30 Juni —Falling Down
Lampu kota sudah menambah ramai jalanan yang padat malam itu. Semua orang seakan tidak kenal lelah dan masih mempunyai urusannya di jam yang sudah beranjak malam ini. Kota ini pun serasa tidak pernah tidur. Selalu hidup. Siang dengan mataharinya dan malam dengan lampu jalannya.
Dua orang pemuda tengah berdiri menatap layar lebar yang terpampang di sebuah gedung tinggi yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sebuah berita ditayangkan di dalamnya. Dan kedua pemuda itu tampak asyik melihatnya.
Masing-masing tangan kedua pemuda itu memegang sebuah americano yang sesekali keduanya minum.
"Tidakkah mereka bosan menayangkan berita mengenai kita?" tanya salah satu dari mereka dengan hodie menutupi kepalanya.
"Mereka tidak akan bosan sebelum menemukan berita yang lebih hangat, Xiumin. Tapi yakinlah, berita yang ditayangkan di atas sana akan segera berganti nanti malam." Pemuda yang lainnya tersenyum kearah pemuda berhodie itu dengan tatapan licik.
"Luhan! Xiumin! Kenapa kalian masih di sana?"
Seorang pemuda tinggi menghampiri kedua pemuda itu. Dia Kris.
Xiumin dan Luhan —kedua pemuda itu serempak melihat ke arah Kris. Kedua dari mereka mengerjap mata polos. Membuat Kris rasanya ingin memukul mereka saat itu.
"Lalu kenapa kau masih di sini?" tanya Luhan balik.
"Kami baru saja mengembalikan adik ipar orang nomor satu di negeri kita." Yang menjawab pertanyaan Luhan bukanlah Kris, melainkan Tao yang sekarang ikut berjalan mendekati mereka.
"Wow, apakah dia sudah dibebaskan?" Xiumin menatap Tao penasaran.
Pemuda bermata panda itu mengangguk namun senyuman licik tergaris dalam bibirnya. "Tapi aku masih mengirimkannya dalam bentuk paket —" Tao mendekatkan kepalanya ke arah mereka semua. "—masih dalam koper." Melanjutkan ucapannya dengan nada berbisik.
Xiumin dan Luhan yang mendengar itu langsung bersiul senang.
"Lalu bagaimana dengan kasusnya?"
Kris memecah siulan Xiumin dan Luhan. Pemuda mantan pemain bola itu —mengingat mereka langsung dipecat ketika melakukan gol bunuh diri— langsung menatap Kris dengan serius.
"Aku sudah mengirimkannya ke PBB. Tinggal menunggu tangan-tangan itu untuk mengatasinya."
"Copy-an beberapa berkas dan dokumentasi pengiriman bukti juga sudah ku berikan ke beberapa media massa di hampir semua negara. Dapat dipastikan, PBB tak akan menutupi kasus pemerintahan negara ini lagi jika mereka tidak benar-benar ingin dibubarkan."
Xiumin melanjutkan perkataan Luhan dengan senyum kecut. Agak disesalkan sebenarnya, mereka harus melakukan hal ini demi sebuah sistem yang bersih, yang bahkan entah akan tercapai atau tidak setelah mereka melakukan semua hal gila ini.
Ucapan Xiumin adalah suara terakhir yang mengisi percakapan mereka hingga suara Chanyeol dan Baekhyun menggema. Mereka pun ternyata baru datang.
Ke enam orang itu saling melempar senyum dan memutuskan untuk pergi ke tempat tujuan mereka bersama-sama.
Dalam perjalanannya, dapat Luhan rasakan handphone nya bergetar. Sebuah pesan masuk dan ia segera membukanya.
Luhan kau di mana? Kau berjanji mentlaktirku Bubble Tea. Kau ingat?
—dan Luhan menutup pesan tersebut dengan senyum hangat di wajahnya.
"Luhan, Xiumin,"
Suara Baekhyun menginterupsi perhatian Luhan pada handphonenya dan juga Xiumin yang tengah mengobrol hangat dengan Tao.
"Ya?" Xiumin dan Luhan bertanya secara bersamaan.
"Lain kali, tidak bisakah kalian memberikan kode untuk memulai misi tanpa melibatkan bola. Itu sungguh kekanakan..."
Xiumin dan Luhan saling menatap dan terdiam untuk sesaat. Seulas senyum langsung menghiasi bibir mereka kemudian. "Maafkan kami, itu akan sulit..."
Helaan nafas dari Baekhyun dapat didengar Xiumin dan Luhan dengan sangat jelas dan mereka berdua hanya membalasnya dengan tawa renyah. Tentunya, tiga orang lain yang tersisa hanya ikut menghela nafas kasar. Sepertinya mereka harus tetap bertahan dengan kelakuan dua kakak tertua itu.
.
.
.
Keenam orang itu akhirnya sampai di tempat tujuan mereka. Sebuah rumah atap milik Sehun dan Kai menjadi tempat mereka berkumpul malam ini. Enam orang lainnya sudah berkumpul ketika mereka sampai di sana.
Kyungsoo yang tengah memasak —mengingat dialah koki yang bertugas menyiapkan makan malam mereka hari ini.
Chen yang tengah menyiapkan peralatan makan.
Suho yang tengah muntah-muntah di kamar mandi —efek menggunakan mobil dengan Lay sebagai supir.
Lay yang tengah mempertahankan wajah polosnya melihat Suho muntah-muntah.
Kai yang tengah menari dengan suara musik yang ia dengarkan melalui earphonenya.
Dan Sehun yang tengah cemberut menunggu Luhan dengan Bubble Teanya.
Maka ketika mereka berenam datang, semua langsung berubah. Sambutan itu langsung membahana bahkan dari Sehun yang akhirnya bertemu dengan pujaan hatinya —Bubble Tea. Ok, lupakan Suho yang masih muntah-muntah di belakang sana.
.
.
.
Dua belas orang dengan dunia gila mereka akhirnya memutuskan untuk makan malam di teras rumah Sehun. Berkumpul saling berbagi kehangatan dengan Suho yang sudah kembali dari muntah-muntahnya.
"Lalu bagaimana dengan nasib kekasihnya Kai?" tanya Sehun yang langsung mendapat tatapan membunuh dari Kai.
Chanyeol yang mendengar itu langsung tertawa. "Maksudmu istri orang nomor satu negeri ini?"
"Begitulah..." jawab Sehun agak malas mengingat itu.
"Ia dan adiknya sedang diusut dalam kasus pembantaian beberapa menteri yang dibantai Chanyeol," jawab Luhan.
"Setidaknya hukumannya akan semakin nyata jika menyangkut petinggi negeri ini. Seperti yang kita tahu, orang-orang seperti mereka tidak akan bisa diseret untuk diadili hanya demi kasus pembunuhan keluarga Sehun dan Kai." Kris melanjutkan penjelasan Luhan.
Semua mata langsung menunduk. Itu adalah salah satu poin kenapa mereka harus melakukan itu terhadap istri dan adik ipar dari orang nomor satu negeri ini.
Semua masih dalam dunianya masing-masing. Dengan sepiring makanan dan segelas soju di tangan mereka —ah, kecuali Lay yang melalui paksaan semuanya akhirnya tetap dengan air putihnya, tanpa gelas soju. Hingga sebuah gelagar tawa terdengar dari salah satu diantara mereka. Semuanya tahu dari siapa tawa itu berasal. D.O.
"Ada apa dengan kalia? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya D.O yang merasa terusik mendapatkan tatapan tidak suka dari kesebelas orang yang ada di sana.
"Kenapa kau selalu muncul dengan tawa terlebih dahulu? Itu membuatku ingin mematahkan lehermu," jawab Baekhyun sambil kembali fokus pada makanannya.
"Aku tertawa bukan tanpa alasan."
D.O mencoba membela diri. Jari telunjuknya ia arahkan ke seberang sana. Semua mata kesebelas orang itu langsung mengikuti arah telunjuk D.O. Itu adalah gedung parlemen.
"Ah, benar! Pertunjukkannya akan segera di mulai!" sahut Chen dengan wajah sumringah. Ia hampir lupa tadi dan sebagai ucapan terima kasihnya kepada D.O yang telah mengingatkannya, ia langsung merangkul D.O dengan senyuman terindahnya.
"Sudah waktunya, ya?" tanya Lay menatap ke arah sebrang tempatnya duduk. Secara bersamaan, sebelas orang lainnya ikut menatap ke arah yang sama.
Bertepatan setelah itu, suara ledakan keras terdengar. Dari tempat mereka makan, dengan jelas kedua belas orang itu dapat melihat gedung parlemen yang berdiri kokoh itu runtuh secara perlahan. Mengucapkan perpisahan pada sistem lama yang mereka benci.
Alternative Universe, Crime, Sci-Fi
Inspirated by IAMX – The Great Shipwreck of Life
Story©Terunobozu
Last Story – Falling Down has Finished
==The End==
A/N.
1st. Ini absurd dan last storynya tetap pendek, maafkan saya m(_ _)m
2nd. Terima kasih sangat, untuk teman-teman yang sudah review. Review kalian begitu berarti. /peluk-satu-satu/
Ini balasan review untuk yang tidak log in:
asa : haha... syukurlah kalau jelas. Otak dari mereka semua adalah diri mereka sendiri. Haha~ bingung? saya sendiri bingung menjelaskannya... maafkan saya. Terima kasih sudah baca dan review asa :D
3rd. Terima kasih untuk yang follow dan favorite cerita ini ^^
4th. Terima kasih juga yang sudah membaca tapi belum sempat review. Mungkin di kesempatan ini, kita belum sempat bertegur sapa, tapi bagaimana pun saya berharap semoga di lain kesempatan, kita bisa melakukan itu. :)
5th. Ini cerita terakhir saya di sini (mungkin). Saya masih semi-aktif menulis di blog, jadi jika nanti secara tidak sengaja kalian menemukan blog berisikan tulisan-tulisan saya di sini atas nama Terunobozu, berarti itu tulisan saya. Tapi jika bukan, berarti itu Plagiat, dan mohon ada yang menghubungi saya jika itu terjadi. Hehe... Ah, dan saya juga buat akun di AFF dan AO3, jika mungkin ada yang merindukan saya /uhuk/ ^_^'
6th. Bagi yang membaca cerita Extraordinary dan hadir di sini, saya mohon maaf, cerita tersebut tidak akan dilanjutkan di sini. Harap memakluminya...
7th. Dan untuk EXO, apapun yang terjadi pada akhirnya (baik masih dalam EXO12 ataupun jadi EXO11 dan Kris), semoga mereka semua bisa tetap kuat. ^^
8th. Akhir kata, maafkan saya jika terdapat kata-kata yang salah dan ada yang merasa tersakiti. m(_ _)m Mari kita berdamai di perpisahan ini /lambaikan bendera putih/.
Maaf juga jika cerita Falling Down ini tidak seperti yang diharapkan, baik dari genre-nya (yang mungkin tidak sesuai dengan isi cerita) maupun dari segi isi cerita. Sejauh inilah isi dari otak saya. Jika itu tidak sesuai pengharapan, mohon memakluminya. ^^a /bow/ Terima kasih atas kritik, saran dan supportnya selama ini. :D
The last, Terunobozu here! See ya~ ^^/ (140610)