AN:

Untuk cerita kedua, Kaze akan buat chara untuk Kise. Chara ini bernama Fuyuki Ran. Gadis dengan tinggi 170 cm dengan rambut coklat sebahu serta mata yang berwarna amber. Sifatnya sangat keras dan tegas. Dia ketua di kelas Kise sekaligus ketua festival kebudayaan yang akan diselenggarakan di SMA Teikou. Gadis ini mengikuti klub judo.

Happy reading!


KUROKO NO BASUKE FANFICTION

Disclaimer: KuroBas belongs to Tadatoshi Fujimaki

Warning: TYPO, OOC, and OC

Pairing: Kise X OC (Fuyuki)

goGatsu no kaze present

TEIKO ARC: AI JA NAI?


"Kise! Jangan coba-coba kabur dari pengawasanku!" teriak seorang gadis dengan satu jari telunjuk mengacung ke depan dari pintu gym. Teriakan itu jelas saja membuat seluruh anggota tim basket yang memang sore itu sedang berlatih jadi tertuju padanya. Gadis itu berambut coklat sebahu dengan mata seterang batu amber. Tingginya 170 sentimeter. Ukuran yang sangat tinggi bagi seorang gadis di sekolahnya.

Kise Ryota, pemuda bersurai blonde yang hendak melakukan tembakan dari garis three point itu mematung. Dengan gerakan patah-patah ia menoleh ke asal suara. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Ia melihat mata si pemilik suara yang membara bagaikan api dengan takut-takut. Tenggorokannya pun jadi sulit menelan ludah, rasanya seperti terganjal batu kali seukuran kepalan tangan.

Gadis bernama lengkap Fuyuki Ran itu mendekat ke arah lapangan dengan langkah yang dihentak-hentakkan. Tangannya ia kepalkan kedepan hingga terdengar bunyi 'krek!' dari buku-buku jarinya, "Kise! Bukankah sudah kubilang padamu kalau kau juga bertanggung jawab dengan kelas kita?!" langkahnya semakin mendekat ke arah Kise.

Dengan susah payah pemuda bermata kuning itu menelan ludahnya, "E..eto, Fuyucchi. Hari ini aku ada lati-"

"Jangan banyak alasan! Dan jangan panggil aku dengan sebutan itu!" potong Ran, "Sebagai ketua festival, aku juga sudah minta izin pada Akashi agar kau diperbolehkan untuk tidak ikut latihan sementara. Akashi yang juga ketua OSIS memaklumi hal itu." Tangannya menarik baju bagian belakang Kise, "Cepat kembali ke kelas!" dengan paksa akhirnya Ran menyeret Kise dari lapangan.

Korban penyeretan itupun pasrah. Ia sadar kalau ia memang bersalah. Lagipula Ran adalah gadis yang tangguh. Ia salah satu atlit andalan klub judo di sekolahnya. Padahal anggota klub judo di sekolahnya hanya anak laki-laki, tapi Ran adalah pengecualian.

Seluruh orang disana memandang Kise dengan tatapan iba sebagian dari mereka pasti berpikir betapa malangnya nasib sang copycat. Bahkan anggota kiseki no sedai yang lain hanya bisa diam tanpa kata. Kecuali Kuroko yang memang tak pernah bisa berekspresi sesuai dengan keadaan.


-Ai Ja Nai?-


Mulut Kise selalu cemberut selama berada di dalam kelas. Aura yang menguar dari tubuhnya pun juga mengatakan 'jangan dekati aku'. Ran yang melihat itu hanya acuh dan kembali melakukan tugasnya, mengawasi serta memberikan arahan pada teman sekelasnya. Ia pun sesekali membantu temannya yang kesulitan mengerjakan bagiannya.

Tinggal tiga hari lagi, jika hari ini juga dihitung, festival kebudayaan dilaksanakan. Tapi kelas 1-B baru selesai sekitar enam puluh persen. Sangat miris bukan? Wajar saja kalau Ran, sebagai ketua kelas dan ketua festival kebudayaan, sangat tegas dalam menindak siapapun yang berani bolos untuk menyiapkan acara tersebut. Termasuk Kise.

