Prologue
Udara terasa dingin, jalan yang seharusnya berwarna merah muda sekarang tertutup oleh warna putih
"salju"
Aku berjalan, sambil menatap kosong ke langit yang telah berubah menjadi gelap dan sekarang, aku berjalan sendirian, tidak kutemui satu orang-pun di jalan. Aku berencana untuk pergi ke café untuk menghangatkan diri.
DRRRTT…DRRRRT
Ponselku bergetar, aku membukanya dan melihat nama yang ada di layar serta tersenyum. Aku mengangkat telponnya dan hendak berkata 'halo',tapi rencana berubah setelah seseorang membekap mulutku. Padanganku mulai buram dan mataku tertutup.
'apa yang terjadi?lebih pentingnya, apa yang akan terjadi padaku?'
Aku mulai membuka mata, lantai terasa dingin, seperti tergeletak di ranjang es. Aku berada dalam suatu ruangan yang benar-benar kosong, hanya ada satu pintu. Jika aku terus disini, aku akan mati kedinginan, maka aku putuskan untuk mencari jalan keluar.
Tapi…..
Tak ada gunanya, aku benar-benar tidak tau dimana aku, aku tinggal sendirian, tidak ada saudara, tidak ada ayah, juga tidak ada ibu. Jadi jika aku memang mati beku di sini, tidak akan ada yang tahu…
'dimana…ponselku..?...sial, aku menjatuhkannya di jalan.'
Di saat itu juga aku menggulung diriku seperti bola, aku sudah tidak memiliki harapan lagi… aku hanya bisa berharap suatu keajaiban untuk terjadi…
Tubuhku mulai susah untuk digerakan dan pandanganku benar-benar buram, aku hendak menyerah ketika…
Pintu terbanting buka
BRAKKK
Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat orang yang di pintu itu.
Karena…yang aku lihat adalah sosok yang familiar, sosok seseorang laki-laki dengan rambut merah yang membawa gunting di tangannya.
'Akashi…'
Kemudian, aku kehilangan kesadaran dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya