Pair : NaruSasu

Declaimer © Masashi Kishimoto

Warning : Shounen-Ai, Typo, OOC, etc


A Good Kisser


.

Naruto adalah remaja playboy di sekolahnya. Semua gadis selalu menyukainya. Bahkan banyak dari mereka rela antri menunggu giliran untuk menjadi kekasih Naruto.

Tak ada yang menyesal menjadi kekasih dari Namikaze Naruto, pemuda pendonor terbesar di sekolahnya, Konoha High School. Tak ada pula yang berani terhadapnya yang selalu bertindak semena-mena. Dibalik tampang playboynya, Naruto hobby membully teman sekolahnya. Guru maupun kepala sekolahpun tak ada yang berani menegurnya. Mereka seolah tutup mata dengan kelakuan pewaris satu-satunya perusahaan Namikaze yang memuncaki ekonomi Jepang selama hampir 10 tahun ini.

"Hei, bagaimana rasanya dicium oleh Naruto-sama?" Gadis berambut pink itu meraba bibirnya sendiri. Ia ingin mengingat setiap sentuhan bibir pangeran sekolahnya.

"Rasanya sungguh nikmat Ino-chan. Bibirnya melumat bibirku dengan lembut dan penuh perasaan. Kau harus berusaha menjadi salah satu kekasihnya Ino-chan. Jadi kau bisa membuktikan kata-kataku." Ino menatap iri Sakura —gadis berambut pink—yang tak henti-hentinya menjilati bibirnya.

Sakura baru saja menjadi kekasih Naruto kemarin. Dan hari ini dia sudah resmi menyandang predikat mantan kekasih. Sakura sama sekali tak sedih karena putus dengan Naruto, karena ia berhasil mendapatkan ciuman dari sang Namikaze yang terkenal sangat piawai dalam memanjakan bibir lawannya tersebut.

"Memang hari ini siapa yang menjadi kekasih Naruto-sama?" tanya Ino membuyarkan lamunan Sakura.

"Kau lihat saja sendiri kebelakangmu." Balas Sakura enggan saat melihat Naruto menggandeng seseorang memasuki kantin.

"Hinata? Ku kira dia gadis yang polos dan kutu buku. Ternyata dia sama saja seperti yang lainnya." Ucap Ino saat melihat Hinata bergelayut manja di lengan kekar Naruto.

"Itulah pesona dari seorang Namikaze." Balas Sakura sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Naruto mendudukan dirinya di kursi kosong yang selalu tersedia untuknya. Kursi tersebut diklaim sebagai tempatnya, dan tak ada satu orangpun yang berani mendudukinya selain Naruto sendiri serta teman-teman dekatnya.

"Naruto-sama, kapan kau menciumku?" tanya Hinata yang ditanggapi dengan pandangan malas oleh Naruto.

"Aku lapar Hinata-chan. Bagaimana jika kita makan bersama? Aku akan menyuapimu." Wajah Hinata bersemu merah saat Naruto menyuapinya. Kiba serta Chouji yang duduk dihadapan mereka hanya bisa menatap iri kedua teman mereka.

Jangan salah, Kiba bukannya iri karena Naruto menyuapi Hinata. Namun Kiba iri karena ia tak bisa mendapatkan kekasih sama sekali. Bahkan Naruto saja sudah mempunyai mantan lebih dari 50, sedangkan dirinya? Satupun tak ada yang mau menjadi kekasihnya. Poor Kiba.

Chouji sendiri iri karena makanan yang disuapkan kepada Hinata adalah makanannya. Naruto belum memesan makanan, jadi ia mengambil makanan Chouji yang duduk di depannya dari pada harus antri panjang di depan counter makanan.

"Aaa—" Naruto menyerukan Hinata untuk membuka mulutnya. Dengan senang hati Hinata menerima suapan Naruto kepadanya.

Disisi lain segerombolan murid memandang acara lovey dovey NaruHina dengan pandangan malas. Mereka adalah Sasuke, Neji dan Shikamaru. Tiga pelajar kutu buku sekaligus anggota Klub Teater di KHS.

"Aku muak memandang si playboy tengil itu." Seru Neji sambil mengaduk makanannya tak berselera.

"Merepotkan." Gumam Shikamaru seraya memakan makanannya. Ia tak punya waktu memperhatikan sesuatu yang menurutnya sama sekali tak berguna.

"Oh ya, Sasuke bagaimana jika kau berlatih ciuman untuk drama bulan depan dengan si playboy itu saja?" Sasuke langsung memberi Shikamaru glare mematikan saat mendengar ucapannya.

"Bukan ide yang buruk. Bukankah kau menjadi tokoh pangerannya?" Sahut Neji membenarkan ucapan Shikamaru.

"Ingat! Kau adalah ketua klub ini, maka kau harus berusaha mempertahankan klub ini sebelum Tsunade-sama menghapus klub Teater dari ekstrakulikuler sekolah." Ucap Shikamaru mengingatkan.

Sasuke dilema. Ia akui jika ia sangat payah dalam urusan ciuman. Apalagi pada drama yang akan dipentaskannya bulan depan mengharuskan dirinya untuk mencium Shion yang menjadi lawan mainnya.

