Gomennasai
Presented by Naurovhy
Disclaimer : Naruto Masashi Kisimoto
Rate : T
Warning : AU, OOC, OC, Typo, Ide pasaran, Alur berantakan , Dll
If you don't like? So, don't read! Happy Readimg all
please RnR.
Nokia 7610 : woke gan ..
Ricardo : waduh jangan dong nanti aku di tenggelemin di pasirnya lagi #ngaco hahaha, lho masih kurang panjang kan penderitaannya? ^^a
Fressya : oke sudah kilat kan, #kan perangkonya yg 7000 hahaha
Sushi : emm sebenernya Hinata amnesia ko cantik, hanya saja … emm baca aja deh ya
Yuuna : hwehehehe ternyata banyak yang nyangka dia gak amnes ya … hem, sebenernya dia amnesia ko .. hanya saja ..
Hinataholic : eh ehhehehe itu karna aku bingung si Kiba-kun mau di apain? masa ditinggal gitu ajh kan kasian bgt? di cariin pairing baru nanti ceritanya ga kelar", jadi ya gitu ddeh … hehe
Nana : ko ? aku jahat sih? aku jahat kenapa #pundung di pojokan. hehe kalo tegang minum dulu minum dulu hahaha .. ia nih aku udah update, kilat kan hwahahaha
Zee : yap yap .. aku boleh titip bunganya … ahahahha
Rui : ahh ahahaha ^^a yah jangan pundung dong, nanti cantiknya luntur #ehhh
Gaanata : kamu liat aku ajah aku udah manis ko #hueexx muntah , sedikit lagi, sedikit lagi tepat .. hahaha … eh ngomongin typo ada yg bilang 'typo is art of writing' lhoo, jadi harap maklum yaa #malah curhat
Bommie : hem , ga salah ko, Hinata emang amnesia ,, Cuma ya … gitu deh .. selamat membaca hehehe
D. Hime : and then between all cuma kamu yang bener yeeeiiyyy #kasih piala, yap kamu bener, aku bikin Hinata amnesia dan Cuma sebagian ingetannya ajh yang ilang, jadi sikonnya dia masih mikir kallo ia belum merid sama si panda-kun ..
ih, kamu ko bisa baca pikiran aku sih? hahaha well selamat membaca pokonya semoga suka ya ..
-naurovhy-
"Ga-gaara-kun?"
"Hi-hinata .."
"Kenapa kau ada disini?" pertanyaan itu terlontar dari bibir gadis yang sudah kutunggu selama 3 hari kesadarannya, 'kenapa aku ada disini?' apakah itu suatu penolakan? apakah seharusnya bukan aku yang ada disini?
"Kau sudah baikan?" aku mengalihkan pembicaraan
"Kenapa Gaara-kun ada disini?" Hinata tetap pada pertanyaannya
Entah aku harus menjawab apa? tapi apakah sangat mengganggu jika aku berada disini? kenapa dari sekian banyak pertanyaan malah hal itu yang diucapkan olehnya? lidahku kelu, tak tau harus menjawab apa saat aku akan membuka mulutku tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka menampakan sepasang mahluk yang sebenarnya enggan ku temui terlebih si piranng yang memandangku sengit.
.
"Sabaku Gaara? sedang apa sisini?" Naruto membuka suara
"Hn"
"Nee-san .." suara lirih Hinata terdengar
"Hinata kau sudah sadar? bagaimana perasaanmu? sudah merasa baikan?" Naruto membanjirinya dengan pertanyaan
"…Kenapa Nee-san juga ada disini?" mendengar pertanyaan itu Naruto menatap gadis itu binggung "Kenapa kalian semua ada disini?" suara Hinata bertambah cemas
Pertanyaan Hinata mengangetkan semua orang yang ada disana, membuat mereka menatap tak berkedip pada sang gadis Hyuuga, namun itu semua tak seberapa dibandingan pertanyaan yang Hinata lontarkan setelahnya…
"Bukankah hari ini adalah hari pernikahanku dengan Gaara-kun?"
Baik itu Naruto, Sasuke terlebih Gaara mereka semua memadang Hinata takjub, Hari pernikahan katanya? bukankah itu semua telah berlangsung sekitar 2 tahun yang lalu? tapi kenapa saat ini Hinata menanyakannya?
"Hi-hinata .. ka-kau " ucap Naruto terbata
Sasuke berjalan mendekatinya "Apa yang terakhir kali kau ingat?" ucap Sasuke
"Me-memangnya apa yang terjadi? –Hinata melayangkan pandangannya pada Gaara- Gaara-kun?"
