Tap.
Tap.
Tap.
[Name] berlari dan berlari, langkah kakinya berbunyi dengan keras di dalam gudang tanpa penghuni yang dia datangi sebelum ini.
Dia hanya penasaran tentang gudang dekat markas Mekakushi-dan ini karena penampilannya yang horor dan pada saat yang sama sangat memikat—sesuatu yang membuat perempuan berambut [hair color] penasaran sebagai penggemar horor. Walau Kido dan yang lainnya menawarkan untuk menemaninya (tidak Shintaro, laki-laki itu gemetaran saat [Name] menyebut "horor"), dia menolak dengan alasan kalau pergi sendiri akan lebih mendebarkan untuknya. Tapi jelas [Name] benar-benar tidak mengharapkan… ini.
"Ah, kenapa kamu berlari dariku ya?"
[Name] terbelak, menghentikan langkahnya sebelum dengan cepat menoleh ke belakang—kosong. Tidak ada siapa-siapa. Perempuan berambut [hair color] itu menghela nafas lega dan mengelus dadanya. Tenang, [Name]. Kamu masih bisa lari dari orang itu asalkan kamu tidak berhenti berlari! Dan dengan pikiran itu, [Name] terus berlari sambil melirik kanan dan kiri untuk mencari pintu masuk yang tadi dia pakai untuk masuk ke dalam gudang ini.
Aneh bahwa dia tidak bisa menemukan pintu gudang yang menuju keluar, padahal seingatnya dia tidak berkeliling sejauh itu dari pintu masuk. Tidak, ini bukan saatnya memikirkan tentang itu. Yang penting lari—lari dari laki-laki berbaju serba hitam yang mengeluarkan aura berbahaya itu dan segera kembali ke markas untuk menemui yang lain dan memperingatkan mereka.
"Apa aku bisa sampai ke luar…?"
[Name] bukan orang yang pesimis, tapi dia mengerti jelas situasi yang dia hadapi sekarang dan perempuan berambut [hair color] itu ragu kalau laki-laki yang mengejarnya akan menyerah begitu saja. Dan [Name] bukan orang yang atletik, jadi dia tidak begitu yakin dia bisa keluar dari gudang ini hidup-hidup—
Tidak [Name, tetaplah positif! [Name] menampar kedua pipinya dengan pelan, dan menggelengkan kepalanya sebelum kembali berlari. Dia bahkan tidak sadar kalau dia berhenti tadi. Buruk, sebaiknya dia tidak terlalu banyak berpikir seperti tadi atau laki-laki itu akan mengejarnya.
Tap.
Tap.
Tap.
Langkah kaki [Name] hanyalah hal yang terdengar selain nafasnya yang mulai terengah-engah. Normalnya [Name] menikmati suasana diam di markas, tapi dengan lokasinya yang berada di sebuah gudang terbengkalai dan statusnya yang sedang dikejar, dia yakin kalau keheningan ini bukanlah sesuatu yang baik.
[Name] terus berlari, dan pintu gudang mulai terlihat dari kejauhan. Senyum mengembang di wajahnya dan dia menghela nafas lega. Bagus, sedikit lagi dan dia bisa keluar dari sini—
"[Name]-chan? Jangan lari~"
"Hii—!?" [Name] berteriak kaget saat merasakan nafas hangat di dekat telinganya, dan mulai gemetaran saat dia melihat tangan pucat dengan kuku hitam yang memegang erat bahunya.
Kuroha menyeringai dengan lebar. "Tertangkap~"
…Kamu tidak bisa lari dariku.
maafkan author ini karena tidak becus mengupdate ceritanya sendiri (。•́︿•̀。)