Ha- *digebuk readers*

Readers: NAK! LU BELOM SELESAI FF LAIN UDAH BIKIN BARU LAGI?!

Kaien: SALAHKAN AYAKASHI DAN OTAK GUE YANG CUMA BISANYA PLOT BUNNY!

Oke, ff ini seperti yang ada di dialog gaje di atas, memang terinspirasi dari game Ayakashi (bagi yang punya andro/iPhone dan belum maen gamenya, download dan masukan pin invitation ini ya~ : 961828116574 *digebuk*) dan mungkin sedikit anime Tokyo Ravens karena mereka berdua itu intinya tentang para Ghost Agents aka Onmyouji~. Saking ga nahan, gue akhirnya nulis aja deh ff ini dan… maaf ff lain terlupakan….

Saking trauma sama hiatus dan discon, akhirnya saya putuskan ini ff paling kurang dari 20 (semoga cuma 12-13 kayak anime belakangan ini…).

Disclaimer: Sengoku Basara is not mine. Reference were taken from Ayakashi Ghost Guild and Tokyo Ravens.

Pairing: IeMitsu. Ya, saya akhirnya menghianati DateSana? :v

Warnings: Ayakashi modern-fantasy AU, karakter basara bisa magis (bukannya di aslinya aja mereka udah kayak FT aja pake elemen meski bukan magic ala FT?), sho-ai (siapa tau bisa naik ke yaoi?), Masamune's legendary Engrish dan banyak warnings yang males di-list.


Ch. 0: Onmyouroku

Musim semi Tokyo tahun ini adalah yang terindah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lautan kelopak merah muda menyelimuti sebagian daerah kota Tokyo, paling ramai adalah di area taman dan jalur hijau. Angin berhembus lembut melintasi kota, membawa kelopak yang sudah tidak kuat berteger pada dahannya terseret bersamanya kemanapun angin membawa.

Bagi muda-mudi yang berpasangan, ini adalah saat yang paling indah untuk bersenang-senang bersama orang yang mereka cintai. Tidak terbatas pada muda-mudi saja, mereka yang sudah menikah, berkeluarga dan juga yang lansia pun menikmati musim semi.

Namun bagi anak-anak sekolah tentulah ini artinya awal semester baru. Dan di awal semester baru jika terlambat bisa-bisa membekaskan reputasi yang cukup buruk. Itulah mengapa dengan peduli setannya Date Masamune, seorang murid kelas 2-1 disertai Tokugawa Ieyasu yang adalah junior kelas 1-1 dari Akademi Onmyouroku atau yang lebih dikenal sebagai Ghost Guild sekarang sedang mati-matian membangunkan seorang temannya yang paling sulit untuk dibangunkan, Maeda Keiji.

"Oi…! Keiji…!" seru Ieyasu dari luar pintu kayu pembatas koridor dengan kamar dorm Keiji. Tiga detik kemudian, pintu masih belum terbuka.

"OI, VAGABOND!" hardik Masamune, terlampau kesal karena sudah lima belas menit berusaha membangunkan si Vagabond, masih saja tidak ada tanda-tanda kehidupan yang keluar dari balik pintu ini.

"GET YOUR ASS OUT OF THERE, WILL YA'?!" sekali lagi, tidak ada jawaban. Masamune segera mengepalkan tangan kanan, bersiap dalam pose bertarung khasnya.

"Do-Dokuganryuu!"

"Jangan halangi aku, Ieyasu! Pasti dia masih asleep! Tidakkah kau tahu sekarang sudah seven?!" geram Masamune.

"Tapi-"

Tanpa aba-aba ataupun menunggu Ieyasu menyelesaikan sebaris kalimat itu, langsung dilayangkannya bogem…

"Kreeekk…"

Bertepatan dengan dibukanya pintu dorm. Sayang sekali Masamune tidak ada niat untuk menghentikan layang tinjunya sedikitpun.

"BUAKH!"

Alhasil, tinjunya mendarat telak ke wajah Keiji, ia sampai terpelanting masuk ke dalam, tersungkur di atas lantai. Square to face, literal. Fist to face, technically.

"Keiji!" segera Ieyasu menghampiri murid kelas 2-5 yang nasibnya sudah naas di pagi musim semi ini yang adalah hari pertama mereka kembali masuk sekolah setelah libur panjang. Ieyasu memeriksa kondisi Keiji yang masih belum bangkit dari posisinya sekarang. Setelahnya ia menatap Masamune, berkata 'Sudah kubilang jangan pakai kekerasan' melalui kontak tersebut.