Gaara mengenggam tangan Hinata perlahan, lalu tersenyum lembut pada gadis itu "Tidak apa-apa Hinata, tidak terjadi apapun. Kau kelelahan, tak memperhatikan langkahmu hingga terjatuh di tangga dan pingsan kemarin"
Seakan terhipnotis oleh senyuman itu, senyuman yang –dalam ingatan Hiata saat ini- adalah senyuman pertama yang Gaara berikan padanya, sepanjang ingatan Hinata hal tersebut adalah sesuatu yang lebih berharga dari apapun. Gaara yang tersenyum padanya, Gaara yang menatapnya lembut, Gaara yang mengenggam hangat tangannya. Maka ia menganggukan kepala menyetujui segala kebenaran yang di berikan pemuda Sabaku itu saat ini.
Mendengar perkataan Gaara, Naruto ingin menyelanya, menyangkal apapun keadaan yang coba bungsu Sabaku itu ciptakan, namun baru saja ia akan membuka mulutnya Sasuke menatapnya dan menggelengkan kepalanya.
"La-lalu bagaimana dengan …" Tanya Hinata sekali lagi
"Pernikahanmu ditunda" ucap Sasuke seakan mengerti keadaan "kau terlalu bersemangat sehingga kelelahan menyiapkan acara itu, dan malah terjatuh seperti itu, Baka" lalu Sasuke sebagaimana kebiasaanya menyentil dahi Hinata
"I-itaii Nii-san" keluhnya mengusap dahinya lembut
"Aku akan memanggil dokter menanyakan apakah kau sudah boleh keluar dari sini, ayo Naru" ajaknya meninggalkan kedua orang itu berada disana, sebelum ia meninggalkan ruangan itu ia membisikan sesuatu pada Gaara, membuat pemuda itu tercengang.
"Jangan bercerita apapun padanya saat ini, aku akan menanyakan keadaannya pada dokter, biarkan ia dengan apa yang diingatnya saat ini"
.
"Ga-gaara-kun .." ucap Hinata takut-takut
"Ya?"
"Kau masih marah padaku?"
"Aku ..?"
"Ma-maaf aku mencampuri urusanmu terlalu jauh so-soal temanmu itu .." dan perkataan Hinata itu membawa Gaara dalam arus kenangan 2 tahun yang lalu …
"Ta-tapi kan Gaara-kun, aku tidak bisa melakukannya sendiri" ucap Hinata saat memintanya menemani gadis itu meninjau masalah gedung yang akan mereka gunakan untuk resepsi
"Aku sudah bilang aku tidak bisa. aku harus menemui temanku" jawab Gaara acuh, dan tetap merapikan dasinya, kh. Pikkirnya 100 kali lebih baik jika ia menemui Sakura di bandingkan menemani apapun yang akan dilakukan Hinata.
"Si-siapa?"
"Bukan urusanmu"
"Tapi aku ingin tau" Gaara dapat mendengar dengan jelas suara gadis itu yang bergetar
"Urus saja urusanmu sendiri, berhenti mencampuri urusanku" Gaara menatap Hinata sengit
"Ta-tapi aku … aku kan calon istri Gaara-kun"
"Lalu?"
"Bukankah aku berhak tau?"air mata Hinata kembali menggenang, merasakan penolakan yang berkali-kali dilakukan Gaara
"Kh, aku sudah muak… jika kau calon istriku memangnya kenapa? bahkan jika kau adalah istriku kau tak punya hak sedikitpun untuk mengaturku" lalu Gaara beranjak meninggalkan tempat itu dengan bantingan keras pada pintu dibelakangnya, menyebabkan gadis yang sedari tadi berada diruangan itu terlonjak kaget dan segala perasaan sakit serta airmata yang ditahannya sedari tadi tumpah ruah membanjiri pipinya.
"A-aku minta maaf Gaara-kun" ucapnya tertunduk, suara lirih itu membuat Gaara tersadar akan keberadaanya saat ini, menariknya dari sungai kenangan.
Perlahan mendudukan dirinya pada ranjang tempat Hinata berbaring, membelai surai panjang itu mesra lalu berkata "Itu bukan salahmu Hinata, maaf aku selalu berkata kasar padamu"
Bagaikan terpental pada dimensi lain, Hinata mengerjapkan matanya berkali-kali, antara sadar dan tidak, terasa aneh walaupun tak dapat dipungkiri hatinya terasa sangat senang, perlakuan Gaara padanya begitu lembut, tatapan matanya meneduhkan seakan hanya Hinata-lah satu-satunya wanita yang pernah ia kenal, satu-satunya wanita yang ia cintai. pikiran terkhir itu membuat Hinata tersenyum miris, Gaara tidak mencintainya! ia tau kenyataan itu dengan sangat jelas, segala pernikahan ini hanya untuk memnuhi permitaan Kaa-san pemuda itu yang terakhir kalinya. Namun tak berdosa kan jika ia sekali saja berharap jika Gaara akn membalas perasaanya?
