Spoiled Prince

Disclaimer : om Masashi Kishimoto

Story by : Pinky Rain

Warning : AU, OOC, gaje, norak, alay, typo(s) beterbangan dimana-mana

Rated : T

Don't Like Don't Read

.

.

.

.


.

.

.

Weeerrr weerrr weeerrr

"Minggir! Minggir! Ups, maaf..." teriak seorang gadis bersurai merah muda yang kini sedang berlari dengan menggunakan sepatu rodanya. Tampak dia yang sedang berusaha menyalip orang-orang disekitarnya dan berusaha agar tak menabrak orang-orang tesebut.

Tak jarang orang yang dilaluinya kaget atau bahkan ada yang mengumpat. Dia tidak peduli. Sekarang yang ada di dalam kepalanya adalah sampai di sekolah secepat mungkin sebelum gerbangnya ditutup, mengingat dia yang sudah terlambat dari beberapa menit yang lalu.

Matanya memicing kala melihat pintu gerbang yang tinggal beberapa meter lagi di hadapannya. Dengan menarik napas dalam-dalam dia mengambil ancang-ancang. Dia melajukan kakinya yang mengenakan sepatu roda dengan kecepatan tinggi kemudian dengan menginjak pijakan batu besar dekat gerbang yang entah bagaimana ada di sana, dia lalu melompat melewati gerbang yang telah tertutup tersebut.

Namun iris viridian-nya membulat sempurna kala melihat sesuatu di depannya.

"Hei, menyingkir dari sana!" teriaknya pada seseorang yang sedang berjalan santai. Mendengar suara teriakan dari arah belakang, kontan dia langsung menoleh. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati seorang anak perempuan tengah terbang ke arahnya, dan...

Bruuuk

-jatuh menimpanya.

"Pendaratan sempurna." guman gadis merah muda tersebut sambil menjentikkan jari tengah dan jempolnya. Sedikit meringis karena sakit dia berdiri sambil membersihkan seragamnya yang kotor.

"Pendaratan sempurna katamu?" surai merah mudanya menoleh demi mendengar suara yang sarat dengan kemurkaan.

Tampak seorang lelaki dengan manik obsidian-nya yang menatap tajam serta aura neraka yang menguar di sekelilingnya.

"Kau menimpaku, dan kau bilang pendaratanmu sempurna? Yang benar saja kau preman pinky!" amuk lelaki itu.

"Apa kau bilang? Dasar pantat ayam! Salahmu sendiri yang tadi tidak segera menyingkir dan malah berdiri di situ!" gadis itu tak mau kalah. Mendengar dia yang dikatai 'preman pinky', tentu saja malah membuat sang gadis jadi emosi.

"Kau... bukannya minta maaf..."

"HEI SAKURA! BERHENTI KAU DI SANA!" interupsi seseorang dari arah berlawanan.

"Oh.. gawat!" gadis yang di panggil Sakura itu berdiri kemudian secepat kilat berlari meninggalkan anak lelaki yang masih terduduk di sana.

"HEI! MAU LARI KEMANA KAU SAKURA?" disusul kemudian seorang pria bermasker yang sepertinya seorang guru tersebut sambil membawa sebilah bambu kecil, mengejar Sakura yang sudah kabur entah kemana.

"Cih." pemuda yang ditinggalkan itu mendecih sambil berdiri dari posisi duduknya. Tanpa sadar dia mengepalkan kedua tangannya. Ada rasa perih saat dia melakukannya. Dia melihat telapak tangan kanannya sejenak. "Kau berhutang padaku preman pinky." imbuhnya sambil menyeringai.

.

Sakura POV

Aku melajukan sepatu rodaku dengan kencang. Tak kupedulikan lelaki yang baru saja aku tabrak. Aku harus segera kabur dari sini sebelum Kakashi-Sensei menangkapku. Entah hukuman apa yang akan kudapat kali ini jika aku berhasil tertangkap.

Aku melihat ada sebuah belokan di depan sana. Dengan sedikit mengurangi kecepatan aku berbelok. Tapi mataku membulat kala melihat Kakashi-Sensei sudah berdiri di sana. Kumiringkan kakiku untuk memperlambat laju sepatu rodaku, kemudian berbalik untuk bergegas pergi. Tapi...

"Mau kemana kau?"

"Heekh."

-terlambat.