Selain terkenal di kelasnya, Kise juga terkenal di seluruh sekolah. Bahkan diseluruh Jepang. Dengan pekerjaannya yang sebagai model, sudah wajar baginya kalau setiap orang mengetahui siapa dirinya. Walaupun begitu, Kise tetaplah orang yang ramah. Namun juga sering kelihatan bodoh dengan tingkahnya yang heboh dan berlebihan.

Ran melirik keberadaan Kise yang tak jauh dari tempatnya. Aura Kise nampak suram. Sebegitu menderitanyakah ketika ia dipisahkan dengan basket? Dengan acuh tak acuh akhirnya Ran mendekati Kise yang kesulitan untuk membuat simpul.

"Sini, biar aku bantu," Ran mencoba ramah pada Kise.

Kise melirik kearah gadis yang menawarkan bantuan itu, "Aku bisa sendiri," ucapnya. Padahal sudah setengah jam yang lalu ia membuat simpul itu, namun tetap saja salah.

"Aho! Talinya jadi kusut. Sini, berikan padaku," gadis bermata amber itu mengambil paksa tali yang ada di tangan Kise.

'Sebenarnya gadis ini kenapa? Sepertinya senang sekali membentakku,' batin Kise. Matanya dengan kesal melihat Ran yang serius membuat simpul.

"Selesai," ucap Ran sambil tersenyum manis yang tanpa sadar membuat pemuda disebelahnya salah tingkah. "Ini," lanjutnya seraya memberikan tali itu pada Kise.

Kise terpana melihat Ran. Ternyata gadis seseram dirinya memiliki senyum yang amat manis. Bagi Kise, itu adalah senyuman tercantik yang pernah ia lihat. Terdengar berlebihan memang. Namun itulah yang Kise rasakan saat ini. Tanpa pemuda sadari, wajahnya sedikit tersipu.

"Apa?" tanya Ran dengan nada sinis.

Kise mengambil tali tersebut lalu memalingkan wajahnya, "Tidak. Tidak ada apa-apa," ucapnya. Mood Kise kembali seperti semula. Ia berdeham untuk mengontrol emosinya.

"Kalau saja tadi kau tidak kabur dan menyelesaikan pekerjaanmu disini, pasti kau sudah bisa berlatih basket sekarang. Itu semua salahmu. Kau yang menyanggupi untuk jadi juru sibuk festival sekolah sebagai perwakilan kelas. Aku sebagai ketua kelas jadi bertanggung jawab atas hasil kerjamu. Akan sangat memalukan bila kelas kita belum selesai ketika festival dimulai," omel Ran pada Kise. Entah omelan itu masuk ke telinga Kise atau tidak.

"Wakatta, wakatta," Kise bangun dari duduknya, "Arigato atas bantuannya, Kaichou-san," lanjutnya dengan nada menggoda. Pemuda itu lalu meletakkan tali ke kotak hiasan dan pergi meninggalkan kelas.

Ya ampun, laki-laki yang satu ini memang sulit untuk dinasihati. Cara apa yang harus ia lakukan agar Kise bisa mendengarkannya? Ran memijat pelipisnya. Ia benar-benar pusing saat ini. Sudahlahlah, toh setelah festival ia tak akan berurusan lagi dengan Kise.


-Ai Ja Nai?-


"Oi, Kise! Jangan meninggalkan kelas seenaknya! Lakukan tugasmu!" teriakan ini sudah kesekian kalinya Kise dengar, namun entah mengapa suara itu tak membuat Kise kesal sedikitpun. Ia malah ingin sering mendengarnya. Bahkan ia sengaja melakukan kesalahan agar suara itu terdengar lagi.

"Fuyuki-san, Kise sudah melakukan tugasnya dengan baik. Jangan marahi dia lagi," ucap salah seorang siswi yang berasal dari kelasnya. Ran tahu, pasti ia adalah penggemar Kise. Hal ini makin membuat Ran semakin kesal. Memarahi orang yang berbuat salah itu wajar 'kan? Ran menatap gadis itu dengan sinis.