"Kenapa memandangiku seperti itu?" ucap Gaara saat Hinata tak berhenti memandangnya
"Ti-tidak apa" Hinata menundukan wajahnya
Ini adalah mukjizat, itu pikir Gaara. Kesempatan kedua yang diberikan Kami-sama padanya, memberikan waktu padanya untuk menebus kesalahannya, memperbaiki segala kekacauan yang telah dibuatnya. Menanggalkan segala topeng stoic-nya pada dunia dan perlahan kristal bening membasahi pipi tirusnya.
Menyadari perubahan pada sosok di sampingnya Hinta mengangkat kepalanya dan mendapati sesuatu yang sangat di luar nalarnya, Gaara menangis seraya menatapnya, padangannya sangat sendu sarat akan berbagai kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan banyak emosi lainnya yang tak dapat Hinata dekskripsikan.
"Ga-gaara-kun kenapa?"
"Aku merindukanmu" ucap pemuda itu menangkup wajah Hinata penuh kasih, membawa gadis itu dalam pelukannya.
.
"Jadi seperti itu" kata Shion-san selaku dokter pribadi yang menangani Hinata, setelah mendengar kelengkapan cerita dari bungsu Uchiha itu.
"Apakah semua akan baik-baik saja?" Naruto berkata cemas
"Ya"
"Lalu kenapa ia melupakan kejadian yang telah berlangsung?"
"Kemungkinan besar itu dikarenakan pendarahan pada kepalanya, aku masih belum dapat mengatakan ini akan berlangsung sementara atau selamanya, kita masih harus melihat perkembangannya"
Setelah pertemuannya dengan dokter barusan Sasuke dan Naruto pergi ke kantin sekali lagi untuk membelikan makanan untuk adik mereka, lalu tiba-tiba Naruto membuka suara
"Apakah ini benar Suke-kun?"
"Aku tak tau Naru, tapi mungkin ini memang yang terbaik"
"Tapi apakah kita akan membiarkan Hinata hidup dengan Gaara sekali lagi? mengulang kesengsaraannya sekali lagi?" airmata Naruto kembali menggenang
Melihat keadaan kekasihnya Sasuke membelai surai pirang Naruto lembut, menenangkan gadis itu "Tidak Naru, Gaara telah berubah kau lihat sendiri bagaimana cara ia memandang Hinata sekarang"
Walaupun enggan Naruto mengakui bahwa pandangan yang dilayangkan Gaara untuk Hinata saat ini serupa dengan cara pandang Sasuke saat menatapnya, lembut, penuh dengan kerinduan dan kasih sayang.
"Lalu kita akan benar-benar melangsungkan pernikahan mereka sekali lagi?"
"Ya, aku tidak melihat jalan lain"
-naurovhy-
"Ga-gaara-kun" Cicit Hinata
"Hm ..?"
"A-aku rasa ini berlebihan" protes Hinata, Ya, hari ini Hinata keluar dari rumah sakit dan Gaara membawanya pada sebuah restoran mewah dan membooking seluruh tempat itu untuk mereka berdua, menempatkan berbagai macam bunga pada setiap meja yang berbeda, aroma yang menyeruak membuat anggannya melayang. Bagiakan berada di lading bunga pikirnya.
Gaara menatapnya binggung, "Se-semua ini aku rasa terlalu berlebihan"
"Kau tidak suka bunganya?"
"Bu-bukan. aku suka, mereka indah" pandangan Hinata melembut
"Aaa .. –seakan baru teringat sesuatu- untukmu" ia menyodorkan setangkai bunga mawar putih untuk Hinata
Tanpa perlu dikomando semburat merah mulai menjalari kedua pipinya, membuat bagian itu terasa terbakar, Gaara tersenyum menatap hal tersebut, Kami-sama yang tau seberapa besar rasa rindu Gaara pada semburat merah itu.
"A-arigatou" Hinata menerima bunga itu
Acara makan malam itu tarasa sangat manis untuk Hinata entah, entah apa yang terjadi selama ia pingsan, namun sikap Gaara berubah 180derajat sejak kejadian tersebut, sebenarnya Hinata ingin menanyakan perihal itu namun ia takut Gaara akan marah, lalu sikapnya akan kembali seperti semula. Yang Hinata tidak pernah ketahui adalah, apapun yang dilakukannya, apapun yang terjadi Gaara tidak akan meninggalkannya, Gaara tak akan pernah bersikap kasar seperti dulu, karna untuk pemuda ini sekarang keberadaan Hinata disisinya jauh lebih penting dari seisi dunia, ia jauh lebih rela kehilangan nyawanya dibanding menyakiti gadis ini.
"Kau kenapa senyum-senyum seperti itu?" tegur Gaara
"Aa .. tidak apa, aku hanya merasa senang, Terimakasih untuk hari ini Gaara-kun" Hinata tersenyum sangat manis kearah Gaara, tak ayal membuat jantung pemuda itu kembali berdetak kencang, hingga dadanya terasa sakit karna menahan debarannya.