Kakashi-Sensei sudah keburu menangkapku, dan menarik kerah seragamku dengan paksa. Jadilah sekarang aku diseret olehnya.

"Lepaskan aku Kakashi-Sensei." rontaku.

"Tidak akan." Kakashi-Sensei terus menyeretku sampai akhirnya kita sampai di ruang guru. Kakashi-Sensei kemudian duduk di kursi kerjanya sambil melepaskan cengkeraman pada kerah seragamku. Sedangkan aku berdiri dihadapannya.

"Kau ini selalu saja membuat masalah Sakura. Kau selalu datang terlambat. Dan apa-apaan penampilanmu itu?" omel Kakashi-Sensei.

Aku menilik pada pakaianku. Tidak ada yang aneh menurutku. Aku memakai seragam sekolah seperti anak-anak yang lainnya. Dengan tambahan celana training yang aku dobel di dalam rok sekolahku.

"Memangnya ada apa dengan penampilanku Sensei? Tidak ada yang aneh kok." aku menatap heran Kakashi-Sensei.

"Kau tau kan Sakura. Tidak boleh memakai training jika tidak sedang olahraga. Sudah berapa kali aku katakan padamu?"

"Tapi begini kan lebih sopan Sensei." kilahku sambil mengacungkan jari telunjuk.

Praak

"Ittai.."

Dan sebuah kipas lipat mendarat mulus di kepalaku. Entah dapat darimana kipas itu.

"Jangan banyak alasan. Sekarang apa alasanmu terlambat?"

"Perjalananku ke sekolah sungguh panjang Sensei. Begitu banyak rintangan yang menghadang. Tadi saat aku sedang berjalan santai tiba-tiba ada seorang nenek yang sedang kesusahan. Saat aku menghampirinya untuk menolongnya ternyata dia adalah alien yang sedang menyamar. Aku kemudian di culik oleh alien itu dan di bawa ke planet para alien itu tinggal. Tapi sebelum mereka berhasil mencuci otakku, aku berhasil kabur dan aku lari sekencang-kencangnya dengan sepatu rodaku hingga akhirnya aku sampai di se-..."

Praaak

"-ittai..."

Untuk kedua kalinya kipas lipat itu mendarat di kepala merah mudaku. Aku mengelus kepalaku sambil mengerucutkan bibir.

"TIDAK ADA YANG NAMANYA ALIEN SAKURA. KATAKAN DENGAN JUJUR APA ALASANMU TERLAMBAT?" amuk Kakashi-Sensei. Sepertinya dia sudah hilang kesabaran.

"Aku bangun kesiangan Sensei." akuku pasrah.

Kakashi-Sensei menghela napas berat. "Sudah kuduga. Baiklah. Sekarang kau kuhukum membereskan buku-buku di perpustakaan dan hari ini kau kutugaskan untuk membantu Shizune di sana selama istirahat. Apa kau mengeti?" titahnya.

"Aku mengerti Sensei."

"Sekarang kembalilah ke kelas." kemudian aku berjalan meninggalkan meja Kakashi-Sensei. "Dan cepat lepaskan sepatu rodamu itu Sakura, tidak boleh berjalan di koridor dengan sepatu roda. Juga trainingmu itu." tambahnya.

"Iya." jawabku sebal lalu berjalan meninggalkan ruang guru untuk menuju kelas.

.

Normal POV

Sakura berjalan perlahan menuju ke kelas setelah melepas sepatu rodanya. Tanpa repot-repot melepas celana training yang dikenakannya.

Sebenarnya dia sebal harus menerima hukuman itu. Tapi mau bagaimana lagi, Kakashi-Sensei itu orang yang sangat tegas. Entah sudah berapa kali dia menerima hukuman dari guru berambut perak itu. Dan entah bagaimana pula Kakashi selalu bisa menangkapnya setiap kali dia berusaha melarikan diri.

Tanpa sadar dia sudah sampai didepan kelas. Sebelum memasuki kelasnya dia melepas celana training yang dipakainya. 'Daripada nanti hukumannya bertambah', pikirnya. Kemudian memasukkannya dalam tas.

Greek

Gadis bersurai merah muda itu membuka pintu kelasnya, yang otomatis semua mata tertuju padanya, begitu pula guru yang sedang mengajar. Dengan cuek tanpa memerhatikan tatapan teman-teman sekelasnya, Sakura berjalan mendekati meja guru.

"Gomen Sensei, saya terlambat." ucapnya.