Masamune mengangkat bahu sebagai respon. "Not my fault, dude," balasnya enteng.

Ringisan Keiji membuat kedua temanya menoleh. "Ah… tinjumu kuat sekali, Dokuganryuu," katanya –setengah memuji– sembari bangkit. "Hasil didikan Ryuu no Migime, sih…," sambungnya. Tangan kiri mengusap hidungnya yang telah menjadi sasaran telak hunusan tadi.

"Daripada waste our time here, lebih baik segera run like hell ke Onmyouroku atau kita akan meninggalkan bad reputation di hari pertama," Masamune menghela nafas, kemudian berbalik mengambil tas yang sedari tadi ada di atas lantai lalu bergegas menuju evalator, meninggalkan kedua temannya di belakang. "Oi, come on!" seru Masamune, menyadarkan kedua orang yang rupanya masih sedikit lamban usai insiden kecil barusan. Ieyasu dan Keiji segera menyusul Masamune ke dalam evalator.

"Chousokabe sudah 'menghianati' kita dengan meninggalkan kita di sini! Akan kubuat perhitungan padanya!" gertu Masamune, mengingat kejadian tadi pagi saat mereka hendak pergi untuk membangunkan Keiji, mata kiri menatap jam arloji yang baru saja dibelinya tiga bulan lalu. "Ini semua salahmu, Ieyasu. You're to blame."

Sementara Ieyasu hanya bisa tertawa renyah, mengusap bagian belakang lehernya. "Tetapi kita tidak bisa meninggalkan seorang kawan di belakang, bukan?"

"Jika itu demi agar tidak kehilangan tiket makan siang nanti aku rela," balas Masamune, terdengar dingin di telinga temannya.

"Jahat sekali, Dokuganryuu," Keiji miris.

"Shut up, Vagabond. Don't mess up with my lunch."

Bunyi evalator pertanda telah sampai di lantai yang dituju berbunyi dan pintu elevator pun terbuka perlahan. "Speed up jika tidak mau tertangkap, Ieyasu, Maeda," pesan Masamune. Kata-kata Inggris yang digunakan oleh si Dokuganryuu nampaknya membuat mereka agak tidak ngeh, tergambar jelas dari kedua alis yang mengerinyit. Masamune menghela nafas.

Segera setelah pintu terbuka penuh, Masamune berlari cepat keluar bagai ninja, bahkan sampai melompati pagar railing tangga ala parkour agar cepat sampai di tujuan. Ieyasu dan Keiji kehabisan kata-kata.

"Uh… sepertinya kita harus benar-benar secepat itu jika tidak mau dapat masalah," saran Keiji. Dan dalam seketika, kedua murid yang tertinggal tersebut berlari secepat yang sepasang kaki mereka dapat lakukan.

Sesampainya kedua orang tersebut di depan gerbang akademi, mereka disambut oleh pemandangan sepasang murid kelas dua yang sama-sama memakai eyepatch sedang bertarung... hendak bertarung lebih tepatnya. Masamune sudah siap membuka kotak yang tergantung di sabuk pinggang sementara tangan kanan Motochika siap mengeluarkan selembar kartu dari dalam saku celana.

"Damn you, Chousokabe! Beraninya kau 'menghianati' kami –di hari pertama!"

Motochika pun tak kalah nyolot menanggapi, "Jika terlambat maka tiket makan siang akan lenyap bagai tersapu laut Settsu. Tentunya aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."

"Lagipula kau punya kepala pelayan-merangkap-petarung itu yang bisa memasak makan siangmu," sambung Motochika, menghela nafas atas bagaimana beruntungnya Masamune mendapatkan sebuah kartu yang begitu berguna.

"Oi, Dokuganryuu~" Keiji berjalan mendekat. "Daripada mempermasalahkan soal 'kau menghianati kami', bagaimana kalau kita segera tancap gas?" Keiji menunjuk gerbang Onmyouroku yang hendak ditutup.

"Shit!" tak ayal bermodalkan kata 'Shit!' dari mulut Masamune tadi sebagai aba-aba, keempat sekawan tersebut langsung berlari kencang secepat angin. Untung saja mereka berhasil masuk tepat sebelum pintu tertutup rapat.