"Pikirkan keuntungannya Suke. Mungkin tak selamanya seorang playboy itu tak berguna."

Kini Neji kembali bersuara. Ia merasa sayang jika klubnya akan dihentikan jika tak berhasil mendapat simpati dari siswa KHS melalui pementasan drama tersebut.

.


.

Sasuke masih menimang-nimang usul Shikamaru dan juga Neji. 'Apa aku harus minta tolong padanya?' batinnya frustasi.

Sasuke terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tak sadar jika seseorang lewat di depannya.

Brukk

Orang yang ditabrak Sasuke sama sekali tak terjatuh, justru pantat Sasukelah yang kini sukses mencium lantai.

"Kau tak apa?"

Sasuke tak menerima uluran tangan tersebut. Ia lantas berdiri dengan usahanya sendiri dan menatap tajam orang yang ditabraknya. Namun tubuhnya membeku saat orang yang sedang dipikirkannya kini tengah berdiri tepat dihadapannya.

"Bukankah kau Uchiha Sasuke?"

Tentu saja Naruto mengenalinya. Karena selama ini Naruto diam-diam memperhatikan Sasuke. Bahkan incaran yang ada di urutan pertama adalah nama Uchiha Sasuke yang telah menyita perhatiannya selama beberapa bulan ini.

Naruto hanya penasaran dengan Sasuke. Sikapnya yang pendiam dan cenderung antisosial membuat dirinya tak bisa mendekati cowok raven tersebut. Dan dari sekian banyak fans serta siswa-siswi yang menggandrungi dirinya, hanya Sasukelah yang seolah buta hingga tak menyadari betapa tampan wajahnya.

"Maaf, aku harus pergi." Sasuke meninggalkan Naruto tanpa peduli pemuda blonde tersebut berteriak memanggilnya.

"Kau semakin membuatku penasaran Uchiha Sasuke." Gumam Naruto lirih sebelum berbalik dan meneruskan langkahnya.

.


A Good Kisser


.

Hari berikutnya Naruto sudah menyelidiki tentang Sasuke. Ia cukup senang dengan kenyataan jika Sasuke adalah ketua klub teater yang nasibnya berada diambang penutupan. Naruto sudah mencari informasi dari setiap mantan-mantannya. Keputusan akan diambil jika drama yang akan diselengarakan kurang dari sebulan ke depan mendapatkan apresiasi dari para siswa di KHS.

Naruto sedang berjalan menuju ruang klub teater untuk menemui Sasuke. Naruto menghentikan langkahnya saat ia mendengar namanya disebut saat akan menggapai kenop pintu ruangan tersebut.

"Apa kau sudah meminta Naruto mengajarimu?"

"Belum."

"Lalu bagaimana dengan pementasan nanti. Bahkan berciuman saja kau tak bisa. Shion sudah bilang tak akan membantu memerankan Snow White jika pangerannya saja tak bisa berciuman."

Naruto tersenyum mendengar obrolan tersebut. Entah mendapat nutrisi apa, hingga tiba-tiba otaknya yang terkenal tak cerdas —cenderung idiot— kini tiba-tiba memikirkan sebuah ide brilian. Ia yakin dengan begini rencananya untuk mendekati Sasukepun semakin terbuka lebar. Karena ia yakin idenya kini pasti berhasil.

Tak ingin menunggu lebih lama, akhirnya Naruto membuka pintu ruang teater untuk menyerukan bantuannya. Tentunya ia tak akan mengatakan apa maksud di dalam setiap bantuannya tersebut.

"Aku bisa membantumu."

DEG

Sasuke, Shikamaru serta Neji yang berada di dalam, sontak mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.

"Naruto-sama!" gumam Neji.

"Aku sudah mendengar semuanya. Dan kalian tak perlu khawatir karena aku akan membantu Sasuke untuk berciuman dengan lawan mainnya. Tapi dengan satu syarat—"

Shikamaru dan Neji nampak saling pandang. "Apa itu?" tanya Shikamaru malas.

"Asalkan dia yang menjadi Snow White-nya." Tunjuk Naruto pada Sasuke.

Neji dan Shikamaru nampak terkejut. Mereka memang tak mempermasahkan siapa yang akan memerankan tokoh Snow White, lagi pula Shion hanya pemeran bayaran yang tidak mengikuti Klub teater. Tentunya Shika dan Neji tak perlu repot untuk mengabulkan setiap syarat Shion saat menerima tawaran mereka.

"Dan tentunya akulah yang jadi pengeran." lanjut Naruto dengan cengiran khasnya.

Sasuke melotot sebelum kembali ke wajah datarnya. Ia terkejut dengan si blonde ini. Bagaimana bisa ia memerankan tokoh wanita, ia terlalu tampan untuk menjadi seorang wanita, pikirnya.

"Aku menolak." Jawab Sasuke cepat.

Naruto semakin tertarik dengan Sasuke, baru kali ini ada yang bisa menolak pesonanya. Naruto tersenyum penuh arti serta memberikan satu kerlingan mata ke arah Sasuke. Sasuke ingin mual saat melihatnya.