"Ya" jawab Gaara singkat, lalu mulai melangkah hanya beberapa langkah lalu ia berhenti dan berbalik menatap Hinata, membuat gadis itu ikut menghentikan langkahnya
Lalu Gaara mengulurkan tangannya, meminta Hinata untuk menyambut uluran tangan itu "Ayoo" ajaknya .. dan, seandainya Gaara membentangkan karpet ajaib didepannya sekalipun Hinata tak akan sekaget ini.
Ia berdiri mematung memandangi tangan Gaara yang terulur tak bergerak semester pun, apakah ia sedang bermimpi? kenapa Gaara seperti ini? pemuda itu bukan berubah, ia seperti orang lain, pria yang tak pernah Hinata kenal, pria yang walaupun parasnya serupa namun sifatnya bagaikan bumi dan langit, Gaara yang selama ini Hinata kenal adalah pemuda yang dingin, cuek, kasar, tak pernah memperdulikannya sedikitpun. lalu siapa yang ada di depannya saat ini?
Tak kunjung mendapat respon Gaara menghampiri gadis itu, menarik tangannya menggenggamnya erat dan mulai berjalan kembali, menghiraukan debaran jantungnya yang mulai menggila, saat ia merasakan tangannya mulai berkeringat bukannya melepaskan gengganggam itu ia malah semakin mengeratkan .
Kediaman Sabaku …
"Gaara-sama Okaerinasai" sambut gadis berambut coklat itu saat ia akan menyingkir pandangannya bertubrukan dengan sesosok gadis yang tengah di gandeng Gaara mesra di-dia kan …
"Hinata-sama, apakah anda baik-baik saja?"
"Eh …" hanya itu reson Hinata, karna jujur ia tak mengingat siapa gadis ini? terlebih gadis itu memanggilnya Hinata-sama, membuat Hinata semakin kikuk.
"Hinata-sama?" tak kunjung mendapat respon dari si empunya membuat Matsuri memanggilnya sekali lagi.
"Ah, ya aku baik, Arigato" kata Hinata sedikit membungkuk "A-ano…"
Membaca gelagat Hinata yang pasti akan menanyakan perihal gadis di depannya membuat Gaara mengambil langkah dengan lebih dulu memberikan penjelasan "Dia Matsuri, dia yang mengambil alih pekerjaanmu saat kau sakit" ucap Gaara, walaupun kali ini ia tak sepenuhnya berbohong.
Tak ingin terlalu lama Gaara membawa Hinata ke kamarnya, memerintahkan gadis itu untuk beristirahat terlebih ini sudah pukul 9malam Gaara tak ingin mengambil resiko dengan kondisi Hinata saat ini. Satu hal yang dilupakannya dan kini menjadi masalah besar, saat Gaara membawa Hinata ke kamarnya gadis itu kaget setengah mati, karna bagaimana mungkin ia memiliki kamar pada kediaman mewah ini sedangkan ia belum melangsungkan pernikahannya dengan Gaara.
"A-aku menyiapkannya se-sebagai kejutan untukmu" dusta Gaara saat Hinata menanyakan perihal 'bagaimana bisa ada kamar Hinata di rumah Gaara?' dan sekarang Gaara telah lulus menjadi pendusta yang sangat handal.
"Tidurlah, ini sudah larut" Ucap Gaara lalu menutup pintu itu, oh tentu saja Gaara lebih dulu mengecup kening berbalut perban gadis itu sebagai ucapan selamat tidur.
Hinata terduduk diranjangnya –Ya memang itu ranjangnya kan?- jujur ia merasa sangat aneh dengan kondisi ini, pertama saat ia terbangun ia menemukan Gaara, Suke-Nii, dan juga Naru-Nee di kamarnya memang itu bukanlah hal yang aneh hanya saja ekspresi yang mereka tampilkanlah yang sanngat aneh, terlebih saat ia menanyakan perihal rencana pernikahannya dengan bungsu Sabaku itu? semuanya tampak kaget dengan pertanyaanya. Kedua sikap Gaara, ya pemuda itu berubah, luar biasa berubah Hinata hampir tak mengenalinya jika bukan karna irish Jade, suara berat dan juga rambut merahnya mungkin Hinata akan menganggapnya orang lain, sikapnya selembut sutra saat memperlakukan dirinya, seakan ialah yang paling berharga, ialah yang paling Gaara butuhkan. Dan terakhir gadis berambut coklat tadi gadis itu seakan telah mengenal Hinata sangat lama, padahal berani bersumpah dengan apapun Hinata tak mengenal gadis itu sama sekali, jika memang ia bekerja yang menggantikan pekerjaan Hinata –yaitu menyiapkan acara pernikahannya- bagaimana ia bisa mengenal Hinata, sedangkan mereka tak pernah bertemu?