"Apa kau dari ruangan Kakashi?" tanya guru itu.

"Iya." jawab Sakura singkat.

"Ya sudah kau boleh duduk." titahnya. Tanpa banyak bicara Sakura kemudian berjalan menuju tempat duduknya berada.

Dihempaskannya pantatnya pada kursi itu dan melepas tasnya kemudian menaruhnya di sandaran kursi. Gadis buble gum itu mengambil buku pelajaran dan mulai membukanya.

"Hei, jidat. Kali ini hukuman apa yang kau dapat?" tanya gadis berambut blonde di sampingnya. Dia sudah sangat hapal dengan kelakuan Sakura yang sering terlambat itu.

"Membereskan buku-buku di perpustakaan. Aku juga di suruh membantu Shizune-Sensei selama istirahat." terang gadis merah muda itu. Gadis di sampingnya hanya ber'oh' ria.

"Apa kau tidak bosan selalu dihukum, Sakura?"

"Tentu saja aku bosan, Ino." jawab Sakura sebal.

"Tapi nyatanya kau tidak pernah bosan terlambat." cibir gadis bernama Ino tersebut. Sakura memutar bola matanya bosan. Ia terlalu malas menanggapi ocehan sahabatnya itu.

Sebenarnya alasan Sakura terlambat adalah karena dia harus berkerja di dua tempat demi menghidupi dirinya yang tinggal sebatang kara. Ayahnya yang hobi minum-minuman kabur bersama wanita simpanannya. Sedangkan ibunya meninggal saat dia masih duduk dibangku SMP. Keadaan yang memaksanya untuk bekerja di dua tempat, mengingat biaya hidup jaman sekarang sangatlah mahal.

Sepulang sekolah dia bekerja menjaga toko buku sampai jam 6 sore, setelah itu dia bekerja di sebuah cafe sampai jam 11 malam. Sepulang dari bekerja dia masih harus belajar agar beasiswanya tidak di cabut lantaran nilainya yang menurun. Barulah pada tengah malam dia baru bisa beristirahat, dan akhirnya harus bangun kesiangan.

Dia tidak pernah mengeluh dengan hidupnya yang seperti itu. Dia bahagia dan dia sangat menikmatinya, meskipun terkadang dia merasa sangat lelah dan ingin melarikan diri. Tapi dia sadar semua itu tidak akan merubah apa pun.

.

.

.

Sakura berhenti disebuah ruangan dengan papan bertuliskan 'PERPUSTAKAAN' pada bagian atas pintunya. Langsung saja dia memasuki ruangan itu. Di sana duduk seorang wanita dengan rambut hitam pendek sedang membolak-balikkan kertas.

"Permisi Shizune-Sensei." sapanya begitu dia sudah berada di hadapan Shizune. Wanita yang dipanggil mendongak.

"Oh Sakura. Ada perlu apa?" tanya Shizune sambil tersenyum pada Sakura.

"Ano... aku mendapat hukuman dari Kakashi-Sensei untuk membereskan buku-buku di perpustakaan." terang Sakura.

"Oh begitu. Baiklah, kau bisa mulai dari sana Sakura." tunjuk Shizune pada sisi kanan ruangan. Sakura berjalan mengikuti instruksi Shizune.

Emerald-nya melotot demi melihat tumpukan buku-buku yang sangat berantakan. Memang, para siswa yang habis meminjam buku meletakkan secara asal-asalan buku tersebut di rak tanpa di susun kembali. Sehingga buku itu jadi berantakan.

Dengan malas Sakura mulai membereskan buku-buku itu sesuai dengan jenis buku yang tertera pada rak. Dia mengutuki Kakashi-Sensei yang telah memberinya hukuman ini. Hei, ini adalah salahmu yang datang terlambat Sakura.

.

.

.


Teet teet teet

Bel berbunyi. Menandakan sekolah telah berakhir. Semua murid segera berhamburan keluar kelas setelah guru mengakhiri pelajaran. Sakura mengambil celana trainingnya ditas dan memakainya. Dia memang selalu memakai training, tanpa peduli penampilannya akan menjadi aneh bagi orang lain yang melihat. Dia merasa lebih nyaman begitu. Menurutnya, dengan celana training itu dia bisa bergerak lebih bebas.

"Sakura, ikut kami karaoke yuk." ajak Ino, ketika Sakura tengah membereskan buku-bukunya.

