[Chaptered]
Title : Warmth
Chapter : 1 / ?
By : Gatsuaki Yuuji
Main Pair : Uzumaki Naruto & Uchiha Sasuke (NaruSasu)
Disclaimer : All Chara punya Papi Kishi. FYI, Papi Kishi itu
Papiku.
Genre : Shonen Ai, Vamfic
BGM : Fish Leong - Warmth


Yuhuuuu, saya datang dengan ff baru.
Yang lama dipending dulu #plak

Lagi ngidam dengan sesuatu yang berbau vampire.
Benar-benar ngidam XD


Uzumaki Naruto.
17 tahun.

Suatu hari yang cerah, di sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga, tempat yang sangat indah untuk bermain kuch-kuch-hotagay. Eh bukan dink! Ini tempat yang tepat untuk menyatakan cinta pada seseorang.

"Kau ingin bilang apa, Naru?", tanya seorang laki-laki yang usianya lebih muda 1 tahun dariku, wajahnya memerah malu-malu.

Ah~ Ini pertama kalinya dia memanggil namaku, biasanya dia selalu memanggilku 'Dobe'. Kuharap ini bukan mimpi.

Laki-laki itu bernama Uchiha Sasuke. Dialah orang yang kutaksir selama ini.

"Ne, Suke~ A, aku...",

Mengapa aku grogi seperti ini ya?

"A, aku...menyukaimu...", akhirnya aku mengatakannya juga.

Wajah Sasuke semakin memerah.
"Nikah, yuk!", kataku lagi.

Jashin! Mengapa aku berkata seperti itu!

Aku menutup mulut usilku.
"I, ini bukan keinginanku, Suke... Well, ini memang keinginanku, ta, tapi tidak sekarang. Enelan deh! Ciyus! Ki, kita kan masih sekolah... Heheheee...", cengirku.

Jashin! Ada apa dengan cara bicaraku? Mengapa aku jadi alay seperti ini? Ada hantu alay yang merasukiku!

"Dobe~", panggil Sasuke.

Mengapa dia tidak memanggilku 'Naru' seperti tadi?

"Apa jawabanmu, Suke?", tanyaku kembali ke topik utama.
"Dobe~", panggil Sasuke lagi.

Wajahnya semakin memerah, aku ingin menerkamnya, tapi aku harus bersabar menunggu jawabannya.

"Suke?",
"SANDWICH!", teriak Sasuke tiba-tiba menerjang ke arahku.
"Ouuuuch!", raungku ketika sesuatu yang berat menimpa perutku.

"Dobe, bangun! Kita sudah telat!", teriak seseorang yang suaranya mirip dengan Sasuke. Sosok itu menepuk-nepuk pipiku, dia masih menindihku.

Aku mengerjap-ngerjap, kulihat lingkungan sekitarku.
Ini bukan taman? Hey, ini kamarku! Aku berada di atas ranjang. Berarti tadi hanya mimpi!

Kualihkan pandanganku ke sosok yang sedang menghimpitku. Sosok itu adalah Sasuke.

"Kita telat! Kita telat!", rapal Sasuke, dia berguling ke samping kananku sambil menarik bedcover dari tubuhku, sekarang malah dia yang bergumul di dalam bedcover.
"Kita telat!", kata Sasuke sekali lagi.

Kulirik arah tangan Sasuke yang mengarah pada jam dinding, jam sudah menunjukkan pukul 7.35AM.

"Kita telat, Dobe!", beo Sasuke.

Dengan segera aku melompat turun dari ranjang. Aku berlari menuju lemari untuk mengeluarkan seragamku.
"Mengapa kau baru membangunkanku sekarang?", cibirku.

Sasuke mengibaskan bedcover yang dipeluknya.
"Aku juga baru bangun", jawabnya dengan wajah innocent.

Aku hanya mendengus melihat Sasuke yang masih mengenakan piyamanya yang berwarna darkblue.

"Great! Jangan menyalahkanku jika nanti kita telat!", omelku.
"Kita telat, itu karena kau!", bantah Sasuke yang tidak mau disalahkan.
"5 menit! Tidak siap? Kutinggal!", ancamku.

Sasuke langsung melompat dari ranjang dan berlari keluar dari kamarku.