Berbagai macam pertanyaan muncul dalam benaknya, kepalanya mulai berdenyut, lalu tangannya beranjak memegang perban dikepalanya, apalah ia terjatuh cukup keras hingga kepalanya harus di perban seperti ini? tapi rasanya aku seperti melupakan sesuatu, seperti banyak hal yang terlewatkan, memutuskan untuk pergi tidur seperti apa yang diperintahkan Gaara dan menyimpan segala pertanyaan itu untuk esok, Hinata mulai berbaring di kasurnya dan perlahan menjemput alam mimpinya.
-naurovhy-
"Benarkah dia ada disini?" ucap wanita blonde itu tak percaya
"Hinata-sama masih teridur, Temari-sama"
"Apakah ia masih sakit?" Temari berjalan menuju kamar Hinata hendak memmbukanya, namun di tahan oleh Shikamaru
"Kau itu malah menganggunya"
"Ah, iya … hehehe aku terlalu bersemangat"
"Lalu dimana Gaara Matsuri-chan?"
"Gaara-sama ….." belum sempat Matsuri menjawab pertanyaan itu si objek pertanyaan muncul di belakanganya. "Aku disini Nee-san"
"Ada yang ingin aku bicarakan dengamu" lalu mereka bertiga pergi menju ruang tamu membicarakan segala yang terjadi pada Hinata di rumah rakit, tentang sebagian memory Hinata yang hilang akibat kecelakaan itu.
"Apa yang harus aku lalukan?" Gaara bertanya sendu menundukan wajahnya
"Dalam ingatan Hinata kalian belum menikah?" Shikamaru memastikan, dan hanya di balas gumaman tidak jelas dari Gaara
"Kau berencana memberitahukan segalanya pada Hinata?" seakan bisa membaca segala kegundahan sang adik ipar Shikamaru mulai beragumen
"Apakah aku harus memberitahukannya?" Gaara tak yakin, bagaimana nanti jika Hinata membencinya, bagaimana jika Hinata meninggalkannya … lagi. Demi Kami-sama ia tak akan sannggup menjalaninya kembali.
"Lalu dimana masalahnya? –Temari membuka suara- bukankah itu bagus? kau hanya tinggal menjelaskannya, lalu meyakinkan padanya bahwa kau mencintainya, aku yakin Hinata dapat mengerti dan memaafkanmu"
"Mudah mengatakannya" ucap Gaara sinis, bagaimana kakanya ini bisa berfikiran sesimple itu, menganggap enteng segala masalah?
"Kau kan belum mencoba, kenapa harus pesimis?" protes temari karna merasa ide briliannya tak ditanggapi. "Bukankah begitu?" Temari meminta dukungan dari suaminya
"Pola pikirmu itu terlalu simple, banyak kemungkinan yang akan terjadi"
"Ish, kalian para lelaki ini terlalu berfikir jauh, kenapa tidak mencoba hal yang sudah sangat jelas di depan mata, jika kalian terlalu lama memikirkan resiko-resiko yang belum tentu terjadi kalian tak akan pernah menemukan jalan keluar" sembur Temari, binggung dengan cara berfikir suami serta adik bungsunya.
…. hening tak ada yang bersuara
"Tapi cepat atau lambat ia akan tau kan?" kata Gaara
"Makanya kau beritahu sekarang" cibir Temari yang sukses mendapatkan deathglare dari Gaara
"Aku rasa usul Temari benar juga, jauh lebih baik ia tau kenyataan itu langsung dari mu, dibandingkan ia mendengar dari pihak lain"
Seakan mempertimbangkan, hingga akhirnya Gaara mengangguk dan berkata "Baiklah"
"Heeee … kau menerima begitu saja saran si rusa ini? sedangkan kau mengacuhkan saranku? –Ungkapnya emosi- dasar Baka! panda baka!" teriakan Temari menggema seiri rumah.
.
Sore ini setelah menghadapi berbagai kegugupannya saat mengetahui calon kaka iparnya berada di rumah Gaara, Hinata kikuk, Sangat ! ia tak tau bagaimana harus bereaksi terhadap dua orang itu, namun sikap ramah Termari mencairkan suasana membuat Hinata merasa nyaman bersama mereka, pasangan itu tak berbeda jauh dari Sasuke dan Naruto, Temari yang ceria bersanding dengan Shikamaru yang pendiam. Yang aneh adalah dirinya, ia yang pendiam bersandinng dengan Gaara yang juga pendiam, namun itu tak menjadi masalah bagi Hinata, Gaara memanng diam namun perhatian yang dipancarkan pemuda itu sudah lebih dari cukup untuknya.
"Kenapa kau mengajakku kesini Gaara-kun?" Hinata heran ada angin apa Gaara mengajaknya ke taman?
