Gomennasai
Presented by Naurovhy
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Rated : T
Warning : AU, OOC, OC, Typo, Ide pasaran, alur berantakan, dll.
If you don't like? So don't read! Happy reading all
please RnR.
"Berhenti mengikutiku"
"A-aku hanya ing ..."
"Kubilang berhenti mengikutiku!" *blaamm* pintu kamar itu tertutup di depan wajah Hinata
"Ingin mengatakan okaeri Gaara-kun" ucapnya lirih, air mata sudah mulai menggenang dari irish lavendernya
-naurovhy-
Aroma harum masakan sudah tercium dari dapur rumah megah ini, sang nyonya rumah tengah menari dengan piring-piring, menata meja makan tersebut untuk sarapan bersama tuan rumah
*tap tap tap* langakah gagah itu menuruni tangga rumah tas coklat di tanggan kanan dan jas silver di tangan kirinya
"Sa-sarapan Gaara-kun?" Hinata menawarkan dengan senyum ramah
Tanpa bersuara Gaara hanya menatapnya, ia meletakan tasnya di anak tangga, mengencangkan dasinya kemudian memakai jas kerjanya.
Hinata berjalan menghampiri sang suami, namun sebelum langkah mungilnya sampai, objek tujuannya sudah melenggang menuju pintu utama dan pergi.
Hinata terpaku, seburuk inikah? Seburuk inikah pernikahannya akan berjalan? Hinata menunduk berjalan ke arah meja makan, dan memulai sarapannya.
-naurovhy-
18 bulan yang lalu, Sabaku Gaara mengungkapkan janji sucinya di hadapan penghulu dan para saksi, meminang Hinata untuk menjadi pendamping hidupnya.
Semua orang yang hadir dalam acara itu berfikir betapa beruntungnya Hinata, mendapatkan pria sempurna sekelas Sabaku Gaara, brilian, tampan, serta multi jutawan. Indah! Seperti itulah gambaran hidup Hinata di dalam bayangan mereka tanpa pernah mereka ketahui, sejak 18 bulan yang lalu kebahagiaan seakan perlahan-lahan terkikis dari kehidupan gadis cantik ini.
Gadis? Tentu saja! Selama 18 bulan menikah dengan Gaara, tak pernah sekalipun pria tersebut menyentuhnya. Jangankan untuk menyentuhnya, bahkan di dalam rumah mewah ini Hinata tetap merasa asing, seakan ada tembok kasat mata yang memisahkan dirinya dan sang suami.
10.00 Hinata kembali menatap jam diding di ruang tamunya, sudah sangat larut tapi Gaara tak kunjung datang. Hampir-hampir Hinata tertidur menunggunya ...
10.36 ia kembali menghembuskan nafasnya tiba-tiba
*ceklek* suara pintu yang terbuka, hinata berlari menghampirinya
"Gaara-kun okaeri" Hinata hendak mengambil tas kerja Gaara
"Minggir" Gaara menghempaskan tangannya kasar
"Ittai" hempasan tangan Gaara menyebabkan pergelangan tangan Hinata membentur pegangan pintu, Tanpa merespon Gaara berjalan menjauhi Hinata
"Kau sudah makan Gaara-kun?" Hinata kembali bertanya
"Tak usah memperdulikanku, urus saja urusanmu sendiri" ucapnya kasar
Air mata Hinata kembali menggenang
"Aku sudah menyiapkan makan malam, kita makan bersama saja"
"Kau -Gaara menatapnya tajam- jangan bertingkah seolah kita dekat, walaupun di mata semua orang kita adalah suami istri, tapi bagiku kau -Gaara menunjuk wajah Hinata- selamanya adalah orang asing"
Sudah cukup, air mata Hinata sudah tak mampu ia tahan lagi, kenapa pernikahannya seperti ini? Ia sadar Gaara tak pernah mencintainya, pemuda itu menikahinya karna pemintaan sang bunda yang telah wafat, tapi bukan hanya Gaara kan yang terpaksa? Hinata pun merasakan hal yang sama, ia harus merelakan orang yang di cintainya, harus melepaskan impiannya demi memenuhi permintaan nyonya Sabaku.
Bukan pertama kali Gaara berkata maupun bertindak kasar, sepanjang ingatannya tak pernah sedikitpun Gaara bersikap lembut padanya. Selama ini hanya ada Gaara yang kasar, Gaara yang acuh, Gaara yang tak pernah memperdulikannya. Pandangan Hinata beralih ke meja makannya, menatap miris pada makanan yang ada di sana,
'Kami-sama aku sudah melakukan dosa besar, setiap hari kerjaku hanya membuang-buang makanan saja' batinnya
-naurovhy-
Cinta, itulah yang Sabaku bungsu ini rasakan, debaran jantungnya akan menjadi cepat, darahnya mengalir deras, dan bibirnya akan tertarik, senyuman walaupun tipis itu tetap sebuah senyuman. Cinta yang ia pendam selama 5 tahun akhirnya terbalaskan, hari dimana ia mengucap ikrar pernikahan untuk gadis lain, pada hari itu juga gadis yang ia idamkan menerima cintanya. Haruno Sakura, ya hanya si pinky tungga Haruno itu yang mampu memporakporandakan kehidupannya, lalu bagaimana dengan si sulung Hyuuga yang ia nikahi? Terserah! Ia tak perduli, di hatinya hanya ada tiga wanita yang pertama adalah ibunya, lalu neesannya dan terakhir adalah si Haruno tunggal.