Baru 3 bulan dia tinggal bersamaku. Fugaku-san, papanya, menitipkan Sasuke padaku. Beliau bilang kelak Sasuke akan menjadi partnerku, maka aku harus melatihnya dari sekarang. Sasuke adalah tipe yang tidak suka diatur tapi suka mengatur. Entah mengapa aku bisa jatuh cinta pada bocah bebal seperti dia? Well, salahkan wajahnya yang manis itu! Dia membuatku orientasiku menyimpang! Kalau Fugaku-san tahu, bisa-bisa beliau langsung membawa Sasuke menjauh dariku.

Maka dari itu, aku harus menyimpan perasaan ini. Tidak ada yang boleh tahu, termasuk dirinya. Bisa tinggal bersama dan melihatnya setiap saat, itu saja sudah cukup.

Cukup? Apakah itu benar-benar cukup? Ah! Aku terlalu naif.


5 menit kemudian.
Aku telah selesai mandi kilat, aku tidak perlu menyisir rambut pirangku, karena rambutku memang berantakan, mau disisirpun percuma. Ah! Beruntung aku sudah menyiapkan buku pelajaran, jadi aku bisa sedikit santai. Tapi bagaimanapun juga, kami sedang diambang ketelatan!

"10, 9, 8,", aku mulai menghitung mundur.
"Beri aku 1 menit, eh, 2 menit lagi!", teriak Sasuke dari kamarnya.
"5, 4, 3", aku tidak terima penawaran lagi.
"Fine! Aku siap!", teriak Sasuke keluar dari kamarnya.

Seragamnya masih belum dikancing sehingga dadanya terekspos, handuk masih menggantung di lehernya, rambutnya masih basah dan belum disisir. Tas sekolahnya tampak menggembung dan berat. Aku bisa menebak bahwa dia membawa semua buku pelajaran.

"Let's Go!", ajak Sasuke yang berjalan mendahuluiku.


Di dalam lift.
Karena mansionku terletak di lantai 23-lantai paling atas-, jadi itu memakan waktu untuk turun ke basement.

Memanfaatkan waktu tunggu, Sasuke merapikan penampilannya. Aku meraih handuk di lehernya dan membantunya mengeringkan rambutnya, sementara Sasuke mengancingkan seragamnya.

"Kau bawa sisir?", tanyaku.
"Tidak", jawabnya.

Kutata rambutnya menyerupai pantat ayam dengan jariku. Aku heran dengan modelnya ini, padahal tidak kuberi gel rambut, tapi rambutnya bisa nungging sendiri, benar-benar unik. Rambut Itachi-san -kakak Sasuke- saja tidak seperti ini.

TiiiiNG
Pintu lift terbuka, kami sudah sampai di basement, penampilan Sasukepun telah 'sempurna'.

Kami ke sekolah dengan mobilku, aku yang mengemudi karena Sasuke belum cukup umur, dia juga tidak bisa mengemudi.

Konoha Highschool, melarang muridnya untuk membawa mobil ke sekolah, karena sekolah itu tidak mempunyai tempat parkir yang luas.

Lalu? Mengapa aku masih mengendarai mobil ke sekolah? Ya, karena jarak dari mansion ke sekolah cukup jauh, itu memakan waktu 20 menit.

Naik kendraan umum? Tidak, terima kasih!
Sasuke selalu mengomel jika naik kendaraan umum. Daripada sepanjang jalan menyaksikan Sasuke mengomel, lebih baik aku melihatnya tertidur di bangku sebelahku. Dia sangat manis ketika tertidur, tapi dia lebih manis ketika dia tersenyum.

Ah! Mengenai tempat parkir, aku memarkir mobilku di tempat Iruka-san, pamanku. Rumahnya dekat dengan sekolah, jarak tempuhnya hanya 5 menit dengan berjalan kaki.

Tapi untuk hari ini, kami menempuhnya dalam waktu 2 menit. Cepat? Itu karena kami berlari.


Sesampainya di sekolah, kami memanjat pagar belakang sekolah, karena gerbang telah ditutup. Memanjat pagar itu sudah kebiasaanku, karena aku seorang Hunter. Aku harus gesit mengejar buruanku agar tidak kehilangan jejak.

