang dagu lelaki di depannya itu dan menolehkan kepalanya ke belakang hanya untuk menciumnya. Perlahan tapi pasti, lelaki merah itu mulai menjilat bibir bawah lelaki aquarius itu, memaksanya untuk membuka mulutnya. Tidak bisa bertahan, Kuroko akhirnya membiarkan lidah Akashi masuk ke dalam rongga mulutnya dan menjelajahi tiap barisan gigi dalam mulutnya, bergelut dengan lidahnya yang memaksanya untuk menyudahinya.

Suasana menjadi semakin panas saat Akashi mulai menggerakan tangannya dari dada sang pemudia biru itu menuju ke perutnya, menciptakan sensasi geli aneh yang membuat Kuroko menghentikan ciuman Akashi kalau saja sang kapten tidak kembali menciumnya.

Tangan itu kemudian bergerak lagi menuju kearah benda panas milik Kuroko yang tampaknya sudah mengeras akibat ciuman yang mereka lakukan. Tangan Akashi perlahan melepaskan pernak-pernik yang menyelubungi benda itu hingga terpecah bagai manik-manik kelereng.

"Lihat Tetsuya, kau menghancurkannya," kata Akashi pada lelaki itu di sela-sela ciuman mereka. Padahal Akashi yang menghancurkannya, pikir Kuroko, tapi ia tidak bsia menjawab apapun. Kuroko hanya bisa melenguh saat Akashi kembali menciumnya. Tangan Akashi kemudian mulai menggerakan perpanjangan milik Kuroko hingga membuat lelaki yang disentuh langsung meringkuh tidak tahan dan melepas ciuman kaptennya itu. Dengan bantuan dorongan tangan Akashi yang satunya lagi, punggung Kuroko kembali menegak menempel pada dada bidang kapten di belakangnya.

"Nnnh…" Kuroko menyadari kini ada sebuah benda masuk ke dalam mulutnya, rasanya manis, seperti permen, lengkap dengan jari milik kaptennya yang mendorong masuk benda manis itu dalam mulutnya. Benar-benar permen. Pikir Kuroko pada benda warna warni yang berserakan di lantai itu.

Kuroko terkejut saat menyadari lidah Akashi kini menyentuh kulit bahunya, menjilat pakaian dalam wanita yang masih berada di dadanya.

"Manis…" gumam Akashi pada Kuroko yang matanya telah berair itu. Tangan kanan lelaki merah itu masih terus menggerakan kejantanan Kuroko yang kini siap memuntahkan jus yang sudah mendesaknya dari dalam perutnya.

"A-Akashi-kunnh…." Kuroko memegang tanganAkashi saat menyadari badannya telah bergetar dan memuntahkan cairan itu ke lantai di hadapannya.

Akashi terdiam menatap kearah cairan yang melumuri tangannya itu. Ia kemudian mengacak rambut Kuroko sambil mencium puncak kepala lelaki biru di depannya itu.

"Tetsuya, setelah ini—"

Cup. Kuroko tiba-tiba saja mencium lembut pipi kanan lelaki di belakangnya itu, membuat mata Akashi langsung membulat kaget.

"Akashi-kun, besok aku ada ulangan—"

"—persetan dengan ulangan Tetsuya, malam ini kau menginap disini," paksa Akashi pada lelaki itu.

Salah. Salah sekali tindakan Kuroko barusan. Dia telah membangkitkan setan yang baru saja mau melepaskannya. Padahal tadi Akashi benar-benar akan menyudahi kegiatan itu kalau saja Kuroko tidak menciumnya. Tapi itu semua sudah terlambat. Yah, mari kita berharap Kuroko bisa pulang dengan selamat.

.

.


Candy Bra/End


OMAKE:

"Akashi, kau serius memesan barang itu dari internet?" tanya Aomine kaget, mukanya malu-malu semerah rambut Akashi.

"Iya," jawab Akashi datar, "tidak buruk, Daiki, terimakasih sudah memberitahuku," kata Akashi kemudian pergi dari situ.

"Heee," Aomine terdiam sejenak menatap kearah Akashi yang menghilang dibalik pintu gym itu.

"Aomine-kun," Kuroko memegang pundak Aomine tiba-tiba. Lelaki tan itu kaget saat melihat wajah Kuroko yang seperti ingin membunuhnya itu—lengkap dengan gunting Akashi di tangan kanannya, "kau yang menyarankan Akashi-kun membeli permen tidak jelas itu?" tanya Kuroko kini siap membunuh Aomine.

"E-Eh? Iya sih, memangnya—"

Ckres.

.

Setelahnya, Aomine berpesan pada anggota Kisedai lainnya. Jangan pernah sekalipun membiarkan seorang Akashi membeli benda aneh dari internet—atau kau akan melihat angelic-Kuroko-mu menjadi dewa kematian.

End/?

.

.

A/N : HUWAAAAAA! Aku takut Kuroko dan Akashi out of character disini (well emang iya sih, mungkin). Aku kebayangnya Levi Eren terus :'( sial. Jadi ceritanya(curhat dikit gapapalah ya), cerita ini dibuat karena fanfiksi The Adult Shop milik author sendiri (malah promosi). Disitu Eren kan jualan benda benda dewasa nan absurd, nah salah satunya ada candy bra ini. Terus teman author, sebut saja dia A, membuat gambar Kuroko dan Akashi lagi itu, dan Kuroko sedang memakai permen bra itu (yang sekarang jadi cover).

Untuk melihat fanartnya bisa dilihat di : .mikurira tumblr com (slash) tagged (slash) fic-fanart.

Jadi begitulah, cerita author mendapat ide itu, hehe.

Sekian. Review?