"Padahal aku bisa membantu klub ini tetap berdiri meskipun hanya memiliki anggota sedikit. Kau tak lupa siapa aku 'kan, teme?"

Shikamaru membenarkan ucapan Naruto. Naruto bisa saja meminta Tsunade-sama mengabulkan permintaannya, apalagi Tsunade-sama adalah nenek Naruto.

"Lebih baik kau terima saja." Bisik Neji tepat di telinga Sasuke. Melihat itu, Naruto mengepalkan tangannya. Ia tak suka Neji terlalu dekat dengan incarannya.

"Aku tak bisa memberikan keputusan tanpa persetujuan Sasuke, karena disini dialah ketuanya." ucap Shikamaru saat Naruto memandang ke arahnya.

Shikamaru kemudian memandang Sasuke dengan tatapan mengancam. Sebenarnya ia setuju saja dengan syarat dari Naruto, karena yang terpenting sekarang adalah kelangsungan klub teater kesayangannya.

Sasuke masih bingung, namun disini ia tak boleh egois. Hanya karena ia tak mau dipasangkan dengan Naruto, maka klub teater akan berakhir. Sasuke juga tidak mau memutus harapan Neji serta Shikamaru yang ingin menjadi aktor serta sutradara setelah melanjutkan pendidikannya dari sini.

"Hn" gumam Sasuke.

"Apa maksud gumamanmu itu?" Naruto menggaruk kepalanya bingung.

"Itu artinya 'iya'." Mendengar ucapan Neji, Naruto langsung terlonjak senang.

"Baiklah, kapan dimulai latihannya? Apa sekarang?" tanya naruto yang terlalu bersemangat.

"Mungkin besok, karena kita ada kelas setelah ini." Ungkap Shika seraya melangkah meninggalkan ruangan teater. Neji yang melihatnyapun segera menyusul.

Sasuke keluar ruangan yang paling akhir, namun saat ia mencapai pintu, tiba-tiba saja Naruto menarik tangannya.

"Kita belum selesai teme." Naruto memandang Sasuke tak berkedip. Ayolah, baru kali ini jantungnya berdetak kecencang ini saat berada di dekat seseorang.

"Lepasmpphhh—"

Naruto tak membiarkan Sasuke menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu. Ia langsung membungkam bibir tipis yang menggoda di depannya dengan bibirnya sendiri.

Naruto melumat bibir tipis yang terasa sangat lembut saat bertubrukan dengan bibirnya. Salah satu tangannya bertengger di pinggul Sasuke untuk menempelkan tubuh keduanya, sedangkan tangan lainnya menekan tengkuk pemuda raven tersebut agar tak bisa melepas ciumannya.

"Mpphh—"

Sasuke merontah saat bibir Naruto seakan memakan bibirnya. Naruto melumat bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Lembut namun kasar secara bersamaan.

Sasuke harus mengakui jika Naruto memang pencium yang hebat. Saat dirinya tak berontak maka Naruto akan memberikan lumatan lembut pada bibirnya. Namun saat ia mencoba melepaskan ciumannya, bibir Naruto justru semakin ganas melumat bibirnya.

Sasuke sudah tak bisa banyak bergerak. Persendian lututnya seolah melemas saat Naruto memiringkan wajahnya, mencari posisi yang nyaman untuk semakin memperpanas ciumannya.

Sasuke sudah tak tahan. Ia butuh oksigen. Naruto sama sekali tak memberikan kesempatan untuknya bernafas. "Lepasmmpph—"

Tindakan yang salah Sasuke. Naruto justru memasukan lidahnya saat Sasuke membuka mulutnya. Dan kini lidah Naruto bergerilya di mulutnya. Mengabsen setiap langit-langit mulut Sasuke serta mengajak lidah Sasuke untuk bertarung.

Sasuke bukannya bermaksud ingin membalas ajakan lidah Naruto bergelut di dalam mulutnya. Namun Sasuke hanya ingin mengeluarkan lidah Naruto dari sana. Sayangnya, itu justru membuat Naruto salah mengartikan maksudnya. Ia pikir jika Sasuke membalas ajakannya untuk perang lidah dengannya.

Entah sudah berapa detik mereka berciuman hingga Sasuke sudah tak mampu menahan tubuhnya lagi.

Mengetahui wajah Sasuke yang sudah memerah dan merosot dari kunciannya. Naruto segera melepas ciumannya.

"Hah—hah—hah—" Sasuke langsung saja menghirup udara sebanyak-banyaknya. Naruto masih setia menahan punggung Sasuke agar tidak terjatuh.

"Itu sebagai latihan pertama kita, teme."

"Dohh—behh." Ucap Sasuke ditengah-tengah usahanya menetralkan nafasnya. Sasuke harus akui jika ciuman Naruto memang sangat memabukan baginya. Ia juga sangat penasaran dengan latihan apa yang dilakukan oleh bocah blonde itu hingga ia bisa bertahan menahan nafasnya selama itu.

"Karena sudah bel masuk, bagaimana kita lanjutkan saja latihan kita." Bisik Naruto seduktif tepat di telinga Sasuke.

To Be Continued


:)