"Yare..yare..kalian semua jangan meributkan diriku," ucap Kise yang muncul tiba-tiba dari belakang Ran dengan percaya dirinya yang tinggi.

"Damaru, Kise," Ran melirik Kise dengan tampang super sadisnya, "Jangan muncul di belakang orang seenaknya!" bentak Ran.

Kise tertawa dan menepuk-nepuk kepala Ran, "Gomen, gomen. Kau kaget, ya?"

"Urusai!" gadis berambut coklat itu menepis tangan Kise dari kepalanya. Gadis yang berada di depan mereka terlihat kesal, atau mungkin cemburu atas perlakuan Kise kepada Ran.

"Kise-kun, tolong bantu aku ya," pinta gadis itu dengan nada menggoda.

Ran sudah gerah ada disitu. Ia tak mau berurusan lagi dengan mereka berdua, Kise dan gadis yang sok mengomelinya. Ia menatap Kise dengan malas, "Aku akan terus mengawasimu, Kise," ucapnya sambil hendak berjalan meninggalkan mereka.

"Chottomatte!" Kise menarik tangan Ran. Sontak saja Ran jadi menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanyanya.

Kise mengalihkan pandangannya pada gadis yang tadi, "Gomen, aku tak bisa membantumu. Aku harus bersamanya untuk kepentingan kelas kita," Kise tersenyum lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu. Ingat! Tangannya masih memegang tangan Ran.

Ran membelalakkan matanya karena kaget. Aneh sekali rasanya ketika Kise menuruti perintahnya. Biasanya ia hobby untuk kabur dan lebih memilih untuk dimarahi. Tapi sekarang, kok seperti ini? Dan tunggu! Apa-apaan ini? Kise menggandeng tangannya! Ran hanya bisa melihat ke arah tangannya yang digandeng Kise dengan bingung. Sedangkan Kise dengan santainya melangkah di koridor sekolah padahal sudah puluhan mata memandang ke arah mereka, Kise dan Ran.

Koridor sekolah yang biasanya nampak sepi kini ramai karena memang sekarang adalah festival sekolah. Hari pertama festival itu berjalan dengan cukup lancar jika saja pada jam satu siang tadi tidak terjadi hujan. Padahal di lapangan lari sekolahnya yang sudah disulap menjadi sekumpulan boot itu ada acara khusus dari tiap-tiap kelas yaitu menjual dagangan andalan untuk mendapatkan uang.

Festival kebudayaan SMA Teiko hanya diadakan tiga hari. Hari pertama yaitu pembukaan dan bazar makanan. Hari kedua lomba kesenian antar kelas. Hari terakhir adalah yang paling seru. Ada parade, acara api unggun, serta pesta kembang api.


-Ai Ja Nai?-


Ran menghela nafas panjang dari jendela kelasnya yang menghadap ke acara api unggun. Ia melihat beberapa teman sekelasnya yang didampingi kekasihnya masing-masing. Sedangkan dirinya? Sendirian disini, di dalam kelasnya yang gelap gulita.

Ran sangat tidak percaya diri dengan penampilannya. Sebenarnya tidak terlalu buruk, hanya saja tinggi badannya yang membuatnya kesulitan mencari kekasih. Seandainya ia dilahirkan sepuluh senti lebih pendek, pasti ia sudah punya kekasih dan berdansa di acara api unggu saat ini.

Ia bertopang dagu. Iri dengan pemandangan yang ada di bawahnya tersebut. Tiba-tiba ketika sedang asyik melihat acara api unggun, terdengar suara pintu kelas yang dibuka, "Siapa?" tanya Ran.

"Kise," jawab orang tersebut.

Sial! Kenapa harus dia yang muncul ketika ia ingin menghibur diri? Seharusnya ia pergi ke atap sekolah tadi. Namun apa boleh buat, yang terjadi biarlah terjadi. Sekarang mereka berdua di dalam kelas yang gelap itu.

"Kenapa kau disini? Tak bersama kekasihmu?" tanya Ran dengan mata yang masih ke arah api unggun.

"Aku baru saja dari sana," ucap Kise.