Keempatnya duduk di atas karpet merah, mengatur nafas mereka yang sudah memburu akibat lari-larian tadi; apalagi Masamune, Ieyasu dan Keiji yang sudah berlari sejak awal.

"Damn it! Ini adalah first day dan nasib sudah seperti ini!" Masamune menyeka keringat di dahinya, berlanjut menatap ketiga kawannya dengan tajam.

Ieyasu bangkit, membantu yang lainnya untuk berdiri. "Kita sudah terlambat lima belas menit. Berterima kasihlah pada keterlambatan tutupnya gerbang kali ini kita masih diizinkan masuk," katanya sembari mengambil tas dari lantai.

Mereka kembali melanjutkan jalan ke kelas masing-masing setelah melakukan sedikit rapih-rapih. Ieyasu berpisah dengan yang lainnya di lantai tiga karena itulah lantai dimana kelasnya berada sedangkan para seniornya satu lantai di atas.

Onmyouroku adalah sebuah akademi terkenal yang terletak di jantung kota Tokyo. Dan hanya ada satu di seluruh Jepang. Akademi ini dari luar terlihat seperti akademi biasa yang ada pada umumnya, namun sebenarnya di sinilah para manusia yang memiliki kekuatan untuk memanggil daemon, biasa dikenal sebagai Summoner berkumpul dan belajar untuk mengendalikan kekuatan mereka, mempergunakannya untuk 'membersihkan' daemon dari aura negatif. Para Summoner dari akademi ini dinamakan sebagai Onmyouji (Ghost Agents). Dari seluruh Onmyouji yang ada, dibagi menjadi empat kelas yaitu Amateur, Prodigy, Expert dan sebuah kelas spesial untuk mereka yang berketurunan bangsawan, Nobleman.

Meskipun Onmyouroku adalah akademi yang terkhususkan untuk para Onmyouji, bukan berarti mereka yang tidak memiliki kekuatan tersebut tidak bisa masuk. Maeda Keiji adalah salah satu dari mereka yang tidak berkekuatan atau lebih dikenal sebagai kelompok Non-Agents. Keiji diterima oleh sekolah ini karena kemampuan negosiasinya yang tinggi. Prestasinya yang paling menakjubkan adalah ketika lima bulan yang lalu Onmyouroku diserang oleh sekelompok Phantom. Setelah 'dibersihkan', Onmyouroku memandang mereka sebagai daemon yang cukup berguna sehingga bernegosiasi dengan mereka, namun menemui kegagalan. Maeda Keiji tampil sebagai negotiator, dan berhasil membujuk mereka untuk bekerja sama dengan Onmyouroku. Sejak saat itu Keji diterima sebagai murid baru dan mendapatkan gelar 'Negotiator'.

Onmyouroku juga menerima beberapa murid yang ternyata adalah daemon. Tentunya, daemon yang sudah dinyatakan 'bersih' dari aura negatif. Kebanyakan dari mereka berasal dari kelas Divina, kelas daemon para spirit legendaris seperti pejuang dan dewa-dewi banyak ditemukan. Karena penampilan mereka yang mencolok, mereka diharuskan berada dalam wujud manusia.

Sesampainya di depan pintu kelas, Ieyasu mengetuk terlebih dahulu, kemudian masuk setelah mendapatkan balasan 'Masuklah' dari dalam kelas. Ia menggeser pintu, mendapati kelasnya yang sedang melangsungkan pelajaran pemanasan. Ia tidak tahu pelajaran apa yang sedang berlangsung ini, sampai ia melihat angka-angka di papan. Guru yang mengajar adalah seorang wanita berambut coklat muda dengan panjang sebahu, tingginya sekitar 170 cm dan terlihat jelas dari postur berdiri serta tampangnya bahwa ia adalah wanita yang tegas dan berjiwa pemimpin.

"Tokugawa Ieyasu, benar?" tanyanya.

Ieyasu mengangguk. "Maaf atas keterlambatanku!" ia membungkuk. "Aku harus membangunkan seorang kawanku," jelasnya mengenai mengapa ia terlambat.

Guru itu mengangguk sekali. "Baiklah karena ini hari pertama, kau kumaafkan. Tetapi mulai minggu depan, jika kau terlambat lagi, kau tidak boleh mengikuti pelajaranku selama satu hari tersebut, paham?"

Ieyasu mengangguk. Guru itu mempersilahkan Ieyasu memperkenalkan diri pada anggota kelasnya kemudian menyuruhnya duduk di bangku yang tersisa, letaknya di baris ke-4 dari lima baris yang ada. Posisinya lumayan dekat dengan jendela, Ieyasu merasa bahwa tempatnya ini cukup baik.