'Karna ditaman ini dulu, segala bermula Hinata' batin Gaara, namun ia tak mengatakan hal itu pada Hinata, bukannya menjawab ia malah mengeluarkan sebuah undangan dan menyerahkannya pada Hinata
"A-apa ini …. –Hinata meneliti undangan tersebut dan terkejut saat mendapati nama yang tertera disana, namanya dan Gaara- apakah undangannya sudah dicetak?" Hinata bertanya sangsi, jika ia maka karna dirinyalah pernikahan itu tertunda, kenapa Gaara menunjukan semua ini padanya apakah Gaara marah?
Bukannya menjawab pertanyaan Hinata, Gaara malah kembali memberikan sebuah foto pada Hinata, "Kita sudah menikah, 2 tahun yang lalu" Ucap Gaara, tanpa perlu melihat Gaara tau gadis di sampingnya tengah terkejut
"Ini adalah Haruno Sakura, kekasihku"
"Ma-maksud Gaara-kun? kita sudah menikah dan .. dan foto itu?"
Kini Gaara mulai berani membawa pandangannya menatap lavender Hinata, "Kita sudah menikah Hinata, bahkan sudah bercerai, aku mengkhianatimu dengan gadis dalam foto itu, aku menikahimu dan tetap menjalin hubungan denngannya" lavender Hinata mulai menumpahkan butiran Kristal yang setengah mati gadis itu tahan sedari tadi.
Hinata terus menggelengkan kepalanya, tak mau menerima kenyataan yang Gaara coba sampaikan padanya, terus menggeleng hingga pipinya ditangkup oleh kedua tangan Gaara, pemuda itu mengangguk membenarkan.
"Aku mengkhianatimu, meduakanmu, mengabaikanmu, mencampakanmu. aku melakukan banyak kejahatan padamu Hinata, bahkan aku pernah memukulmu" kini bukan hanya Hinata yang berderai airmata pemuda dihadapanya pun sudah menumpahkan bulir-bulir kristalnya.
"Aku tak pantas untukmu, aku pria brengsek yang hanya bisa membuatmu menangis, kau layak mendapatkan yang lebih baik dibanding diriku" apa? apa yang Hinata lihat di mata itu? bukankah seharusnya Hinata membencinya Gaara setelah semua yang dilakukan pria itu, tapi penyesalan dalam irishnya, bahunya yang bergetar menahan segala emosi yang coba ia jabarkan, terlebih bibir tipisnya yang tengah mencoba tersenyum walau Hinata dapat melihat seberapa terpaksanya Gaara menyunggingkan senyum itu, semua itu membuat Hinata merasakan sakit, ia tak ingin Gaara seperti ini, ia menyanyangi pemuda itu, tidak! ia mencintainya, ia tak ingin pemuda itu bersedih.
"Aku sangat mencintaimu Hinta, oleh ka-karna itu Hinata … -Gaara menarik nafasnya dalam-dalam- aku melepaskanmu, kau bukan lagi calon istriku" sungguh kalimat itu terasa begitu berat untuk Gaara, jauh lebih menyakitkan dibanding pengakuan dosa yang dilakukannya tadi "Tapi … tapi sebagai pria, aku tak dapat berjanji bahwa aku tak akan datang lagi kedalam hidupmu Hinata"
Lalu perlahan Gaara menghapus airmata yang menganak sungai di kedua pipi gadis itu, kemudian menurunkan tangannya. gadis itu menunduk, menyembunyikan wajahnya dari Gaara. Gaara tersenyum miris, hatinya bagai tersayat setelah semua itu kini bahkan gadis itu tak mau melihat wajahnya-pikir Gaara.
Ia mulai beranjak, berdiri dari bangku taman itu saat ia hendak melangkah pergi tiba-tiba sebuah tangan menggenggam erat jaket yang ia kenakan, Gaara yang menatap nanar tangan Hinata yang menahannya.
"A-apakah … hiks apakah ini berarti … kau akan mencampakanku lagi Gaara-kun? apakah itu berarti kita tak akan menikah? apakah kau akan meninggalkanku?"
Sesaat Gaara merasa tuli, tapi ia tau bahwa telingannya baik-baik saja, tapi apa yang gadis ini katakan? bukankah Gaara sudah menjabarkan segala perbuatannya pada Hinata? kenapa gadis ini? kenapa ia masih ingin menikah dengan Gaara?
Perlahan Hinata berdiri, mencoba menyamakan dirinya dengan Gaara, "Kita akan tetap menikah kan? –airmata Hinata kembali berderai- kau tak akan meninggalkanku lagi kan?"
"Tapi Hinata aku …"
"Aku tak perduli! aku tak perduli apapun yang pernah kau lakukan padaku, aku tak peduli seberapa banyak kau telah menyakitiku, aku … a-aku –Hinata mengatur nafasnya- aku mencintaimu Gaara-kun, aku kan selalu mencintaimu" lalu tagis Hinata tak terbendung lagi, ia mencengkeram lengan Gaara dan menangis di dada bidang pria itu.