Kuberitahu pada kalian. Banyak vampire berkeliaran dimana-mana. Vampire itu menghisap darah manusia hingga kering, mereka bangsa pembunuh yang paling ditakuti manusia. Untuk itulah muncullah sekelompok manusia yang bernama 'Hunter'. Tugas Hunter adalah membasmi para Vampire yang telah meresahkan manusia.

Mamaku meninggal karena dibunuh Vampire. Maka aku bertekad untuk menjadi Hunter seperti papaku. Aku akan melenyapkan semua Vampire di muka bumi ini. Itulah tujuan hidupku!


Sesampainya di kelas 2C, kelas kami.

Aku dan Sasuke sekelas. Kalau saja aku tidak tinggal kelas, mungkin saat ini aku sudah 1 tingkat dia atasnya. Jadi dia bisa menghormatiku dan memanggilku 'senpai' bukan 'Dobe'.

Sasuke tepar di tempat duduknya yang terletak di paling pojok kanan, dekat jendela.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.15 AM.

Hari ini benar-benar beruntung, karena jam pelajaran pertama adalah pelajaran MTK yang dibimbing oleh Kakashi-sensei, guru pengaret yang terkenal di sekolah ini.

Sampai sekarang Kakashi-sensei belum datang. Lucky, cuy!

"Pijat pundakku, Dobe!", perintah Sasuke, yang duduk di sebelah kiriku.

Kupukul kepalanya dengan buku MTK yang tebal. Dia meringis pelan.

"Kau calon Hunter, jadi jangan manja!", ketusku sedikit berbisik, aku tidak ingin orang lain mengetahui jati diri kami.
"Huh!", dengusnya.

Saat ini Sasuke masih calon, karena umurnya masih 16 tahun. Dia ingin sekali menjadi Hunter seperti papa dan kakaknya. Baginya, menjadi Hunter adalah cita-cita terkeren yang ada di otaknya.

Dasar, bocah!


Siang hari di kelas.
Jam istirahat.

Aku menikmati ramen cup yang kubeli di kantin, sementara roti coklat yang kubelikan untuk Sasuke tidak tersentuh olehnya. Bagaimana tidak? Saat ini Sasuke sedang tertidur dengan nyenyak.

Dia pasti mengantuk karena semalam menungguku pulang hingga lewat tengah malam. Dia selalu menanti kepulanganku dari berpatroli. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk tidak menungguku.

Kalau seperti ini, bagaimana bisa dia menjadi Hunter yang selalu berpatroli di malam hari? Bahkan mendengar perintahku saja dia tidak mau.

"AH!", Sasuke tiba-tiba tersentak dan terbangun dari tidurnya.

Hampir saja aku menjatuhkan ramen cupku.

"Teme!", marahku.

Sasuke tidak menghiraukanku, dia meraba-raba tubuh dan wajahnya.

"Aku tidak terluka kan, Dobe?", tanya Sasuke menyuruhku untuk melihat wajahnya.
"Kau baik-baik saja! Tidak ada yang melukaimu!", jawabku.

Sasuke bernafas lega.

"Kau mimpi apa?", tanyaku penasaran.

Sasuke hanya menggeleng.
"Mimpi jorok? Dirape-rape orang?", godaku.
"Aku bukan kau, Dobe!", ketus Sasuke.
"Memangnya kau mimpi apa?", cibirku.
"Kematianku", lirihnya, wajahnya mendadak ketakutan.
"Ah! Itu cuma mimpi!", kataku menenangkannya.

Aku mengambil roti coklat dan menyumpal roti tersebut ke mulutnya.
"Kau pasti lapar!",

Sasuke mengambil roti dari tanganku, dia mengunyah pelan roti yang digigitnya.

"Itu terlihat nyata...", lirih Sasuke menatap rotinya.
"Itu mimpi, Suke!",
"Sakitnya masih terasa...", Sasuke menyentuh perutnya.
"Habiskan rotimu, Suke!",
"Kalau aku matipun, kau tidak peduli! Kau sama sekali tidak pernah peduli!", ketus Sasuke marah.
"Kau terlalu paranoid! Itu hanya mimpi! Itulah akibatnya kalau kau tidur menghadap matahari siang!", marahku.

Aku marah ketika dia menuduhku tidak peduli padanya. Aku memang cuek, tapi aku masih peduli padanya.

