Disclaimer : Masashi Kishimoto pemilik asli karakter di Komik Naruto.

Saya hanya meminjamnya.

.

Summary : Sakura dan Naruto telah menikah. Bagimana kehidupan rumah tangga mereka. "Chieko terbang."/ "Tenang semua akan baik-baik saja."/ 'Sebenarnya apa yang tengah engkau sembunyikan dariku, Naruto?'/ "Sasuke-kun, apa yang akan kau lakukan?" Semua akan baik-baik saja karena ada benang merah diantara keduanya. "Naruto aku membencimu."

.

Perhatian : Alur nglabu. Deskripsi abal. Bahasa pasaran. EYD berantakan. Canon. Mungkin OOC. Roman? Friendship? Kekeluargaan? Typo bersahutan. Macam kata yang tak nyambung. Bikin muntah? Segala kesalahan dalam fic-ini janganlah membenci karakter sebenarnya.

.

Peringatan terakhir: Tidak suka pair, pencet tombol kembali!

.

Uzumaki Naruto x Haruno Sakura

.

Selamat membaca

.

Chapter 2

.

Chieko

Mata dan hati itu tidak jauh jaraknya

Sedang jantung dan hati itu begitu dekat

Aku ada didekatmu selalu

Menemanimu… Mencintaimu…

Luka memang sakit

Walau hanya di hati, namun tetap menjalar ke semua anggota diri

Tapi, biarlah… Biarlah sakit itu ada

Karena benang merah selalu hadir diantara kita berdua

.

Sebelumnya.

"Hah." Sakura untuk kesekilan kalinya menghela nafas. Paling tidak dengan cara ini akan sedikit mengurangi beban pikirannya, bukan? Perlahan ia keluar dari kamar mandi—mengenakan baju yang sederhana. Beberapa langkah ia berjalan menjauh dari kamar mandi. Ia mendapati bayangan aneh. Seperti ada seseorang dibelakangnya. Dengan sedikit perasaan cemas, ia pun membalikkan badannya.

"ss-Sasuke… Sasuke-kun!"

.

.

.

.

"ss-Sasuke… Sasuke-kun!" katanya sedikit keras dengan wajah terkejut. "Untuk apa kau kemari?" Sakura bertanya dengan nada ketakutan. Bagaimanapun juga ia sadar, bahwa ada seorang pemuda dirumah istri orang itu adalah sesuatu yang salah.

"Aku hanya ingin memberi sedikit kejutan padamu dan Dobe." kata pemuda itu dingin. Pemuda yang bernama Sasuke mendekat ke Sakura. Sedangkan Sakura sendiri mundur perlahan. Tanpa sengaja kakinya menyandung sesuatu, membuatnya terjatuh ke belakang.

Bruk.

"Hahaha. Sepertinya, keberuntungan berpihak kepadaku." Sasuke perlahan mendekat lagi ke arah Sakura. Setelah sebelumnya berhenti karena melihat Sakura yang terjatuh.

"Apa, apa yang akan kau lakukan?" tanya Sakura karena sadar Sasuke tampaknya serius.

"Hn. Tenang saja Sakura. Ini tidak akan sakit." katanya.

"Tidak. Jangan mendekat Sasuke-kun!" sentak Sakura. Ia tidak ingin membuat Naruto kecewa. Apalagi sampai main hati dengan seorang Uchiha ini. "Aku sudah menjadi istri orang!" Sakura berkata setengah berteriak.

Namun sepertinya hal itu tidak mempengaruhi Sasuke, terbukti dari perkataannya. "Aku tidak peduli aku hanya ingin…"

Buagh.

'Eh?' Sakura tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi ini. Seorang gadis berambut merah, tiba-tiba sudah ada diruangannya. Dan memukul sang Uchiha. 'Tunggu sebentar! Gadis ini…' batinnya.

"Karin!"

Seorang gadis yang dipanggil Karin itu menoleh. "Eh. Sakura." Ia menggaruk belakang kepalanya. "Maaf ya." tuturnya.

Sakura nampak berpikir dengan ucapan Karin. "Maaf untuk?" tanyanya. Tapi, yang ditanya hanya tersenyum kikuk. Lalu kemudian merona. Sakura kemudian megalihkan pandangannya pada Sasuke yang kini telah berdiri. Sasuke juga merona, sama seperti Karin. Ia tahu apa yang terjadi di sini. "Jadi kalian berdua…"

"Hn. Kami berdua akan menikah nona Hokage. Dan kami ke sini ingin memberitahukannya kepadamu dan suamimu." Sasuke menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Dan maaf Sakura!" Karin berbicara dengan kecewa, "Gara-gara si Uchiha ini, kau jadi ketakutan dan terjatuh."