"Aku tidak bisa Ino, aku harus bekerja." tolaknya. Ino mendengus sebal.

"Selalu saja begitu. Apa tidak bisa kau bolos sehari?" paksanya. Ino tau kehidupan Sakura yang serba sulit dan dia juga tau Sakura harus bekerja di dua tempat untuk biaya hidupnya. Tapi dia juga ingin Sakura merasakan senangnya bermain dan kumpul-kumpul bersama teman. Dia ingin Sakura merasakan indahnya masa muda.

"Tidak bisa, nanti gajiku di potong." Sakura bersikeras. Akhirnya Ino menyerah dan pergi meninggalkan Sakura bersama teman-teman yang lainnya.

Sakura hanya bisa menghela napas melihat kepergian Ino. Sebenarnya dia ingin ikut. Sangat ingin. Tapi keadaan tidak mengijinkannya.

Gadis gulali itu berjalan menuju loker tempatnya menaruh sepatu dan sepatu rodanya. Setelah berganti sepatu dan memakai sepatu rodanya, dia berjalan meninggalkan area sekolah yang mulai sepi. Semilir angin menerbangkan rambut gulalinya yang terurai panjang sepunggung ketika dia memacu sepatu rodanya dengan kecepatan sedang. Namun langkahnya terhenti demi melihat orang-orang dengan setelan serba hitam yang menghadangnya. Sakura memutar kakinya menjadi miring agar bisa mengerem laju sepatu rodanya. Setelah berhenti, dia menatap bingung pada orang-orang yang kini menghalangi jalannya.

'Siapa orang-orang ini? Dan mau apa mereka?' tanyanya dalam hati.

"Mau apa kalian berdiri di situ? Aku mau lewat." tanya Sakura. Di hadapannya berdiri lima orang pria berbadan besar dan memakai setelan hitam. Tak ayal membuat Sakura sedikit bergidik ngeri.

Pria yang berada di posisi tengah menyingkir dan menampakkan seorang pemuda dengan iris jelaga-nya yang siap menelan apa saja yang ada di hadapanya. Dia berjalan mendekati Sakura yang masih terpaku atas apa yang baru saja dilihatnya.

"Halo preman pinky." ucapnya sembari menyeringai.

"K-kau!" Sakura yang tersadar langsung mengenali siapa pemuda itu. Pemuda yang ditabraknya tadi pagi. "Mau apa kau?" tanyanya penuh emosi. Dia kesal karna dipanggil 'preman pinky'.

Lagi-lagi pemuda itu menyeringai. "Bawa dia!" titahnya pada kelima pria berbadan besar tadi yang ternyata adalah bodyguard.

Dengan segera kelima bodyguard mendekati Sakura. Dua diantaranya langsung mengangkat tubuh Sakura, masing-masing mengangkat lengan mungil miliknya.

"H-hei, apa-apaan ini. Lepaskan aku!" Sakura meronta-ronta. Kakinya yang melayang menendang-nendang udara berusaha melepaskan diri, namun tak berhasil.

.

Sakura POV

Aku tengah duduk di sebuah sofa dengan lima orang pria yang mengenakan setelan hitam mengelilingiku. Sementara dihadapanku sedang duduk lelaki dengan rambut raven dan mata jelaganya. Sekarang aku sedang berada di dalam rumah mewah setelah tadi dibawa paksa oleh orang-orang yang tidak kukenal. Aku bahkan masih mengenakan sepatu rodaku. Aku merasa seperti penjahat yang telah melakukan tindak kriminal.

"Mau apa kau membawaku kemari pantat ayam?" tanyaku kesal.

"Kau harus bertanggung jawab preman pinky." ujarnya dengan tatapan stoic-nya.

"Tanggung jawab? Tanggung jawab untuk apa?" memang apa salahku sehingga aku harus bertanggung jawab?

"Karna aku terluka." jawabnya.

"Hah?" aku masih belum mengerti. Kemudian dia menunjukkan kedua telapak tangannya yang terbalut perban.

"Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas lukamu itu?"

"Karna kau yang menabrakku tadi pagi." aku terdiam. Masa' sih cuma gara-gara begitu saja dia sampai terluka. "Kau harus bertanggung jawab dengan menjadi pelayanku selama satu bulan." lanjutnya yang sukses membuatku melebarkan iris emerald-ku.

"Tu-tunggu, kenapa aku harus..."

"Apa kau tau, tanganku ini adalah aset yang sangat berharga. Aku tidak akan bisa melukis kalau tanganku terluka pinky." potongnya sambil melipat tangan di dada.

"Jadi kau harus bertanggung jawab merawatku selama satu bulan. Itu hukuman karena kau sudah membuatku terluka." imbuhnya.

"Apa-apaan itu, aku tidak mau." tolakku.

Cklek

Aku merasakan ada sebuah benda dingin yang menyentuh pelipisku. Saat kulirik dengan ekor mataku ternyata adalah sebuah pistol. Aku menelan ludah. Hei, bukankah ada larangan membawa senjata api?

"Apa kau masih sayang dengan nyawamu, preman pinky?" tidak perlu dijelaskan siapa yang mengatakan itu.

"Hei, sabar tuan-tuan. Kita cinta damai kan." dengan tubuh gemetar aku mencoba menenangkan mereka, terutama diriku sendiri. Kemudian mereka menurukkan pistolnya setelah diberi kode oleh tuan mereka. Aku bernapas lega.

"Jadi... kau mau kan menjadi pelayanku?" tanyanya. Tapi menurutku terdengar seperti ancaman.

"Baik baik. Hanya sebulan kan. Akan aku lakukan." karna aku masih sayang nyawa. Kulihat dia menyeringai. Dasar manusia licik. Awas kau pantat ayam sialaaaan!

.

Nornal POV

"Aku haus. Ambilkan aku minum." perintah pemuda itu.

"Aku tidak mau. Ambil saja sendiri." tolak Sakura.

Cklek

Dan sebuah pistol kembali menghunus kepala Sakura. Dia menelan ludah. 'Astaga, sepertinya aku akan mati muda', batinnya.

"Tanganku kan sedang sakit pinky, aku tidak bisa memegang gelas." terangnya pura-pura memelas. Tadi kau begitu sadis, sekarang memelas, eh?

"Baik. Kau mau minum apa?" para bodybuard itu kembali menurunkan pistolnya.

"Aku mau jus tomat. Tidak usah pakai gula." serunya. Dan dengan terpaksa Sakura menuruti kemauannya demi menyambung nyawa.

"Kalian boleh pergi." terdengar lelaki itu memerintahkan bodyguard-nya untuk pergi.

"Baik, Sasuke-sama." tanpa menunggu lama orang-orang dengan setelan hitam itu pergi meninggalkan tuan mudanya yang ternyata bernama Sasuke itu.

Tak berapa lama Sakura kembali dengan membawa segelas jus tomat. Dia letakkan jus itu di atas meja. Namun Sasuke sama sekali tak menyentuhnya.

"Kau bilang tadi haus. Kenapa tak meminumnya?" tanya Sakura.

"Kau harus meminumkannya preman pinky, kau lupa tanganku sedang terluka." Sasuke kembali memelas. Tentu saja itu hanya pura-pura.

"Kudoakan tanganmu benar-benar hilang agar kau tidak bisa minum selamanya." dumel Sakura sambil meminumkan jus tomat pada Sasuke.

"Dan kau akan menjadi pelayanku selamanya." sahut pemuda raven itu kemudian menandaskan jus tomat yang dibuat Sakura.

Setelah Sasuke menghabiskan jusnya, Sakura kemudian membawa gelas kotor itu ke dapur kemudian mencucinya. Setelah itu dia kembali lagi ke ruangan dimana tadi Sasuke berada kemudian duduk di sofa yang berada seberangnya. Nampak Sasuke yang masih duduk santai tanpa menghiraukan kedatangan Sakura. Cukup lama mereka terdiam hingga Sasuke buka suara.

"Pinky, aku ingin mandi. Mandikan aku ya." celetuknya.

Emerald Sakura melebar sempurna. "HEEEEEE...?"

.

.

.

TBC

.

.

.

.


halu halu aku kembali lagi ^^

ini fic ketiga ku. gimana cerita ny? pasti pasaran bgt ya?

aku gk pintar bikin pembukaan sebuah cerita, mw ny lgsg tengah2 gt, hehehe.. #plak

bagi yang berkenan silahkan baca fic ini, kalo gk berkenan back aja gpp #nangis

jgn lupa ripiu ya, kalo bnyk yg minta lanjut aku akan melanjut kn fic ini, tp kalo gak ada ya aku akan tetap lanjut, hahaha #digampar readers

sampai jumpa lagi :D