"Fine! Forget it!", Sasuke memasukkan semua roti ke dalam mulutnya hingga penuh.

Dia berbalik memunggungiku, dia lebih memilih menatap langit daripada menatapku.

"Kau mau roti lagi?", tanyaku.

Dia hanya diam, kulihat tangan kirinya menekan-nekan perutnya.
Apa perutnya benar-benar sakit?


Malam harinya.

"HEY!", teriak Sasuke di dapur.

Tak lama kemudian terdengar suara panci yang terjatuh.

Aku yang sedang menonton berita di ruang tamu, langsung berlari menuju dapur.

"Ada apa, Suke?", tanyaku.
"Tidak ada apa-apa", jawab Sasuke sambil memungut panci yang terjatuh.

Aku menghampiri Sasuke. Aku tahu dia menyembunyikan sesuatu dariku.

"Ada apa, Suke?", tanyaku sekali lagi.
"Tanganku terpleset", jawabnya santai.

Aku mencengkram tangan kanannya, kutatap dia dengan tajam. Seolah menyuruhnya untuk berkata jujur.

Dia menarik tangannya dari cengkramanku.
"Aku melihat seseorang, kulempar dia dengan panci dan dia menghilang. Kau percaya? Ah! Kau pasti tidak percaya! Ini cuma mimpi, Suke! Kau terlalu paranoid!", jelas Sasuke, dia juga meniru perkataanku tadi siang.
"Ya, kau memang paranoid!", kataku membenarkan perkataannya. Kurang tidur membuatnya berhalusinasi.

Dia hanya mencibir.
"Kau masak apa?", tanyaku mencoba berbicara dengannya.

Dari tadi siang hingga sekarang, dia tidak mau berbicara denganku.

"Macaroni", jawabnya singkat.
"Buatkan untukku juga ya", pintaku.
"Hn!", angguknya.


Akhir-akhir ini Sasuke sering bertingkah paranoid. Setiap malam dia selalu memintaku untuk menemaninya tidur, dia bilang ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamarnya. Dia juga merasa ada orang tidur di sampingnya.

Aku senang dia tidur bersamaku, tapi aku tidak suka sifat penakutnya itu. Dia calon Hunter, mengapa dia masih penakut?


Suatu malam, aku bermimpi tentang kematian Sasuke. Dalam mimpiku, sebuah mobil pick up menabrak Sasuke hingga terpental jauh. Darah mengalir dari kepala dan mulutnya, kemudian dia meninggal di tempat.

Ketika terbangun, aku langsung menangis dan memeluk Sasuke yang tidur di sebelahku. Dia tidak terbangun dengan ulah anehku.

Aku terlalu paranoid.


Hari minggu, kami memutuskan untuk berkeliling di Otto-pusat perbelanjaan terkenal di Konoha-. Sekedar cuci mata, siapa tahu aku bertemu Vampire. Meskipun Vampire tergolong makhluk malam, tapi mereka juga bisa beraksi di siang hari. Hanya saja mereka tidak bisa terlalu lama di bawah terik matahari, stamina mereka akan berkurang, kulit mereka juga sensitif terhadap matahari.

Kami berhenti di sebuah persimpangan, karena lampu lalulintas berwarna merah untuk pejalan kaki.

Aku melihat-lihat bangunan toko-toko di sekitar. Rasanya aku pernah melihatnya baru-baru ini. Ini seperti... tempat di dalam mimpiku.

"Ah! Aku ingat!", seru Sasuke tiba-tiba.
"Kau melupakan sesuatu?", tanyaku.
"Dalam mimpiku, aku...", Sasuke berhenti berbicara, pandangannya menatap lurus ke jalan raya.

Bibir Sasuke bergetar, matanya melebar, tubuhnya membatu. Apa yang sedang dilihatnya?

"Suke?", panggilku.

Sasuke mencengkram perutnya, nafasnya terasa berat, wajahnya tampak kesakitan. Perlahan tubuhnya mulai oleng. Kupeluk dia, agar tidak terjatuh menghantam aspal.

"Sasuke!", teriakku panik.

Kesadarannya mulai menghilang, kedua matanya terpejam.

Kau kenapa, Suke?


Terputus


Hahahaaa... Akhirnya diposting juga ini ff ngidam.

Review, please :)