Gaara memluk Hinata seerat yang ia bisa, berjanji pada diri sendiri ini adalah airmata terakhir yang Hinata tumpahkan untuk dirinya. "Maafkan aku Hinata, aku berjanji aku akan memperbaiki semuanya, aku akan menebus kesalahanku, seumur hidupku aku akan menebus kesalahanku padamu"
lalu perlahan setetes demi setetes air yang menyejukan itu berjatuhan membasahi bumi tempak mereka berpijak, rintik hujan itu menemani dan menjadi saksi kesungguhan cinta mereka. mengabadikannya jauh lebih lama di bandingkan apapun.
19 Desember …
Salju yang perlahan turun memenuhi bumi, mengubah segala hal menjadi berwarna putih layaknya dirinya, rumah-rumah tertutup rapat tak membiarkan hawa dingin memasuki tempat mereka, namun berbeda dengan dua pemuda yang berdiri di sebuah bangunan gedung megah ini, mereka tampak gelisah tak memperdulikan hawa dingin yang menusuk tulang.
Pemuda berambut merah itu melirik kearah samping kanannya, menatap seseorang yang lebih tinggi darinya-walaupun hanya beberapa senti- dengan pandangan membunuh. Seketika pemuda itu menoleh dan tatapan tajam seakan mengatakan 'Apa? ini semua bukan salahku' lalu dibalas tatap tak kalah sinis dari pemuda di sampingnya.
Pemuda berambut raven itu mulai melonggarkan karvat-nya, seolah tak merasakan hawa dingin yang semakin menusuk "Dobe …." geramnya kesal. Ya saat ini baik dia maupun si panda keturunan Sabaku itu tengah menunggu pengantin mereka masing-masing. Sebenarnya Gaara teramat sangat tidak ingin mengadakan acara konyol ini, ah, bukan! bukan pernikahannya yang konyol melainkan rencana mereka untuk melangsungkan pesta pernikahan mereka secara bersamaan itulah yang sangat tidak di setujui Gaara.
Namun karna kekasihnya memohon padanya apalah daya Sabaku Gaara jika Hinata sudah memelas padanya seperti itu, jangankan secara bersamaan bahkan jika Hinata menginginkan pernikahan mereka dilangsungkan di Mars mungkin Gaara akan mempertimbangkannya, sementara si Hyuuga memohon rubah pirang itu membujuknya, atau lebih tepatnya memaksanya dengan segala macam ancaman yang menurut Gaara tidak masuk akal. Dan kini terbukti bahwa apapun rencana Naruto yang katanya sudah matang- kh, dari mana? tenyata hanya menjadi bualan. Bukannya melanngsungkan resepsi mereka malah menunggu seperti orang bodoh di depan bnagunan ini.
Tak berbeda jauh dari pemuda Sabaku, bungsu pasangann Fugaku-Mikoto tersebut tanpak mengumpat beberapa kali dikarenakan ulah kekasih pirang tersebut, apa alsannya tadi? 'Buket bunganya tertinggal' kh, persetan dengan buket bunga itu. Jika tau akan berakhir seperti ini dengan sangat yakin Sasuke akan melarang kekasih dan Imouto-nya itu pergi.
Kembali kedua pemuda tampan itu melihat arloji mereka, sudah 30 menit terlewat namun belum tampak kedua gadis itu akan muncul, hingga tiba-tiba sebuah taksi berhenti di depan mereka mengeluarkan penumpang yang tak lain adalah gadis yang mereka tunggu.
"Go-gomen nee Gaara-kun" ucap Hinata terengah-engah, Gaara mengangguk dan tersenyum ke arah pasangannya
Sementara si pembuat onar hanya tersenyum tanpa dosa dan mengacungkan dua jarinya membentuk tanda 'peace' yang mendapat jitakan dari Sasuke.
"Ah, Suke-kun nanti tatanan rambutku rusak" keluhnya
.
Acara itu berlangsug khidmat. tak henti-hentinya Hinata menumpahkan airmata kebahagiaan selama acara itu berlangsung, ya hingga saat ini ia tak mampu mengingat kejadian yang telah ia lupakan, kejadian apapun selama 2 tahun silam.
"Mungkin itu yang Kami-sama inginkan untukmu Hinata-chan, ia menghapus segala kenangan buruk yang kau lalui supaya kau bisa menggantinya dengan kenangan yang indah" kata Naruto suatu hari saat mereka tengah berkunjung ke condominium milik Sasuke
Sontak membuat Sasuke menoleh kearahnya dan tersenyum penuh arti dan menggelengkan kepalanya, berusaha sebaik mungkin namun tak dapat menyembunyikan kekehan kecil yang keluar dari bibirnya. Membuat baik Gaara maupun Hinata memandangnya tak mengerti, sementara Naruto sendiri wajahnya sudah seperti kepiting rebus menahan amarah.