Kedutan empat siku langsung tercetak di pelipis gadis bermata amber itu, "Oh begitu," gumam Ran. 'Kenapa kau tak disana saja semalaman? Kenapa harus ke kelas? Dan kenapa pula aku ada disini?' batin gadis itu.

Kise menyeringai. Ia beruntung sekali. Padahal niatnya ia hanya ingin mengambil ponselnya yang ketinggalan di kelas. Kalau seperti ini jadinya, seharusnya sudah dari tadi ia ke kelas, "Kau sendiri? Kenapa tak ikut acara api unggun?"

Dengan cepat Ran menoleh ke arah Kise dan menatapnya dengan kesal, "Kau mau mengejekku, ya?"

Kise tertawa. Hal itu membuat tingkat kekesalan Ran terhadapnya bertambah, "Mana mungkin aku mengejek gadis sekuat dirimu. Bisa-bisa aku babak belur nanti."

Ucapan Kise sangat menusuk hati Ran. Ternyata pemuda yang ada di dekatnya ini sama dengan pemuda yang lain. Menilai dirinya hanya dari penampilannya saja. "Ya, memang. Aku ini gadis kasar, pemarah, suka menyuruh, dan menakutkan. Mana ada laki-laki yang menyukaiku," ucap Ran dengan dingin.

Perlahan Kise mendekati Ran, "Aku tak pernah bilang kalau kau kasar dan menakutkan. Kalau pemarah dan tukang suruh, itu mungkin. Lagipula, bukannya tidak ada yang menyukaimu. Tapi belum ada yang menyukaimu. Percaya akan diri sendiri dan cintailah dirimu, maka orang lain akan mencintaimu pada akhirnya," Kise menasihati gadis itu.

Ran nampak terkejut dengan ucapan Kise. Sangat jarang mendengar Kise mengucapkan kata-kata bijak, "Arigato atas saranmu," balas Ran singkat.

Kise mendengus lalu tersenyum. Gadis yang di depannya ini memang benar-benar unik. Ia tak pernah membuat Kise merasa bosan berada di dekatnya. Gadis yang cerdas serta tegas. Memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Ia sangat ditakuti siswa di kelasnya dan sangat dihormati oleh para siswinya. Namun, satu kata dari Kise untuk gadis yang ada di hadapannya itu: menarik.

Gadis itu sangat menarik dan unik. Kise tak pernah bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu. Yah, salah satu faktornya adalah dirinya yang paling menonjol diantara gadis-gadis di kelasnya dengan tinggi badannya itu. Entah mengapa ia akhir-akhir ini selalu menanti-nantikan waktu ke sekolah. Mungkin karena ia ingin bertemu dengan Ran. Perasaannya menjadi tenang dan dirinya sangat bahagia. Apakah ia telah jatuh hati pada Ran? Dirinya tidak tahu, tapi rasanya menyenangkan!


-Ai Ja Nai?-


-Kise X Fuyuki-


-Fin-


*Damaru: Diamlah

*Urusai: Bawel, berisik.

*Wakatta: Mengerti

*Kaichou: Ketua

*Chottomatte: Tunggu dulu

*Yare-yare: Ya ampun/ sudah, sudah

*Aho: Bodoh

.

Holla, minna-tachi!

Ini fic kedua yang menceritakan Kise dan OC pasangannya

Tapi sepertinya disini KAze membuat Kise menjadi masokis ya, hahaha

Bagaimana?

Senang sekali rasanya ketika hasrat untuk menulis di fandom ini terlaksanakan, walaupun sangat sepi dan tidak seperti fandom lain tempat Kaze nulis

Tapi keunikan karakter yang membuat Kaze semakin tertarik untuk berada disini

Kaze mau kasih spoiler nih

Buat chapter selanjutnya, akan Kaze tampilkan cerita Midorima dan OC pasangannya

(YAY! Akhirnya kekasih tertjintah Kaze muntjul) *tebar bunga* *tiup terompet*

Yosh, terus dukung Kaze untuk membuat fic yang lebih seru dan bagus lagi!

Adios!