Gadis itu memenuhi hatinya, mempengaruhi pikirannya, tapi ia tak perduli, lebih tepatnya tidak keberatan. Ia menarik laci kecil di samping kasurnya, mengeluarkan amplop coklat yang berisi surat gugatan cerainya untuk si gadis Hyuuga, begitu Sakura menerima lamarannya ia akan langsung menceraikan wanita itu. Itulah rencananya.
Terkadang ia sedikit iba melihat si gadis Hyuuga, pernah sekali ia melihat Hinata menagis di bawah pancuran kamar mandi dapurnya, berharap derasnya air pancuran akan menenggelamkan isakannya, tentu saja Gaara tidak akan mendengar jika ia tidak haus dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Hatinya tergedor keras karna melihat hal itu, namun ia memilih mengabaikannya, toh itu salahnya sendiri karna terlalu ikut campur urusan Gaara.
"Ohayo Gaara-kun" sapa Hinata
"Hn"
"Kau sudah akan berangkat ya?"
"Kau bisa melihat sendiri jawabannya, jadi pertanyaan bodoh mu tak perlu ku jawab kan?"
"Aa, iya gomen" Hinata kembali tertunduk
Lalu Gaara mengambil air dari kulkas, meminumnya lalu pergi ke kantornya.
"Hati-hati di jalan Gaara-kun" walaupun sudah jelas tak akan terdengar namun Hinata tetap mengatakannya.
"Aahh, hari ini aku akan bersih-bersih saja"
Lalu ia memulai acara bersih-bersih dimulai dari halaman belakang, taman, dapur, ruang tamu, hingga terakhir kamar Gaara, pria itu mungkin marah karna Hinata masuk ke kamarnya tanpa ijin, tapi dengan alasan bersih-bersih mungkin Gaara tidak akan terlalu marah padanya. Saat Hinata memasuki ruangan itu aroma maskulin langsung menerpanya, kamar itu di dominasi warna drak red seperti surai si pemilik ruangan, dengan selingan warna hitam menimbulkan kesan maskulin pada ruangan itu pertama tama Hinata membereskan meja kerja suaminya, banyak sekali dokumen yang bertumpuk di sana, rak-rak buku yang di dominasi bahasa asing, cukup bersih untuk ukuran seorang pria, kemudian ia mulai merpikan kasur Gaara, selimut dan bantal-bantalnya dan ia menemukan kejutan sebuah figura foto yang berbingkai sangat cantik, foto suaminya dan seorang wanita bersurai merah muda, dengan irish emerald yang mempesona berangkulan mesra, sangat romantis. siapakah? Saat ia membalik figura itu terdapat tulusan yang mampu menjungkirbalikan dunianya ..
-happy aniversary Gaara-kun, aku mencintaimu selamanya-
-9 april-
Satu tahun yang lalu, hari dimana ia diresmikan menjadi nyonya Sabaku, bagaimana ini bisa terjadi?
Hinata jatuh terduduk memegangi figura itu, kini semua teka-teki pernikahannya sudah jelas semua sudah jelas sikap Gaara, keacuhan Gaara semuanya menjadi sangat jelas.
"Ka-kau jahat Gaara-kun" Hinata kembali menangis mengetahui suaminya berselingkuh, entahlah Hinata masih pantas menyebut lelaki itu suami atau bukan?
-naurovhy-
Gaara memasuki rumah megahnya, aneh itu adalah pikiran pertamanya biasanya si gadis Hyuuga akan datang dan mengucapkan banyak kata padaanya, kemana gadis itu?
"Aa, okaeri Gaara-kun"
"Hn"
"Kau mau makan dulu? Atau mandi dulu?" Hinata bertanya tetapi pandangannya menatap sisi meja
"..." tidak ada respon dari Gaara
"A-ano aku ingin bertanya sesuatu bolehkah?"
Ia kembali tidak menjawab, tetapi pandangannya seakan bertanya 'apa?'
"Gadis ini siapa?" Hinata menunjukan figura yang ia temukan
"Kau ... mengeledah kamarku?" Gaara menaikan nada bicaranya
"Aku sedang beres-beres"
"Sudah ribuan kali ku katakan jangan memasuki kamarku seenaknya" kali ini ia berteriak
"..." Hinata diam
"Kenapa kau tidak menjawab?" Gaara membanting tasnya
"Kau sendiri belum menjawab pertanyaanku"
"Dia -Gaara menunjuk fotonya- adalah kekasihku"
"Gadis macam apa yang memacari suami orang lain?" Hinata menatap wajah Gaara, entah keberanian dari mana yang ia dapatkan, mungkin dorongan rasa sakit hatinya
"Tutup mulutmu! Dia seribu kali lebih baik dari pada dirimu"
"Baik? Dia hanya perusak rumah tangga orang lain" Hinata berteriak
*pllaakkkk* hempasan tangan Gaara membuat tubuh mungilnya terhempas hingga menabrak kaki meja, pipinya seperti terbakar, kepalanya berdengung. Seumur hidupnya ini adalah tamparan pertama yang ia rasakan, dan itu dilakukan oleh suaminya sendiri orang yang harusnya melindunginya.
"Sepatah kata lagi kau menjelekan Sakura, aku tak akan segan lagi padamu" usai mengucapkan kata itu Gaara menghilang ke dalam kamarnya
Hinata tetap pada posisinya, kejadian barusan sangat mengejutkan bahkan air matapun enggan mengaliri wajahnya. Ia terpaku memegangi pipinya.
-naurovhy-
Empat hari, sudah empat hari Gaara tidak pulang karna pertengkaran mereka tempo hari bagaimanapun juga Hinata tetap merasa bersalah, Gaara benar mungkin Sakura memang gadis yang baik, mungkin dirinyalah yang memerankan tokoh antagonis yang muncul di tengah cinta Sakura dan Gaara merebut posisi yang seharusnya menjadi milik gadis cantik tersebut. Hinata memutuskan untuk menelepon Gaara dan meminta maaf, juga menanyakan keberadaannya tentu saja.
Baru saja Hinata ingin mencari nomer ponsel Gaara, tiba-tiba smartphonenya berbunyi
"Moshi-moshi" sapa Hinata
"Kau ada dirumah?"
"Ga-gaara-kun?"
"Ck, iya. Kau ada dirumah tidak?"
"I-iya ada apa?"
"Ambilkan map hijau di meja kerjaku, lalu bawa kemari, cepat"
"Aa, iya baiklah" saat Hinata ingin mengakhiri sambungan itu "tunggu" terdengar suara Gaara berteriak
"Ada apa lagi?"
"Tidak usah kau bawa ke kantorku, kita bertemu di Konoha Park"
"Baiklah Gaara-kun"
Konoha park 13:45 ...
Hinata duduk di bangku pinggir taman, ia merasa lokasinya cukup strategis sehingga pasti Gaara mudah menemukannya perlahan waktu berlalu, berulang kali si gadia indigo menatap jam tangannya.. 14:20 ..
"Bagaimana ini? Hari sudah mulai mendung" gumam Hinata
Sementara itu Gaara ...
"Aku rasa yang itu bagus saki"
Si gadis musim semi menoleh antusias "benarkah? Tapi yang sebelumnya kau juga bilang begitu Gaara-kun?" Ia memasang wajah curiga
"Benarkah? Itu karna semua hal yang kau kenakan terlihat bagus" kata Gaara santai
*bllluuussshhh* wajah Sakura merona hebat
"Gombal" tukasnya
"Tidak, aku mengatakan kebenaran" kilah Gaara dengan seringainya
"Ya sudah aku ambil yang ini saja" kata Sakura dan mereka berjalan ke kasir bersama
Hujan mulai turun memenuhi panggilan sang tanah yang menggering, Hinata mulai panik, 'bagaimana kalau map ini sampai basah?' Pikirnya. Ia berlari menuju sebuah kotak telephone dan berteduh di dalamnya, kembali ia melihat arlojinya sudah pukul 15:00 tapi kenapa Gaara belum muncul? Apa lebih baik aku pergi ke kantornya saja? Berbagai spekulasi bermunculan di benaknya, hingga akhirnya mengeluarkan payung lipatnya dan berjalan mencari taksi.
Sabaku Inc.
Hinata menapakan kaki bawah bangunan menjulang tersebut, di bawah payung ungunya Hinata tersenyum membayangkan sang suami berada di gedung itu, saat ia akan memasuki bangunan di belakangnya ada sebuah ferari merah melintas,mobil yang di yakini Hinata adalah mobil Gaara, senyum semakin mengembang di wajahnya
Namun perlahan senyuman itu memudar menyaksikan gadis cantik yang ikut keluar dari mobil sang suami, gadis bersurai merah mudah sepundak yang tergerai cantik mengamit tangan suaminya mesra, mereka bercengkrama layaknya seorang kesasih, berulang kali tangan kekar Gaara mengusap kepala si gadis dengan kasih sayang.
Kami-sama apa lagi ini? Ia menyuruhku menunggu ber jam-jam sementara dirinya berkencan dengan selingkuhannya, sungguh indah kehidupan pernikahan Hinata.
Air matanya berlinang menyaingi derasnya hujan, Hinata berjalan kembali menuju jalan raya, memutuskan untuk pulang, gontai langkahnya sangai gontai, tubuhnya limbung, kesadarannya memudar, lavendernya menatap nanar tak fokus pada apapun dan tiba-tiba .. *cckkiittt* brraakkk! Semuanya menjadi gelap
"Tolong ada yang tertabrak disini!" ...
Tbc
Finnally mind to review?