"Hei. Kenapa jadi aku?" tanya pemuda itu seolah ia memang tidak salah apa-apa

"Karena kau yang membuat Sakura terluka." Sasuke mendengarnya hanya memalingkan muka. Ia terlalu gengsi mengakui kesalahannya.

"Sudahlah-sudahlah. Aku tidak apa-apa kok." Sakura mencoba meleraikan pasangan yang tengah bergulat kata-kata tersebut. Ia cukup senang, karena Sasuke ternyata hanya ingin menjahilinya atau lebih tepatnya memberikan kejutan kepadanya.

Sore itu, dua orang perempuan dan satu laki-laki tersebut. Tengah bercakap-cakap. Sesekali senyum simpul tampak pada wanita bermahkota merah muda itu. Bahkan tawa kadang terlepas di ruangan yang tidak terlalu bersar tersebut. Karin menceritakan tentang kenapa ia dan Sasuke bisa menjadi sepasang kekasih. Sakura hampir tidak percaya, karena seorang Uchiha Sasuke dapat juga berbuat konyol hanya untuk mendapatkan cinta, Karin. Perubahan yang drastis. Mungkin efek kedewasaan telah mengubah pemuda itu. Sejenak ia lupa akan masalah rumah tangganya yang sedari pagi tadi berlayar dipikarannya.

.

-zuuzumakii-

.

Pagi ini. Naruto tidak berangkat lebih pagi seperti kemarin. Dia juga ingin mengantar Sakura ke rumah sakit. Namun, sungguh disayangkan. Apa yang diinginkan sang Hokage itu, terpaksa harus gagal. Setelah sakura berkata, bahwa ia tidak akan bekerja hari ini. Ia, cuti. Sehingga setelah menyelesaikan sarapannya bersama Sakura. Naruto pun mulai berangkat bekerja. Ke kantor Hokage.

Sementara itu, Sakura terus saja memasang senyumannya sampai Naruto pergi berangkat kerja. 'Semoga saja Naruto tidak curiga,' pikirnya. Ia tahu kalau sampai Naruto curiga. Pasti, suaminya itu akan menggunakan sage mode dan malah memata-matai istrinya. Tentu, Sakura tidak ingin itu, bukan? Setelah Naruto benar-benar telah pergi dan hilang dari pandangannya. Ia pun mulai menyiapkan beberapa keperluannya—untuk mengikuti ke mana saja Naruto pergi.

Tidak ada yang istimewa pada awalnya. Naruto berangkat menuju ke kantor Hokage. Penduduk desa menyapanya dengan ramah. Di kantor hokage, Naruto tampak serius melakukan tugasnya. Melihatnya, membuat wanita itu tersenyum tipis. 'Betapa bertanggung jawabnya suaminya itu terhadap pekerjaannya,' pikirnya dalam hati. Sakura memata-matai suaminya dibalik sebuah pohon, menggunakan teropong. Beruntung sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa Naruto tahu kehadirannya. Ketika makan siang tiba, ia memakan bekal yang telah ia persiapkan tadi. Ia mencoba melihat lagi ke kantor Hokage. Nampak Naruto, juga tengah memakan makan siangnya. Ia merasa ingin makan siang bersama suaminya. Namun, jika itu dilakukan. Pengintaian ini akan gagal.

Sekarang, pagi telah berganti petang. Suasana malam yang dingin menyerang wanita itu. Sakura melihat jam yang telah ia bawa. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa Naruto berselingkuh. 'Mungkin aku hanya salah sangka.' Sosok Naruto muncul dan berjalan meninggalkan kantor Hokage. Dan tanpa membuang-buang waktu lagi Sakura juga mengikuti langkah lelaki itu. 'Ini jalan pulang.' Pikirnya. 'Aku memang telah salah sangka. Setelah ini aku akan minta maaf pada Naruto.' Ia membatin itu sambil tersenyum senang, karena mungkin suaminya memang tidak selingkuh.

Naruto terus berjalan, melewati beberapa rumah penduduk. Sampai kemudian ia berhenti di suatu taman, karena ada seorang anak kecil yang menyapanya.

"Ayah!" kata anak kecil itu—seorang perempuan.

'Eh. Ayah?'

"Eh. Chieko-chan. Kenapa belum pulang?" tanya seoarang lelaki, yang tidak lain adalah sang Hokage.

'Chieko?'

"Aku menunggu ayah datang." tutur anak itu.

Selang beberapa detik, ada seorang wanita yang menghampiri mereka berdua. "Chi-chan! rupanya kau di sini. Ayo kita pulang!"

'Seorang wanita?'

Anak kecil itu menatap wanita tersebut dengan tatapan memohon. "Ibu… Aku menunggu ayah datang. Lagi pula ayah 'kan sudah berjanji akan mengantar kita pulang hari ini!" serunya.

'Ibu?'

Naruto hanya menatap anak itu. Ia tidak mengeluarkan suara. Hanya sebuah anggukan.

Sakura tidak percaya dengan pandangan yang ia lihat ini. Ternyata dugaannya benar. Ternyata Naruto 'selingkuh'.

"Baiklah. Ayah akan menepati janji ayah untuk mengantarmu pulang." ucap Naruto seraya menggandeng tangan anak perempuan itu.

"Naruto!" Naruto tersentak. Ia memang belum melangkah. Apalagi ketika ada suatu suara yang memanggilnya—suara istrinya. Ia pun, berbalik.

"Sakura-chan." balasnya dengan tersenyum.

Buagh.

Sebuah pukulan mendarat di pipi sang Hokage. Sakit rasanya. Tapi, ada hal lain yang membuat hatinya lebih sakit. Seorang Haruno Sakura—tengah menangis.

"Kau ternyata berselingkuh, 'kan Naruto!" Sakura berseru kasar. Sedang Naruto hanya diam, ia masih belum mampu membuka mulutnya karena melihat Sakura marah. "Kau sebenarnya tidak mencintaiku, 'kan? Kau hanya ingin balas dendam akan perlakuanku yang selalu kasar padamu. Dengan menikahiku, kemudian menunjukkan bahwa kau telah beristri. Kau bohong selama ini Naruto. Aku benci padamu!"

Sakura benar-benar marah dengan Naruto. Ia berbalik dan menjauh dari sang Hokage. Namun, ia sepertinya lupa sesuatu hal.

Bruk.

Sakura jatuh terduduk. 'Sial aku lupa kakiku belum sembuh sepenuhnya akibat kemarin. Tapi kenapa harus pada saat yang seperti ini sih?' rutuk Sakura pada dirinya sendiri. 'Pasti Naruto sekarang sedang tertawa puas.'

Sakura terlalu dalam bergulat dengan pikirannya. Sampai-sampai tidak menyadari sebuah tangan kecil memegang lengannya.

"Ibu…!" panggil anak itu. 'Anak ini, anak yang tadi bersama Naruto, 'kan? Kenapa ia memanggilku ibu.'

"Kenapa kau memanggilku ibu… err…?"

"Chieko. Namaku Chieko ibu. Aku memanggilmu ibu karena kamu memang ibuku." jawab anak itu, sembari tersenyum.

Dalam hati sakura kembali merutuki dirinya sendiri. 'Benar juga, entah ibu kandung, atau ibu tiri. Aku tetap ibunya.' batinnya. 'Dan lagi kenapa anak ini harus tersenyum dengan manis sih?'

Perlahan ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Kau?" Sakura bertanya pada wanita itu. Entah mengapa air matanya mengalir lagi.

"Maafkan aku." tutur wanita itu menyesal.

Sakura hanya menunduk. Ia yakin penampilannya kini, begitu memprihantinkan. "Sudahlah tidak ada yang perlu…"

"Sebenarnya Chieko bukanlah anak dari Naruto."

"…"

"Naruto memang yang menyuruh Chieko untuk memanggilnya ayah. Suamiku seorang anbu, dan ia gugur dalam misi. Makannya Hokage-sama merasa bertanggung jawab akan masalah ini. Tentu, bukan hanya aku yang mendapat perlakuan ini. Tapi, kalau kau tidak percaya akan aku tunjukkan beberapa keluarga dari anbu yang lainnya. Hokage-sama itu orang yang setia, Sakura-san." Wanita itu bercerita kenapa anaknya memanggil Naruto dengan sebutan 'ayah'. Sementara Sakura, masih menunduk. Namun, wanita itu tahu bahwa Sakura mendengar ucapannya dan percaya.

"Dan karena Naruto dipanggil ayah, maka…" Wanita itu menggantung ucapannya ia mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura. "Kau harus dipanggil ibu, bukan?"

'Eh?' Sakura sungguh merasa malu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Maka, sedari tadi ia, hanya diam.

Wanita itu kembali ke posisinya semula. "Chieko! Ayo pulang!" ajaknya kepada anaknya. Dan ajaibnya Chieko hanya menurut. Menggenggam tangan ibunya.

"Dah, Hokage-sama, Sakura-sama!" kata anak tersebut.

Naruto membalasnya hanya dengan senyuman. Perlahan ia mendekat ke arah sakura yang masih terduduk, di tanah. Ia membantunya berdiri. "Jadi, kau tidak marah sekarang, 'kan? Istriku?" godanya.