"Baiklah, karena Tokugawa terlambat, aku akan memperkenalkan diri sekali lagi secara sekilas," wanita tersebut menulis namanya pada papan tulis di belakangnya dengan kapur. "Namaku Saica Magoichi. Untuk tahun mengajar ini, aku adalah wali kelas sekaligus guru fisika kalian. Keterlambatan tidak ada di dalam kamusku jadi jika kau terlambat, kau tidak diperbolehkan mengikuti pelajaranku pada hari tersebut!" tegasnya.

"Tokugawa, kau tertinggal tiga bahasan rumus hari ini. Kau bisa pinjam dari yang lain."

"Ya, Saica-sensei."

Ieyasu mengeluarkan buku catatan beserta peralatan tulis dari dalam tas. Kemudian ia mengenakan kacamatanya. Sepanjang pelajaran berlangsung, tidak ada murid yang berbicara kecuali untuk bertanya dan menjawab sehingga membuat Ieyasu bisa fokus semaksimalnya. Selesai membahas sedikit materi untuk satu bab, Magoichi memberi muridnya latihan untuk dikerjakan, ingin melihat seberapa paham murid-muridnya di hari pertama ini.

Ieyasu menoleh ke murid perempuan di sebelah kanannya, dan berkata, "Maaf. Apakah aku boleh meminjam catatanmu? Aku sempat tertinggal."

"Tidak masalah!" murid perempuan itu memberikan catatannya pada Ieyasu.

Ieyasu menerima catatan tersebut. "Ah, terima kasih…"

"Tsuruhime!" murid perempuan itu memperkenalkan diri, senyum lebar dipasang di wajahnya.

Perempuan bernama Tsuruhime itu berambut coklat pendek, memiliki sepasang mata coklat dan berkulit kuning langsat. Penampilannya biasa saja namun gadis ini berhati emas. Tsuruhime adalah salah seorang dari murid daemon kelas Divina. Ia adalah daemon yang lahir dari harapan dalam origami burung bangau legenda Senbazuru atau Seribu Burung Bangau.

"Tokugawa Ieyasu. Senang berkenalan denganmu, Tsuruhime! Mohon kerja samanya!"

Tsuruhime mengangguk semangat. Magoichi yang melihat keributan kecil di belakang kelas langsung menegur kedua murid yang baru saja berkenalan. Ieyasu dan Tsuruhime segera mengerjakan latihan yang telah diberikan.

Sejalan dengan cerita Ieyasu, Masamune dan Motochika nampaknya sedikit tidak beruntung. Bukannya karena mendapatkan hukuman atas keterlambatan mereka, namun pelajaran pertama di hari pertama ini adalah…

Sebuah pelajaran yang menurut mereka sangat tidak penting dengan pengajarnya adalah Zabii.

"Sial! Harusnya kita bolos saja hari ini!" Motochika memendamkan wajahnya pada permukaan tasnya di atas meja. Masamune bersandar pada kursi, tangan kiri memutar-mutar penanya sambil dengan malas menatap keluar jendela.

"Chousokabe-san, kau tidak boleh tidur saat pelajaran! Dan Date-san, tolong perhatikan pelajaran yang sedang berlangsung!" tegur Zabii dengan suara yang sangat tidak enak didengar di kuping kedua remaja bermata satu tersebut. Keduanya spontan menggertu, merutuki nasib hari ini. Terlambat, dan pelajaran pertama –dia!

"Damn it! Sekarang aku menyesal telah membela run like hell hari ini," Masamune mematahkan penanya.

"Masamune-sama, tolong jangan lampiaskan kekesalan Anda pada pena," kartu yang ada di sebelah buku catatannya berbicara.

"Tinggal beli lagi nanti," balasnya enteng. Sebuah desahan pasrah terdengar dari selembar kartu itu.

Bagaimana dengan Maeda Keiji? Pada hari pertama yang diawalinya dengan sebuah kenaasan, ia malah diakhiri dengan sebuah keberuntungan. Tidak ada guru yang mengajar untuk pelajaran pertama hari ini, seakan memperbolehkan Keiji untuk tidur lagi. Dan tidurlah dengan nyaman ia bermodalkan meja sebagai bantal.

TBC...


RnR sangat diapresiasi! ^o^)/