"Apa maksudmu tertawa seperti itu Teme" geram Naruto
"Tidak , tidak ada apa-apa"katanya masih berusaha menahan tawa
Hinata hanya terkekeh melihat sejoli itu, sementara Gaara mulai paham situasi yang terjadi lalu berkata "Dia hanya tak habis pikir kau bisa mengatakan hal seperti itu" ungkap Gaara seakan bisa membaca pikiran Sasuke
"Apaaaa?! benar kau berfikir seperti itu Teme?" Naruto bangkit dari kursinya
Sasuke hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyetujui pendapat Gaara, walaupun apa yang dipikirkannya tepat seperti yang bungsu Sabaku itu katakan, namun menyadari aura membunuh dari sang kekasih, dan juga tak ingin menganbil resiko Sasuke mulai berdiri dari tempatnya dan menjauh.
"Apakah mereka selalu seperti itu?" Tanya Gaara, dan mendapat anggukan antusias dari Hinata gadis itu tak hentinya tertawa kecil, melihat hal itu membuat Gaara seakan berada di surga. Tak ada yang lebih berharga darinya selain kebahagiaan Hinata.
"Teme, jangan lari" seru Naruto kembali menarik perhatian Gaara, dan lebih dari apapun ia sangat bersyukur karna Hinata tak seperti Naruto, jika tidak ia tak mungkin bisa berada disini menikmati waktunya bersama sang kekasih, karna jika Hinata seperti Naruto bisa di pastikan Gaara telah begelar Almarhum 2 tahun silam.
Mereka masih berputar-putar mengelilingi meja meja makan makan itu, hingga tiba-tiba Sasuke menarik Naruto ke arahnya, lantas menandaskan jarak diantara mereka dengan mengecup bibir mungil gadis dalam dekapannya.
"Aishiteru yo" Ucap pemuda itu, membuat Naruto yang tadinya mengeliat tak karuan menjadi diam seketika dan menyembunyikan rona wajahnya pada dada bidang Sasuke.
Perbuatan itu tak ayal berdampak juga pada pasangan penonton ini, Hinata sontak membekap mulutnya dan Gaara salah tingkah dan memilih meminum air yang ada di sana.
.
"Jadi Hinata, kau ingin kita memiliki berapa anak?" Tanya Gaara saat ia dan istri barunya itu duduk berdua di bangku taman tempat dulu Gaara mengungkapkan perasaannya pada Hinata
"Eh.. a-anak?"
"Kenapa? kau tidak ingin memiliki anak bersamaku?"
"Bu-bukan …" hanya saja membahas masalas seperti ini membuat Hinata sangat malu
"Lalu?" Tanya Gaara serius
"A-aku ingin seperti ini dulu bersama Gaara-kun, aku sangat bersyukur karna Gaara-kun mencintaiku terlebih Gaara-kkun yang mengungkapkan cinta padaku terlebih dahulu" jawab Hinata tersenyum senang
"Emh, itu sebenarnya bukan aku, kau lah yang mengatakannya terlebih dahulu"
"Eh .. aku" rona merah mulai menjalari kedua pipinya
"Dulu kau pernah mengungkapkannya lewat suratmu, mengatakan bahwa sudah lama kau mencintaiku"
"Sou .. souka" cicit Hinata
"Eh, kau kenapa?" Tanya Gaara "Wajahmu merah? kau kedinginan?" Gaara mengeratkan pelukannya
"Bu-bukan .. aku sangat malu mengetahui aku yang menyatakan cinta padamu terlebih dahulu"
Gaara membulatkan Jadenya "Kenapa harus malu, jika bukan karna suratmu itu aku selamanya tak akan pernah menyadari perasaanku padamu"
Hinata mengangguk dan ikut mengeratkan pelukannya pada Gaara, "Jadi kau ingin berapa anak hm? dua? tiga? atau empat?" Gaara kembali menggoda istrinya
"Ga-gaara-kun~~"
"Kenapa aku kan bertanya?" kekehnya
"I-itu terserah Gaara-kun saja"
"Ooo.. terserah padaku ya? baiklah bagaimana kalau kita buat sekarang? –Hinata menatap suaminya dengan lavender yang membulat sempurna- supaya kita punya waktu untuk membuat banyak anak Hi-na-ta-chan" ucap Gaara jahil seraya menjilat bibir bawahnya perlahan, membuat kesan sexy menatap Hinata seolah ia kue terlezat yang pernah Gaara lihat.
"He-hentai" teriak Hinata, jeritannya tidak terlalu terdengar karna sudah tenggelam dalam tawa Gaara. Menguarkan kebahagiaan mereka kesetiap penjuru, melawan segala rasa dingin dengan kehangatan tubuh mereka masing-masing. Dan kini Sabaku Gaara mempunyai hobby baru yaitu menggoda istri cantiknya. Sabaku Hinata.
-FIN-
#and this a final chap, arigato gozaima Minna-san … atas semua support dan dukungannya, tanpa kalian fic ini ga ada artinya, one more sankyuuuuu :* ^^#