Mendengarnya Sakura hanya memalingkan mukanya. Malu. "Baka!" Sakura sungguh malu. Kenapa hal tersebut tidak terpikirkan olehnya? Kenapa ia tidak bertanya kepada orang lain dulu, dan akhirnya malah salah sangka. Bukankah ia tahu Naruto seseorang yang bertanggung jawab dan menepati kata-katanya. Sakura merasa, ia sungguh bodoh. Lagi pula, siapa juga yang tidak curiga, jika ada seorang anak kecil yang memanggil suaminya ayah. Huh. Ia malu.

Naruto terkekeh mendengarnya, ia suka melihat istrinya yang seperti ini. Tanpa membuang waktu lagi Naruto berjongkok membelakangi Sakura. "Ayo. Kugendong!"

Perlahan Sakura melingkarkan tangannya pada leher Naruto. Ia naik ke punggungnya. "Pelan-pelan suamiku! Kakiku masih sedikit sakit." Naruto tidak menyangka, istrinya—Sakura, akan mau digendong. Meski niat awalnya hanya untuk menggoda Sakura. Namun ia cukup senang dengan ini.

Malam itu, menjadi sebuah titik awal yang baik, bukan? Membangun sebuah keluarga memang memerlukan sebuah kesabaran. Tapi, ketika kita percaya akan adanya benang merah. Tidak ada yang salah. Meski memang harus ada tangis juga.

"Jadi, kau tidak selingkuh, 'kan, Naruto?" tanya Sakura yang masih berada digendongan Naruto. Mereka belum sampai di rumah.

"Hm. Tentu tidak, dattebayo!"

"Tapi, kenapa kau tidak bilang dari awal Naruto?" tanya Sakura lagi.

"Yah. Aku hanya tidak ada waktu. Lagi pula dokumen-dokumen itu terlalu menyibukkanku. Jadi, aku sering lupa memberitahukanmu. Dan satu lagi…"

"Apa lagi?" tanya Sakura pelan. Ia kini memeluk erat suaminya. Menenggelamkan kepalanya di atas pundak sang Hokage.

"Aku terlalu sibuk memikirkan nama anak kita kelak." jawab Naruto.

"Baka! Kita saja belum melakukannya." kata Sakura, wajahnya Nampak merah padam.

"Nah, itu sebenarnya yang ingin aku tanyakan, ttebayo. Bolehkan? Istriku?"

"Hm. Terserah kau saja. Suamiku." jawab Sakura. Sakura sadar, mungkin ini memang saatnya. Diantara ia dan suaminya untuk memperkuat sebuah ikatan suami-istri. Malam pertama yang meskipun tertunda. Tetap bisa disebut malam pertama, asalkan itu merupakan malam untuk pertama kali keduanya melakukan hubungan suami-istri, bukan?

Seperti halnya keluarga pada umumnya. Ada asam, asin, dan manis dalam menjalani kehidupan berumah tangga, begitupun dengan pasangan muda-mudi itu. Namun semuanya akan baik-baik saja. Karena benang merah selalu mengikat keduanya.

.

End

Mulai : 22-April-2014

Selesai : -

.

"Jadi, bagaimana malam pertamamu semalam, eh. Nona Uzumaki." kata gadis muda, bersurai pirang yang menyambut kedatangan Sakura—setelah Naruto menghilang dari rumah sakit.

"Eh. Ino!" Sakura terkejut. "Bagaimana bisa kau tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Ketika melihat kau dan sang Hokage yang tersipu-sipu tidak jelas sepanjang perjalan ke rumah sakit."

"Jadi… Bagaimana…?" ujar Ino sambil berkedip sebelah mata.

"Em…" Sakura bergidik ngeri.

'Aku rasa aku harus kabur sekarang juga. Ino, tidak mungkin melepaskanku nanti.'

.

.

.

.

.

Huh. Akhirnya selesai juga. Meski masih banyak Typo ataupun EYD yang berantakan. Saya dengan nekatnya mempublish fic-ini. Maklumlah, ide sudah menyesakkan otak dan meminta untuk dikeluarkan.

Sebelumnya terima kasih untuk para reader yang telah membaca fic saya yang berjudul 'Permata merah muda'. Terutama yang sudah mau menyempatkan meriview, yaitu: Riela nacan, lutfisyahrizal, Namikaze Sholkhan, samsulae 29, dan yang tidak login Lan 88, narusaku, lutfi, dan Guest.

Baiklah. Itu saja. Saya merasa masih memiliki banyak kekurangan jadi, waktunya.

.

.

.

Review, please?